Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398
Vol. 3, No 4 April 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon Email: [email protected]
Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja terhadap sikap remaja tentang seks bebas di kelas 3 di SMK Eka Prasetya Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini dilakukan pada sampel yang berjumlah 75 siswa-siswi kelas 3 SMK Eka Prasetya Kabupaten Sukabumi dengan melakukan pengukuran tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi serta sikap remaja dalam seks bebas melalui penyebaran angket kuesioner. Penelitian ini memiliki maksud untuk menjelaskan dan mendeskripsikan pengetahuan dan sikap remaja di kelas 3 terhadap pengetahuan dalam kesehatan reproduksi remaja. Metoode penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian korelasional, yaitu menelaah keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lain dengan dasar koefisien korelasi. Adapun hasilnya adalah gambaran tingkat pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi remaja memiliki pengetahuan baik sebanyak 84%, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 16% dan 0% atau tidak ada remaja yang memiliki pengetahuan kurang terhadap sikap remaja mengenai seks bebas, remaja menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 84%, tidak setuju sebanyak 16% dan tidak ada remaja yang memiliki sikap setuju dan sangat setuju terhadap seks bebas. Dengan demikian terdapat pengaruh pengaruh pengetahuan remaja/ siswa tentang kesehatan reproduksi dalam masalah seks bebas.
Kata Kunci : Pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap remaja
Transisi demografi menjadi latar belakang adanya perubahan dalam struktur kependudukan yang diurutkan menurut umur. Apabila sebelumnya mayoritas penduduk adalah masuk pada kategori anak, maka untuk usia remaja mengalami peningkatan yaitu sebesar 43.650.000 jiwa. Masa depan bangsa sebenarnya ada pada masa depan remaja. Itu artinya perhatian masyarakat terhadap remaja perlu ditingkatkan karena menyangkut dengan moral atau masalah sosial lainnya seperti perilaku seksual remaja.
26
(Notoatmodjo,2007:261) Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Salah satu cirinya adalah alat reproduksi yang sudah mulai berfungsi, libido mulai keluar dari diri remaja, kemudia didukung dengan perkembangan emosi anak sudah mulai labil.
Menurut data Survei KPAI pada bulan Maret 2009 tercatat 32% remaja 14 – 18 tahun pernah berhubungan seks, terdapat 21,2% remaja putri pernah melakukan aborsi, 97% nya merupakan karna pengaruh internet. Pada bulan maret 2007 62,7 % remaja SMP sudah tidak perawan, 21,2 % remaja SMA pernah aborsi dan 93,7% pernah berciuman hingga petting (bercumbu).
Berdasarkan survei MCR-PKBI sebanyak 63,68% remaja tidak dapat mengendalikan dorongan seksual. Hal tersebut menjadi bagian dari faktor penyebab hubungan seksual pranikah terjadi pada seorang remaja, dan sebanyak 55,79% kurang taat menjalankan agama, 52,63% rangsangan seksual, 49,47% menonton video porno, 9,47% tidak ada bimbingan dari orangtu, 24,74% tekanan dari lingkungan dan 12,11% karena masalah ekonomi. (<http://ebdosama.blogspot.com/2009/02/seks-pranikah-free- seks-seks-bebas.html>). dalam salah satu media nasional pada tahun 2007 pernah diberitakan bahwa dalam hasil penelitiannya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Jaw Barat, terdapat 30% pelajarnya pernah berhubungan seks dan sebanyak 44 kasus penyebaran HIV/AIDS. Temuan tersebut masih terhitung rendah jika dilihat dari tahun sebelumnya (2006) yakni sebanyak 94 kasus. (ranywaisya.wordpress.com). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 12 juli
2010 didapatkan data pada tahun ajaran 2010-2011 dari 1050 siswa- siswi yang berada di SMK Eka Prasetya Kabupaten Sukabumi tecatat beberapa kasus seperti menyimpan
video porno di Hand Phone serta memiliki pasangan dan melakukan prilaku seksual mulai dari tingkat rendah hingga berciuman. Siswa yang melakukan perilaku seksual tersebut mendapatkan hukuman berupa peringatan tegas terhadap pelaku. Kemudian pelaku diberikan bimbingan mental dan spiritual oleh guru BK (Bimbingan dan Konseling) dengan harapan para pelajar tersebut tidak melakukan kesalahannya lagi. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini akan mengambil judul ”Pengaruh Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap Sikap Remaja tentang Seks Bebas di Kelas 3 SMK Eka Prasetya Kabupaten Sukabumi Tahun 2010”.
