Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 7, Juli 2021
ANALISIS KONDISI KERUSAKAN
JARINGAN IRIGASI SETUPATOK KABUPATEN CIREBON
Sonie Apriyanto
Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Cirebon Jawa
Barat, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk� menganalisis kondisi� kerusakan bangunan dan saluran� induk serta kebocoran yang terjadi di
sepanjang saluran� induk Daerah Irigasi
Setupatok, pada penelitian ini dilaksanakan dengan cara penelusuran saluran induk
argasunya dan saluran induk� Luwung� di dasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomer 12/PRT/M/2015 Tentang eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi pada bab 11.2.9�
yang menjelaskan tentang Kondisi Kerusakan Jaringan Irigasi, sedangkan
untuk kebocoran air pada saluran Induk Daerah Irigasi Setupatok menggunakan
perhitungan fluida dinamis. Hasil analisis menunjukan bahwa Kondisi Kerusakan
Bangunan dan Saluran Induk Argasunya�
kondisi baik 71,19 %,� kondisi
rusak ringan� 1,01 %, kondisi rusak
sedang 22.44 % , kondisi rusak berat 5.31 %. dan Saluran Induk Luwung� kondisi baik 56,19 %,� kondisi rusak sedang 6.80 % , kondisi rusak
berat 37,02� %. untuk� kondisi kebocoran air pada saluran induk
Argasunya dan induk Luwung sebesar 330 liter / detik.
Kata Kunci: jaringan irigasi setupatok; kondisi kerusakan
Abstract
This
study aims to analyze the condition of damage to buildings and main canals and
leaks that occur along the main canal of the Irrigation Area of Setupatok, in
this study carried out by tracing the buildings and main lines of the Argasunya
and Luwung main canals based on the Regulation of the Minister of Public Works
and Public Housing Number 12 / PRT / M / 2015 Regarding the exploitation and
maintenance of irrigation networks in chapter 11.2.9 which describes Irrigation
Network Damage Conditions, while for water leakage in channels using dynamic
fluid calculations. Results of analysis showed that the condition of building
damage and the parent channel is good condition of� 71,19 %, condition of damaged mild 1,01 %,
damaged condition is 22.44%, the condition is severely damaged� 5.31 %. and Luwung mains line good condition
56,19 %, damaged condition is 6,80� %,
the condition is severely damaged 37,02 %. For the water leakage condition of
the Argasunya mains and parent Luwung at 330 liters/sec.
Keywords : setupatok irrigation network; broken conditions
Pendahuluan
Air merupakan� sumber utuma�
kehidupan, Air di gunakan dalam bermacam aspek kebutuhan mulai dari
minum, mandi, mencuci hingga
mengairi sawah (Ariyantini, 2017). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1982
dijelaskan bahwa Pengurusan dan pengaturan air Irigasi dan Jaringn irigasi
beserta bangunan pelengkapnya yang ada di dalam wilayah Daerah, diserahkan kepada Pemerintah
Daerah yang bersangkutan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan dalam undang-undang maka di Desa
Setupatok Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat telah dibangun
Bendungan Setupatok dan Jaringan Irigasi, agar dimanfaatkan untuk kebutuhan air
Irigasi di beberapa Sub Daerah Irigasi di sekitarnya dengan luas areal 1.365 Ha.
Jaringan Irigasi Setupatok mengalir di dua saluran induk yaitu saluran Induk
luwung dan saluran Induk Argasunya yang masing masing memililki Bangunan
Irigasi dan saluran irigasi. seiring berjalanya waktu� usia Bangunan dan saluran irigasi banyak yang
mengalami kerusakan khususnya pada saluran induk argasunya dan saluran induk
luwung serta kebocoran saluran maka perlu dilakukan penelitian� Analisis Kondisi Kerusakan Jaringan Irigasi
Setupatok.
