Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN
: 2548-1398
Vol.
6, No. 7, Juli 2021
�
ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI E-WOM TERHADAP BRAND EQUITY DAN PURCHASE INTENTION PADA LUXURY FASHION ITEM E-COMMERCE BANANANINA DI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
Hanako Fatimah
Pertiwi, Effy Zalfiana Rusfian
Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Maraknya pertumbuhan e-commerce dan pengguna
media sosial di Indonesia telah
menggeser penjualan barang fashion dari offline
ke online. Perilaku
konsumen masyarakat Asia termasuk Indonesia kini meminati barang mewah dengan membeli
secara online. Dahulu,
strategi pemasaran hanya dititik beratkan pada konten yang dibuat perusahaan saja, namun sekarang komunikasi media sosial pemasaran dapat dibuat melalui e-WOM yang dibentuk baik oleh perusahaan maupun oleh pengguna dengan cara membagikan konten di Instagram untuk menciptakan ekuitas merek dan minat beli konsumen. Banananina merupakan e-commerce
asal Indonesia yang memanfaatkan
Instagram sebagai media untuk
memasarkan produknya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komunikasi media sosial
Instagram, baik dengan konten yang dibuat oleh pengguna Instagram maupun konten Instagram yang dibuat perusahaan Banananina yang membentuk e-WOM terhadap minat beli konsumen
pada produk Banananina.
Data hasil penelitian diolah dengan analisis
Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan analisis Partial
Least Square (PLS). Hasil
yang ditemukan pada penelitian
ini adalah bahwa user-generated content dan firm-generated
content memiliki pengaruh
signifikan terhadap e-WOM.
E-WOM juga secara signifikan
memengaruhi minat beli dan ekuitas merek serta E-WOM yang dimediasi oleh ekuitas
merek memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen pada merek Banananina di media sosial Instagram.
Kata Kunci: komunikasi media sosial; user-generated
content; firm-generated content; E-WOM; minat beli; ekuitas merek
Abstract
The rapid growth of e-commerce and
social media users in Indonesia has shifted sales of fashion goods from offline
to online. Asian consumers, including Indonesia, are now interested in luxury items
by buying online. Marketing strategies are usually only focused on content
created by the company. But now, social media marketing communications can be
made through e-WOM, which is formed by both companies and users by sharing
content on Instagram to create brand equity and consumer buying interest. Banananina is an e-commerce from Indonesia that uses
Instagram as a medium to market its products. This study aims to analyze the
influence of Instagram social media communication, both with content created by
Instagram users and Instagram content created by the Banananina
company which can form e-WOM on consumer buying interest in Banananina
products. The research data were processed using Structural Equation Modeling
(SEM) analysis using Partial Least Square (PLS) analysis. The results found in
this study are that user-generated content and firm-generated content have a
significant effect on e-WOM. E-WOM also significantly affects buying interest
and brand equity and E-WOM which is mediated by brand equity has a significant
influence on consumer purchase interest in the Banananina
brand on Instagram social media.
Keywords: social media
communication; user-generated content; firm-generated content; E-WOM; purchase
intention; brand equity
Pendahuluan
� Persebaran internet yang cepat telah menimbulkan pertumbuhan pasar e-commerce yang luas (Abumalloh, Ibrahim,
Nilashi, & Abu-Ulbeh, 2017). Berdasarkan (Pusparisa, 2019), terdapat beberapa sektor barang yang paling sering dibeli oleh konsumen secara online (e-commerce).
Data dari laporan
Nielsen dalam Global Consumers Claimed Purchasing barang yang paling sering dibeli oleh konsumen dari yang tertinggi adalah sektor fashion. Tren fashion saat ini adalah luxury fashion
brands yang berasal dari
Benua Eropa dan Amerika. Konsumen terbesar dari barang fashion bermerek tersebut berasal dari Benua
Asia. Konsumen Indonesia yang dulunya
berburu untuk membeli barang bermerek bekas, kini mampu membeli
barang bermerek baru. Permintaan tersebut terus naik dari tahun ke
tahun terutama pada industri e-commerce (Kala & Chaubey,
2018). Fenomena peningkatan belanja online pada luxury item di Indonesia pada
bidang fashion menjadi
latar belakang dari penulisan ini.
E-commerce dapat menggunakan
media sosial sebagai salah satu sarana untuk
melakukan pemasaran.
Saat ini, posting di
Blog, Tweet, atau video YouTube dapat diproduksi dan dilihat oleh jutaan orang secara virtual dan gratis. Pengiklan
tidak perlu membayar dalam jumlah yang besar kepada penerbit atau distributor untuk memberikan iklan kepada calon konsumen
karena mereka dapat membuat konten
menarik sendiri yang akan ditonton orang (Zarella,
2010). Berdasarkan data riset
Curponation, Indonesia menjadi
negara terbesar keempat di
dunia yang menggunakan sosial
media Facebook dan Instagram (Nancy,
2019). Baik Instagram maupun
Facebook dikenal media sosial
yang membantu pebisnis untuk memasarkan produknya. Instagram dikenal dengan aplikasi berbagi foto dengan
menggunakan ��filter untuk
membuat foto dari kamera telepon
genggam agar terlihat lebih profesional yang kemudian diunggah dan dibagikan (Kotler & Keller,
2016).