Penelitian korelasional adalah menelaah hubungan satu masalah (variabel) dengan masalah lain berdasar koefisien korelasi, penelitian ini diteliti keterkaitan antara variabel pengetahuan dan sikap, dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang dimana variable-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. (Notoatmodjo, 2002:148)
Populasi penelitian adalah seluruh objek penelitian akan diteliti (Notoatmojo, 2002:79). Populasi merupakan subyek penelitian secara keseluruhan (Arikunto, 2006:130). Adapun populasinya adalah seluruh kelas 3 siswa-siswi SMK Eka Prasetya Kabupaten Sukabumi sejumlah 298 orang.
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling acak kelompok (Cluster Random Sampling), dimana populasi awal yaitu seluruh kelas 3 di SMK Eka Prasetya Kabupaten Sukabumi sejumlah 298 orang dan dibagi dalam beberapa kelompok, kemudian sampling dilakukan sedemikian rupa sehingga untuk.
Penelitian terhadap seluruh kelas 3, beberapa kelompok unit dari kelas 3 tersebut yang diambil sampelnya.
Jumlah sampel dalam penelitian ini disesuaikan dengan tingkat kepercayaan 10% (Notoatmodjo, 2002:92) sebagai berikut :
N
n =
1 + N (d² )
Keterangan :
n : Jumlah sampel yang diinginkan N : jumlah populasi
d : Tingkat kepercayaan
298
n
1 + 298(0,1² )
=
298
3,98
n =
n = 74,87 = 75
jadi, jumlah sample dalam penelitian ini adalah 75 orang.
Merupakan panduan dipakai peneliti dalam menghimpun data. Instrumen ini bisa merupakan bentuk pertanyaan, formulir observasi atau lainnya yang memiliki hubungan dalam menghimpun data (Notoatmodjo, 2005). Instrument pokok yang digunakan penelitian adalah dengan kuisioner. Alasan penggunaan kuisioner adalah:
Untuk memperoleh informasi yang berhubungan bagi penelitian ini
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliable
Ketika menyusun instrument, peneliti itu juga harus mengetahui tentang jenis skala pengukuran data, agar instrument dapat di ukur sesuai dengan permasalahan penelitian.
Skala Ukur
Skala pengukur penelitian ini adalah:
Skala pengukuran untuk tingkat pengetahuan dengan skala guttman yaitu, pada umumnya dibuat seperti checlist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009:103)
Skala pengukuran untuk sikap digunakan skala likert yang dimodifikasi dengan bentuk checklist dengan interpretasi penilaian diberi skor antara 1 sampai dengan 4. Masing- masing adalah:
Untuk pernyataan positif 4 = sangat setuju,
3 = setuju,
2 = tidak setuju, dan
1 = sangat tidak setuju
Untuk pernyataan negatif 4 = sangat tidak setuju, 3 = tidak setuju ,
2 = setuju, dan
1 = sangat setuju
Mengukur Validitas dan Realibilitas Instrument
Uji Validitas
Alat Ukur atau instrument yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data. Uji validitas dapat menggunakan software program SPSS versi 13.0, instrument dikatakan valid jika P < 0,05.
2) Uji Realibilitas
Rumus untuk menghitung koefisien realibilitas instrument dengan menggunakan
Cronbach Alpha, instrument dikatakan reliabel jika r > 0,6.
Data demografi dari penelitian ini meliputi kelas, tempat tinggal/ tinggal dengan, keadaan ekonomi yang diukur dengan uang jajan perhari dan pengalaman responden yang berhubungan dan pernah memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dari beberapa media.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas
No | Kelas | Jumlah | Persentase |
1 | 3 Akutansi 2 | 18 | 24% |
2 | 3 Administrasi Perkantoran 1 | 32 | 42,7% |
3 | 3 Perdagangan | 25 | 33,3% |
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa responden terbanyak berasal dari kelas 3 Administrasi Perkantoran 1 sebanyak 32 siswa (42,7%) dan jumlah
responden terkecil sebanyak 18 orang (24%) dari kelas 3 Akuntansi 2.
No | Tempat tinggal/ dengan | Jumlah | Persentase |
1 | Rumah dengan orangtua | 71 | 94,7% |
2 | Rumah dengan saudara | 3 | 1,3% |
3 | Pesantrenan | 1 | 4% |
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa dari 75 responden, paling banyak responden tinggal dengan orangtuanya yaitu sebanyak 71 responden (94,7%) dan paling sedikit tinggal di pesantrenan yaitu sebanyak 1 responden (4%).
No | Banyaknya uang jajan | Jumlah | Persentase |
1 | < Rp. 20.000-, | 71 | 94,7% |
2 | 20.000- 25.000 | 2 | 2,7% |
3 | >25.000 | 2 | 2,7% |
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa dari 75 responden, paling banyak siswa- siswi saku perhari yaitu < Rp. 20.000,-/ hari sebanyak 71 orang (94,7%), 2 responden
(2,7%) yang mempunyai uang saku perharinya > Rp.25.000,- dan 2 responden lagi (2,7%) mempunyai uang saku Rp.20.000 - 25.000,-/ harinya.
No | Sumber | Jumlah | Persentase |
1 | Petugas kesehatan | 16 | 21,3% |
2 | Media elektronik | 28 | 37,3% |
3 | Teman | 2 | 2,7% |
4 | Media massa | 8 | 10,7% |
5 | Petugas, media elektronik | 1 | 1,3% |
6 | Petugas, media massa | 3 | 4% |
7 | Media elektronik, teman | 1 | 1,3% |
8 | Petugas, Media elektronik, teman | 8 | 10,7% |
9 | Petugas, Media elektronik, media massa | 1 | 1,3% |
10 | Media elektronik, Teman, media massa | 4 | 5,3% |
11 | Media elektronik, media massa | 3 | 4% |
Dari Tabel 4 tersebut diketahui bahwa paling banyak responden memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, dan seks bebas dari media elektronik yaitu sebanyak 28 orang (37,3%) dan paling sedikit responden memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dan seks bebas dari petugas kesehatan, media elektronik 1 orang (1,3%), dari media elektronik, teman sebanyak 1 orang (1,3%) dan dari petugas, media elektronik dan media massa sebanyak 1 orang (1,3%).
No | Kategori pengetahuan | Jumlah | Persentase |
1 | Baik | 63 | 84 % |
2 | Cukup | 12 | 16 % |
3 | Kurang | 0 | 0 % |
Berdasarkan table 5 diperoleh data bahwa dari 75 responden, paling banyak responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi remaja yaitu sekitar 63 responden (84%) dan paling sedikit responden memiliki pengetahuan cukup yaitu sekitar 12 orang responden (16%).
No | Kategori sikap | Jumlah | Persentas e |
1 | Sangat tidak setuju | 63 | 84 % |
2 | Tidak setuju | 12 | 16 % |
3 | Setuju | 0 | 0 % |
4 | Sangat setuju | 0 | 0 % |
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diperoleh data bahwa dari 75 remaja 63 orang (84%) diantaranya memiliki sikap sangat tidak setuju terhadap seks bebas, dan 12 orang (16%) memiliki sikap tidak setuju terhadap seks bebas.
Hasil analisa ini dilakukan untuk melihat adanya pengaruh antara tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja terhadap seks bebas.
F | % | F | % | F | % | F | % | ||
Baik | 62 | 82,7 | 1 | 1,3 | 0 | 0 | 0 | 0 | 63 |
Cukup | 12 | 16 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 12 |
Kurang | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
Total | 74 | 98,7 | 1 | 1,3 | 0 | 0 | 0 | 0 | 75 |
0,018
Berdasarakan tabel 7 dapat dilihat bahwa dari 75 responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik, disertai dengan sikap sangat tidak setuju terhadap seks bebas yaitu sebanyak 62 responden (82,7%), responden yang memiliki pengetahuan yang baik disertai sikap setuju terhadap seks bebas sebanyak 1 responden (1,3%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup disertai sikap sangat tidak setuju terhadap seks bebas sebanyak 12 responden (16%).
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat nilai P= 0,018, ini berarti terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja terhadap sikap remaja tentang seks bebas karena nilai P < 0,05, dan ini berarti H0 ditolak. Pernyataan sebelumnya bahwa H0 menunjukkan tidak ada pengaruh tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja terhadap sikap remaja tentang seks bebas. Arah hubungan antara kedua variabel positif, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja maka akan semakin baik pula sikap remaja terhadap seks bebas.
Berdasarkan uji statistika yang didapatkan melalui uji korelasi spearman didapatkan nilai korelasi r= 0,271 ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel sikap dan pengetahuan rendah. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa r2= 0,73, ini berarti 73% pengetahuan remaja mempengaruhi sikap remaja terhadap seks bebas dan 27% sikap remaja terhadap seks bebas dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari 75 remaja yang menjadi responden, paling banyak memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi remaja yaitu sebanyak 63 responden (84%). Faktor penguat dari tingkat pengetahuan yang baik ini didukung pula oleh sumber informasi yang responden dapat tentang kesehatan reproduksi remaja, dimana berdasarkan tabel
4.4 paling banyak responden yaitu sebanyak 28 responden (37,3%) mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja dari media elektronik. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam teori bahwa pengetahuan yang didapatkan melalui pengalaman atau penginderaan yang dimiliki manusia (mata, hidung, telinga dan sebagainya). (Notoatmodjo, 2003:121).
Hasil penginderaan yang didapat adalah melalui media elektronik, dimana media elektronik ini banyak macamnya, diantaranya yaitu TV, radio, dan internet. Semakin banyak sumber informasi yang remaja dapatkan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan remaja tentang kesehtan reproduksi remaja, hal ini didukung pula oleh teori yang menyatakan bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahaun seseorang. (Wied Harry, 2000)
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa dari 75 responden, paling banyak responden memiliki sikap sangat tidak setuju terhadap seks bebas sebanyak 63 orang (84%). Hal ini sesuai teori bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus/objek (dalam hal ini adalah masalah seks bebas). Setelah seseorang mengetahui stimulus/objek, proses selanjutnya akan menilai/dan bersikap terhadap stimulus/objek tersebut. Begitupun dengan sikap remaja terhadap seks bebas, remaja mengetahui bahwa seks bebas merupakan perilaku yang negatif dan dilarang dalam agamanya maka remaja bersikap sangat tidak setuju terhadap seks bebas. Dimana seks bebas ini merupakan perilaku
seksual remaja yang tidak bertanggung jawab, perilaku seks yang menyimpang seperti seks pranikah, kehamilan yang tidak diinginkan, kekerasan seksual dan penyimpangan seksual lainnya.(Chomaria, 2008:99).
Faktor penguat yang membuat remaja bersikap sangat tidak setuju terhadap seks bebas adalah tempat tinggalnya dengan orangtua, dimana berdasarkan tabel 4.2 dari 75 responden paling banyak yaitu 71 responden (94,7%) tinggal dengan orangtuanya, orangtua memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap remaja tentang seks bebas, dimana dengan pengawasan orangtua dan pendidikan orangtua, diharapkan remaja memiliki sikap yang baik terhadap kematangan seks nya. Remaja akan menyalahgunakan kematangan seksnya jika tanpa pengawasan dari orangtua. Hal ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seksual beresiko pada remaja adalah lingkungan tempat tinggal (Madayani Y, 2003). Lingkungan tempat tinggal yang baik yang didalamnya terdapat peran orangtua dalam mendidik anaknya, diharapkan dapat mengontrol remaja dalam memanfaatkan kematangan seksualnya.
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja terhadap sikap remaja tentang seks bebas, berarti jika tingkat pengetahuan remaja baik tentang kesehatan reproduksi remaja maka akan mempengaruhi sikap remaja terhadap seks bebas. Berdasarkan tabel 4.7 juga didapatkan bahwa paling banyak responden yaitu 62 responden (82,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik disertai sikap sangat tidak setuju terhadap seks bebas dan 1 responden (1,3%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik disertai sikap tidak setuju terhadap seks bebas. Hal ini sesuai teori yang menyatakan sikap seseorang terhadap objek tertentu dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003:121).
Jadi, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek, maka akan baik pula sikapnya terhadap objek tersebut. selain itu salah satu faktor yang membuat tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja baik dikarenakan paling banyak responden yaitu sebanyak 28 responden (37,3%)
mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja dari media elektronik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melaui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). (Notoatmodjo,2003:121). Hasil penginderaan yang didapat adalah melalui media elektronik, dimana media elektronik ini banyak macamnya, diantaranya yaitu TV, radio, dan internet. Semakin banyak sumber informasi yang remaja dapatkan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, hal ini didukung pula oleh teori yang menyatakan bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahaun seseorang. (Wied Harry, 2000). Dan tidak hanya itu di SMK Eka Prasetya sendiri selalu diadakan penyuluhan tentang kesehatan, kegiatan keagamaan rutin dan juga sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran mengenai perilaku seks bebas yang terjadi dan hal tersebut membuat sikap siswa remaja di SMK Eka Prasetya terhadap seks bebas itu sendiri baik.
Pada tabel 7 didapatkan pula ada 12 responden (16%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup disertai dengan sikap sangat tidak setuju terhadap seks bebas. Hal ini berarti walaupun tingkat intelegensi remaja cukup rendah, dalam hal ini pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja itu sendiri, tidak menutup kemungkinan remaja akan bersikap sangat tidak setuju terhadap seks bebas, karena seperti teori yang dikemukakan sebelumnya remaja mempunyai penilaian bahwa seks bebas adalah sesuatu yang dilarang dalam agamanya. Hal
ini didukung pula oleh data yang didapatkan melaui uji korelasi spearman, dimana dari hasil uji korelasi didapatkan nilai r=0,271, dengan r2= 0,73 ini berarti 73% dari pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja mempengaruhi sikap remaja tehadap seks bebas, 27% lainnya bisa dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain disini, bisa termasuk kepercayaan/keyakinan remaja bahwa seks bebas adalah sesuatu yang dilarang dalam agamanya.
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan:
Hasil kesimpulannya mengenai pengetahuan siswa bahwa gambaran kemampuan dalam pemahaman dan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja memiliki pengetahuan baik sebanyak 84%, pengetahuan yang cukup sebanyak 16% dan 0% atau tidak ada remaja yang memiliki pengetahuan yang kurang.
Berdasarkan hasil penelitian pula bahwa gambaran sikap remaja terhadap seks bebas, remaja menyatakan sangat tidak setuju terhadap seks bebas sebanyak 84%, tidak setuju sebanyak 16% dan tidak ada remaja yang memiliki sikap setuju dan sangat setuju dalam seks bebas.
Sementara melalui uji korelasi rank spearman, bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap sikap remaja tentang seks bebas.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.Jakarta : Rineka Cipta.
Atkinson, Rita.2002. Pengantar Psikologi. Jakarta : Interaksara. Bernadette, Nur.dkk.2008. Kesproholic. Jakarta : Mitra Inti.
Chomaria, Nurul.2008. Aku Sudah Gede. Solo : Samudera.
Danim, sudarwan dan Darwis.2003.Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2002. Pedoman Pelaksanaan komunikasi,informasi dan edukasi kesehatan reproduksi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dian Nugraha, Boyke.2010. problema seks dan solusinya. Jakarta : Bumi Aksara. Hidayat, A.Aziz Alimul.2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2003. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Maryanti, Dwi dan Majestika Septikasari.2009. Kesehatan Reproduksi. Jogjakarta: Nuha Medika.
Maslad, Robert.David Estridge.2006. Apa yang ingin diketahui Remaja tentang Seks Bebas. Jakarta : Bumi Aksara.
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
.2002. Metodologi Peneitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
Ronosulistyo, Hanny dan Aam Amirudin. 2006. Seks tak Sekedar Birahi. Bandung : Khazanah Intelektual.
Syafrudin dan Hamidah.2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2008.Psikolgi Remaja. Jakarta : Raja Gravindo Persada http://ebdosama.blogspot.com/2009/02/seks-pranikah-free-seks-seks-bebas.html diakses tanggal 8 juli 2010 jam 12:30 wib.
http://www.o-bras.com/2010/05/data-survei-seks-pelajar-indonesia_3019.html diakses tanggal 8 juli 2010 jam 12:32 wib
http://hizbut-tahrir.or.id/2009/12/01/jabar-masih-darurat-hivaids-dan-seks-bebas/ diakses tanggal 8 juli 2010 jam 12:33 wib
ranywaisya.wordpress.com diakses tanggal 8 juli 2010 jam 12:35 wib (http://www.kesrepro.info/?q=node/367 diakses tanggal 8 juli jam 12:40 wib