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan pengambilan, pembagian pemberian penggunaan dan pembuangannya, secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya (Bunganaen, 2011), Jaringan tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai perasarana pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kuarter dan saluran pembuang berikut saluran bangunan turutan serta pelengkapnya, termasuk jaringan irigasi pompa, yang luas areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier (Azrun, 2019). Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan survei kondisi kerusakan dan kebutuhan pemeliharaan secara partisipatif, dan dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala prioritas. Dalam menentukan kriteria kerusakan phisik Jaringan irigasi. Pada hakekatnya pemeliharaan jaringan irigasi yang tertunda akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dan memerlukan rehabilitasi lebih dini. Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi pada bangunan irigasi sebagai berikut (Anonim, 2015):
Tabel 1
Tingkatan Penilaian
Kondisi
Komponen |
Nilai Kondisi |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
|
(1) |
(2) |
(3) |
(4) |
(5) |
Saluran: Tanggul pasangan lining (tipe lining) plesteran |
Baik: Secara structural, dimensinya tidak berubah bentuk. Tidak ada kerusakan,
gebalan rumput dan endapan lumpu |
Rusak Ringan: Bangunan dan kondisi dimensinya baik, tapi endapan
lumpur yang secara signifikan mempengaruhi fungsionalnya |
Rusak
Sedang: Penurunan yang signifikan pada bangunan dan perubahan bentuk dimensinya, membutuhkan perbaikan urgent |
Rusak Berat: Masalah bangunan yang serius menyebabkan akan roboh, sehingga dibutuhkan perbaikan kontruksi setengah atau seluruhnya |
Bangunan pengatur: Struktue sayap huku sayap
hilir papan eksploitasi bagian pengatur Peilscall Nomenklatur |
Baik:
Secara structural tidak terjadi perubahan baik dimensi maupun profilnya. Tanpa endapan lumpur ada, dipastikan aman dan siap dipakai aman, tidak rusak, dan siap digunakan |
Rusak Ringan: Secara umum baik tapi
sedikit kerusakan pada struktur dan dimensi jadi berdampak pada fungsinya. Banyak endapan lumpur ada, pembacaannya
sulit pada saat beberapa kondisi secara umum kondisinya
baik tapi sulit dibaca |
Rusak
Sedang: Berdasarkan struktur dan dimensinya lebih buruk dari
1 tingkat dan dengan lumpur yang berdampak pada fungsi bangunan ada, tapi tidak
terbaca jelas dan terdapat tampilan tanda pengukurannya ada nomenklatur tapi tidak pasti
kepercayaannya. |
Rusak Berat: Kerusakan yang serius pada strukturnya menyebabkan keruntuhan dalam waktu dekatdan
perbaikan ulang kontruksinya tidak ada peilscall/tidak terbaca/tidak dapat dipercaya
nomenklaturnya tidak diperbaharui, rusak atau tidak dapat
terbaca |
Sumber: (Eyben, 2003)
Nilai dari hasil perhitungan
kondisi fisik akan dianalisis tingkat kerusakannya menggunakan tabel 2.
Persentase� kerusakan aset dalam empat
kriteria yaitu kerusakan baik, rusak ringan, sedang, dan berat.
Keterangan :���
�K��� = Kondisi (%)
Ak�� = Luas
Kerusakan
Aka = Luas Total Aset
Menurut (Sari, 2015) untuk mengetahui
Persentase Tingkat Kondisi Kerusakan�
aset dijelaskan pula dalam bentuk persentase angka, sehingga lebih
memudahkan dalam menghitung keberfungsiannya.
Tabel 2
Persentase Tingkat Kondisi Kerusakan
Kondisi |
Indeks Kerusakan |
Skor K |
Baik |
<10% |
4 |
Rusak Ringan |
10-20% |
3 |
Rusak Sedang |
20-40% |
2 |
Berat |
>40% |
1 |
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Anonim, 2015)
Rumus dasar fluida dinamis menurut (Widodo, Suharno, & Salahudin, 2016) yaitu sebagai berikut:
a) Kecepatan aliran adalah hasil bagi antara
jarak lintasan dengan waktu tempuh atau bisa dituliskan dengan persamaan (Norhadi, Marzuki, Wicaksono, & Yacob, 2015):
V = L/T
Keterangan :
V� = kecepatan (m/s)
L� = panjang lintasan (m)
�t�� =
waktu tempuh (s)
b) Debit air mampu dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Q = VxA
Keterangan rumus:
Q adalah Debit aliran (m�/s)
A adalah Luas penampang (m�)
V adalah Kecepatan aliran
(m/s)
c) Luas penampang adalah luas permukaan
bidang datar rata yang berbentuk lingkaran. Sehingga mencari luas penampang sama
dengan luas lingkaran, yaitu :
A = π.r�
Keterangan rumus:
A� adalah luas penampang (m�)
π� adalah (22/7)
r� �adalah
jari-jari lingkaran (m)
Metode Penelitian
Metode yang diterapkan dalam
studi ini adalah deskriptif kuantitatif (Cresswell, 2017), yaitu mangadakan penelitian menggunakan
data sekunder dari variabel yang diteliti (Sugiyono, 2015). Studi ini melibatkan beberapa parameter yang digunakan untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Parameter tersebut antara lain:
mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan perencanaan.