����������� Menurut (Sagala &
Rachmawati, 2016) pada penelitiannya yang berjudul �Instagram
Content Towards Customers� Purchase Intention for Start-up Culinary Company�, Instagram sebagai salah satu sumber komersial yang akan menjadi salah satu solusi bagi
pelanggan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan. Konten yang baik di Instagram akan memberikan kesan yang baik kepada pelanggan. Menurut (Kotler &
Armstrong, 2012) terkadang keputusan pembelian dibuat bukan dari pelanggan
itu, tapi karena adanya rekomendasi
dari teman, ulasan online, atau orang
yang menjual produk tersebut. Konten yang ada di Instagram cocok untuk pelanggan yang menggunakan jaringan sosial sebagai referensi untuk melakukan pembelian. Sagala dan Rachmawati menggunakan variabel konten di Instagram, seperti
biodata perusahaan atau e-commerce
secara visual, produk secara visual, endorsement, keterangan
pada foto, hashtag, dan repost atau konten-konten yang dapat memberikan pengaruh pada keputusan pembelian. Word of mouth dan buzz marketing serta jaringan sosial online memengaruhi perilaku pembelian pelanggan, adanya Instagram memberikan peluang sebagai media untuk melakukan pemasaran produk secara global.
Word Of Mouth (WOM) dikenal
sebagai sumber yang paling berpengaruh dalam transmisi informasi. Adanya teknologi membuat munculnya jaringan sosial melalui web yang mengubah bagaimana informasi yang disampaikan tidak hanya terbatas pada batas kontak sosial
saja, hal ini disebut dengan
e-WOM (Jalilvand & Samiei, 2012). Menurut
(Jha, 2019), Online review atau
electronic word of mouth menjadi alat yang penting bagi pembeli online sebagai sumber infomasi produk dan karakteristik evaluasi sebelum membuat keputusan pembelian.
E-WOM bisa terbentuk
karena adanya pengaruh dari social media
communication. Menurut (Schivinski & Dabrowski, 2015), terdapat
dua jenis social media
communication, yaitu yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan
(firm-created content) dan yang kedua adalah independen dan tidak bisa dikendalikan
oleh perusahaan, yaitu yang
dibuat oleh pengguna (user-generated
content). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Poturak & Softic, 2019) yang berjudul
�Influence of Social Media Content on Consumer Purchase Intention: Mediation
Effect of Brand Equity� melihat pengaruh firm created content dan user-generated
content pengaruh e-WOM dan brand equity untuk mengukur pengaruhnya terhadap minat beli pelanggan.
Hasil menunjukkan bahwa
orang memiliki minat untuk membeli merek
dalam negeri melalui adanya efek ekuitas
merek yang terkait erat dengan e-WOM. Analisis menunjukkan bahwa firm-created dan user-generated, keduanya memiliki dampak yang signifikan pada penciptaan e-WOM dan juga brand equity.
Selain dipengaruhi
oleh e-WOM, minat beli juga
dapat dipengaruhi oleh adanya brand equity. Menurut
(Aaker, 1991), brand
equity sering didefinisikan
sebagai sekumpulan aset merek dan liabilitas yang berhubungan pada sebuah merek, namanya
dan simbol yang menambah atau mengurangi nilai produk atau
jasa di sebuah perusahaan atau perusahaan pelanggan. Menurut (Zailskaite-Jakste
& Kuvykaitė, 2013), komunikasi di media sosial
dapat membangun ekuitas merek (brand equity). Brand equity
dapat memengaruhi keputusan pembelian, hal ini seperti
yang diteliti oleh (Soewandi, 2015) bahwa terdapat hubungan positif antara brand equity terhadap
minat pembeli di e-commerce
yang pada akhirnya memengaruhi
minat beli. Seperti pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh (Poturak & Softic,
2019) dengan judul �Influence
of Social Media Content on Consumer Purchase Intention: Mediation Effect of Brand
Equity� melihat bahwa komunikasi
dari perusahaan maupun user di sosial
media memengaruhi brand equity dan menciptakan efek mediasi antara e-WOM dan purchase
intention. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan pengaruh antara e-WOM, brand equity, dan purchase
intention.
Fenomena peningkatan belanja online pada
luxury item yang semakin meningkat
terutama pada bidang fashion
menjadi latar belakang penulisan ini. Peneliti ingin
menganalisis seberapa kuat pengaruh dari
adanya konten yang dibuat oleh perusahaan (firm-generated
content) yang menjual luxury items dan pengguna (user-generated content) di media sosial Instagram yang membentuk
e-WOM terhadap brand equity dan purchase
intention. Selain itu, peneliti ingin meninjau dan menganalisis pengaruh brand equity terhadap
purchase intention dan brand equity sebagai
mediator dari e-WOM terhadap
purchase intention. Pada penelitian ini berbeda dengan
objek pada penelitian lain, objek yang dipilih adalah Banananina sebagai salah satu e-commerce di bidang luxury
fashion items memanfaatkan media sosial yaitu Instagram sebagai sarana komunikasi terhadap calon konsumen dengan akun yang bernama @shopatbanananina.
