Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398

Vol. 3, No 3 Maret 2018


HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT DENGAN TINDAKAN PERAWATANNYA DI DESA SIGONG KABUPATEN CIREBON


Heny Puspasari

STIKes Cirebon

Email: [email protected]


Abstrak

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendalami antara pengetahuan perawatan tali pusat Ibu nifas dengan tindakan perawatannya di Desa Sigong Kabupaten Cirebon. Peneliti memilih pendekatan korelasional sebagai metode penelitian yang digunakan. Metode korelasi merupakan pendekatan yang menjelaskan hubungan kedua variable pada suatu kelompok subyek penelitian. Metode ini digunakan dengan maksud untuk melihat secara jauh mengenai hubungan masalah penelitian dengan yang lainnya. Setelah melakukan pembahasan dan kajian penelitian, kemudian peneliti sendiri mendapatkan hasil dan berbagai alasan mengenai masalah pengetahuan responden adalah karena umur ibu yang sudah cukup matang, pendidikan yang sedang, pengalaman yang cukup, informasi yang cukup. Bagi peneliti sendiri, seorang Ibu nifas di harapkan bisa diberikan wawasan mengenai kesehatan dan perawatan tali pusar, baik secara lisan maupun tulisan untuk menambah pengetahuannya dan dapat bertanya kepada teman. Bisa juga dengan melakukan sharring pengetahuan atau pengalaman, bisa juga melalui cara lain seperti melalui program penyuluhan dan lain sebagainyan. Pada dasarnya informasi atau pengetahuan tersebut bisa didapatkan oleh seseorang melalui penyuluhan yang diselenggarakan Puskesmas dalam kegiatan posyandu.


Kata Kunci: Nifas, Tali Pusat, Keperawatan


Pendahuluan

Arus globalisasi seperti yang terjadi sekarang ini, bukan saja masyarakat mudah dalam berkomunikasi namun juga mempermudah untuk mengembangkan atau memperluas pengetahuan. Pada era semacam ini, informasi apapun bisa didapatkan melalui teknologi. Oleh karena itu semakin maju peradaban manusia, di harapakan bangsa Indonesia juga dapat mempersiapkan individu yang mampu bersaing disegala bidang termasuk dalam hal masalah kesehatan. Peribahasa mengatakan, “didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”, itu artinya untuk mempersiapkan individu dalam menghadapi peradaban fondasi yang paling utama untuk dipersiapkan adalah dalam


63

bidang kesehatan. Terutama bagi para penerus bangsa seperti anak. Karena itu penting kiranya memahami dan menguasai dalam bidang kesehatan bayi dan anak. Pola asuh anak sehat dapat diberikan keluarga dan masyarakat yang memiliki pemahaman dan pengetahuan yang cukup. Artinya peran orang tua dalam hal ini seorang Ibu sebagai yang lebih dekat dengan keluarga seharusnya dapat memahami konsep kesehatan tubuh.Dalam konsep pengasuhan seorang Ibu dituntut untuk mampu merawat anaknya dengan baik.

Pentingnya memahami perawatan tali pusat adalah sebagai upaya prepentif atau untuk mencegah terjangkitnya penyakit yang disebabkan tetanus pada bayi baru lahir. Jika seorang ibu tidak memahami ini, maka akan berakibat fatal seperti masuknya spora kuman tetanus melalui tali pusat bayi. Karena pada dasarnya masuknya kuman bisa saja melalui alat (tidak steril) yang digunakan Ibu ketika melakukan perawatan, atau misalnya melalui obat-obatan ketika merawat tali pusat, dan lainnya. (Sodikin, 2009 : 76).

Menurut data yang diperoleh, banyaknya masalah kesakitan dan kematian neonatal adalah akibat kekurang fahaman seorang ibu dalam merawat tali pusat. Misalnya saja pada data WHO (Worrd Hearth Organisation) menyebutkan, terdapat

560.000 bayi yang meningkan disebabkan oleh infeksi tali pusat. Di Benua Asia termasuk Asia Tenggara sendiri diperkirankan mencapai 220.000 (sodikin, 2003 : 3).