Pengumpulan data dilakukan
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
penelitian.
a) Data Primer
Data primer
adalah data yang diperoleh dari data rencana pembangunan ataupun data hasil
survei yang dapat digunakan langsung dalam Identifikasi yang akan di lakukan
yaitu sebagai berikut (Kogoya, Olfie, & Laoh, 2015):
-
Data
Sekema Bangunan Irigasi Daerah Irigasi Setupatok
-
Data
Skema Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Setupatok.
b) Data Sekunder
Data
sekunder merupakan data penunjang dalam mengidentifikasi yang didapat baik dari
laporan-laporan instansi terkait atau literatur maupun lembaga lain yang
mendukung kegiatan penelitian ini dapun data-data sekunder yang di peroleh
untuk analisis ketersediaan air irigasi dan kebutuhan air irigasi sebagai
berikut:
-
Data
kerusakan bangunan bangunan air yang terjadi pada Saluran Irigasi Induk
Argasunya dan Induk luwung Daerah irigasi Setupatok.
-
Data
kerusakan Pintu-pintu air yang terjadi pada saluran Irigasi Induk Argasunya dan
Induk luwung Daerah Irigasi Setupatok.
c) Teknik Pengambilan Sampel
-
Survei
lokasi Sesuai sekema Bangunan Irigasi Setupatok.
-
Mencatat
kerusakan Bangunan dan Saluran D.I. Setupatok.
-
Mengukur
keruskan Bangunan dan Saluran D.I. Setupatok.
-
Dokumentasikan
kerusakan Bangunan dan Saluran D.I. Setupatok.
-
Masukan
data ke dalam Perangkat Lunak : Microsoft Office Excel 2010.
-
Menganalisis
Kondisi kerusakan Bangunan dan Saluran D.I. Setupatok.
-
Menganalisis
Kebocoran pada� Saluran Induk� D.I. Setupatok.
d) Metode Analisis
-
Pelaksanaan
penelitian.
-
Menentukan
jenis kerusakan Saluran Induk Argasunya dan Saluran Induk luwung Daerah Irigasi
Setupatok.
-
Menganalisis
jenis kerusakan Bangunan Irigasi Induk Argasunya dan Bangunan Irigasi Induk
luwung Daerah Irigasi Setupatok.
-
Menganalisis
tingkat jenis kerusakan (score/bobot) Saluran Induk Argasunya dan Saluran Induk
luwung Daerah Irigasi Setupatok.
-
Menganalisis
tingkat kerusakan (score/bobot) Bangunan Irigasi Induk Argasunya dan Induk
luwung Daerah Irigasi Setupatok.
-
Menganalisis� Kebocoran yang terjadi pada Saluran Induk
Daerah Irigasi Setupatok.
Hasil dan Pembahasan
Analisis kondisi kerusakan
jaringan di lakukan di dua saluran induk D.I Setupatok sebagai berikut :
A.
