Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
6, No.7, Juli 2021
�
GOODLOOKING INTENTION MILENIAL: BRAINWASHING EFFECT DAN LITERASI JIHAD RENDAH�
Suhardin, Nurhayati,
Ahmad Hunen
Universitas Ibnu Chaldun
(UIC) Jakarta, Universitas Tadulako (UNTAD) Palu, Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) Publisistik Thawalib
Jakarta, Indonesia
Email:� [email protected], [email protected],
ahmad[email protected]
Abstrak
Radikalisme dan terorisme lebih menggambarkan tentang kasuistik, kejadian dan peristiwa yang tengah dialami, penelitian ini lebih menganalisis
terkait dengan beberapa variabel yang mempengaruhi goodlooking
intention kaum milenial,
diantaranya intensitas literasi jihad, intensitas menulis tentang jihad dan pemahaman kaum milenial tentang jihad setelah mengalami brainwashing
dalam proses mentoring yang dilakukan murabbi dalam kajian. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengkaji
keterkaitan antara variabel dengan goodlooking intention, diantaranya
intensitas literasi jihad, intensitas menulis berkaitan dengan jihad dan pemahaman terhadap jihad. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif liserial yang menggambarkan dan menganalisis pengaruh antar variabel terhadap variabel yang lain, dengan menyasar empat puluh lima jamaah pengajian remaja masjid yang tergolong milenial. Hasil analisis inferensial yang dilakukan ditemukan bahwa brainwashing
memiliki effect yang sangat
signifikan terhadap goodlookingintention kaum milenial dibandingkan dengan variabel literasi jihad. Ternyata literasi jihad kaum milenial tergolong rendah, karena memang mereka diindoktrinasi
harus mendengarkan semua yang disampaikan mentor, murabbi, dan ustadnya. Visi jihad kaum milenial akan dapat
dibangun dengan baik dengan cara
meningkatkan literasi berkaitan dengan jihad dari berbagai reffrensi
standar dan penulis yang otoritatif di bidangnya, sehingga mereka memiliki pencerahan berkaitan dengan visi jihad yang sebenar-benarnya.
Kata Kunci: niat goodlooking; milenial; cuci otak; literasi jihad
Abstract
Radikalisme and terrorism better describe about kasuistik, events
and events that are being experienced, this study is more analyzed related to
some variables that affect the goodlooking intentions �of millennials, including the
intensity of jihadi literacy, the intensity of writing about jihad and the
understanding of millennials
about jihad after �brainwashing
�in the �mentoring
process conducted murabbi
in the study. The purpose of
this study is to examine the relationship between variables and goodlookingintentions, including the intensity of jihadi literacy,
the intensity of writing related to jihad and understanding of jihad.� This
study uses a lyserial descriptive quantitative method
that describes and analyzes the influence between variables on other variables,
targeting forty-five mosque youth worshipers who are millennials. Ananalysis ofinferensial found that brainwashing had a very significant effect on the goodlookingintentions of millennials
compared to the variables of jihadi
literacy. It turns out that the jihadi literacy of millennials is relatively
low, because they are indoctrinated to listen to everything delivered by
mentors, murabbi, and ustadnya.
The vision of jihad of millennials will be well built by improving the literacy
related to jihad from various standard reffrensi and
authoritative writers in their fields, so that they have enlightenment related
to the true vision of jihad.
Keywords:
goodlooking intentions; millennials;
brainwashing; jihadi literacy
Pendahuluan
Strategi paham radikal masuk di lingkungan ASN
(Aparatur Sipil Negara) dan masyarakat melalui seorang anak goodlooking
atau berparas menarik (Razi, 2020). hal ini
disampaikan beliau dalam kegiatan Webinar dengan tema Strategi Menangkal
Radikalisme pada Aparatur Sipil Negara pada tanggal 5 September 2020 di
kantor� Kementerian Agama Republik
Indonesia. Goodlooking yang dimaksud, merupakan pola yang dilakukan dalam
menyebarkan bibit radikalisme ke rumah ibadah. (Razi, 2020) Pernyataan goodlooking
menjadi viral di berbagai media sosial dan media mainstream. Pro
dan kontra bermunculan di kalangan netizen. Diantarany Irfan Amalee yang
menyebutkan bahwa pembahasan mengenai radikalis telah mengalami pergeseran.