Memunculkan purchase
intention dan brand equity yang kuat diperlukan komunikasi media sosial yang baik. Komunikasi media sosial yang baik tersebut diciptakan
tidak hanya oleh perusahaan saja, tetapi juga bisa diciptakan oleh konsumen. Atas dasar tersebut maka diperlukan pengujian penelitian dan penelitian ini diberi judul �Analisis
Pengaruh Komunikasi E-WOM
yang dibuat oleh Pengguna
dan Perusahaan terhadap Brand Equity dan Purchase
Intention (Studi pada E-commerce di
Instagram Banananina)�. Sedangkan
hipotesis penelitian ini
diantaranya adalah 1) Terdapat pengaruh positif antara komunikasi yang dibuat oleh pengguna (user-generated content) dengan e-WOM pada brand Banananina
di media sosial Instagram; 2) Terdapat pengaruh positif antara komunikasi yang dibuat oleh perusahaan (firm-generated
content) Banananina dengan
e-WOM pada brand Banananina di media sosial Instagram; 3) Terdapat pengaruh positif antara e-WOM dengan purchase
intention konsumen pada brand Banananina di media sosial
Instagram; 4)
Terdapat pengaruh positif antara e-WOM dengan brand equity pada brand Banananina di media sosial
Instagram; 5)
Terdapat pengaruh positif antara brand equity dengan purchase intention pada brand Banananina di media sosial
Instagram; 6)
Terdapat pengaruh positif antara e-WOM dengan purchase intention konsumen
melalui brand equity sebagai
variabel intervening pada brand Banananina di media sosial
Instagram.
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komunikasi media sosial Instagram, baik dengan konten yang dibuat oleh pengguna Instagram maupun konten Instagram yang dibuat perusahaan Banananina yang membentuk e-WOM terhadap minat beli konsumen pada produk Banananina.
Metode Penelitian
Metode dalam melakukan pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui
kuesioner dengan populasi responden berupa seluruh pengguna Instagram dengan teknik pengambilan sampel non probability sampling dengan
teknik purposive sampling yang menggunakan karakteristik
tertentu dari populasi tertentu. Kriteria responden penelitian yang digunakan sebagai sampel yaitu responden yang merupakan pengguna Instagram di seluruh Indonesia yang mengetahui
Instagram Banananina serta belum pernah melakukan
pembelian produk apapun pada merek Banananina. Kuesioner dibuat dengan menggunakan
Google Form dan disebarkan melalui
media sosial kepada responden.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang bersifat objektif mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik (Hermawan &
Yusran, 2017). Data primer
penelitian ini diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dengan isian pernyataan-pernyataan dengan penilaian 6 poin skala Likert terhadap pengguna Instagram.
Setelah hasil data diperoleh,
data dianalisis untuk menguji hipotesis dengan menggunakan analisis PLS (Partial Least Square) yang merupakan
salah satu metode statistika
SEM (Structural Equation Modeling). Sedangkan,
data sekunder diperoleh dengan cara mencari
sumber-sumber ilmiah berupa jurnal, buku, dan artikel yang relevan dengan penelitian.
Berdasarkan penelitian ini, jumlah sampel responden
yang mengisi kuesioner melalui google form harus memenuhi persyaratan jumlah minimal penelitian SEM, yaitu 5-10 kali jumlah indikator. Indikator pada penelitian ini
berjumlah sebesar 31, sehingga sampel yang akan diambil adalah
minimal 5 x 31 indikator = 155 sampel
(Haryono, 2017). Pada penelitian ini, sampel yang diperoleh dari pengisian kuesioner adalah sebanyak 162 sampel sehingga telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan SEM.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik deskriptif dan menguji pengaruh antar variabel dengan SmartPLS. Ditemukan bahwa mayoritas responden merupakan perempuan, yaitu sebanyak 124 orang dari 162 responden. Hal ini sesuai dengan target konsumen dari Banananina,
yaitu perempuan. Sedangkan pada kategori usia, kebanyakan responden adalah berusia 23-28 tahun, hal ini sama
dengan target pasar dari e-commerce
Banananina, yaitu perempuan berusia 24-45 tahun. Sedangkan pada pekerjaan, mayoritas responden berprofesi sebagai pegawai swasta dan mayoritas tingkat pendidikan responden adalah Sarjana (S1). Pada tingkat pengeluaran per bulan, mayoritas responden memiliki Rp 2.000.000 - 2.999.999 dan Rp 3.000.000 - 4.999.999. Hal ini menunjukkan bahwa responden merupakan kelompok menengah dan menengah ke atas berdasarkan
pengkategorian dari Boston
Consulting Group.
Hasil pada penelitian dilakukan dengan menguji pengaruh antar variabel yang diteliti. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis SmartPLS yang menunjukkan
diagram alur sehingga dapat dibandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Apabila nilai dari
t hitung > t tabel, maka hubungan yang diperoleh antar variabel adalah signifikan. Berikut merupakan gambar yang menunjukkan hasil dari pengujian hipotesis.
Gambar
1
Diagram
Jalur Hasil Pengujian Hipotesis
����������� Signifikan pada level 5% dengan nilai t tabel pada level 5% adalah sebesar 1,64. Tabel di bawah ini merupakan ringkasan hasil dari pengujian hipotesis dari penelitian.