Tabel hasil analisis kondisi kerusakan
jaringan pada Saluran Induk Argasunya D.I Setupatok
Tabel
3
Analisis
kondisi kerusakan Saluran Induk Argasunya
Uraian
|
Kondisi
Saluran |
|||||||
Baik
|
% Km |
Rusak
Ringan <10 |
% 10-20 |
Rusak
Sedang Km |
% 21-40 |
Rusak
Berat Km |
% >40 |
|
Saluran
Induk Argasunya |
|
|
|
|
|
|
|
|
Ruas situpatok-B.As 1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.22 |
0.21 |
94.05 |
|
|
|
|
0.01 |
5.95 |
Ruas B.As 1-B.As 2 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.22 |
0.20 |
91.03 |
0.02 |
8.97 |
|
|
|
|
Ruas B.As 2-B.As 3 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.59 |
0.53 |
90.80 |
0.01 |
1.87 |
|
|
0.04 |
7.33 |
Ruas B.As 3-B.As 4 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.29 |
0.27 |
92.98 |
|
|
0.02 |
7.02 |
|
|
Ruas B.As 4-B.As 5 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.30 |
0.22 |
73.60 |
|
|
0.08 |
26.40 |
|
|
Ruas B.As 5-B.As 6 |
|
|
|
|
|
|
|
|
1.12 |
0.04 |
33.88 |
|
|
0.08 |
66.12 |
|
|
Ruas B.As 6-B.As 7 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.25 |
0.12 |
47.79 |
|
|
0.04 |
16.06 |
0.09 |
36.14 |
Ruas B.As 7-B.As 8 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.78 |
0.38 |
48.98 |
|
|
0.40 |
51.02 |
|
|
Ruas B.As 8-B.As 9 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.17 |
0.12 |
70.06 |
|
|
0.04 |
23.95 |
0.01 |
5.99 |
B.
Tabel hasil analisis kondisi kerusakan
jaringan pada Saluran Induk Luwung D.I Setupatok
Tabel
4
Analisis
kondisi kerusakan Saluran Induk Luwung
Uraian
|
Kondisi
Saluran |
|||||||
Baik
|
% Km |
Rusak
Ringan <10 |
% 10-20 |
Rusak
Sedang Km |
% 21-40 |
Rusak
Berat Km |
% >40 |
|
Saluran
Induk Luwung |
|
|
|
|
|
|
|
|
Ruas situpatok-B.As
1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.530 |
0.52 |
97.26 |
|
|
|
|
0.01 |
2.74 |
Ruas B.Lw 1-B. Lw2 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.570���������� |
0.47 |
82.46 |
|
|
|
|
0.10 |
17.54 |
Ruas B. Lw 2-B. Lw 3 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.100 |
0.07 |
69.00 |
|
|
|
|
0.03 |
31.00 |
Ruas B. Lw 3-B. Lw 4 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.631 |
0.51 |
80.98 |
|
|
|
|
0.12 |
19.02 |
Ruas B. Lw 4-B. Lw 5 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.399 |
0.10 |
24.81 |
|
|
|
|
0.30 |
75.19 |
Ruas B. Lw 5-B. Lw 6 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.155 |
0.15 |
94.19 |
|
|
|
|
0.01 |
5.81 |
Ruas B. Lw 6-B. Lw 7 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.639 |
0.46 |
71.83 |
|
|
|
|
0.18 |
28.17 |
Ruas B. Lw 7-B. Lw 8 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.314 |
0.13 |
42.60 |
|
|
|
|
0.18 |
57.40 |
Ruas B. Lw 8-B. Lw 9 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.082 |
0.00 |
2.37 |
|
|
0.04 |
48.82 |
0.04 |
48.82 |
Ruas B. Lw 9-B. Lw 10 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.310 |
|
|
|
|
0.20 |
64.52 |
0.11 |
35.48 |
Ruas B. Lw 10-B. Lw 11 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.190 |
|
|
|
|
0.01 |
5.26 |
0.18 |
94.74 |
Ruas B. Lw 8=11-B. Lw 12 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0.361������������� |
0.00 |
|
0.00 |
|
0.04 |
11.36 |
0.320 |
88.64 |
C.