Data lain menyebutkan misalnya Departemen Kesehatan Republik Indonesia, menyebutkan terdapat 75% kematian bayi terjadi pada perinatal. (sodikin, 2003 : 2). Sementara porsi kematian yang disebabkan tetanus neonatorum mulai dari yaitu 8% - 69 %. (Cahyono, 2003 : 70). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sendiri, menurut data menyebutkan bahwa di tahun 2007 kematian Bayi mencapai 39/ 1000 kelahiran hidup. Sementara kasus kematian neonatal memiliki yang cukup besar yaitu 68% dan 56% karena infeksi pada masa perinatal (Dinkes Jabar, 2008). Program kesehatan bayi, pemerintah sudah mengupayakannya yaitu melalui program kesehatan Ibu. Misalnya adalah pada recana strategis nasional dalam program Making Pregnancy Safer.

Melalui penyuluhan bagi para Ibu-ibu tersebut diharapkan dapat menekan angka kematian bayi neonatal. Menurut data dari SKRT 2006 menyebutkan bahwa angka kematian ibu dan bayi di negara kita cukup tinggi, yaitu mencapai 35/ 1000 kelahiran hidup. Adapun kasus lain masalah kematian bayi adalah karena berat badan bayi ketika

lahir (BBLR) (29%), asfiksia (27%), tetanus (10%), infeksi (15%), hematologi (6%), pemberian ASI (10%), lain-lain (13%). Dan kasus kematian bayi di Jawa Barat yaitu 40,87/1000 kelahiran hidup pada tahun 2005 (BPS Propinsi Jawa Barat).

Penyebab kematian bayidi Jawa Barat sebagian besar karena asfiksia, komplikasi BBLR dan infeksi. Berdasarkan data laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon angka kematian bayi di Kabupaten Cirebon tahun 2008 mencapai 332 bayi (7,6/1000) kelahiran hidup. Disebabkan oleh BBLR, asfiksia, diare, ISPA, tetanus neonatorum. Sebagai bagian dari strategi untuk mencegah dan mengurangi kasus Morbilitas dan Mortalitas tersebut adalah melalui pelayanan kesehatan secara kontinyu. Tentang cara-cara perawatan tali pusat bayi. Namun dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diperlukan keprofesionalan dan kekonsistenan dari personil ataupun anggota program. Sehingga pelayanan dapat berkualitas dan mampu mencegah masalah tersebut terulang atau bahkan bertambah. Selain itu dapat pula dilakukan program penyuluhan secara terprogram oleh pemerintah terkait. Berbagai cara dapat dilakukan pihak pemerintah dalam memberikan pengetahun tersebut kepada masyarakat. Bahkan secara khusus program penyuluhan tentang masalah perawatan tali pusar telah dilaksanakan. Melalui program-program tersebut diharapkan masyarakat dapat merubah pola prilaku yang dapat membahayakan kesehatan anak dan bayinya. Dengan demikian, dari berbagai masalah yag telah dibahas tersebut, maka peneliti merasa perlu dilakukan penelitian terkait dengan masalah Ibu nifas dalam merawat tali pusat.


Metodologi Penelitian

Peneliti menggunakan metode korelasional, suatu jenis penelitian yang menjelaskan dua hubungan antara satu obyek penelitian dengan obyek lain. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari dan mengkonfirmasi gejala hubunga yang diakibatkan kedua variabel penelitian tersebut. Obyek penelitian kemudian diindetifikasi dan dikaji lebih lanjut dengan metode korelasional sehingga menemukan hubungan kedua variabel tersebut. (Notoatmodjo, 2005 : 143).

Kemudian untuk mempermudah penelitiannya, peneliti juga menggunakan pendekatan cross sectional sebagai cara untuk mempelajari hubungan sebab akibat atau disebut dengan faktor resiko dan efek. Langkah awal yang dilakukan adalah peneliti melakukan observasi dan pengumpulan data di lapangan. (Notoatmodjo, 2002 : 148 ).

Hasil observasi tersebut kemudian diolah sehingga menjadi data pendukung penelitian. Data yang berhubungan dengan obyek atau masalah penelitian.


Hasil dan Pembahasan

Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat

Kemudian pada hasil pembahasan mengenai pengetahuan Ibu Nifas dalam perawatan tali pusat di dapatkan pengetahuan ibu baik (53,33%). Tempat peneltian tersebut di Desa Sigong yang secara geografis desa tersebut sudah terdapat akses transportasi. Artinya untuk akses informasi di desa tersebut sangat terjangkau. Selain itu juga sudah terdapat akses telekomunikasi dan informasi yang mudah di dapat seperti televisi, radio, majalah, persewaan buku dan lain lain. Dengan demikian secara pengalaman, pengetahuan masyarakat cukup memadai, dengan adanya berbagai sarana tersebut.

Pengetahuan merupakan pengalaman seseorang yang didapatkan melalui panca indera dan kemudian disimpan kedalam memori otak. Sementara proses penginderaan terjadi ketika panca indera berkerja secara baik. Keadaan dimana lingkungan direspon oleh panca indera manusia yang disebut dengan indera penglihat, pendengan, pengrasa, pencium dan peraba ditangkap kemudian disimpan dalam memori pengalaman. (Notoatmodjo, 2003: 127).

Masalah lain seperti kondisi lingkungan serta pelayanan kesehatan memerlukan wadah untuk mensosialisasikannya serta campur tangan dari seluruh elemen dan faktor pendukungnya. Secara rinci dapat dijelaskan berikut:

  1. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Lingkungan

    Pada dasarnya fasilitas kesehatat yang diselenggarakan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) maupun swasta telah banyak tersebar dilingkungan masyarakat. Atau bahkan program pengadaan sanitasi lingkungan seperti kakus keluarga maupun umum, tempat sampah dan lainnya pun telah digalakan. Tinggal bagaimana program-program tersebut didukung oleh masyarakat. Dengan demikian tinggal bagaimana sarana dan program-program kesehatan lingkungan tersebut di pelihara secara optimal bagi masyarakat.

  2. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Perilaku

    Adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan dengan menciptakan lingkungan atau budaya masyarakat untuk hidup sehat. Proses ini lebih diarahkan pada kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya prilaku hidup sehat. Melalui penyuluhan kesehatan dalam prilaku ini diharapkan masyarakat mampu menjaga kesehatannya sendiri.

  3. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan

    Peran pendidikan selanjutnya adalah sebagai program pelayanan kesehatan. Dalam masalah ini individu diikutsertakan secara langsung dalam proses perbaikan kesehatan masayarakat. Karena itu, Departemen Kesehatan menyediakan fasilitas kesehatan dalam bentuk Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas).

  4. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Hereditas

    Pentingnya pendidikan kesehatan bagi masyarakat dapat diwariskan dengan memberikan pengetahuan mengenai cara hidup yang sehat. Jika keluarga sehat maka akan mewarisi anak yang sehat pula, karena itu perlu didukung oleh faktor hereditas. Dengan demikian pendidikan penting bagi kehidupan masyarakat. Dengan demikian,penyuluhan kesehatan sangat dibutuhkan guna memberikan kesadaran terhadap masyarakat dalam masalah kesehatan, selain itu juga sebagai bentuk proses mewarisan budaya dengan menciptakan lingkungan yang sehat bagi keturunannya. (Notoatmodjo, 2003)

    Menurut hasil penelitian Kuncoroningrat yang dikutip dari Nursalam, 2001 mangatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah pula untuk memahami informasi. Informasi tersebut dapat diterima seseorang melalui pendidikan formal maupun non formal, sehingga dapat diasumsikan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi mempunyai pengalaman yang lebih baik dibandingkan ibu dengan tingkat pendidikan rendah. Seperti yang dikatakan HL Bloom pengalaman baik dalam ranah kognitif memiliki enam klasifikasi salah satu diantaranya adalah pengetahuan (knowledge).

    Pengetahuan merupakan pengalaman manusia yang diserap dan ditangkap melalui kelima indera manusia (Panca indera). pengalaman tersebut kemudian dideskripsikan, dijelaskan, atau dikenali melalui akal rasio manusia. Mengingat dan

    mengenali yang dimaksud adalah mengenai pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat.

    Pengetahuan responden baik karena cukup mengingat dan mengenali perawatan tali pusat. Dengan demikian perawatan tali pusat dapat di pahami dengan baik apabila pengetahuan dalam mengenali dan mengingat materi tersebut dikuasai dengan baik pula. Ibu nifas diharapkan tetap mendapatkan penyuluhan perawatan tali pusat, dari tenaga kesehatan misalnya bidan. Serta adanya penyuluhan dari bidan dalam kegiatan di desa misalnya dalam kegiatan posyandu. Khususnya bagi ibu primipara dapat lebih banyak bertanya kepada bidan, petugas kesehatan yang ada dilingkungan rumah, atau bisa juga berbagi pengetahuan dengan teman yang sudah berpengalaman.


    Tindakan perawatan tali pusat

    Berdasarkan hasil penelitian pada ibu nifas (responden) tentang tindakan perawatan tali pusat didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu baik (50,00%). Hasil penelitian di atas bahwa penyebabnya karena tingkat usia responden yang mayoritas adalah usia produktif 20-35 tahun. Di negara Indonesia angka Insidensi Tetanus lebih banyak terjadi di pedesaan. Ada sekitar 6-7/ 1000 kelahiran hidup.

    Sementara di daerah pedesaan angkanya mencapai 11-23/ 1000 kelahiran hidup dan angka kematian mencapai 60.000 bayi/ tahunnya. Itu artinya angka dipedesaan cukup tinggi jika dibandingkan wilayah perkotaan. Penyebabnya adalah karena pedesaan masih tertinggal dari sisi informasi bahkan pengetahuan. Hal lainnya adalah tentang kurangnya kesadaran individu dalam merespon masalah kesehatan anak. Artinya ketika anaknya sakit tidak segera di rujuk ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat. Karena itu, sosialisasi mengenai perawatan tali pusat ini adalah dimaksudkan agar dapat menekan angka kematian bayi.

    Pada dasarnya penyakit tersebut timbul akibat adanya kuman tetanus yang masuk kedalam tubuh bayi melalu berbagai media. Menurut Sarwono (2006) karena itu, sosialisasi terkait dengan masalah tersebut penting untuk dilakukan. Sosialisasi dalam masalah merawat tali pusar ini dimaksudkan sebagai upaya prepentif timbulnya tetanus pada bayi yang baru lahir. Sehingga angka kematian akibat tetanus bisa ditekan dengan cara perawatan tali pusar yang baik dan sehat.

    Perlu diketahui bahwa penyakit ini terjadi karena Clostridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun), sehingga masuk dan mengeluarkan toksin. Dampak tersebut dikarenakan oleh cara perawatan yang kurang sehat atau steril alat- alatnya. Pengetahuan merupakan konsep dasar seseorang dalam menentukan tindakannya (Over behavior). karena pada dasarnya tindakan seseorang akan selalu dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuannya. Dalam penelitian Rogers (Notoatmodjo, 2003:128) Disebutkan bahwa sebelum seseorang akan melakukan prilaku yang baru, atau perubahan prilaku, maka seseorang akan terjadi proses sebagai berikut:

    1. Awarness (kesadaran), yaitu seseorang yang memahami dan menyadari terhadap stimulus.

    2. Interest (merasa tertarik), yaitu seseorang yang mulai merespon terhadap stimulus tersebut.

    3. Evaluation (menilai baik-buruknya tindakan yang dilakukan terhadap stimulus bagi dirinya). artinya sikap responden sudang menunjukan lebih baik.

    4. Trial, yaitu seseorang sudah mulai mau mencoba melakukan sesuai dengan yang dikehendaki stimulus.

Namun Rogers dalam kajiannya menjelaskan bahwa perubahan perilaku tidak mesti sesuai dengan tahapan tersebut di atas. (Notoatmodjo. 2003 : 128). Artinya bagi Rogers prilaku yang baru beradaptasi akan selalu di dasari oleh pengalaman dan kesadarannya. Maka jika prilaku didasari oleh kesadaran dan pengalaman akan bersifat lama (long lasting).

Sebaliknya jika prilaku tersebut tidak dasari oleh kesadaran maka akan cenderung spontan dan tidak lama. Dengan demikian perilaku itu sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti : pendidikan, budaya, perilaku, usia, dan sumber informasi (Notoatmodjo, 2003 : 121-122). Karena itu, baik buruknya seorang ibu dalam masalah perawatan tali pusar tergantung daripada reaksi atau respon dari ibu itu sendiri. Artinya, jika pengetahuan dan pengalaman ibu nifas tersebut luas maka tindakannyapun akan baik pula.

Sebaliknya, jika ia memiliki dasar pengetauan yang kurang terhadap suatu masalah, maka akan memperlihatkan kecenderungan untuk menolak atau setuju ( Notoatmodjo, 2007). Hal tersebut sejalan dengan pemikiran oleh Huclok (2009), bahwa

semakin menambah umur seseorang, maka akan semakin matang pula tingkat kekuatan berpikir dan bekerja seseorang. Begitupula dari sisi tingkat kepercayaan masyarakat, akan berbanding kuat dengan kepercayaan orang lain terhadapnya. Karena hal tersebut bagian dari pengalaman dan kematangan jiwa seseorang. Dengan demikian tindakan perawatan tali pusat dapat di pahami dengan baik apabila responden berada pada usia yang cukup.

Ibu nifas diharapkan tetap mencari dan berupayan untuk mendapatkan pendidikan kesehatan dari pihak kesehatan seperti perawat, bidan atau lainnya. Banyak hal yang mungkin bisa dilakukan oleh ibu nifas, salah satunya dengan mengikuti penyuluhan dari bidan pada kegiatan posyandu di desa.


Hubungan pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat dengan tindakan perawatannya.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 13 responden (43,33 %) dari total 30 responden. Dalam hubungan pengetahuan ibu nifas terhadap perawatan tali pusat dapat diketahui bahwa ibu yang berprilaku kurang dengan tindakan perawatannya yang kurang sebanyak 8 responden (26,70%).

Hasil uji statistik chi square didapatkan p value < 0,392 yang jika dibandingkan dengan nilai ? = 0,005 , sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha) diterima. Ini berarti terdapat korelasi antara pengetahuan dan pengalaman ibu nifas mengenai perawatan tali pusar dengan tindakan perawatannya di Desa Sigong Kabupaten Cirebon Tahun 2011 dengan hasil P value 0,392.

Dengan demikian hasil pembahasan bahwa responden memiliki pengalaman yang baik sehingga seorang ibu mengetahui perawatan tali pusat. Hal tersebut didukung dengan adanya pengalaman yang baik melalui informasi dan pengetahuan. Pengalaman merupakan guru yang bijak dan dapat dijadikan dasar untuk mencari dan menggali pengetahuan mengenai cara perawatan tali pusar yang baik.

Dalam Penelitian Linda Arifatul Izzah mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas dalam masalah perawatan tali pusar di wilayah kerja puskesmas kupang kabupaten mojokerto tahun 2006, didapatkan bahwa hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan dari 32 sampel adalah 90.6% mempunyai tingkat pengetahuan tinggi. Hasil

pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat dilihat dari baik tidaknya tindakan seseorang dalam perawatan tali pusat.

Dengan demikian perawatan tali pusat dengan tindakan perawatannya dapat di pahami dengan baik apabila pengetahuan dalam mengenali dan mengingat materi perawatan tali pusat dengan tindakan perawatannya tersebut dikuasai dengan baik pula. Ibu nifas di harapkan bisa mendapatkan informasi baik secara lisan maupun tulisan untuk menambah tingkat pengetahuanya selain itu juga bisa bertanya kepada teman yang sudah mempunyai pengalaman.


Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ibu nifas di Desa Sigong Kabupaten Cirebon, maka dapat di simpulkan bahwa hubungan pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat dengan tindakan perawatannya dengan kriteria hasil (43.33%) 13 ibu nifas memiliki pengetahuan baik, (30,00%) 9 ibu nifas memiliki pengetahuan cukup dan (26,67%) 8 ibu nifas memiliki pengetahuan cukup, dengan adanya data tersebut sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik sehingga ibu dapat mendeteksi sedini mungkin infeksi yang disebabkan oleh perawatan tali pusat yang tidak benar, yang meliputi :

  1. Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat berpengetahuan baik sebanyak 13 ibu nifas (53,33%).

  2. Pengetahuan ibu nifas tentang tindakan perawatan tali pusat sebanyak 15 ibu nifas (50,00%).

  3. Berdasarkan hasil perhitungan statistic dengan menggunakan chis square telah didapat hasil bahwa P value 0,392 > 0,005 maka Ho di tolak ini. Artinya terdapat korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat. Dengan demikian terdapat hubungan antara pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat dengan tindakan perawatannya.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden baik. Hal tersebut disebabkan oleh umur ibu yang sudah cukup matang, pendidikan yang sedang, pengalaman yang cukup, informasi yang cukup. Ibu nifas di harapkan bisa mendapatkan informasi yang lebih baik lagi secara lisan maupun tulisan untuk menambah pengetahuannya dan dapat bertanya kepada teman atau orang yang memiliki

pengalaman. Atau juga dapat mencari lebih banyak informasi melalui kegiatan penyuluhan baik di Puskesmas, posyandu maupun ditempat lain yang memiliki kewenangan terhadap masalah tersebut.

BIBLIOGRAFI


Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bambang. 2011. Keperawatan Maternitas. Bogor : Ghalia Indonesia Cahyono, Suharjo. 2010. Vaksinasi. Yogyakarta : Kanisius.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


, S. 2005. Promosi Kesehatan : teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.


, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sodikin. 2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta : Kedokteran EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka. www.tugaskuliah.info/2010