Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia - ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 2, No 8 Agustus 2017
STRATEGI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG BERKELANJUTAN DI
KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) PULAU BIAWAK DAN
SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAMAYU
Mutiara Salsabiela
Akademi Minyak dan Gas Balongan, Indramayu
Email: [email protected]
Abstrak
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) dibentuk sebagai alternatif kebijakan
dalam pengelolaan dan perlindungan terhadap terumbu karang. Keefektifan
pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan Sekitarnya adalah
mendekati efektif dengan persentase penilaian sebesar 73,52%, sehingga diperlukan
strategi kebijakan pengelolaan untuk meningkatkan keefektifan pengelolaannya.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini bermaksud untuk merumuskan rekomendasi
strategi kebijakan pemanfaatan terumbu karang demi terwujudnya pemanfaatan
terumbu karang yang sistemik dengan menggunakan aplikasi analisi SWOT.
Berdasarkan masalah yang telah diteliti bahwa rekomendasi strategi pengelolaan
dengan mengembangkan pengelolaan yang ramah lingkungan melalui peningkatkan
Kesadaran kepada masyarakat sekitar tentang arti pentingnya nilai ekologis dan
ekonomis terumbu karang, dan meningkatkan kerjasama antara masyarakat sekitar
dan stakeholder melalui program-program pengelolaan berbasis masyarakat
bebagai upaya penurunan laju degradasi, meningkatan kelembagaan dan sarana
prasarana pengawasan demi terwujudnya penegakan hukum dan menetapan
rencana zonasi pengelolaan terumbu karang.
Kata Kunci : Pengelolaan, Terumbu karang, Berkelanjutan, KKLD, Pulau Biawak
Pendahuluan
Terumbu karang sebagai ekosistem potensial di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil, sejatinya memiliki fungsi yang manfaat yang signifikan. Secara ekologis terumbu
karang berperan sebagai: (1) produsen primer yang mampu menghasilkan 15-35 ton
setara karbon per Ha per tahun;
(2) pendaur zat-zat hara secara efisien (3) penyedia
pasir untuk pantai; (4) penghalang daerah pantai dari hempasan dan ombak serta erosi
pantai
(5) habitat bagi biota laut yang bernilai ekonomi tinggi
(daerah pemijahan)
(spawning ground), daerah pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding
ground). Sementara itu, secara ekonomis, terumbu karang berkontribusi sebagai: (1)
penyedia alternatif mata pencaharian dari sektor perikanan; (2) laboratorium alam untuk
88
Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Berkelanjutan Di Kawasan Konservasi Laut
menunjang penelitian dan pendidikan;
(3) objek wisata, baik wisata selam maupun
wisata pasir putih; (4) tempat penangkapan berbagai jenis ikan komersial (ikan hias dan
ikan konsumsi);
(5) penghasil bahan konstruksi bangunan dan pembuatan kapur; dan
penghasil bahan aktif untuk obat dan kosmetik
(Tuwo, 2011). Seiring dengan adanya
manfaat ekologis dan ekonomis menyebabkan ekosistem terumbu karang rentan
terhadap ancaman yang berasal dari kegiatan manusia, seperti pencemaran dan
penangkapan ikan dengan mengunakan alat bantu seperti bom, Bahan kimia dll.
Dewasa ini, kondisi terumbu karang di Pulau Biawak dan sekitarnya cukup
mengkhawatirkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Indramayu tahun 2012, pulau yang memiliki potensi terumbu karang seluas
±1.225 ha 45,4% berada dalam kondisi baik sedangkan sisanya
27,3% berada dalam
kondisi cukup baik dan
27,4% dan berada pada tingkat risiko tinggi, dengan indeks
risiko sebesar
2,96 hingga
3,84
(Taofiqurohman,
2013), dimana daerah yang paling
berisiko terhadap habitat terumbu karang di pulau Biawak adalah bagian selatan.
