Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398

Vol. 3, No 3 Maret 2018


PEMBINAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU SMK BINA INSANI IBUN DALAM MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS PROJECT BASED LEARNING (PJBL)


Taufan Muklis

Pengawas SMK Kabupaten Bandung, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Email: [email protected]


Abstrak

Sesuai dengan istilahnya, Model Project Based Learning (PJBL) merupakan model pembelajaran yang lebih mengedepankan pada latihan pemecahan masalah. Model ini melatih siswa untuk menghadapi masalah dengan mencari pemecahannya secara solutif. Selain itu, siswa juga dilatih untuk merancang proses dalam memperoleh hasil berupa produk pada diri siswa. Peneliti memilih metode PTS atau umumnya dikenal dengan Penelitian Tindakan Sekolah. Metode ini lebih mengedepankan pada tindakan praktis terhadap suatu masalah di sekolah, khususnya dalam bidang akademik. Dengan menggunakan sistem siklus refleksi model Kemmis dan Mc Taggart. Strategi/ metode kerja/ teknik pembinaan yang digunakan pada siklus Pertama adalah observasi-refleksi-rekomendasi, studi dokumentasi, angket dan FGD dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2017, selanjutnya siklus Kedua adalah observasi-refleksi-rekomendasi, studi dokumentasi angket, workshop, dan FGD dilaksanakan pada 12 Agustus 2017. Hasil penelitian kegiatan pembinaan Siklus Pertama menunjukkan bahwa, aktivitas pendidik membuat Rencaran Pelaksanaan Pembelajaran berbasis PJBL yang merujuk pada Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 belum memuaskan. Oleh karena itu, kemampuan dan keahlian serta aktivitas pendidik pada Siklus Pertama, perlu ditingkatkan dan harus diperbaharui atau diinovasi pada Siklus Kedua. Siklus Kedua, mengakhiri kegiatan pembinaan pada guru melalui observasi-refleksi- rekomendasi, studi dokumentasi angket, workshop, dan FGD, dengan indikator aktivitas guru telah diatas 70.00% dan skor guru minimal 70.00 sudah diatas 85%


Kata Kunci: kemampuan guru, rencana pelaksanaan pembelajaran, project based learning, workshop.


Pendahuluan

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pada Bab I Pasal I (1) mempunyai pengertian bahwa, pendidikan merupakan bentuk usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan pembelajaran sehingga peserta didik mampu mengembangkan dan memberdayakan diri supaya menjadi individu yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, sosial emosional, karakter, budipekerti, kecerdasan sosial emosional dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan


150

bernegara. (Syah, 2004). Bentuk usaha menciptakan situasi tersebut dapat dilaksanakan melalui tingkat keluarga, masyarakat maupun sekolah atau lembaga pendidikan sebagai perwakilan dari pemerintahan.

Pendidikan pada tingkat menengah harus mengembangkan dan menanamkan pembelajaran kecakapan hidup abad 21 salah satunya dengan melatih siswa untuk memiliki kesadaran kritis dan memahami masalah secara komprehensif (Forgaty, 1997; Salpeter, 2001; Tan, 2003; Lazear, 2004; dan Permendikbud No. 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan serta Permendikbud No 21 tahun 2016 tentang Standar Isi). Dengan demikian Pendidik harus memfasilitasi dan mengambangkan peserta didik secara bertahap, mulai dari kemampuan dalam memecahkan masalah sampai pada melahirkan solusi terhadap masalah tersebut. Materi tersebut tentu perlu dimasukan dalam kurikulum pembelajaran dan perangkat lain seperti pada silabus dan RPP (Permendikbud No. 20 tahun 2016, Permendikbud No 21 tahun 2016, Permendikbud

No 22 tahun 2016, dan Permendikbud No 23 tahun 2016.

Kemampuan memecahkan masalah sebagai bagian dari kemampuan 4C sangat penting dikuasai siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai permasalahan dan menentukan solusinya serta mendorong terbentuknya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Forgaty, 1997; Savoi, 1994; Tan, 2003; Wood, 2005).

Hasil studi pendahuluan melalui observasi, studi dokumentasi RPP dan angket pada pendidik di sekolah binaan, menunjukkan: (1) sejumlah 50.00% guru belum menggunakan model PJBL dalam RPPnya, padahal Kompetensi Dasar (KD) yang dapat menggunakan model PJBL relatif cukup banyak; (2) sejumlah 38.89% guru yang menuliskan model PJBL pada RPPnya, tapi tidak menuliskan sintaks model tersebut pada langkah-langkah pembelajaran; dan (3) sejumlah 33.33% guru yang memilih model PJBL tetapi KD yang dipilih tidak sesuai jika menggunakan model PJBL.

Kemudian masih ada beberapa guru belum terampil dalam membuat angket respon siswa terhadap penggunaan PJBL, pedoman observasi aktivitas siswa berbasis PJBL, daftar check berbasis PJBL, serta format observasi aktivitas siswa. Dengan demikian diperlukan adanya supervisi akademik khususnya melalui bimbingan pengawas supaya guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model yang variatif, salah satunya model PJBL.

Supervisi akademik memiliki peran dalam mengaktifkan dan meningkatkan profesional pendidik/ guru. Melalui bimbingan, pembinaan serta pelatihan yang baik dan bermutu, Supervisi Akademik dapat memberikan masukan kepada pendidik tentang cara atau pendekatan, metode maupun strategi pembelajaran.

Model Project Based Learning (PJBL) merupakan model pembeajaran yang memiliki prinsip dasar pengembangan kreativitas siswa dalam menghadapi persoalan- persoalannya. Selain itu, pada model ini siswa dididik untuk mencari solusi yang sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Model PJBL pada dasarnya memberikan dan melatih kreativitas siswa. Lebih dari itu, model ini juga dapat meningkatkan minat belajar siswa, karena secara dilibatkan langsung dalam aktivitas belajar. Melalui kegiatan memecahkan suatu masalah siswa akan diarahkan pada menghasilkan suatu produk melalui projek yang dibuatnya (Buck Institute for Education, 1999; Education, 2012; & Lambros, 2004).

Melalui kegiatan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang ada, maka pada akhirnya siswa terbiasa menangani masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan begitu siswa akan mudah menentukan solusinya serta mendorong terbentuknya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Akan banyak manfaat yang didapatkan dari kegiatan latihan memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa sendiri. Selain siswa akan memiliki kekreatifan, juga kepribadian, kepercayaan diri serta kepemimpinan siswa juga akan terasah sehingga ketika siswa terjun ke masyarakat akan lebih siap dan baik. (Allen, 1996; Azer, 2013; Barrett, 2005; Carson, 2007; Dogru, 2008; Duch, 2001;

Savoi, 1994).

PJBL merupakan model pembelajaran yang memiliki paradigma proses pendidikan yang berpusat pada peserta didik, atau istilah lainnya student centre. Melalui model pembelajaran ini diharapkan pengetahuan, karakter dan kerpibadian siswa dapat terbangun. (Allen, 1996; Buck Institute for Education, 1999; Education, 2012; & Lambros, 2004; Barrett, 2005; Carson, 2007; Dogru, 2008; Duch, 2001; Tan, 2003).

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa perlu melakukan penelitian dan kajian lebih lanjut mengenai Penelitian Tindakan Sekolah. Selain sebagai sarana pembinaan peneliti sebagai pengawas sekolah, penelitian ini juga diharapkan sebagai bagian dari pembinaan pengawas terhadap pendidik yang ada di lembaga-lembaga

pendidikan lain, lebih khususnya pada guru SMK Bina Insani Ibun dalam membuat perangkat pembelajaran yang berbasis PJBL.


Metodologi Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) merupakan salah satu jenis penelitian yang mengkaji tentang berbagai macam masalah di sekolah. Penelitian ini umumnya digunakan guna menginovasi maupun sebagai bagian dari pembinaan bagi sekolah, atau dalam hal ini berfokus pada kelompok guru di sekolah. Penelitian ini dibagi menjadi dua siklus penelitian, mengunakan sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang dimodifikasi (Sukidin dkk, 2002), dengan tahapan mulai dari merencanakan pembinaan setiap siklus, pelaksanan pembinaan setiap siklus, observasi pelaksanaan dan refleksi pembinaan setiap siklus, yang dilakukan pada siklu pertama, siklus kedua, dan seterusnya sampai diperoleh rekomendasi kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran tuntas.

Indikator ketuntasan apabila telah mencapai 85 % subjek daya serapnya ? 70 % (Depdikbud RI, 1994, dalam Sudjana, 2001 dan Arikunto, 2007). Strategi/metode kerja/teknik pembinaan yang digunakan pada siklus 1 adalah observasi-refleksi- rekomendasi, studi dokumentasi, angket dan FGD dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2017, sementara pelaksanaan siklus kedua adalah dengan observasi-refleksi- rekomendasi, studi dokumentasi angket, workshop, dan FGD dilaksanakan pada 12 Agustus 2017


Pembahasan dan Hasil

  1. Hasil Penelitian Tindakan Sekolah dari Siklus I – II

    1. Persiapan dan Pelaksaan Pembinaan dari Siklus I – II

      Berdasarkan hasil observasi di lapangan dalam proses pembinaan menunjukkan bahwa pada siklus II guru lebih siap untuk menyusun perangkat pembelajaran yang berbasis PJBL. Sementara pada siklus I guru belum memiliki kesiapan dalam menyusun perangkat pembelajaran atau RPP. Oleh karena itu pelaksanaan pembinaan pada siklus II telah meningkatkan kesiapan guru dalam menyusun Perangkat Pembelaran berbasis PJBL. Perangkat pembelaran yang dimaksud mulai dari membuat RPP untuk setiap siklus, membuat penilaian untuk setiap siklus, menyusun angket untuk siswa, serta

      menyusun panduan observasi kegiatan siswa, membuat daftar check, menyusun instrumen observasi kegiatan siswa, menyusun instrumen observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan. Peneliti dalam melakukan diskusi balikan, selalu memperhatikan kekurangan-kekurangan yang ada sehingga disempurnakan pada siklus selanjutnya.

      Catatan lapangan (lembar observasi) dan lembar diskusi balikan telah mencatat berbagai inovasi yang terjadi. Perubahan yang terjadi tidak selalu dalam hal cara hasil pembinaan, tetapi dilihat juga dilihat dari kegiatan pembinaannya, yaitu aktivitas atau kegiatan guru. Kegaitan guru dan perolehan skor guru, selama pembinaan pada Siklus I sampai II telah mengalami perbaikan dan peningkatan.

    2. Perubahan Aktivitas Guru dari Siklus 1 – Siklus II

      Kegiatan pembinaan siklus II telah memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas guru dibanding pada siklus I, mulai dari membuat RPP untuk setiap siklus, membuat penilaian untuk setiap siklus, menyusun angket respon siswa, menyusun panduan observasi kegiatan siswa, membuat daftar check, menyusun instrumen observasi kegiatan siswa, menyusun instrumen observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan.

      Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru selama penelitian dari siklus I sampai II, maka disimpulkan dalam Tabel 1 dibawah ini.

      Tabel. 1

      Aktivitas Guru Selama Pembinaan dari Siklus I – siklus II


      image

      Jumlah

      Aktivitas Guru Selama Pembinaan pada Siklus I - II

      Guru & Prosent ase

      Terampil membuat RPP

      Terampil membuat penilaian

      Terampil membuat angket

      Terampil membuat pedoman

      Terampil membuat daftar check

      Terampil membuat format

      berbasis

      berbasis

      respon

      observasi

      berbasis

      observasi

      PJBL

      PJBL

      siswa

      aktivitas

      PJBL

      aktivitas

      siswa

      siswa

      berbasis

      berbasis

      PJBL

      PJBL

      berbasis

      PJBL

      I II

      I II

      I II

      I II

      I II

      I II

      Jumlah

      12 14

      12 15

      13 16

      13 16

      14 17

      14 17

      Guru

      Prosent

      66. 77.

      66. 83.

      72. 88.

      72.2 88.8

      77.7 94.4

      77.78 94.4

      ase

      67 78

      67 33

      22 89

      2 9

      8 4

      4


      image


      image


      Melalui tabel tersebut dapat tergambarkan bahwa kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran yang berbasis pada PJBL mulai dari Siklus I sampai II menunjukan peningkatan. Pada siklus I guru yang benar-benar terampil membuat RPP berbasis PJBL berjumlah 12 orang (66.67%), dan pada siklus II menjadi 14 orang (77.78%).

      Kompetensi guru ketika menyusun penilaian berbasis PJBL dengan benar dari siklus I sampai siklus II menunjukan peningkatan. Pada siklus I guru yang benar-benar terampil berjumlah 12 orang (66.67%), dan pada siklus II menjadi 15 orang (83.33%). Tabel 1 di atas menunjukan kemampuan guru dalam menyusun quesioner respon siswa pada penggunaan pembelajaranberbasis PJBL dengan benar dari siklus I sampai siklus II menunjukan peningkatan. Pada siklus I guru yang benar-benar terampil berjumlah 13 orang (72.22%), dan pada siklus II menjadi 16 orang (88.89%).

      Kompetensi guru dalam menyusun panduan observasi kegiatan siswa dengan benar dari siklus I sampai II menujukan peningkatan. Pada siklus I guru yang benar- benar terampil berjumlah 13 orang (72.22%), siklus II menjadi 16 orang (88.89%). Dengan demikian Tabel 1 menunjukan kompetensi guru membuat daftar check dengan benar mulai siklus I sampai II menunjukan peningkatan.

      Pada siklus I guru yang benar-benar terampil berjumlah 14 orang (77.78%), siklus II menjadi 17 orang (94.44%). Tabel 1 di atas menunjukan kompetensi guru dalam menyusun instrumen observasi kegiatan siswa dengan benar dari siklus I sampai II mengalami peningkatan. Pada siklus I guru yang benar-benar terampil berjumlah 14 orang (77.78%), dan pada siklus II menjadi 17 orang (94.44%).


    3. Jumlah komponen RPP berbasis PJBL yang Dipenuhi oleh Guru (dari total 20 komponen RPP yang sesuai peraturan Permendikbud No 22 Tahun 2016)

      Jumlah komponen RPP berbasis PJBL yang Dipenuhi oleh Guru (dari total 20 komponen RPP yang sesuai peraturan Permendikbud No 22 Tahun 2016) dapat dilihat pada Tabel 2

      Tabel. 2

      Skor Guru dari Siklus I – II


      image

      image

      No Kode Guru %

      Siklus I Siklus II

      image

      1 AA 75,00 90,00

      image

      2 AB 65,00 80,00

      image

      3 AC 80,00 90,00

      image

      4 AD 70,00 85,00

      image

      5 AE 75,00 90,00

      image

      6 AF 70,00 85,00

      image

      7 AG 65,00 80,00

      image

      8 AH 80,00 90,00

      image

      9 AI 65,00 80,00

      image

      10 AJ 65,00 80,00

      image

      11 AK 75,00 90,00

      image

      12 AL 55,00 65,00

      image

      13 AM 60,00 75,00

      image

      14 AN 80,00 90,00

      image

      15 AO 75,00 90,00

      image

      16 AP 70,00 85,00

      image

      17 AQ 55,00 65,00

      image

      18 AR 70,00 85,00

      image

      Rata-rata 69,44 83,06

      image

      DSK 61,11 88,89

      image


      Uraian 20 komponen RPP yang Sesuai dengan Tuntutan Permendikbud No 22 Tahun 2016 sebagai berikut:

      No

      Komponen RPP

      No

      Komponen RPP

      1

      Mencantumkan identitas sekolah/nama satuan pendidikan

      11

      Materi pelajaran memuat prinsip relevan dengan indikator

      2

      Mencantumkan identitas mata pelajaran

      12

      Materi pelajaran memuat prosedur relevan dengan indicator

      3

      Mencantumkan identitas kelas/semester

      13

      Metode pembelajaran sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan

      4

      Mencantumkan materi pokok dan sub materi pokok

      14

      Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa

      5

      Mencantumkan alokasi waktu (termasuk jumlah pertemuan)

      15

      Media pembelajaran sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan

      6

      Mencantumkan KD yang sesuai untuk model PJBL

      16

      Sumber belajar sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan

      7

      Mencantumkan Indikator

      17

      Langkah-langkah pembelajaran melalui tahapan


      pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup

      8

      Rumusan tujuan pembelajaran berdasarkan KD/indikator

      18

      Langkah-langkah pembelajaran memuat sintaks/ langkah-langkah model PJBL (tujuan siswa terhadap masalah, memanagemen/ mengelola siswa untuk berlatih, mengarahkan pada proses penyelidikan individual dan kelompok, memberdayakan dan menyusun hasil karya, dan menganalisis dan menilai hasil proses pemecahan masalah; Sumber: Arends, 2008)

      9

      Materi pelajaran memuat fakta relevan dengan indikator

      19

      Langkah-langkah pembelajaran mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan

      10

      Materi pelajaran memuat konsep relevan dengan

      indikator

      20

      Evaluasi disesuaikan dengan KD/ indikator/tujuan


      Pada Tabel 2 tersebut, diperoleh data sebagai berikut :

      1. Pada Siklus I, skor tertinggi adalah 80,00, terendah 65,00 dan rata-ratanya adalah 69,44 serta jumlah guru yang mengalami ketuntasan belajarnya sebanyak 11 orang (61.11%).

      2. Pada Siklus II, nilai rata-rata harian tertinggi adalah 90,00, terendah65,00 dan rata-ratanya adalah 83,06 serta jumlah guru yang mengalami ketuntasan belajarnya sebanyak 16 guru (88.89%).


      Berdasarkan data pada Tabel 2, menunjukkan rata-rata dan daya serap klasikal jumlah komponen RPP berbasis PJBL yang dipenuhi oleh guru (dari total 20 komponen RPP yang sesuai Permendikbud No 22 Tahun 2016) mulai dari siklus I- siklus II menunjukan peningkatan. Pada siklus I skor rata-rata guru yaitu 69,44, sementara siklus II terjadi peningkatan yaitu pada skor 83,06. Begitu juga dengan Daya Serap Klasikal (DSK) mengalami peningkatan.

      Pada siklus I DSK sebesar 61.11%, dan Siklus II terjadi peningkatan yaitu 88.89% 2. Pembahasan. a. Pengaruh Pembinaan Terhadap Peningkatan Aktivitas Guru dari Siklus I – Siklus II Kegiatan pembinaan dari siklus I-siklus II, menunjukkan bahwa aktivitas guru semakin aktif, serta antusias dalam proses pembinaan.

      Hampir semua guru berperan aktif mulai dari membuat RPP untuk setiap siklus, membuat penilaian untuk setiap siklus, menyusun quesioner respon siswa, menyusun panduan observasi kegiatan siswa, membuat daftar check, dan menyusun instrumen

      observasi aktivitas siswa. Meskipun awalnya banyak yang belum terampil namun pada siklus II sudah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan menjadi 88.89%.


  2. Pembahasan.

    1. Pengaruh Pembinaan Terhadap Peningkatan Aktivitas Guru dari Siklus I – Siklus II

      Kegiatan pembinaan mulai siklus I-II, menunjukkan bahwa kegiatan guru semakin aktif, serta antusias mengikuti setiap pembinaan. Hampir semua guru berperan aktif mulai dari menyusun RPP untuk setiap siklus, menyusun evaluasi untuk setiap siklus, menyusun quesioner respon siswa, menyusun panduan observasi kegiatan siswa, membuat daftar check,dan menyusun instrumen observasi kegiatan siswa. Walaupun pada awalnya banyak yang belum terampil tetapi pada siklus II sudah menunjukkan kemajuan yang sangat pesat.

    2. Pengaruh Diterapkannya Pembinaan terhadap Kemampuan dan Keterampilan Guru dalam menguasai teori belajar, khususnya dalam membuat RPP berbasis PJBL.

Kegiatan pembinaan siklus I sampai II, skor guru menunjukan adanya peningkatan. Peningkatan tersebut terlihat ketika setiap guru mampu melaksanakan dan mengikuti tahap-tahap jalannya kegiatan pembinaan, serta menunjukan bahwa hampir semua guru berperan aktif mengikuti setiap kegiatan pembinaan yang diberikan peneliti. Selain itu, proses pendampingan selama kegiatan pembinaan sudah diupayakan efektif, efisien dan intensif.

Sehingga guru tidak menemukan kesulitan ketika kegiatan pembinaan tersebut berlangsung. Sehingga pada saat dilaksanakan pengukuran kemampuan dan keterampilan guru dalam menyusun RPP berbasis PJBL, pada siklus II, daya serap klasikal sudah diatas 85% yaitu 88.89% guru memperoleh skor 70.00 ke atas. Data tersebut menjadi indikator siklus II ini mengakhiri Penelitian Tindakan Sekolah, kegiatan pembinaan pada guru melalui workshop maupun FGD.


Kesimpulan

  1. Kegiatan pembinaan pada siklus I, menunjukkan bahwa aktivitas pendidik dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis PJBL, membuat penilaian, menyusun

    quesioner respon siswa, menyusun panduan observasi kegiatan siswa, membuat daftar check, menyusun instrumen observasi kegiatan siswa, menyusun instrumen observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan belum memuaskan. Kemampuan dan keahlian serta aktivitas guru dalam siklus I, perlu ditingkatkan pada siklus II.

  2. Kegiatan pembinaan pada siklus II, menunjukkan bahwa aktivitas guru mulai dari membuat RPP berbasis PJBL, menyusun evaluasi, menyusun quesioner respon siswa, menyusun panduan observasi kegiatan siswa, membuat daftar check, menyusun instrumen kegiatan siswa, menyusun instrumen observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan sudah meningkat dan lenih baik dibanding siklus I. Sementara pada Siklus II ini mengakhiri Penelitian Tindakan Sekolah, kegiatan pembinaan pada guru melalui observasi-refleksi-rekomendasi, studi dokumentasi angket, workshop, dan FGD, dengan indikator aktivitas guru telah diatas 70.00% dan skor guru minimal 70.00 sudah diatas 85%, yaitu sebesar 88.89%.

  3. Selama kegiatan pembinaan mulai dari siklus I sampai siklus II, peneliti berusaha melaksanakan bimbingan serta arahan secara adil, dan menyeluruh pada setiap guru, supaya setiap guru berpartisifasi dalam mengikuti kegiatan pembinaan, mulai dari membuat RPP berbasis PJBL untuk setiap siklus, membuat penilaian untuk setiap siklus, menyusun quesioner respon siswa, menyusun panduan observasi kegiatan aktivitas siswa, menyusun daftar check, menyusun instrumen observasi aktivitas siswa, membuat format observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan

BIBLIOGRAFI


Allen et al. 1996. The power of of problem-based learning in teaching introductory science courses. New Direction for Teaching and Learning.


Buck Institute for Education, 1999, Project-Based Learning, (online) diakses tanggal 10 September 2013. ttp://www.bgsu.edu/organization!etl/proj.html


Forgaty, R. 1997. Problem Based Learning and Other Curicular Models for Multiple Intellegences Classroom. New York: IRI/Skyligt Training and Publishing, Inc


Permendikbud No 143 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya


Permendikbud No 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Permendikbud No 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Permendikbud No 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian

Permendikbud No. 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan


Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.


Permeneg PAN dan RB Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Pengawas dan Angka Kreditnya


Sudjana, Nana. 1999. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.


Sukidin dkk 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Laporan Penelitian. IKIP Bandung tidak diterbitkan.


Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Bandung: Remaja Rosda Karya