Stereotipe celana cingkrang, jenggotan, bercadar yang dijadikan justifikasi
kelompok tertentu, sekarang mengalami pergeseran ke arah goodlooking (Amalee, 2020). Pengebom di
Thamrin itu tampilannya pake jeans, cleanis, rapi berpenampilan menarik dan
meyakinkan sebagai seorang anak gaul, tetapi memiliki misi khusus untuk
melakukan gerakan radikalis.� Hal ini
menimbulkan pertanyaan, apa esensialitas dari goodlooking, celana
cingkrang tersebut dalam realitas radikalisasi di tengah masyarakat? Mengapa
trend ini digandrungi oleh generasi muda milenial? Bagaimana cara yang
dilakukan oleh orang untuk membawa para milenialis ke dalam komunitas goodlooking
tersebut? Apa yang membuat mereka bersedia dan bergabung dengan sukarela dalam
komunitas goodlooking? Bagaimana taktis dan strategis yang dilakukan
oleh para pihak yang berwenang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?.
�Tahun 2017 Hasnul
Harahap meneliti tentang Why Radicalism is growing Among Children (Harahap &
Pemahaman, 2015) beliau meneliti
keterlibatan anak dalam perang di Suriah bergabung dengan ISIS, dalam
penelitiannya menemukan bahwa anak rentan terpapar dengan radikalisme disebabkan oleh pertama, anak
dijadikan target potensialisme rekrutmen jihadis. kedua, anak
mudah mengakses konten radikalisme di internet tanpa ada kritisisme. ketiga, ajaran
agama dijadikan pendekatan yang lebih meyakinkan dan keempat, pengaruh dan
keterpaksaan lingkungan.� Muhammad Candra
Saputra, meneliti tentang jihad santri milenial melawan gerakan radikalisme di
era digital (Syahputra, 2020) dengan
menekankan pentingnya kolaborasi santri nusantara untuk berjejaring membangun
konten-konten positif dalam bentuk kontra konten radikalisme yang disebarkan
oleh pihak yang berkepentingan untuk merusak pemahaman generasi milenial. Penelitian (Asrori, 2015) terkait
faktor-faktor yang mendorong munculnya radikalisme di Indonesia, menemukan
bahwa faktor yang mendorong radikalisme tersebut pertama, perkembangan di
tingkat global;
kedua, penyebaran paham Wahabisme dan yang ketiga adalah kemiskinan. Terkait
dengan fenomena goodlooking (Azca, 2013) dalam
penelitiannya terkait dengan kecenderungan anak muda dalam melaksanakan
gerakan radikalisme di dorong oleh faktor: pertama,
dinamika sosial politik di fase awal transisi menuju demokrasi yang galib
ditandai dengan tingginya derajat gejolak dan ketidakpastian;kedua,
transformasi gerakan radikal Islam yang sebagian memiliki genealogi pada
periode awal kemerdekaan dan ketiga, menjamurnya angka pengangguran di
kalangan milenial.
Artikel ini mencoba untuk mengupas
tentang kecenderungan
milenial dalam berhadapan dengan gerakan radikalisme dalam bentuk goodlookingintention
terkait dengan bagaimana paham radikal masuk dalam pemikiran kalangan milenial?
Bagaimana gambaran keinginan remaja dalam menjalankan tugas sebagai goodlooking?
hubungan antara pemahaman jihad sebagai gerakan radikal, keras, dan hitam putih
terhadap keinginan milenial untuk terlibat langsung dalam gerakan jihadis dalam
kemasan goodlooking. Variabel yang mempengaruhi goodlooking intention,
intensitas literasi jihad, intensitas menulis jihad, pemahaman terhadap jihad
yang sudah terbentuk dalam literasi dan brainwashing. Pada
penelitian ini mengkaji, menganalisis, membedah dan membandingkan effect
dominan dari beberapa variabel independen tersebut kepada variabel terikat
yaitu goodlooking intention. Variabel manakah yang dominan mempengaruhi
generasi milenial untuk ikut serta dan berperan serta sebagai bagian dari goodlooking.��
Radikal dan gerakan
radikal di dunia global dan di Indonesia, nyata adanya, bukan
isu bukan hoax, tetapi sebuah fakta
yang dapat dilihat dan diamati secara fenomenologis. Tentu ia tidak berdiri
sendiri dalam sebuah ruang yang kosong, ia berkelit
kelindan dengan permasalahan sosial, politik dan budaya yang tengah dialami oleh bangsa Indonesia dan situasi politik internasional. Keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan pemahaman terhadap sesuatu objek permasalahan, apakah itu agama, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi, membuat seseorang kaku dalam bersikap dan tumpul dalam bertindak.