Tabel 1
No |
Pengaruh |
Koe. Jalur |
t hitung |
Hasil |
1. |
UGC � E-WOM |
0,2510 |
2,5024 |
Terima H1 |
2. |
FGC � E-WOM |
0,4812 |
5,5231 |
Terima H2 |
3, |
E-WOM � PI |
0,2784 |
3,7373 |
Terima H3 |
4. |
E-WOM � BE |
0,7169 |
18,6887 |
Terima H4 |
5. |
BE � PI |
0,5939 |
8,7182 |
Terima H5 |
6. |
E-WOM � BE � PI |
0,4258 |
6,5639 |
Terima H6 |
Hasil Pengujian Hipotesis
Sumber: Hasil Olahan Data Penelitian, 2020
Berdasarkan tabel 1, maka dapat diperoleh hasil ringkasan dari penelitian yang telah menguji hipotesis. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa semua hipotesis yang diuji memiliki hasil positif yang signifikan.
Tabel 2
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis |
Komunikasi yang dibuat oleh pengguna (user-generated content) berpengaruh signifikan terhadap e-WOM pada brand Banananina di media sosial Instagram |
Komunikasi yang dibuat oleh perusahaan (firm-generated content) Banananina berpengaruh signifikan terhadap terhadap e-WOM pada brand Banananina di media sosial Instagram. |
|
E-WOM berpengaruh signifikan terhadap purchase intention konsumen pada brand Banananina di media sosial Instagram. |
|
E-WOM berpengaruh signifikan terhadap brand equity pada brand Banananina di media sosial Instagram. |
|
Brand equity berpengaruh signifikan terhadap purchase intention pada brand Banananina di media sosial Instagram. |
|
E-WOM berpengaruh signifikan terhadap purchase intention konsumen melalui brand equity sebagai variabel intervening pada brand Banananina di media sosial Instagram. |
Sumber: Hasil Olahan Data Penelitian, 2020
1.
Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara User-Generated
Content terhadap
e-WOM
Hipotesis 1 menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara komunikasi yang dibuat oleh pengguna (user-generated content) dengan e-WOM pada brand Banananina di media sosial Instagram.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, nilai t-statistik pada pengaruh komunikasi yang dibuat oleh pengguna (user-generated
content) Instagram terhadap e-WOM pada brand
Banananina di media sosial
Instagram adalah sebesar
2,5024. Hal ini menunjukkan
bahwa t hitung > t tabel atau 2,5024 > 1,64 sehingga hipotesis penelitian diterima. Hasil ini memberi arti bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan pada komunikasi yang dibuat oleh pengguna (user-generated content) terhadap
e-WOM pada brand Banananina dengan pengaruh
sebesar 0,2510 sehingga semakin meningkat komunikasi yang dibuat pengguna (user-generated content) di Instagram mengenai
brand Banananina maka
akan meningkatkan e-WOM
pada brand Banananina di media sosial Instagram juga.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang telah dilakukan oleh (Poturak & Softic, 2019) yang menunjukkan bahwa user-generated content ditemukan
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap e-WOM pada produk domestik tertentu. Jika dilihat dari analisis deskriptif pada
variabel penelitian, variabel user-generated content termasuk dalam kategori agak tinggi
dan tinggi. Setiap pernyataan pada variabel dari user-generated content memiliki
mayoritas jawaban setuju dan sangat setuju sehingga hal tersebut menunjukkan
bahwa komunikasi yang dibuat oleh pengguna Instagram untuk memperkuat e-WOM pada brand
Banananina di media sosial
Instagram. Hal ini diperkuat
dengan hasil penelitian yang dilakukan yaitu t hitung > t tabel atau 2,5024 > 1,64 yang
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.
User-generated content merupakan informasi yang dibuat oleh orang atau pengguna di media sosial untuk dibagikan ke orang lain. UGC dalam penelitian ini diciptakan pengguna di media sosial Instagram berdasarkan pengalamannya dengan melakukan sharing melalui foto, repost, hashtag, story, dan review produk Banananina. Konten-konten tersebut dapat membentuk e-WOM sehingga dapat memengaruhi persepsi konsumen terhadap produk. User-generated content mendapatkan
hasil yang signifikan yang didominasi oleh jawaban setuju dan sangat setuju sehingga pengguna Instagram menjadi penting dalam memberikan
pengaruh terbentuknya
e-WOM. Komponen seperti kepuasan responden dan daya tarik konten
yang dibuat pengguna lain mengenai brand Banananina agak tinggi. Sementara
itu ekspektasi dan
juga kinerja atau performance
konten dari yang dihasilkan oleh pengguna lain di
media sosial Instagram mengenai
brand Banananina dibandingkan
brand kompetitor memiliki
kategori yang tinggi.
2.
Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Firm-generated
Content terhadap e-WOM
Hipotesis 2 menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara komunikasi yang dibuat oleh perusahaan (firm-generated content) Banananina dengan e-WOM pada brand Banananina di media sosial Instagram.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, nilai t-statistik pada pengaruh komunikasi yang dibuat oleh perusahaan (firm-generated
content) Banananina terhadap
e-WOM pada brand Banananina di media sosial Instagram adalah sebesar 5,5231. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel atau 5,5231 > 1,64 sehingga hipotesis penelitian diterima. Hasil ini memberi arti bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan pada komunikasi yang dibuat perusahaan (firm-generated content) Banananina
terhadap e-WOM pada brand Banananina
di media sosial Instagram dengan pengaruh sebesar 0,4812 sehingga semakin meningkat komunikasi yang dibuat perusahaan (firm-generated content) Banananina
mengenai brand Banananina
maka akan meningkatkan e-WOM brand Banananina
di media sosial Instagram juga.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh (Poturak & Softic, 2019) yang menunjukkan bahwa firm-generated content ditemukan
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap e-WOM pada produk domestik tertentu. Jika dilihat dari analisis deskriptif pada
variabel penelitian, variabel firm-generated content termasuk dalam kategori agak tinggi
dan tinggi. Setiap pernyataan pada variabel dari firm-generated content memiliki
mayoritas jawaban setuju dan sangat setuju sehingga hal tersebut menunjukkan
bahwa komunikasi yang dibuat oleh perusahaan atau e-commerce Banananina
memperkuat e-WOM brand Banananina
di media sosial Instagram. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan, yaitu t hitung > t tabel atau 5,5231 > 1,64 yang menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan.