Tabel Akumulasi Kondisi Kerusakan Saluran
Induk Argasunya D.I Setupatok
Tabel 5
Akumulasi Kondisi Kerusakan Saluran Induk
Argasunya
Jenis
Infrastruktur |
Kondisi
Saluran |
|
|||||||
Panjang |
Baik |
% Km |
Rusak Ringan <10 |
% 10-20 |
Rusak Sedang Km |
% 21-40 |
Rusak Berat Km |
% >40 |
|
Saluran
Induk Argasunya (Km) |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ruas situpatok-B.As
1 |
0.22 |
0.21 |
94.05 |
|
|
|
|
0.01 |
5.95 |
Ruas B.As 1-B.As 2 |
0.22 |
0.20 |
91.03 |
0.02 |
8.97 |
|
|
|
|
Ruas B.As 2-B.As 3 |
0.59 |
0.53 |
90.80 |
0.01 |
1.87 |
|
|
0.04 |
7.33 |
Ruas B.As 3-B.As 4 |
0.29 |
0.27 |
92.98 |
|
|
0.02 |
7.02 |
|
|
Ruas B.As 4-B.As 5 |
0.30 |
0.22 |
73.60 |
|
|
0.08 |
26.40 |
|
|
Ruas B.As 5-B.As 6 |
1.12 |
0.04 |
33.88 |
|
|
0.08 |
66.12 |
|
|
Ruas B.As 6-B.As 7 |
0.25��������������� |
0.12 |
47.79 |
|
|
0.04 |
16.06 |
0.09 |
36.14 |
Ruas B.As 7-B.As 8 |
0.78 |
0.38 |
48.98 |
|
|
0.40 |
51.02 |
|
|
Ruas B.As 8-B.As 9 |
0.17 |
0.12 |
70.06 |
|
|
0.04 |
23.95 |
0.01 |
5.99 |
D.
Tabel Akumulasi Kondisi Kerusakan Saluran
Induk Luwung D.I Setupatok
Tabel
6
Akumulasi
Kondisi Kerusakan Saluran Induk Luwung
Jenis
Infrastruktur |
Kondisi
Saluran |
|
|||||||
Panjang |
Baik |
% Km |
Rusak Ringan <10 |
% 10-20 |
Rusak Sedang Km |
% 21-40 |
Rusak Berat Km |
% >40 |
|
Saluran
Induk Luwung (Km) |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ruas situpatok-B.As
1 |
0.530 |
0.52 |
97.26 |
|
|
|
|
0.01 |
2.74 |
Ruas B.As 1-B.As 2 |
0.570��������������� |
0.47 |
82.46 |
|
|
|
|
0.10 |
17.54 |
Ruas B.As 2-B.As 3 |
0.100 |
0.07 |
69.00 |
|
|
|
|
0.03 |
31.00 |
Ruas B.As 3-B.As 4 |
0.631 |
0.51 |
80.98 |
|
|
|
|
0.12 |
19.02 |
Ruas B.As 4-B.As 5 |
0.399 |
0.10 |
24.81 |
|
|
|
|
0.30 |
75.19 |
Ruas B.As 5-B.As 6 |
0.155 |
0.15 |
94.19 |
|
|
|
|
0.01 |
5.81 |
Ruas B.As 6-B.As 7 |
0.639 |
0.46 |
71.83 |
|
|
|
|
0.18 |
28.17 |
Ruas B.As 7-B.As 8 |
0.314 |
0.13 |
42.60 |
|
|
|
|
0.18 |
57.40 |
Ruas B.As 8-B.As 9 |
0.082 |
0.00 |
2.37 |
|
|
0.04 |
48.82 |
0.04 |
48.82 |
Ruas B.As 9-B.As 10 |
0.310 |
|
|
|
|
0.20 |
64.52 |
0.11 |
35.48 |
Ruas B.As 10-B.As 11 |
0.190 |
|
|
|
|
0.01 |
5.26 |
0.18 |
94.74 |
Ruas B.As 11-B.As 12 |
0.361��������������� |
0.00 |
|
0.00 |
|
0.04 |
11.36 |
0.320 |
88.64 |
E.