Pengetahuan dangkal dan pemahaman yang sempit menutupi pandangan dan penerawangan pada permasalahan
yang lebih luas dan komplek, ia terkubur
dan terbelenggu pada pemikiran
yang sempit, ruang lingkup yang sumpek, dan ledakan emosional yang tempramental. Hal inilah bentuk nyata dari
fenomena sumbu pendek pada kalangan milenial. Ia hanya
menerima yang bersifat pengetahuan doktrinal, tidak boleh belajar
dengan guru yang lain. Pengetahuan
yang diajarkan oleh gurunya
mutlak kebenaran, tidak perlu dikonfirmasi
dengan guru yang lain. Bacaan
yang diterima sesuai dengan kitab yang dianjurkan oleh
guru, tidak boleh dikonfirmasi dengan bacaan lain, referensi
lain, buku dan kitab yang
lain. Segala bentuk pengetahuan, paham, ajaran, informasi yang berbeda dengan yang diajarkan dan kitab yang dibaca, semuanya adalah salah.
�Akar
radikal adalah terorisme, ideologi radikal adalah penyebab dari maraknya
aksi teror di Indonesia, sehingga pencegahan terorisme harus diikuti oleh pemberantasan radikalisme. (Umar, 2010) Terminologi
�radikal� yang membentuk istilah �radikalisme� berasal dari bahasa
Latin, radix yang berarti �akar�.
(Baihaki, 2016) Dengan
demikian, �berpikir secara radikal� sama artinya dengan
berpikir hingga ke akar-akarnya, hal tersebutlah yang kemudian besar kemungkinan bakal menimbulkan sikap-sikap anti kemapanan. Radikalisme identik dengan perilaku intoleran terhadap perbedaan, ekstrem dalam menyikapi
masalah, dan menjadikan kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah seperti terorisme. Radikalisme di setiap zaman selalu menjadi common enemy karena
selalu menimbulkan berbagai kerusakan di tengah-tengah masyarakat. Radikalisme merupakan sebuah konsep yang bersifat kontekstual dan posisional, dalam hal ini kehadirannya
merupakan antitesis dari ortodoks atau
arus utama (mainstream),
baik bersifat sosial, sekuler, saintifik, maupun keagamaan. Radikalisme tidak mengandung seperangkat gagasan dan argumen, melainkan lebih memuat posisi
dan ideologi yang mempersoalkan
atau menggugat sesuatu (atau segala
sesuatu) yang dianggap mapan, diterima, atau menjadi pandangan
umum. (Azca, 2013) dalam
hal ini radikalisme
adalah paham anti kemapanan, anti kestabilan, anti kekuatan, tetapi berusaha untuk melakukan kajian yang mendalam dan menyeluruh terhadap kompleksitas permasalahan dan berusaha mencari jalan yang lurus dan berusaha untuk merubahnya dengan jalan yang efektif, termasuk di dalamnya juga kekerasan.
Fenomena nyata
radikalisme berwujud dalam bentuk teror
bom, bom bunuh diri dan agitas kelompok tertentu yang dianggap kafir, berseberangan dengan keyakinan yang dianutnya berdasarkan paham radikal tersebut. Terorisme dalam kaitan ini diartikan
sebagai, tindakan kekerasan atau ancaman untuk melakukan
tindakan kekerasan yang ditujukan kepada sasaran acak (tidak
ada hubungan langsung dengan pelaku) yang berakibat pada kerusakan, kematian, ketakutan, ketidakpastian dan keputusasaan massal. (Mustofa, 2011) Tindakan terorisme tersebut dilakukan dalam rangka memaksakan kehendak kepada pihak yang dianggap lawan oleh kelompok teroris, agar kepentingan-kepentingan
mereka diakui dan dihargai. Bom bunuh diri juga semacam serangan yang dilakukan untuk membinasakan musuh dengan meledakkan
diri sebagai seorang bomber, hal ini bagian dari
jihad. (Mustofa, 2011) Kontek
terorisme serangan bom maka dapat
menimbulkan perasaan pesimis di kalangan investor terhadap masa depan perusahaan di Indonesia. Investor segera
menjual sahamnya sehingga mengakibatkan harga saham akan
mengalami penurunan atau terjadi sentimen
negatif (Handoko & Supramono, 2017) aksi
terorisme, bom bunuh diri dan beberapa bentuk kekerasan yang dilakukan berujung pada ekonomi, investasi dan penguasaan dalam bentuk geopolitik.
Generasi milenial,
potret generasi masa depan yang bersentuhan dengan teknologi digital secara maksimal. Kehidupannya nyaris tidak ada yang terhindar dari fasilitas technology digital. Mereka
memiliki relasi dan koneksi global, internasional, mondial, lepas dari belenggu sekat-sekat
sosial budaya lokal. Mereka tumbuh
besar disaat perkembangan teknologi sedang maju pesat.
Menurut (Mutia, 2018) mereka
cenderung susah dipisahkan dari perangkat teknologi contohnya saja Smartphone. Istilah generasi milenial atau juga disebut sebagai generasi Y menurut para pakar digolongkan berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi milenial atau generasi
Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980-1990
dan seterusnya. Menurut (Rif�ah, 2019) generasi
milenial, sudah menjadi hal yang biasa berbelanja atau bertransaksi tanpa uang tunai. Mereka sudah terbiasa
menggunakan alat-alat elektronik seperti kartu debit, kredit, ataupun uang elektronik. Fenomena perubahan gaya transaksi seperti ini dikenal
dengan istilah cashless
society (masyarakat tanpa
uang tunai).
Fenomena milenial
yang terlihat di permukaan adalah fenomena hijrah, berpindahnya suatu individu ataupun kelompok ke arah yang lebih
baik. Dalam hal ini diartikan
sebagai berpindahnya individu ataupun kelompok ke arah
yang lebih baik berdasarkan agama Islam. Fenomena
hijrah islami menurut (Rif�ah, 2019) banyak
terjadi pada masyarakat milenial yang berkembang sangat besar di Indonesia, yang disebabkan oleh adanya keinginan individu atau kelompok untuk
menjadi pribadi yang lebih baik lagi
dari sisi agama Islam.
Hijrah diartikan menjadi makna budaya, individu
yang menjauhi diri dari perilaku buruk
agar memperoleh gaya hidup yang lebih islami. Keputusan berhijrah terjadi pada kalangan kelas menengah, khususnya mahasiswa karena berpendidikan dan secara ekonomi lebih kaya dibandingkan masyarakat desa, sehingga hijrah terjadi karena sudah populer di media sosial. Para muhajirin milenial berpenampilan menarik dan memikat, cleanis, bersih, rapi dan menarik dalam pembicaraan, dengan tata logika yang sangat kuat dan fasih berdialektika karena berasal dari kalangan akademisi.
Mereka berbicara dengan retorika, dialektika yang kuat, logika yang sistematis, runtut, terbangun dalam kerangka konseptual yang rapi dan ilmiah. Mereka tidak bisa menerima
hal-hal yang tidak berdasarkan pada materi yang skripturalis, apalagi pendapat dan pandangan ulama yang
tidak sehaluan dengan ideologi mereka.� Sebaliknya yang berdasarkan pendapat dan pandangan ulama mereka, semuanya diambil sebagai bagian dari kebenaran.