Firm-generated content merupakan informasi yang dibuat oleh perusahaan untuk memberikan konten sebagai komunikasi yang positif membentuk citra positif brand mereka terhadap calon konsumen dan konsumen. FGC dalam penelitian ini adalah konten di media sosial Instagram yang dibuat oleh brand Banananina berupa pembagian foto, repost, hashtag, story, informasi produk, dan berbagai bentuk lainnya yang di posting melalui Instagram mereka. Seperti yang (Kumar, Bezawada, Rishika, Janakiraman, & Kannan, 2016) pelajari bahwa firm-generated content merupakan pesan yang ditampilkan oleh halaman media sosial mereka bisa membantu perusahaan menggali hubungan satu persatu dengan pelanggan mereka melalui interaksi media sosial. Konten-konten yang diberikan Banananina tersebut dapat membentuk e-WOM sehingga dapat memengaruhi persepsi konsumen terhadap produk. Firm-generated content dalam penelitian ini mendapatkan hasil yang signifikan yang didominasi oleh jawaban setuju dan sangat setuju sehingga perusahaan Banananina menjadi penting dalam memberikan pengaruh terbentuknya e-WOM. Pada penelitian ini komponen kepuasan, ekspektasi, dan daya tarik responden terhadap konten yang dibuat oleh brand Banananina di Instagram termasuk dalam kategori tinggi. Sementara itu, pada komponen kinerja atau performance Banananina dalam menghasilkan konten di Instagram dibandingkan dengan brand lain memiliki kategori agak tinggi. Hasil penelitian uji hipotesis menunjukkan bahwa komunikasi yang dibuat oleh perusahaan Banananina di Instagram memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyebaran e-WOM.
3.
Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara e-WOM terhadap Purchase Intention
Hipotesis 3 menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara e-WOM dengan purchase intention konsumen pada brand Banananina di media sosial Instagram.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, nilai t-statistik pada pengaruh e-WOM terhadap purchase
intention konsumen pada brand Banananina di media sosial Instagram
adalah sebesar 3,7373. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel atau 3,7373 > 1,64 sehingga hipotesis penelitian diterima. Hasil ini memberi arti bahwa adanya pengaruh
positif yang signifikan
pada -WOM terhadap purchase intention konsumen pada brand Banananina
di media sosial Instagram dengan pengaruh sebesar 0,2784 sehingga semakin meningkat e-WOM
di media sosial Instagram maka
akan meningkatkan minat beli (purchase intention)
konsumen pada brand Banananina.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh (Poturak & Softic, 2019) yang menunjukkan bahwa e-WOM ditemukan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap minat beli pada sebuah brand. Jika dilihat dari analisis deskriptif pada
variabel penelitian. Variabel
e-WOM termasuk dalam kategori agak tinggi
dan tinggi, setiap pernyataan pada variabel dari e-WOM memiliki mayoritas jawaban setuju dan sangat setuju sehingga hal tersebut menunjukkan
bahwa komunikasi yang dibuat oleh perusahaan atau e-commerce Banananina
memperkuat minat beli brand Banananina di
media sosial Instagram. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan, yaitu t hitung > t tabel atau 3,7373 > 1,64 yang menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan.
Rekomendasi yang berasal dari teman dan kenalan dikenal sebagai Word-of-mouth yang menggambarkan bagian penting dari pemasaran sekarang. Informasi yang diterima orang-orang berasal dari teman yang membicarakan tentang produk atau jasa yang seringkali lebih efektif daripada informasi yang berasal dari media. Orang-orang lebih memiliki kepercayaan diri dari apa yang teman-teman mereka rekomendasikan daripada informasi yang diperoleh dari saluran media promosi (Talpau, 2014). E-WOM memiliki definisi sebagai pertukaran informasi mengenai suatu produk, layanan, merek atau perusahaan yang berada di internet, dan komunikasi ini berperan penting terhadap keputusan pembelian konsumen karena bisa memengaruhi sikap konsumen dalam melakukan pembelian (Ismagilova, Dwivedi, Slade, & Williams, 2017).
Komunikasi WOM diakui sebagai sumber informasi non-komersial dan terpercaya yang memiliki efek besar pada sikap konsumen dan perilaku pembelian (Kala & Chaubey, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh (Jalilvand & Samiei, 2012) meneliti bahwa terdapat hubungan e-WOM dengan purchase intention, mereka menemukan bahwa e-WOM memiliki efek kuat secara langsung pada minat beli konsumen. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh (Kala & Chaubey, 2018) mengatakan bahwa e-WOM secara positif memainkan peran penting dalam meningkatkan minat beli pelanggan dan mengurangi pengeluaran promosi. Dengan menggunakan e-WOM, pelanggan akan mendapatkan lebih banyak interaksi dengan konsumen lain dan lebih cepat mendapatkan respon mengenai informasi produk. Ketika informasi produk atau jasa kurang jelas, konsumen cenderung mencari informasi lebih dan referensi dari sumber lain yang terpisah dari informasi produk dari sumber yang resmi (Sa�ait, Kanyan, & Nazrin, 2016).
Pemasar dapat mengembangkan
cara komunikasi yang pantas untuk membuat
konsumen lebih tahu mengenai karakteristik
brand tertentu dan dapat
mengubah beberapa hal-hal negatif yang konsumen tahu mengenai
brand atau produk melalui WOM secara online.
E-WOM yang positif memerankan
peran penting untuk meningkatkan minat beli konsumen,
menciptakan gambaran yang disukai perusahaan dan brand mereka serta mengurangi
biaya promosi (Jalilvand & Samiei, 2012).
E-WOM pada penelitian ini mendapatkan hasil yang signifikan dengan dominasi jawaban responden setuju, sangat setuju, dan sangat setuju sekali
sehingga e-WOM menjadi komponen yang penting dalam keputusan pembelian produk Banananina. Pada penelitian ini, responden sering melihat mengenai brand Banananina
di Instagram mengenai konten
mengenai Banananina melalui konsumen lain, hal ini
ditunjukkan dengan tanggapan responden yang menjawab dengan rata-rata agak tinggi dan tinggi mengenai pendapatnya mengenai persebaran e-WOM terhadap minat beli. Pada hasilnya adalah bahwa persebaran e-WOM yang muncul mengenai brand Banananina memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen.
4.
Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara e-WOM terhadap Brand Equity
Hipotesis 4 menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara e-WOM dengan brand equity pada brand Banananina di media sosial Instagram.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, nilai t-statistik pada pengaruh e-WOM terhadap brand equity pada brand Banananina di media sosial Instagram adalah sebesar 18,6868. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel atau 18,6868 > 1,64 sehingga hipotesis penelitian diterima. Hasil ini memberi arti bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan pada e-WOM terhadap brand equity pada brand Banananina di media sosial Instagram dengan pengaruh sebesar 0,7169 sehingga semakin meningkat e-WOM mengenai brand Banananina maka akan meningkatkan brand equity pada brand Banananina di media sosial Instagram.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh (Poturak & Softic, 2019) yang menunjukkan bahwa e-WOM ditemukan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap brand equity pada sebuah
brand. Jika dilihat
dari analisis deskriptif pada variabel penelitian, variabel e-WOM termasuk dalam kategori agak tinggi dan tinggi. Setiap pernyataan pada variabel dari e-WOM memiliki mayoritas jawaban setuju dan sangat setuju sehingga hal tersebut menunjukkan
bahwa komunikasi yang dibuat oleh perusahaan atau e-commerce Banananina
berkaitan dengan brand
equity dari brand Banananina
di media sosial Instagram. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan, yaitu t hitung > t tabel atau 18,6868 > 1,64 yang menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Syahrivar & Ichlas, 2018) menemukan bahwa e-WOM berpengaruh terhadap seluruh dimensi dari brand equity. (Rimbano & Putri, 2016) mengungkapkan bahwa ketika electronic word-of-mouth positif banyak dibuat maka akan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena akan menguatkan suatu merek atau sebaliknya. (Severi, Ling, & Nasermoadeli, 2014) juga melihat bahwa brand equity tidak lagi dinilai dengan sejumlah besar uang yang perusahaan investasikan, melainkan pelanggan yang memberikan nilai brand equity melalui apa yang mereka katakan satu sama lain.
E-WOM pada penelitian ini mendapatkan hasil yang signifikan dengan dominasi jawaban responden setuju, sangat setuju, dan sangat setuju sekali
sehingga e-WOM menjadi komponen yang penting dalam membentuk brand equity pada
brand Banananina. Pada penelitian
ini, responden menjawab dengan rata-rata agak tinggi dan tinggi mengenai pendapatnya mengenai persebaran e-WOM. Pada hasilnya
uji pengaruh adalah bahwa persebaran e-WOM yang muncul mengenai brand Banananina memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand equity.
5.
Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Brand Equity
terhadap Purchase Intention
Hipotesis 5 menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara brand equity dengan purchase intention pada brand Banananina di media sosial Instagram.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, nilai t-statistik pada pengaruh brand equity terhadap purchase intention pada produk
dari brand Banananina
di media sosial Instagram adalah sebesar 8,7182. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel atau 8,7182 > 1,64 sehingga hipotesis penelitian diterima. Hasil ini memberi arti bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan pada brand
equity terhadap purchase intention pada produk dari
brand Banananina di media sosial
Instagram dengan pengaruh sebesar 0,5939 sehingga semakin meningkat brand equity maka akan semakin meningkatkan purchase intention pada produk pada brand Banananina di
media sosial Instagram.