Tabel Perhitungan Kebocoran dalam Pipa Pada Saluran Induk�
D.I Setupatok
Tabel 7
perhitunga kebocoran dalam pipa pada Saluran Induk� D.I Setupatok
No |
Nama |
Luas
Penampang Pipa (A) = (πxr2) m2 |
Waktu
(t) detik |
Pipa
(r) m |
Panjang
Pipa (L) |
Kecepatan Aliran (V) = (L/t) m/detik |
Debit
Aliran (Q)= ( A X V) m3/detik |
1 |
|
0.0019625 |
0.7 |
0.025 |
3.2 |
4.571428571 |
0.008971429 |
2 |
|
0.0019625 |
0.8 |
0.025 |
5 |
6.25 |
0.012265625 |
3 |
|
0.00785 |
1.5 |
0.05 |
5 |
3.333333333 |
0.026166667 |
4 |
|
0.00785 |
1 |
0.05 |
3 |
3 |
0.02355 |
5 |
|
0.00785 |
1.5 |
0.05 |
3 |
2 |
0.0157 |
6 |
|
0.00785 |
1 |
0.05 |
3.2 |
3.2 |
0.02512 |
7 |
|
0.0019625 |
1 |
0.025 |
3.4 |
3.4 |
0.0066725 |
8 |
|
0.0019625 |
1 |
0.025 |
3 |
3 |
0.0058875 |
Jumlah |
0.12433372 |
||||||
1 |
|
0.0019625 |
0.5 |
0.025 |
3 |
6 |
0.011775 |
2 |
|
0.0019625 |
0.5 |
0.025 |
3 |
6 |
0.011775 |
3 |
|
0.00785 |
0.5 |
0.05 |
3.2 |
6.4 |
0.05024 |
4 |
|
0.0019625 |
0.8 |
0.025 |
3 |
3.75 |
0.007359375 |
5 |
|
0.0019625 |
1.1 |
0.025 |
2.8 |
2.545454545 |
0.004995455 |
6 |
|
0.0019625 |
1.1 |
0.025 |
3.1 |
2.818181818 |
0.005530682 |
7 |
|
0.0019625 |
1.1 |
0.025 |
3 |
2.727272727 |
0.005352273 |
8 |
|
0.0019625 |
1.1 |
0.025 |
3.1 |
2.818181818 |
0.005530682 |
9 |
|
0.00785 |
1.1 |
0.05 |
3.3 |
3 |
0.02355 |
10 |
|
0.0019625 |
1.2 |
0.025 |
3 |
2.5 |
0.00490625 |
11 |
|
0.0019625 |
1.2 |
0.025 |
3.1 |
2.583333333 |
0.005069792 |
12 |
|
0.0019625 |
1.3 |
0.025 |
3 |
2.307692308 |
0.004528846 |
13 |
|
0.00785 |
1.2 |
0.05 |
3 |
2.5 |
0.019625 |
14 |
|
0.0019625 |
1.3 |
0.025 |
2.8 |
2.153846154 |
0.004226923 |
15 |
|
0.00785 |
1.4 |
0.05 |
3 |
2.142857143 |
0.016821429 |
16 |
|
0.0019625 |
1.4 |
0.025 |
2.9 |
2.071428571 |
0.004065179 |
17 |
|
0.0019625 |
1.4 |
0.025 |
3 |
2.142857143 |
0.004205357 |
18 |
|
0.0019625 |
1.5 |
0.025 |
2.7 |
1.8 |
0.0035325 |
19 |
|
0.0019625 |
1.5 |
0.025 |
2.8 |
1.866666667 |
0.003663333 |
20 |
|
0.0019625 |
1.5 |
0.025 |
2.9 |
1.933333333 |
0.003794167 |
21 |
|
0.0019625 |
1.7 |
0.025 |
2.8 |
1.647058824 |
0.003232353 |
22 |
|
0.0019625 |
1.9 |
0.025 |
2.7 |
1.421052632 |
0.002788816 |
Jumlah |
0.20656841 |
||||||
Jumlah total |
0.33090213 |
Kesimpulan
Berdasarkan analisis kondisi
kerusakan� yang telah dilakukan, maka
didapat hasil kesimpulan� bahwa
kondisi� Kerusakan Jaringan pada Saluran Induk
Argasunya� kondisi baik 71,19 %,� kondisi rusak ringan� 1,01 %, kondisi rusak sedang 22.44 %� dan�
kondisi rusak berat 5.31 %.Saluran Induk Luwung� kondisi baik 56,19 %,� kondisi rusak sedang 6.80 %� dan�
kondisi rusak berat 37,02 %.
Pengaruh kebocoran Saluran
yang sengaja merusak saluran dan memasang pipa secara liar oleh para oknum yang
tidak bertanggung jawab di antaranya terjadi kehilanga air sebesar 124 liter /
detik pada saluran induk Argasunya dan 206 liter / detik pada saluran induk
Luwung, membuat saluran mudah retak dan hancur, volume air yang di keluarkan
menjadi tidak maksimal.
Saran yang dapat di berikan
untuk Kerusakan Saluran Induk Argasunya dan saluran induk Luwung� yaitu untuk kondisi baik agar di lakukan
pemeliharaan rutin, untuk� kondisi rusak
ringan agar di lakukan� pemeliharaan
berkala yang bersifat perawatan,� kondisi
rusak sedang diperlukan pemeliharaan yang bersifat perbaikan struktur
bangunan� dan� kondisi rusak berat agar di lakukan perbaikan
secara segera karena banyak mengakibatkan kehilangan Air.
Untuk kerusakan yang di
sebabkan oleh penyadapan pipa liar pada saluran induk Argasunya dan Saluran
Induk luwung agar segera di tindak lanjuti dengan cara pendekatan secara
langsung� melalui sosialisasi antara oknum� pengrusakan dengan P3A� ( perkumpulan Petani Pemakai air ) di berikan
arahan dan solusi agar bisa bersama sama saling menjaga dan merawat bangunan
air untuk kepentingan bersama.�
BIBLIOGRAFI
Anonim. (2015). Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 12/PRT/M/2015 Tentang eksploitasi dan pemeliharuan jaringan
irigasi.
Anonim. (2015). Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M 2015 Tentang Sistem Irigasi meliputi
Prasarana irigasi , air irigasi, manajemen irigasi , kelembagaan pengelolaan
irigasi dan sumber daya manusia .
Ariyantini, Mila
Damanik. (2017). Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas
Jember Jember Staphylococcus aureus Digital Digital Repository Repository
Universitas Universitas Jember Jember. Skripsi. Google Scholar
Azrun, Adim.
(2019). Efisiensi Air Irigasi Pada Saluran Tersier di Daerah Irigasi Patula
Desa Malaju Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu. Universitas Muhammadiyah
Mataram. Google Scholar
Bunganaen,
Wilhelmus. (2011). Analisis Efisiensi Dan Kehilangan Air Pada Jariringan Utama
Daerah Irigasi Air Sagu. Jurnal Teknik Sipil, 1(1), 80�93. Google Scholar
Cresswell, J. W.
(2017). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Pustaka Belajar. Google Scholar
Eyben, Rosalind.
(2003). Mainstreaming the social dimension into the overseas development
administration: a partial history. Journal of International Development: The
Journal of the Development Studies Association, 15(7), 879�892. Google Scholar
Kogoya, Teraik,
Olfie, Benu, & Laoh, Olly Esry. (2015). Partisipasi masyarakat terhadap pembangunan
infrastruktur jalan desa di kabupaten lanny jaya-papua. Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi, 15(02). Google Scholar
Norhadi, Ahmad,
Marzuki, Akhmad, Wicaksono, Luki, & Yacob, Rendi Addetya. (2015). studi debit
aliran pada sungai antasan kelurahan sungai andai Banjarmasin Utara. Poros
Teknik, 7(1). Google Scholar
Sari, Dian.
(2015). Penerapan Manajemen Aset Pada Daerah Irigasi Pondokwaluh Kabupaten
Jember (Studi Kasus di Primer Kencong Timur, Sekunder Besini, Sekunder
Gumukmas, dan Sekunder Jati Agung). Google Scholar
Sugiyono, Prof.
(2015). Metode penelitian kombinasi
(mixed methods). Bandung: Alfabeta,
28. Google Scholar
Widodo, Sri,
Suharno, Kun, & Salahudin, Xander. (2016). Analisis Aliran Air dalam Pipa Bercabang
(Junction). Wahana Ilmuwan, 1(1). Google Scholar
Copyright holder: Sonie Apriyanto (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |