Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398
Vol. 3, No 3 Maret 2018
Universitas Muhammadiyah Tangerang
Email: [email protected], [email protected]
Penelitian memiliki maksud untuk mengoptimalkan kreativitas anak dengan aktivitas montase di Kota Tangerang. Waktu yang ditempuh dalam penelitian ini adalah mulai pada bulan April dan Mei 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan action research melalui tiga siklus. Sampel yang diambil sebanyak 10 anak berasal dari TK Ar Rahman dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Sampel yang diambil untuk mewakili populasi menggunakan teknik sampling jenuh dan sampel yang diambil adalah anak usia 5-7 tahun yang dipilih secara keseluruhn sebanyak 10 anak sebagai subjek penelitian. Teknik pengumpulan data adalah melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti memilih dengan teknik analisis data kuantitatif serta data kualitatif. Uji keabsahan data dengan teknik triangulasi. Hasil penelitian pada kondisi awal, kreativitas anak belum optimal, kemudian pemberian tindakan pada siklus I dengan presentase sebesar 20%. Tindakan siklus II diberikan, lalu hasilnya mengalami peningkatan sehingga menjadi 50%. Kembali tindakan dilakukan sehingga mengalami peningkatan kembali menjadi 80%. Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat perkembangan yang sangat berbeda dari kreativitas melalui aktivitas montase anak usia 5-7 Tahun. Implikasi dari penelitian ini adalah pada kemampuan guru untuk menstimulasi aktivitas yang dapat memberikan kebebasan anak dalam mengeksplorasi dalam menyelesaikan aktivitasnya. Dalam hal ini pendidik dapat memberikan kesempatan anak untuk menyampaikan produk pada guru dan teman-temannya. Kemudian dalam hal ini pendidik juga dilatih untuk menyusun atau memodifikasi aktivitas yang dapat dilakukan anak dalam meningkatkan kreativitas anak.
Dalam teori umum, seorang anak Usia emas (golden age) adalah pada Usia Dini, karena itu pada usia ini sangat baik dalam meningkatkan kualitas diri anak. Anak Usia Dini adalah seorang individu yang memiliki usia di bawah 6 tahun, dan pada masa ini
161
anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Usia dini memiliki karakteristik yang khas, yaitu kemampuan belajar anak yang luar biasa dan keinginan untuk belajar aktif dan ekploratif. Pada usia ini, aspek yang dapat dikembangkan pada anak adalah kreativitas. Penting dilakukan upaya pemberdayaan potensi anak, salah satunya pengembangan kreativitas yang dapat menentukan keberhasilan anak dikemudian hari.
Hurlock menjelaskan bahwa kreativitas adalah bentuk inovasi atau penciptaan yang dilakukan seorang individu, baik dalam bentuk ide pemikiran maupun dalam hal bentuk yang lain yang bersifat baru (Susanto, 2011: 113). Kreativitas sangatlah penting dikembangkan pada anak sejak usia dini untuk mempersiapkan kehidupan dimasa dewasanya, karena umumnya persoalan yang sering ditemukan adalah pada kemampuan untuk beradaptasi dalam menghadapi persoalan dilingkungan hidupnya secara aktif- kreatif.
Hal yang mungkin dapat dilakukan pada anak usia dini dalam merangsang dan memberdayakan kreativitas anak adalah dengan kegiatan bermain yang dilakukan di lingkungannya dengan menggunakan sarana, media pembelajaran yang bersifat edukatif. Serta hal lain yana ada dilingkungan atau sekeliling, yang dapat digunakan sebagai alat maupun media belajar siswa. Seorang pendidik di sekolah harus dapat memilih dan memanfaatkan setiap kesempatan belajar untuk mengembangkan kreativitas anak.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di TK Ar-Rahman Karawaci Tangerang, terlihat bahwa kreativitas anak pada kelompok B yang berusia 5-7 tahun masih belum mencapai hasil yang optimal. Pada saat melakukan kegiatan kreatif di kelas, hanya ada 3 dari 10 anak yang dapat membuat karya secara mandiri, dan hanya 2 anak yang dapat mengkomunikasikan atau menyampaikan produk pada guru dan teman- temannya. Dalam Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 mengenai Standar Nasional PAUD, anak pada usia seharusnya sudah dapat menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah, serta dapat menyelesaikan masalah secara sederhana, baik dilingkungan keluarganya maupun teman-temannya.
Sikap kreatif anak tersebut seharusnya dapat ditunjukkan anak seperti dalam hal menciptakan produk yang sesuai imajinasinya, dan dalam mengkomunikasikan produk yang dibuatnya. Hal ini diperkuat dalam konsultasi yang didpatkan dari media online
mengenai kreativitas pada anak usia 5 tahun dengan pertanyaan bahwa “Benarkah sejak usia muda, kreativitas sudah berkembang pada anak? Seperti apakah tahapan perkembangan kreativitas balita?” dan dengan jawaban adalah “Benar! Kreativitas ditandai dengan proses membuat sesuatu dari yang tidak mampu menjadi ada. Pada umumnya anak-anak sangat suka membuat sesuatu.
Anak-anak yang kreatif adalah anak yang bekerja atau menciptakan sesuatu dengan penuh humor, tidak kaku dan kaya dengan permainan (playfull)”. Contohnya dengan tahapan perkembangan kreativitas pada balita salah satunya adalah pada usia 5 tahun sudah dapat mencampur dan menggunakan warna dengan berani. (https://www.ayahbunda.co.id/balita-tanya-jawab/tanya-jawab3a-kreativitas-anak- berkembang-sejak-dini)
Peneliti memilih kegiatan montase untuk mengembangkan kreativitas anak. Maksud dan tujuan adalah untuk mengembangkan kreativitas anak, serta anak mampu menciptkan produk montase dengan menyusun potongan-potongan gambar dari berbagai sumber untuk kemudian dibentuk menjadi komposisi gambar yang baru pada suatu bidang. Berdasarkan hal yang telah dijabarkan, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Aktivitas montase diduga dapat mengoptimalkan kreativitas pada usia Taman Kanak-kanak”.
Peneliti memilih Action Research sebagai metode penelitian dan alat pembahasan, dengan subjek penelitian yaitu anak kelompok B (usia 5-7 tahun) di TK Ar-Rahman Kecamatan Karawaci Kota Tangerang. Yang dimaksud dengan Action Research adalah metode yang digunakan peneliti untuk berinteraksi secara langsung dengan obyek penelitian. Tindakan secara langsung tersebut dimaksudkan peneliti untuk meningkatkan kualitas dari proses dan hasil belajar. (Mulyasa, 2016).
Adapun bentuk kegiatan dari metode Action Research adalah bentuk tindakan kolaboratif. Suhardjono (2015) menjelaskan bahwa pada Action Research jenis tersebut terdapat kolaborasi antara peneliti (dalam hal ini mahasiswa, atau dosen, atau peneliti yang lain) dengan praktisi, yakni guru yang akan melakukan proses pembelajaran di saat PTK berlangsung.
Dalam penelitian ini kolaborasi dilakukan peneliti dengan guru kelas, yaitu peneliti berperan sebagai observer dan guru bertindak sebagai pelaksana tindakan.
Dalam Action Research ini, tindakan yang dilakukan adalah meningkatkan kreativitas melalui kegiatan montase pada anak usia 5-7 tahun, dengan fokus pada aspek-aspek kreativitas antara lain kelancaran, keluwesan, keaslian dan penguraian, yaitu berupa kemampuan anak dalam berpikir, kemampuan anak dalam menciptakan hasil karya sesuai imajinasi, kemampuan mengkomunikasikan dan mengungkapkan pendapat, serta kemampuan mengekspresikan diri.
Kemudian peneliti dalam menentukan sampel adalah pada anak usia 5-7 tahun di TK Ar Rahman, Karawaci, Tangerang. Peneliti menggunaan sampling jenuh yaitu menentukan sampel sesuai dengan jumlah anak dalam kelas yang akan diberikan tindakan. Variabel yang digunakan adalah variabel independent (X) dan variabel dependent (Y).
Variabel independent merupakan aktivitas montase digunakan sebagai tindakan peneliti dalam mengoptimalkan kreativitas anak usia 5-7 tahun, sedangkan variabel dependent merupakan kreativitas anak usia 5-7 tahun. Desain penelitiannya adalah dengan model Kemmis dan Taggart, yaitu dilakukan dalam tiga siklus dan tiga tindakan/pertemuan pada setiap siklusnya.
Selanjutnya tahapan penelitiannya dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Instrumen penelitiannya adalah berupa lembar penilaian berupa daftar checklist, catatan wawancara, catatan lapangan serta dokumentasi. Perhitungan validitas dan reliabilitas dilakukan kepada anak usia 5-7 tahun di TK Al Anshor, Karawaci, Tangerang dengan jumlah responden sebanyak 10 anak.
Kemudian tujuan dari adanya uji validitas adalah untuk mencari dan mendalami informasi mengenai tingkat kevalidan suatu instrumen. Pengujian validitas instrumen sebanyak 10 anak, maka yang r tabel dijadikan kriteria adalah 0,63 dengan rumus product moment. Untuk reliabilitas sebesar 0,947 dengan rumus alpha cronbach. Teknik analisis berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
Peningkatan kreativitas anak dengan menerapkan kegiatan montase dalam tiga siklus, setiap siklus memiliki 3 kali pertemuan. Kreativitas anak diukur berdasarkan empat indikator yaitu penguraian, keluwesan, keaslian dan kelancaran. Penerapan
kegiatan montase yang dilakukan peneliti dengan alat dan media serta membahas tema yang tida sama pada setiap siklus. Siklus I dengan tema rekreasi dan sub temanya membahas alat rekreasi. Media dan alat yang dipakai adalah potongan gambar, kertas hvs, lem kertas, gunting dan pensil.
Hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan terdapat sebagian anak dalam membuat karya montase masih harus didampingi oleh guru selama kegiatan, begitu pula dalam mengkomunikasikan produk yang ia buat. Ada pula anak yang mampu menyusun karya montase dengan idenya sendiri namun dalam menyampaikan ide serta pendapatnya masih harus dipandu oleh guru.
Kreativitas anak pada siklus I telah mencapai persentase sebesar 20%, yaitu dari
10 terdapat 2 anak yang skor kreativitasnya telah mencapai keberhasilan yang ditentukan. Anak mengalami peningkatan kreativitas walaupun sebagian besar anak tidak sesuai dengan kriteria dalam setiap indikator yang diukur. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti menindaklanjuti pada siklus II agar dapat mencapai hasil lebih optimal.
Peneliti menambahkan variasi media dan alat yang umum untuk digunakan anak agar anak dapat mengekplorasi dan mengembangkan idenya secara mandiri dalam membuat karya. Pada siklus II tema pembahasanya mengenai rekreasi dengan sub tema tempat rekreasi. Media dan alat yang dipakai dengan kertas hvs, lem kertas, gunting, pensil, pensil warna, potongan gambar, dan lembaran gambar.
Berdasarkan pengamatan pada siklus II, terlihat beberapa anak sudah menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Anak sudah dapat membuat karya montase sesuai gagasan sendiri dan sudah lebih mandiri dalam mengkomunikasikan produknya pada guru. Namun masih ada anak yang dipandu dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Ada pula anak yang pada saat memulai kegiatan membuat karya montase masih harus dibantu oleh guru, begitu pula dalam mengkomunikasikan produk kepada guru.
Pada siklus II terjadi peningkatan persentase keberhasilan sebesar 30%, yaitu pada siklus I sebanyak 20% kemudian pada siklus II naik menjadi 50%. Dari 10 anak, ada 5 anak yang skor kreativitasnya telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Artinya, anak mengalami peningkatan kreativitas walaupun terdapat beberapa anak yang tidak sesuai dengan standar indikator yang dibuat.
Berdasarkan temuan di atas, peneliti kembali tindakan siklus III agar dapat mencapai peringkat lebih baik. Peneliti menambahkan variasi media dan alat yang umum yaitu berupa gambar-gambar dari buku dan majalah bekas. Tujuannya adalah agar anak mampu mengembangkan idenya sendiri dengan mandiri dalam membuat karya montase. Pada siklus III temanya tanah air dengan sub tema kehidupan di desa, kota dan pesisir laut.
Media dan alat yang dipakai antara lain kertas hvs sebagai bidang dasar, lem kertas, gunting, pensil, pensil warna, crayon, potongan gambar, lembaran gambar utuh dan buku/ majalah bekas. Berdasarkan pengamatan pada siklus III, terlihat sebagian besar anak sudah dapat membuat karya montase secara mandiri. Selain itu anak dapat membuat gambar bebas dengan mandiri, meskipun ada dua orang anak yang memerlukan diarahkan oleh guru.
Secara keseluruhan anak sudah mampu mengkomunikasikan dan menjelaskan produk penciptaannya dengan bahasanya sendiri, meskipun masih ada satu anak yang harus dipandu guru dalam mengkomunikasikan produk ciptaannya. Kreativitas anak pada siklus III telah meningkat dan mencapai standar keberhasilan dengan persentase sebesar 80%. Dari 10 anak, sudah terdapat 8 anak yang skor kreativitasnya telah mencapai standar keberhasilan yang ditentukan. Artinya, kreativitas anak mengalami peningkatan dan semakin baik walaupun masih ada masih belum mencapai kriteria dalam indikator yang diukur. Dengan adanya peningkatan pada indikator kreativitas tersebut, maka peneliti menganggap hasil dari siklus III ini telah sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
Berdasarkan paparan hasil data terkait kreativitas anak tersebut dapat tergambarkan bahwa kegiatan montase memberikan peluang pada anak untuk mengembangkan kreativitasnya, mengemukakan pendapat dan idenya dalam menciptakan hasil produknya yang sesuai dengan imajinasi dan keinginan masing- masing anak. Pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan montase lebih menarik bagi anak. Bahan-bahan yang digunakan cukup sederhana dan dapat memotivasi anak agar mau berekspresi dalam bentuk hasil produk penciptaannya. Sama halnya dengan penelitian Wulandari dan Silawati (2016) PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul penelitian “Profil Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Kolase, Montase dan
Mozaik”. Hasil yang didapat pada penelitian tersebut adalah bahwa kegiatan montase juga efektif dalam mengembangkan aspek kemampuan motorik halus anak. Hal tersebut jelas bahwa montase merupakan kegiatan yang baik untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar bagi anak usia dini guna mengembangkan berbagai aspek perkembangan pada anak.
Dari hasil penelitian melalui tindakan sebanyak tiga siklus dengan kegiatan montase untuk meningkatkan kreativitas pada anak usia dini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan kegiatan montase dapat meningkatkan kreativitas anak usia 5-7 tahun di TK Ar-Rahman Kecamatan Karawaci Kota Tangerang. Peningkatan kreativitas anak dapat dilihat dari kondisi awal kreativitas anak kelompok B yang belum berkembang dengan optimal, setelah diberi tindakan siklus I kemudian meningkat menjadi 20%. Pada siklus II naik menjadi 50%, sedangkan pada siklus III naik lagi menjadi 80%.
Kreativitas anak mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan melalui kegiatan montase menggunakan bahan-bahan yang sederhana, aman serta menarik bagi anak. Kegiatan montase memberikan kebebasan anak untuk bereksplorasi, bebas menggunting, membuat dan memilih sendiri gambar-gambar yang menarik untuk disusun sesuai keinginan, serta memberikan anak kesempatan untuk mengkomunikasikan produk penciptaannya pada guru dan teman-temannya.
Sebagian besar anak mampu melakukan kegiatan montase sesuai dengan aspek- aspek kreativitas yaitu penguraian, keluwesan, keaslian dan kelancaran. Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang dapat ditindak lanjuti yaitu: 1) Bagi guru dan sekolah, hendaknya guru dan sekolah menerapkan montase dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bervariasi; 2) Bagi orang tua, orang tua hendaknya memperhatikan setiap potensi anak, tidak hanya potensi akademik saja yang ditekankan, tetapi juga kreativitas anak, dan; 3) Bagi peneliti selanjutnya, peneliti selanjutnya diharapkan memperhatikan dan melengkapi rumusan yang dipakai untuk mengukur aspek-aspek kreativitas agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Arikunto, S., Suhardjono & Supardi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Muharrar, S & Verayanti, S. 2013. Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana. Jakarta: Esensi Erlangga Group.
Mulyasa, H. E. 2016. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pamadhi, H & Sukardi, E. 2009. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Rachmawati, Y & Kurniati, E. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wulandari, Sri & Silawati, E. 2016. Profil Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Kolase, Montase dan Mozaik. E-Journal PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Vol 04 No 03: Desember 2016. Diakses dari http://kd- cibiru.upi.edu/jurnal/index.php/antologipaud/article/view/671/581
https://www.ayahbunda.co.id/balita-tanya-jawab/tanya-jawab3a-kreativitas-anak- berkembang -sejak-dini