Penelitian (Harsa & Syahputra, 2015), menemukan bahwa brand equity mempunyai efek yang signifikan terhadap minat beli. Semakin kuat brand equity pada produk maka semakin kuat rasa percaya diri konsumen kepada produk. Rasa percaya diri pada produk tersebut menimbulkan rasa ingin membeli oleh calon pembeli dan mengonsumsi produk sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan. Adanya brand equity yang kuat pada sebuah brand akan membuat perusahaan tetap mampu untuk bersaing di pasar seiring dengan meningkatnya persaingan pasar.
Brand equity memiliki dampak positif terhadap minat beli pelanggan terutama pada faktor brand loyalty, brand awareness, brand association, dan perceived quality yang dapat menciptakan brand equity (Aaker, 1991). Menurut (Senthilnathan, 2012) pada penelitiannya, terdapat hubungan positif antara brand equity dengan minat beli. Menciptakan brand equity yang kuat untuk produk tertentu seringkali membuat merek tersebut memiliki pasar yang kuat, karena industri retail lebih kompetitif dengan banyak bisnis dengan mencari pelanggan, penting bahwa bisnis menggunakan strategi pasar untuk menciptakan brand equity.
6. Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara e-WOM terhadap
Purchase Intention melalui Brand Equity
Hipotesis 6 menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara e-WOM dengan purchase intention konsumen melalui brand equity sebagai variabel intervening pada brand Banananina di media sosial Instagram.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, nilai t-statistik pada pengaruh e-WOM terhadap
purchase intention konsumen melalui brand equity sebagai
variabel intervening pada brand Banananina di media sosial
Instagram adalah
sebesar 8,7182. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel atau 6,5639 > 1,64 sehingga hipotesis penelitian diterima. Hasil ini memberikan arti bahwa brand
equity dapat memediasi atau dapat menjadi
variabel intervening dalam
pengaruh e-WOM di media sosial Instagram terhadap minat beli (purchase
intention) brand Banananina dengan pengaruh tidak langsung sebesar 0,4258 sehingga pengaruh total atau total effect e-WOM di media sosial
Instagram terhadap minat beli produk pada brand Banananina adalah sebesar 0,7041 yang merupakan jumlah dari pengaruh
secara langsung dan tidak langsung yaitu 0,2784 + 0,4258 = 0,7041.
Penelitian sebelumnya (Poturak & Softic, 2019) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara e-WOM dan brand
equity pada hubungan minat
beli dibandingkan hubungan e-WOM dengan minat beli itu
sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara e-WOM dan minat beli secara
penuh dimediasi oleh brand
equity. Pada penelitian ini
juga menemukan hasil yang sama bahwa pengaruh
secara tidak langsung lebih besar efeknya dibandingkan
tanpa mediasi. Pengaruh melalui efek mediasi brand equity antara e-WOM dan purchase intention memiliki pengaruh signifikan yang lebih besar dibandingkan efek secara langsung
e-WOM dengan purchase intention.
Menurut (Poturak & Softic, 2019), apabila diterjemahkan ke dalam bahasa pemasaran,
hal ini menunjukkan
bahwa adanya like,
share, comment, post di media sosial secara signifikan berpengaruh pada persebaran informasi mengenai merek tertentu, menciptakan e-WOM. Rekomendasi secara online dan ide dari
pelanggan lain sangat memberikan pengaruh keputusan dari konsumen, namun hal ini dipengaruhi
oleh adanya brand association/brand awareness,
perceived quality, dan brand loyalty. Fokus
tentang bagaimana perusahaan berhubungan dengan konsumen secara online, menciptakan
pengalaman yang positif atau negatif sehingga
memengaruhi brand equity mereka.
Merek yang memiliki brand
equity yang tinggi cenderung
lebih menguntungkan di
pasar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa adanya efek
mediasi dari brand
equity meningkatkan minat
beli lebih besar dibandingkan tanpa efek.
�����������
Kesimpulan
Penelitian ini
membahas pengaruh komunikasi media sosial baik yang dibuat oleh pengguna Instagram maupun perusahaan Banananina yang membentuk e-WOM terhadap minat beli dan brand equity. Berdasarkan hasil pembahasan ditemukan bahwa user-generated
content memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap e-WOM, begitu pula dengan firm-generated content yang memiliki pengaruh signifikan terhadap e-WOM pada brand
Banananina di media sosial
Instagram. Kemudian e-WOM memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap purchase
intention dan e-WOM juga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap brand
equity pada brand Banananina di media sosial Instagram.
Sedangkan untuk e-WOM yang dimediasi oleh brand
equity sebagai variabel
intervening, memiliki pengaruh
positif secara signifikan terhadap purchase
intention konsumen pada brand Banananina di media sosial
Instagram. Nilai pengaruh e-WOM terhadap
purchase intention secara langsung
lebih kecil besarnya dibandingkan dengan nilai pengaruh
menggunakan mediasi brand
equity. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya mediasi variabel brand equity lebih memengaruhi minat beli konsumen
lebih besar pada brand Banananina dibandingkan tanpa adanya mediasi.
Aaker, David A. (1991). Managing Brand
Equity New York. Free Press: New York. Google
Scholar
Abumalloh, R. A., Ibrahim, O. B., Nilashi,
M., & Abu-Ulbeh, W. (2017). A literature review on purchase intention
factors in e-commerce. Asia International Multidisciplinary Conference,
Universiti Teknologi Malaysia (UTM) or University of Technology, Malaysia (UTM).
Google
Scholar
Harsa, Rangkas Salsabila, & Syahputra,
Syahputra. (2015). Pengaruh Brand Equity Game Mario Terhadap Minat Beli
Konsumen Nintendo Indonesia Pada Konsol Nintendo (studi Pada Komunitas Nintendo
Indonesia). EProceedings of Management, 2(2). 1-12. Google
Scholar
Haryono, Siswoyo. (2017). Metode SEM
untuk Penelitian Manajemen AMOS Lisrel PLS. Jakarta: Luxima Metro Media. Google
Scholar
Hermawan, Asep, & Yusran, Husna Leila.
(2017). Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif. Kencana. Google
Scholar
Ismagilova, Elvira, Dwivedi, Yogesh K.,
Slade, Emma, & Williams, Michael D. (2017). Electronic word of mouth
(eWOM) in the marketing context: A state of the art analysis and future
directions. SpringerBriefs
in Business. UK: Amazon.co.uk: Kindle Store Google
Scholar
Jalilvand, Mohammad Reza, & Samiei,
Neda. (2012). The effect of electronic word of mouth on brand image and
purchase intention: An empirical study in the automobile industry in Iran. Iran:
Marketing Intelligence & Planning. Google
Scholar
Jha, Bidyanand. (2019). The role of social
media communication: Empirical study of online purchase intention of financial
products. Global Business Review, 20(6), 1445�1461. Google
Scholar
Kala, Devkant, & Chaubey, D. S. (2018).
The effect of eWOM communication on brand image and purchase intention towards
lifestyle products in India. International Journal of Services, Economics
and Management, 9(2), 143�157. Google
Scholar
Kotler, Philip, & Armstrong, Gary.
(2012). Principles of marketing 14th edition. New Jearsey:
Pearson Education Inc, 67. Google
Scholar
Kotler, Philip, & Keller, Kevin Lane.
(2016). Marketing management (15th global ed.). England: Pearson. Google
Scholar
Kumar, Ashish, Bezawada, Ram, Rishika,
Rishika, Janakiraman, Ramkumar, & Kannan, P. K. (2016). From social to
sale: The effects of firm-generated content in social media on customer
behavior. Journal of Marketing, 80(1), 7�25. Google
Scholar
Nancy, Y. (2019). Pengguna Facebook &
Instagram di Indonesia Terbanyak ke 4 di Dunia. Retrieved from
https://tirto.id/pengguna-facebook-instagram-di-indonesia-terbanyak-ke-4-di-dunia-ee8n.
Google
Scholar
POTURAK, Mersid, & SOFTIC, Sumeja.
(2019). Influence of social media content on consumer purchase intention:
Mediation effect of brand equity. Eurasian Journal of Business and Economics,
12(23), 17�43. Google
Scholar
Pusparisa, Y. (2019). 5 Jenis Barang yang
Paling Diburu Konsumen di E-Commerce. Retrieved from
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/11/11/5-sektor-barang-yang-paling-diburu-konsumen.
Google
Scholar
Rimbano, Dheo, & Putri, Meilya Sari
Eka. (2016). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku
Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Orasi Bisnis: Jurnal Ilmiah
Administrasi Niaga, 15(1). 1-15. Google
Scholar
Sa�ait, Noraini, Kanyan, Agnes, &
Nazrin, Mohammad Fitri. (2016). The effect of e-WOM on customer purchase
intention. International Academic Research Journal of Social Science, 2(1),
73�80. Google
Scholar
Sagala, Oktaviani Br, & Rachmawati, E.
(2016). Instagram content towards customers� purchase intention for start-up
culinary company. Advanced in Economics, Business and Management Research,
15, 371�376. Google
Scholar
Schivinski, Bruno, & Dabrowski,
Dariusz. (2015). The impact of brand communication on brand equity through
Facebook. Journal of Research in Interactive Marketing. Google
Scholar
Senthilnathan, Samithamby. (2012). The
relationship of brand equity to purchase intention. IUP Journal of
Marketing Management, May. Google
Scholar
Severi, Erfan, Ling, Kwek Choon, &
Nasermoadeli, Amir. (2014). The impacts of electronic word of mouth on brand
equity in the context of social media. International Journal of Business and
Management, 9(8), 84�96. Google
Scholar
Soewandi, Melinda. (2015). The impact of
social media communication forms on brand equity dimensions and consumer
purchase intention. IBuss Management, 3(2). 204-213. Google
Scholar
Syahrivar, Jhanghiz, & Ichlas, Andy
Muhammad. (2018). The Impact of Electronic Word of Mouth (E-WoM) on Brand
Equity of Imported Shoes: Does a Good Online Brand Equity Result in High
Customers� Involvements in Purchasing Decisions? The Asian Journal of
Technology Management, 11(1), 57�69. Google
Scholar
Talpau, Alexandra. (2014). Social media-A
new way of communication. Bulletin of the Transilvania University of Brasov.
Economic Sciences. Series V, 7(2), 45. Google Scholar
Zailskaite-Jakste, Ligita, &
Kuvykaitė, Rita. (2013). Communication in social media for brand equity
building. Economics and Management, 18(1), 142�153. Google
Scholar
Zarella, D. (2010). The Social Media
Marketing Book. Sebastopol. Kanada: O�reilly. Google
Scholar
Hanako Fatimah Pertiwi,
Effy Zalfiana Rusfian (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |