Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398
Vol. 3, No 3 Maret 2018
Pendidikan Anak Usia Dini -Universitas AL Ihya Kuningan Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pembelajaran yang efektif diterapkan di kelas karyawan Pendidikan Guru Anak Usia Dini. Setiap individu memiliki pola belajarnya masing masing sehingga untuk mendapatkan pemahaman yang optimal perlu memahami mayoritas pola belajar mahasiswa tersebut sehingga materi yang diberikan di kelas bisa disampaikan secara optimal. Bertolak dari kerangka pemikiran bahwa keluhan beberapa mahasiswa kelas karyawan Pendidikan Guru Anak Usia Dini yang mengalami kesulitan memahami materi perkuliahan yang berakibat pada nilai UAS yang kurang memuaskan maka perlu pendekatan khusus memahami karakter mahasiswa kelas karyawan yang mayoritas usia 30 tahun ke atas dimana diperlukan strategi khusus dalam penyampaian materi sehingga materi yang diberikan bisa di serap secara optimal. Menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh melalui tes gaya belajar pada seluruh mahasiswa kelas karyawan Pendidikan Guru Anak Usia Dini. observasi mendalam dan studi dokumentasi sehingga menghasilkkan penjelasan bahwa mayoritas mahasiswa kelas karyawan memiliki gaya belajar kinestetis dimana Tipe kinestetik merupakan tipe yang dalam penerimaan informasi cenderung lebih banyak dan paling efektif yang melibatkan aktifitas fisik dan gerakan tubuh. Lirikannya selalu kebawah bila sedang berbicara dan cenderung berbicara lebih lambat. Tipe ini mempunyai gaya belajar melalui aktifitas gerakan tubuh. Dengan gaya belajar yang melibatkan gertakan tubuh tipe ini sulit jika duduk berjam-jam, karena keinginannya untuk beraktifitas yang sangat kuat. Tipe yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.maka strategi Pembelajaran yang cocok pada kelas ini adalah gunakanlah gerakan dalam pelajaran, seperti aktivitas atau uji coba secara langsung, Perbanyak praktik yang berkaitan dengan pelajaran (praktik di laboratorium) dan langsung bisa diaplikasikan, Hindari belajar yang monoton (terlalu banyak duduk), Saat mengingat sesuatu, lakukan hal yang diingat dengan aktivitas gerak, Menulis di udara, dan gunakan gerak imajitif.
Kata Kunci : Tes Gaya Belajar, Mahasiswa Kelas karyawan, Guru Paud
74
Pendahuluan
Pola mengajar adalah suatu cara atau bentuk penampilan seorang dosen dalam menanamkan pengetahuan, membimbing, mengubah atau mengembangkan kemampuan, perilaku dan kepribadian mahasiswa untuk tujuan proses belajar. Dengan demikian, gaya mengajar dosenmenjadi faktor penunjang yan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas Oleh karena itu, Jika seorang dosen memiliki gaya mengajar yang baik, maka diharapkan hasil belajar mahasiswa juga menjadi lebih baik. Gaya Mengajar Interaksional misalnya diterapkan guna melibatkan mahasiswa dalam interaksi sosial di masyarakat. Mereka diarahkan untuk menerapkan langsung ilmu yang dipelajari agar memahami apa keunggulan, kelemahahan ataupun hambatan dari materi yang disampaikan. Dari pembelajaran tersebut mahasiswa bisa lebih dalam memahami materi kuliah. Harapan terbaik adalah Mahasiswa bisa belajar dengan mandiri dalam pembentukan interaksi sosial di masyarakat. Dalam Gaya belajar ini peranan Dosen dan mahasiswa di sini sama-sama dominan. Dosen dan Mahasiswa sama -sama berupaya untuk memodifikasi berbagai ide atau ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk mencari bentuk baru berdasarkan kajian yang bersifat radikal. Dosen dalam posisi ini menciptakan suasana yang berhubungan dan efeknya terjadi diaolog interaktif antar mahasiswa sehingga mahasiswa belajar melalui hubungan dialogis.
Mahasiswa mengemukakan pandangannya tentang realita di masyarakat maupun dunia pekerjaannya kelak, juga mendengarkan pandangan mahasiswa lain tentang materi perkuliahan. Dengan penerapan seperti ini dapat ditemukan paradigma baru hasil dari pertukaran pikiran yang telah dipelajari. Konteks dalam pelajaran ini di fokuskan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosio-kultural khususnya yang bersifat kekinian.
Menurut Thoifuri (2013: 86-87) ciri-ciri gaya mengajar interaksionis yaitu: Bahan pelajaran berupa masalah-masalah insindental yang memiliki hubungan dengan sosio-kultural dan kontemporer, Proses pemberian materi dengan menyampaikan metode dua arah, dialogis, tanya jawab dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa. Peran mahasiswa pada metode ini adalah dengan mengemukakan pendapatnya mengenai realita, mendengarkan pendapat temannya, mencari berbagai inovasi untuk mencari bentuk baru yang lebih akurat dan valid. Sedangkan peran dosen adalah lebih dominan menciptakan suasana akademik memiliki keterkaitan dengan
mahasiswa kemudian memodifikasi berbagai pengetahuan untuk mencari yang lebih komtemporer. Menurut Ali dan Thoifuri ada beberapa gaya mengajar dosen yang dapat di gunakan di kelas yakni gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional. Apapun pola mengajar yang cocok dengan karakteristik dosen yang bersangkutan selayaknya sesuai dengan silabus dan tujuan pembelajaran agar dapat menunjang proses belajar mahasiswa dan mendapatkan hasil yang optimal. Dengan tujuan tersebut maka gaya mengajar dosen harus juga di sinkron dengan pola belajar mayoritas mahasiswannya. Ada 3 pola belajar mahasiswa yakni menggunakan pola belajar visual, Auditori atau Kinestetis. Ketigannya memiliki ciri yang berbeda pula.
Menurut DePorter dan Hernacki (dalam Mangunsong & Indianti, 2006), pada awal pengalaman belajar, salah satu langkah pertama adalah mengenali dominasi modalitas visual, auditorial, dan Kinestetik (V-A-K). Tipe orang yang belajar secara visual memiliki pola belajar cenderung runtut dan tekstual sedangkan pola belajar auditory melalui apa yang mereka liat dan dengar dalam penyampaian materi mereka lebih menyukai bagan dan gambar, dan tipe kinestetik belajar dengan cara gerakan sentuhan. Untuk kelas hirarki tertentu, mayoritas orang menggunakan ketiga tipe; tapi kebanyakan orang menunjukkan kecenderungan dominasi diantara ketiganya. (DePorter & Hernacki, dalam Mangunsong & Indianti, 2006).
Pola mengajar adalah suatu cara atau bentuk penampilan seorang dosen dalam menanamkan pengetahuan, membimbing, mengubah atau mengembangkan kemampuan, perilaku dan kepribadian mahasiswa untuk tujuan proses belajar. Dengan demikian, gaya mengajar dosenmenjadi faktor penunjang yan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas Oleh karena itu, Jika seorang dosen memiliki gaya mengajar yang baik, maka diharapkan hasil belajar mahasiswa juga menjadi lebih baik. Gaya Mengajar Interaksional misalnya diterapkan guna melibatkan mahasiswa dalam interaksi sosial di masyarakat. Mereka diarahkan untuk menerapkan langsung ilmu yang dipelajari agar memahami apa keunggulan, kelemahahan ataupun hambatan dari materi yang disampaikan. Dari pembelajaran tersebut mahasiswa bisa lebih dalam memahami materi kuliah. Harapan terbaik adalah Mahasiswa bisa belajar dengan mandiri dalam pembentukan interaksi sosial di masyarakat. Dalam Gaya belajar ini peranan Dosen dan mahasiswa di sini sama-sama dominan. Dosen dan Mahasiswa sama -sama berupaya untuk memodifikasi berbagai ide atau ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk mencari
bentuk baru berdasarkan kajian yang bersifat radikal. Dosen dalam posisi ini menciptakan suasana yang berhubungan dan efeknya terjadi diaolog interaktif antar mahasiswa sehingga mahasiswa belajar melalui hubungan dialogis.
Mahasiswa mengemukakan pandangannya tentang realita di masyarakat maupun dunia pekerjaannya kelak, juga mendengarkan pandangan mahasiswa lain tentang materi perkuliahan. Dengan penerapan seperti ini dapat ditemukan paradigma baru hasil dari pertukaran pikiran yang telah dipelajari. Konteks dalam pelajaran ini di fokuskan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosio-kultural khususnya yang bersifat kekinian.
Menurut Thoifuri (2013: 86-87) ciri-ciri gaya mengajar interaksionis yaitu: Bahan pelajaran berupa masalah-masalah insindental yang memiliki hubungan dengan sosio-kultural dan kontemporer, Proses pemberian materi dengan menyampaikan metode dua arah, dialogis, tanya jawab dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa. Peran mahasiswa pada metode ini adalah dengan mengemukakan pendapatnya mengenai realita, mendengarkan pendapat temannya, mencari berbagai inovasi untuk mencari bentuk baru yang lebih akurat dan valid. Sedangkan peran dosen adalah lebih dominan menciptakan suasana akademik memiliki keterkaitan dengan mahasiswa kemudian memodifikasi berbagai pengetahuan untuk mencari yang lebih komtemporer. Menurut Ali dan Thoifuri ada beberapa gaya mengajar dosen yang dapat di gunakan di kelas yakni gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional.
Apapun pola mengajar yang cocok dengan karakteristik dosen yang bersangkutan selayaknya sesuai dengan silabus dan tujuan pembelajaran agar dapat menunjang proses belajar mahasiswa dan mendapatkan hasil yang optimal. Dengan tujuan tersebut maka gaya mengajar dosen harus juga di sinkron dengan pola belajar mayoritas mahasiswannya. Ada 3 pola belajar mahasiswa yakni menggunakan pola belajar visual, Auditori atau Kinestetis. Ketigannya memiliki ciri yang berbeda pula.
Menurut DePorter dan Hernacki (dalam Mangunsong & Indianti, 2006), pada awal pengalaman belajar, salah satu langkah pertama adalah mengenali dominasi modalitas visual, auditorial, dan Kinestetik (V-A-K). Tipe orang yang belajar secara visual memiliki pola belajar cenderung runtut dan tekstual sedangkan pola belajar auditory melalui apa yang mereka liat dan dengar dalam penyampaian materi mereka
lebih menyukai bagan dan gambar, dan tipe kinestetik belajar dengan cara gerakan sentuhan. Untuk kelas hirarki tertentu, mayoritas orang menggunakan ketiga tipe; tapi kebanyakan orang menunjukkan kecenderungan dominasi diantara ketiganya. (DePorter & Hernacki, dalam Mangunsong & Indianti, 2006).
Metode Penelitan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya (Moleong, L. J. (2014).
Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan Tes Pola Belajar Mahasiswa, wawancara mendalam dengan Mahasiswa kelas karyawan. Studi dokumentasi berupa hasil angket dari tes Pola Belajar dan wawancara dan diskusi forum dengan Mahasiswa kelas Karyawan . Sumber data terdiri observasi mahasiswa kelas karyawan, hasil belajar mahasiswa kelas karyawan dan hasil pengamatan langsung dengan strategi pembelajaran yang berbeda berserta referensi buku maupun jurnal yang digunakan sebagai pelengkap dan penyempurna hasil dari observasi dan wawancara. Analisis dilakukan secara bertahap.
Data dari lapangan akan disusun dengan sistematis dan diklasifikasikan pada beberapa bagian yang sesuai dengan letak dan nilai data. Kategori ini memiliki fungsi membantu memahami keberadaan nilai data (primer dan sekunder) dari keseluruhan data yang diperoleh dari observasi serta wawancara. Data kemudian disusun berdasarkan pemahaman akan fokus penelitian atau berdasarkan kategori-kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga dapat dijelaskan seluruh rumusan masalah yang diteliti. Data primer yang telah disusun akan di analisis dengan referensi atau dengan analisis interpretasi kualitatif. Terakhir, dilakukan kembali pendesainan penulisan sesuai dengan bagian-bagian untuk menghasilkan penelitian yang saling berhubungan dengan satu bagian dengan bagian yang lainnya (Wahidin:2010).
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil di lapangan diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa kelas karyawan berusia sekitar 30 hingga 40 tahun dengan status menikah dan bekerja sebagai pengajar
di TK. Mahasiswa kelas karyawan yang memiliki keterbatasan waktu hadir di pertemuan perkuliahan karena tempat yang jauh mengakibatkan kelelahan ketika berada ditempat kuliah dan mengalami kejenuhan ketika mendapatkan materi kuliah dengan penyaampaian materi cenderung tekstual melalui ceramah maupun tanya jawab. 40 persen menghendaki dialog interaktif dan mayoritas memilih praktek di lapangan. Alasan terbesar yang mereka ungkapkan melalui angket adalah jenuh dengan aktivitas kegiatan belajar mengajar tekstual. Dalam waktu belajar yang lama dan beberapa dosen dengan metode pembelajaran yang seragam membuat mereka semakin rendah memahami materi pembelajaran. Dari data dilapangan dengan seluruh mahasiswa kelas karyawan Pendidikan Guru Anak Usia Dini berjumlah 100 mahasiswa di dapatkan bahwa mayoritas sebesar 62 persen memiliki pola belajar kinestetis yakni Modalitas ini yakni memiliki pola belajar dengan banyak gerakan dan sentuhan sehingga penggambaran melalui praktek langsung di lapangan akan mudah diingat.
Kriteria khusus pada modalitas ini adalah aktifitas gerakan, irama, koordinasi, respon emosional dan gerakan fisik yang dominan (DePorter dkk., 2000) Melalui Pengamatan mendalam selama pelaksanaan belajar di kelas mayoritas mahasiswa kelas karyawan memiliki ciri ciri tipe kinestetis seperti belajar melakukan sesuatu, aktif dalam membaca tulisan, aktif secara fisik, mengingat sesuatu sambil melakukan gerakan tubuh.
Data di lapangan menunjukan bahwa mahasiswa kelas karyawan Pendidikan Guru Anak Usia Dini memiliki karakteristik, berbicara dengan perlahan, Menanggapi perhatian fisik, lebih menyukai bidang prakarya atau bernyanyi, Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain, Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. Mayoritas mahasiswa senang dalam kegiatan mahasiswa bidang olahraga sehingga sering menjuarai lomba voly tingkat mahasiswa.
Untuk kegiatan belajar mengajar mereka lebih menyukai dengan metode praktek terlihat dari antusiasme mahasiswa mengikuti perkuliahan sampai selesai dibandingkan mengikuti perkuliahan melalui ceramah maupun diskusi kelompok. Mahasiswa kelas karyawan Pendidikan Guru Anak Usia Dini sangat sulit menghafal dalam waktu yang ditentukan jika di berikan ujian insidental dan diberikan waktu untuk menghapal mereka cenderung akan menjawab dengan jawaban konstektual dibandingan pernyataan tekstual sesuai buku ajar yang diberikan.
Dalam beberapa metode pembelajaran yang monoton atau yang terlalu lama di tempat duduk mereka banyak meminta izin untukmeninggalkan ruang kelas dengan alasan pergi ke kamar mandi untuk menahan kantuk karena bosan duduk dalam waktu yang cukup lama. Namun jika di berikan praktek langsung di lapangan presentase mahasiswa yang keluar kelas sangat sedikit
Dibandingkan buku ajar yang memiliki halaman tebal yang ditawarkan ke mahasiswa mereka lebih suka membaca powerpoint yang diberikan dosenketika memahami materi. Mahasiswa kelas karyawan pendidikan Anak Usia Dini terbiasa mengisi Rencana Kerja Harian menggunakan Balpoint (tulis tangan) sehingga memiliki tulisan yang bagus namun dalam materi kuliah mereka cenderung menulis point point penting menggunakan bagan batang maupun gambar.
Dari hasil penelitian tersbut diatas maka diperlukan strategi untuk mengelola kelas agar kondusif dengan stategi pembelajaran yang tepat untuk pola belajar kinestetis. Strategi pembelajaran yang cocok dengan pola belajar tersebut adalah gaya mengajar interaksionis. Menurut Thoifuri (2013: 86-87) ciri-ciri gaya mengajar interaksionis yaitu: Bahan pelajaran berupa masalah-masalah situasional yang terkait dengan sosio-kultural dan kontemporer, Proses penyampaian materi: menyampaikan dengan dua arah, dialogis, tanya jawab dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa.
Dimana dalam gaya mengajar ini mahasiswa di berikan kebebasan untuk mengelurkan semua idenya dalam bengkel kreativitas . dimana terselip sebaran materi kuliah didalamnya sehingga mahasiswa tidak merasa bosan untuk memahami materi pembelajaran. Strategi interaksional sesuai dengan modalitas Kinestetik (DePorter dkk., 2000): yakni menggunakan alat bantu saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci sehingga menciptakan simulasi konsep agar mahasiswa mengalaminya, Jika mengajar dengan mahasiswa perseorangan yaitu dengan memberikan bimbingan paralel dengan duduk di sebelah mereka, bukan di depan atau belakang mereka, berbicara dengan setiap mahasiswa secara pribadi secara intensif sekalipun hanya menanyai kabar melalui pesan singkat diluar jam mengajar.
Strategi yang dapat dilakukan siswa dengan modalitas Kinestetik (DePorter dkk., 2000) yakni Belajar melalui gerakan, Menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta, Pada situasi tertentu, dalam belajar
mahasiswa dapat menjauhkan diri dari bangku, duduk di lantai dan menyebarkan pekerjaan di sekeliling mereka.cara cara tersebut membuat kelas lebih hidup dan aktif.
Kesimpulan
Hasil dari tes pola belajar ini membantu dosen dalam mengupayakan kelas yang aktif dan kondusif. Kelas yang cenderung kaku hanya bersumber dari pemberi materi saja membuat materi pembelajaran kurang tersampaikan dengan baik. Beberapa strategi pembelajaran dan bahan ajar yang disesuaikan dengan gaya mengajar mahasiswa membuat mahasiswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar Foto Kegiatan UAS menggunakan strategi interaksional Dari hasil penilaian yang didapat tetap memberikan porsi yang seimbang dimana pola belajar visual bisa terpenuhi dengan nilai ujian UTS yang diselenggaran secara tertulis dan untuk pola belajar audio dan kinestetis bisa di upayakan untuk menyempurnakan nilai mellaui ujian praktek di lapangan. Dimana semua kemampuan mahasiswa bisa di cover dengan baik melalui penilaian akhir.
BIBLIOGRAFI
Abdul Majid, Sayid Ahmad Mansur. 2009. Perilaku Manusia. Mistaq. Yogyakarta:
Pustaka..
-----------: 2009. Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press.
-----------:. 2006. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: Raya Grafindo Persada.
-----------:. 2010. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
-----------:: 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif: R&D. Bandung: Alfabeta.
Ancok, D., & Suroso, F. N. 1995. Psikologi islam: Solusi Islam atas problem-problem psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Emzir. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Foster, J.E, J, Greer, And E Thorbecke. 1984. ”A Class Of Decomposable Poverty Measures”, Econometrica.
Mansur Abdul Majid Sayid Ahmad, Zharbini Ahmad Zakaria.Fata Ismail Muhammad.
2009. Perilaku Manusia. Yogyakarta: Mistaq Pustaka.
Moleong, L. J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Cirebon. IAIN Syekh Nurjati.
Rakhmat, J. 2013. Psikologi agama: sebuah pengantar. Jakarta: Mizan Pustaka. Sugiono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.
Bandung: R&D. alfabeta.
Wahidin Khaerul dan Saondi, Ondi. 2010. Penelitian Pendidikan. Cirebon: UMC Press.
Jurnal
Halim, Abdul 2012 Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Smp N 2 Secanggang Kabupaten Langkat. Jurnal Tabularasa, 9 (2). pp. 141-158. ISSN 1693-7732.
Ramlah Ramlah, Dani Firmansyah, Hamzah Zubair. 2014. Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika ( Survey Pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang), Jurnal Unieska, vol 1 no 3 tahun 2014.
I Made Tegeh. 2009. Perbandingan Prestasi Belajar Mahasiswa yang Diajar dengan Menggunakan Problem Based-Learning dan Ekspositori yang Memiliki Gaya Kognitif Berbeda. (Disertasi). Pasca sarjana UM.
Ariesta Kartika Sari. 2014. Analisis Karakteristik Gaya Belajar Vak (Visual, Auditorial, Kinestetik) Mahasiswa Pendidikan Informatika Angkatan 2014. Jurnal Trunojoyo.
Sawitri Dwi Prastiti, Sri Pujiningsih. 2009. Pengaruh Faktor Preferensi Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa akuntansi, Jurnal Ekonomi Bisnis Nomor 3 tahun 2009.
Endang Nugraheni, Nurmala Pangaribuan. 2006. Gaya Belajar Dan Strategi Belajar Mahasiswa Jarak Jauh: Kasus Di Universitas Terbuka. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Voume. 7, Nomor 1, Maret 2006, 68 – 82.
Retno wulandari. 2011. Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester IV Program Study D IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret, Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar. Jurnal Kesmadaska vol 2 no 1 januari 2011.