Oleh karena itu, pembentukkan KKLD dijadikan salah satu alternatif kebijakan untuk
menanggulangi hal tersebut. Didalam prinsip pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir
disebutkan secara eksplisit, bahwa konservasi untuk pemanfaaatan yang berkelanjutan
adalah tujuan utama dari pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan rekomendasi strategi kebijakan
pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya demi terwujudnya
pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik sampling
purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam
(kuesioner), observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis
SWOT.
Tabel 1.
Matrik SWOT
IFAS STRENGTH WEAKNESS (W)
EFAS
(S)
OPPORTUNITY (O)
Strategi S-O
Strategi W-O
THREAT (T)
Strategi S-T
Strategi W-T
Sumber: Rangkuti (2013).
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
89
Mutiara Salsabiela
Keterangan:
Strategi S-O
= Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang;
Strategi S-T
= Membuat strategi dengan menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman;
Strategi W-O
= Menciptakan strategi
yang
menggunakan
kelemahan
untuk memanfaatkan peluang;
Strategi W-T
= Menciptakan strategi yang menggunakan kelemahan untuk
mengatasi ancaman;
Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember
2013.
Penelitian dilakukan di Pulau Biawak dan Sekitarnya
(Pulau Gosong dan Pulau
Candikian) Kabupaten Indramayu, dimana secara administratif ketiganya berada di
Desa Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat.
Pulau Biawak terletak di lepas pantai Laut Jawa ± 40 km.
Hasil dan Pembahasan
1. Terumbu Karang
Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki potensi terumbu karang yang cukup
signifikan yaitu 1.225 ha, dimana ±556 ha berada dalam kondisi baik dan ±334 ha
berada dalam kondisi kurang baik. Berdasarkan hasil kajian kondisi terumbu karang
tersebut dilakukan sebelum KKLD dibentuk pada Tahun
2003 oleh Dinas
Perikanan dan Kelautan (DISKANLA) Kabupaten Indramayu dan pada Tahun 2010
oleh Darmansyah setelah KKLD dibentuk (tersaji pada Gambar 1.) menunjukkan
adanya penurunan yang signifikan, hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi laju
degradasi. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor seperti penggunaan alat
tangkap destruktif dan tidak ramah lingkungan seperti trawl
(pukat harimau) oleh
nelayan luar Indramayu
(pulau Madura dan pulau Seribu), penangkapan dengan
bom Kalium Sianida (KCN) dan pencemaran yang berasal dari industri minyak.
90
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Berkelanjutan Di Kawasan Konservasi Laut
Gambar 1.
Kodisi Tutupan Karang di KKLD Pulau Biawak dan Sekitarnya
Sumber: Data Penelitian Sekunder yang Diolah, 2013.
Selain beberapa permasalahan diatas, menurut Sudiono
(2008) akar
permasalahan penyebab kerusakan terumbu karang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu adanya pertambahan penduduk, kemiskinan masyarakat pesisir,
rendahnya pemahaman tentang penting kelestarian terumbu karang yang
disebabkan kurangnya sosialisasi dan pembinaan, rendahnya kualitas SDM,
lemahnya pengawasan dan penegakan hukum, degradasi habitat di wilayah pesisir,
pencemaran
(sedimentasi), belum optimalnya pemanfaatan jasa-jasa lingkungan
sebagai sumber mata pencaharian alternatif yang ramah lingkungan bagi
masyarakat lokal.
Dalam rangka menjaga keberlajutan ekosistem terumbu karang, maka
tindakan preventif berupa kebijakan pengelolaan dan perlindungan terhadap
terumbu karang harus dilakukan untuk melindungi kawasan laut dari dampak yang
merugikan. Pembentukan Kawasan Konservasi Laut Daerah merupakan salah satu
alteratif kebijakan tersebut, dimana secara eksplisit disebutkan di dalam prinsip
pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir bahwa konservasi untuk pemanfaaatan
yang berkelanjutan adalah tujuan utama dari pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir
(Dahuri et al., 2008).
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
91
Mutiara Salsabiela
2.
Kawasan Konservasi Laut Daerah
Upaya pengelolaan terumbu karang dalam konteks pengelolaan KKLD
merupakan bagian dari Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan
berpedoman pada Rencana Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang
menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu sebagaimana diatur
dalam UU No.
32 Tahun
2004 tetang Pemerintahan Daerah yang merupakan
perekat hubungan antar beberapa undang-undang. Dalam arti bahwa UU No. 32
Tahun
2004 memberikan kesempatan pada Pemerintah Daerah untuk
mengaplikasikan UU No.
5 tahun
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati
dan Ekosistemnya, dan UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No. 31
Tahun 2004 tentang Perikanan sesuai dengan kondisi serta situasi sosial ekonomi
masyarakat yang berhubungan dengan kondisi ekosistem terumbu karang dan
pemanfaatannya.
KKLD Pulau Biawak terdiri atas
3 gugusan pulau diantaranya pulau
Biawak, pulau Gosong dan pulau Candikian. KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya
ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Indramayu Nomor
556/Kep.528.
Diskanla/2004 tanggal
7 April
2004. Hal tersebut sebagai upaya melindungi,
melestarikan, dan memanfaatkan kawasan secara optimal dan dengan
memperhatikan kaidah-kaidah berkelanjutan perlindungan kelestariannya.
3.
Pengelolaan Berkelanjutan
Pengelolaan berkelanjutan merupakan suatu strategi pengelolaan yang
memberikan ambang batas pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan buatan,
serta sumberdaya alam yang ada didalamnya. Ambang batas ini tidak bersifat
mutlak, yang dapat bergerak sesuai dengan kondisi penguasaan teknologi, sosial,
ekonomi dan kemampuan bisfer ekosistem untuk menerima dampak dari kegiatan
pengelolaan. Pengelolaan berkelanjutan juga merupakan strategi pemanfaatan
ekosistem alamiah dimana kapasitas fungsional ekosistem diupayakan tidak
terganggu dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia secara
berkelanjutan (Tuwo, 2011).
Menurut Darmasyah
(2010)
arah strategi pengelolaan kawasan
pengembangan di pulau Biawak dan sekitarnya lebih dititiberatkan pada
pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang sebagai kawasan wisata bahari
92
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Berkelanjutan Di Kawasan Konservasi Laut
(kategori selam). Pengembangan tersebut merupakan salah satu upaya pengelolaan
berupa pencegahan kerusakan ekosistem terumbu karang. Disamping itu,
pengelolaan KLLD pulau Biawak dan sekitanya perlu didukung dengan
pengembangan sistem informasi dan penguatan kelembagaan serta meningkatkan
sarana dan prasarana pengelolaan wisata bahari demi terwujudnya pengelolaan
terumbu karang yang berkelanjutan.
4.
Strategi Kebijakan Pengelolaan
Menurut Salsabiela
(2014), pengelolaan terumbu karang yang telah
dilakukan di KKLD Pulau Biawak dan Sekitarnya adalah mendekati efektif dengan
persentase penilaian sebesar
73,52%, dimana persentase tertinggi sebesar 85,71%
diperoleh dari kriteria perencanaan dan persentase terendah sebesar
66,67%
diperoleh dari kriteria kebutuhan. Tingkat keefektifan pengelolaannya
diukur
dengan menggunakan kartu skor (Coremap-II) yang meliputi aspek biofisik kondisi
habitat terumbu karang, sosial ekonomi dan pengaturan. Analisis keefektifan
menunjukkan skor
139. Upaya yang harus dilakukan guna meningkatkan
keefektifan pengelolaan tersebut adalah dengan menyusun strategi kebijakan
pengelolaan terumbu karang yang berkelajutan.
Strategi Kebijakan Pengelolaan dilakukan dengan menyusunan matriks
SWOT, dimana aspek biofisik, sosial dan pengaturan diidentifikasi sebagai faktor
internal dan eksternal pengelolaan terumbu karang. Setelah itu, dilakukan
pembobotan secara linier pada faktor internal dan eksternalnya dengan kisaran 0.0
sampai
1.0, dimana nilai
0.0 diartikan tidak pentinga dan
1.0 diartikan sangat
penting. Analisis SWOT juga berfungsi untuk mendeskripsikan secara
komprehensif tentang peluang dan ancaman yang dimiliki yang disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk menghasilkan rencana strategi dalam
mengelola kekayaan hayati di KKLD pulau Biawak dan sekitarnya yang tersaji
pada Tabel 2.
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
93
Mutiara Salsabiela
Tabel 2.
Matriks SWOT Pengelolaan Terumbu Karang di KKLD Pulau Biawak dan
Sekitarnya
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
IFAS
1. Perda No.
14 tahun
1. Implementasi
2006
tentang
rencana
zonasi
Pengelolaan Kawasan
belum
Konservasi
Laut
optimal (W1)
Daerah dan Penataan
2. Lemahnya
Fungsi Pulau Biawak,
penataan
dan
Gosong dan Pulau
penegakan
EFAS
Candikian (S1)
hukum terhadap
2. Keindahan panorama
kebijakan KKLD
alam dan laut (S2)
(W2)
3. Situs
budaya dan
3. Lemahnya
sejarah
berupa
kelembagaan dan
mercusuar dan makam
ego sektoral para
Syekh
Syarif
stakeholder
Hasan (S3)
dalam
4. Potensi
terumbu
pengelolaan
karang dan jenis ikan
KKLD (W3)
komersial
yang
4. Sarana
dan
dilindungi
(S4)
prasarana
5. Upaya konservasi oleh
pengawasan
masyarakat
dan
belum
stakeholder (S5)
menunjang (W4)
5. Rendahnya
pengetahuan
masyarakat
dalam
pengelolaan
(W5)
Strategi S-O
Peluang (O)
Strategi W-O
Mengembangkan
Peningkatan
1. Terciptanya
alternatif
pengelolaan terumbu
kelembagaan dan
mata pencaharian yang
karang yang ramah
sarana
prasarana
meningkatkan
lingkungan dengan
pengawasan demi
pendapatan
masyarakat
meningkatkan kesadaran
terwujudnya
(O1)
Akan pentingnya nilai
penegakan hukum
2. Pengembangan
KKLD
Ekonomis dan ekologis
(W2, W3, W4, O2,
oleh Pemerintah Daerah
terumbu karang kepada
O3, O4)
(O2)
masyarakat
3. Peningkatan SDI (O3)
(S2, S4, S5, O1, O2, O3,
4. Adanya kegiatan yang
O5)
mendukung pengelolaan
KKLD
(formal
&
94
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Berkelanjutan Di Kawasan Konservasi Laut
informal)
(O4)
5. Terciptanya
teknologi
baru rehabilitasi terumbu
karang (O6)
Ancaman (T)
Strategi S-T
Strategi W-T
Meningkatkan koordinasi
Penetapan rencana
1. Degradasi
ekositem
antara masyarakat dan
zonasi pengelolaan
terumbu
karang
dan
stakeholder
melalui
terumbu karang
lingkungan akibat
alat
program-program
(W1, W2, W3, T1,
tangkap destruktif (T1)
pengelolaan
berbasis
T4, T5)
2. Pencemarain
perairan
masyarakat
bebagai
oleh industri minyak
(T2)
upaya penurunan laju
3. Abrasi dan sedimentasi
degradasi
(T3)
(S1, S2, S5, T1, T2, T3)
4. Adanya dampak kegiatan
pariwisata
(T4)
5. Swastanisasi (T5)
Sumber: Salsabiela,
2014.
Setelah menyusunan matriks SWOT, langkah selanjutnya adalah penentuan
Rating Prioritas Strategi Pengelolaan. Hal tersebut diljadikan sebagai arahan
kebijakan dalam pengelolaan terumbu karang faktor SWOT yang terdiri dari faktor
1 sampai 4
(unsur kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman), sehingga dapat
diperoleh ranking prioritas strategi pengelolaannya yang tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3.
Rating Prioritas Strategi Pengelolaan
No.
Unsur
Keterkaitan
Skor Rating
1.
Strategi SO
S2, S4, S5, O1, O2, O3, O5
2,90
1
2.
Strategi ST
S1, S2, S5, T1, T2, T3
1,72
2
3.
Strategi WO
W2, W3, W4, O2, O3, O4
1,38
3
4.
Strategi WT
W1, W2, W3, T1, T4, T5
0,74
4
Sumber: Salsabiela,
2014.
Berdasarkan Rating Prioritas Strategi Pengelolaan yang tersaji pada Tabel 3,
dirumuskan kebijakan strategi pengelolaan sebagai berikut:
a. Mengembangkan pengelolaan terumbu karang yang ramah lingkungan
denganmeningkatkan kesadaran masyarakat akan tentang arti penting nilai
ekologis dan ekonomis terumbu karang;
b. Meningkatkan koordinasi antara masyarakat dan stakeholder melalui program-
program pengelolaan berbasis masyarakat bebagai upaya penurunan laju
degradasi;
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
95
Mutiara Salsabiela
c. Peningkatan kelembagaan dan sarana prasarana pengawasan demi terwujudnya
penegakan hukum; dan
d. Penetapan rencana zonasi pengelolaan terumbu karang.
Rating Prioritas Strategi Pengelolaan tersebut digunakan sebagai acuan
pengelolaan terumbu karang oleh para stakeholder guna mencapai tujuan
pengelolaan terumbu karang yang terfokus pada konservasi lingkungan. Disamping
itu, pada implementasinya perlu adanya monitoring dan evaluasi, sehingga tingkat
keberhasilannya dapat diketahui.
Kesimpulan
Upaya untuk mewujudkan pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan di
KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya, dibutuhkan beberapa rekomendasi strategi
pengelolaan dengan mengembangkan pengelolaan yang ramah lingkungan melalui
peningkatkan kesadaran masyarakat akan tentang arti penting nilai ekologis dan
ekonomis terumbu karang dan meningkatkan koordinasi antara masyarakat dan
stakeholder melalui program-program pengelolaan berbasis masyarakat bebagai upaya
penurunan laju degradasi, meningkatan kelembagaan dan sarana prasarana pengawasan
demi terwujudnya penegakan hukum dan penetapan rencana zonasi pengelolaan
terumbu karang.
96
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Berkelanjutan Di Kawasan Konservasi Laut
BIBLIOGRAFI
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M .J. Sitepu, 2008. Pedoman Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Cetakan ke -IV. Jakarta: Pradnya Paramita.
Darmansyah, S. 2010. Daya Dukung Ekosistem Terumbu Karang untuk Wisata Bahari
di Perairan Pulau Biawak dan Sekitarnya, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat .
Tesis Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB. Bogor.
Rangkuti, F. 2013. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Salsabiela, M. 2014. Kajian Keefektifan Pengelolaan Terumbu Karang (Studi Kasus:
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak dan Sekitarnya,
Kabupaten Indramayu). Jurnal Saintek Perikanan Vol. 10 No. 1: 13-18.
Sudiono, G. 2008. Analisis Pengelolaan Terumbu Karang pada Kawasan Konservasi
Laut Daerah (KKLD) Pulau Randayan dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang
Provinsi Kalimantan Barat. Tesis Magister Ilmu Lingkungan. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Taofiqurohman, A. 2013. Penilaian Tingkat Resiko Terumbu Karang AkibatDampak
Aktivitas Penangkapan dan Wisata Bahari di Pulau Biawak, Jawa Barat.
Jurnal Depik 2 (2) : 50-57.
Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Pendekatan Ekologi, Sosial-
Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah, Brillian Internasional. Sidoarjo
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
97