Pola brainwashing yang ditancapkan
oleh murabbi, mentor, ustad
sangat efektif dalam membangun kerangka konsep dalam otak para milenial yang tergabung dalam goodlooking. Mereka dijajali dengan informasi yang membuat otak generasi
milenial mengalami ketakutan, kepanikan, kecemasan, dan keputusasaan terhadap perkembangan global dan situasi politik, ekonomi, budaya bangsa Indonesia pasca reformasi ini. Isu kesenjangan, ketertinggalan, kebodohan, kemiskinan, dan ketidakberdayaan ummat dijadikan santapan untuk membuat milenial mengalami kegalauan dan kepanikan terhadap masa depan. Di tengah kepanikan dan kegalauan tersebut, mereka menawarkan proyek besar pembangunan peradaban baru yang lebih optimistik dan menjanjikan masa depan gemilang generasi baru Islam (Saputra, 2019). Pertama,
negara Islam. Kedua, tidak ada riba di dalam
negara Islam. Ketiga, negara Islam bebas berdakwah kepada siapa saja.
Keempat, kalimat �Ittaqū Allāh� (bertakwalah kepada Allah) sebagai nasihat, bukan vonis ataupun
hujatan. Kelima, jika Malaysia dikatakan �truly
Asia�, maka negara Islam benar-benar
global (non-nasionalisme atau
�ashābīyah). Keenam,
siapapun yang bertemu di jalan dengan kita,
maka dia mengucapkan salam kepada kita dengan
sebutan ikhwān kepada ikhwān, akhwāt kepada akhwāt. Ketujuh, jangan terkejut bila ada makanan
di depan pintu rumah. Kedelapan, tidak ada pergaulan
bebas, alkohol, dan pornografi. Kesembilan, semua perempuan berbusana shar�ī.
Kesepuluh, kematian bisa datang kapan
saja, tetapi semua orang disini �tersenyum�. Peradaban yang apik dan sangat menjanjikan bagi kalangan milenial di tengah kerusakan yang terjadi di depan mata, mereka dijanjikan
kematian yang tersenyum dengan disambut oleh para penghuni surga.
Membongkar permasalahan
kebangsaan dan masa depan umat dalam percaturan
internasional jalan lurus yang ditempuh oleh para mentor,
murabbi dan ustadz meyakinkan dan merekrut para milenial, seperti diungkapkan (Ma�arif, 2017) bahwa
krisis multidimensional berupa
gejala kemerosotan moral (akhlak), problematika ekonomi dan pendidikan yang
salah, dapat menimbulkan identitas baru seperti tindakan anarkis dan radikalisme agama. Permasalahan sosial budaya, politik dan ekonomi dijadikan pemicu ledakan emosional para milenial, untuk digiring� dalam kerangka ideologi yang mereka tanamkan, takfiri, toghut, kekerasan, dan revolusioner, dalam melaksanakan perubahan yang radikal, termasuk di dalamnya rekrutmen dan berbaiat dalam harakah, dengan beradaptasi pada masa dan keadaan
yang tengah dialami, termasuk dalam hal ini performance, style,
tampilan, tidak harus pakai celana
cingkrang, jenggotan, dan jidat hitam, tetapi
cleanis, modern, trendy, dan milenialis, inilah potret goodlooking.
Literasi bagian
dari internalisasi, capasity building, dan artikulasi
diri dalam menangkap berbagai fenomena sosial budaya, dalam makna
yang sejati, serta mencoba memformulasikan dalam persepsi, konsepsi dan paradigma. Orang
yang membaca akan memiliki perspektif sesuai dengan kerangka
konsep yang tengah dia baca, karena
literasi bukan hanya kegiatan literasi itu sendiri,
tetapi memaknai apa yang dia baca
dalam bentuk peta konsep. (Dewey, 2020) Indonesia kata nadiem menduduki posisi 74 dari 79 negara yang diukur tingkat literasinya. Literasi dilakukan dengan kegiatan nyata membaca proposisi dari berbagai kalimat
yang terdapat dalam buku bacaan, melakukan
pemaknaan, memadukan dalam proposisi sendiri, sehingga terbentuk konstruksi atau kerangka makna
dalam konsepsi utuh. Kerangka makna yang sudah diformulasikan dalam posisi yang rapi dikaitkan dengan posisi lainnya sehingga tercipta hubungan dua konsep
yang menghasilkan kajian teoritik. Milenialis yang memiliki mentalitas mandiri, memiliki literasi tinggi terutama terkait dengan jihad, ia akan memiliki kerangka
paradigma tentang jihad
yang sesungguhnya. Tetapi literasi yang dikembangkan di remaja masjid dan pesantren lebih cenderung kepada literasi sebagai media, agency, distribusi
paham kekerasan (Malik, Tamjidillah, & Satriawan,
2020). Budaya
literasi pesantren sejatinya menjadi faktor penting yang perlu diteliti terkait dengan penyebaran sel-sel radikalisme dalam tubuh pesantren. Awal stigmatisasi radikal terhadap pendidikan pesantren lebih diakibatkan oleh dua hal, yaitu (1) peran ustaz sebagai
figur sentral dalam kultur pesantren (hidden
curriculum); dan (2) model literasi atau kurikulum yang diajarkan dalam pesantren tersebut. Demikian juga halnya di kalangan milenial di organisasi remaja masjid. Figur ustad, murabbi,
dan mentor menjadi central dalam
membangun pemahaman terhadap literasi, wacana yang dikembangkan dalam kajian.
Literasi berpengaruh
terhadap keinginan (Manurung, Bramani, Ricky, & Darmanto,
2018) literasi
juga berpengaruh terhadap paham, bahkan literasi
membangun pemahaman pada kerangka konsep yang dimiliki oleh seseorang. Kerangka konsep dapat membuat seseorang
ikut �terlibat� atau �tidak� ikut terlibat� dalam melakukan sesuatu, seperti penelitian (Purnomo, 2015) pemahaman
siswa terhadap kepedulian lingkungan mempengaruhi keinginan siswa dalam melestarikan
lingkungan. Intervening variabel
dalam bentuk brainwashing
membangun pemahaman, konsep, dan teologi jihadis sangat efektif dalam membangun paham, kerangka konsep, dan kerangka pikir kaum milenialis.
Bagaimana peluang litarasi dalam hal ini terutama
literasi jihad bagi kalangan milenial, bagaimana tingkat literasinya, penelitian ini berusaha untuk
mengungkapkannya secara analisis statistik infrensial.���
Artikel ini
berangkat dari sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengkaji keterkaitan antara variabel dengan goodlooking
intention, diantaranya intensitas
literasi jihad, intensitas menulis berkaitan dengan jihad dan pemahaman terhadap jihad. Peneliti melihat manakah variabel yang sangat berpengaruh terhadap goodlookingintention di kalangan
milenial. Adakah intervening
variable yang mempengaruhi? Diantaranya
adalah brainwashing ustadz,
murabbi mentor yang tengah memberikan paparan kepada para milenial.���
Metode Penelitian
Metode penelitian
ini bersifat deskriptif kuantitatif liserial, berusaha mengukur tingkat keinginan goodlooking para
milenial yang tergabung dalam organisasi remaja masjid di DKI Jakarta. Samplingnya diambil
secara simple
random sampling (Nazir, 2005) pada tingkat
daerah kota administratif, terpilih Jakarta
Timur. Pada Jakarta Timur terpilih beberapa remaja masjid yang berada di kawasan Rawamangun sebanyak empat puluh lima sampling yang dijaring melalui aplikasi google form.
(Kamal, 2020) Menemukan
responden dan mengisi google form yang disediakan, dalam sebuah etika
penelitian kami menjelaskan
tentang instrumen dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya sekalipun diantara mereka timbul berbagai pertanyaan seputar variabel yang diteliti bermunculan di lapangan, karena ini murni
penelitian akademik, sehingga responden tidak berkeberatan untuk mengisinya. Variabel Y (Rahman, 2020) yang diteliti
adalah goodlooking intention sedangkan
variabel X3 adalah
pemahaman jihad, X2 intensitas
menulis jihad�
dan X1 intensitas literasi jihad. Masing-masing variabel
telah peneliti kaji secara konseptual
sehingga melahirkan definisi konsep dan definisi operasional. (PPs, 2012) Definisi operasional
telah dikembangkan menjadi konstruk dan kisi-kisi dan pada akhirnya melahirkan instrumen pengukuran untuk empat variabel tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Peneliti melakukan
pengolahan data deskriptif terkait dengan masing-masing variabel berupa rentang data, Summif data, rerata, deviasi, varians data, dan termasuk juga max dan mint. (Dowdy, Wearden, & Chilko, 2011) Kemudian mencari
normalitas dan homogenitas
data pada masing-masing variabel. (Supardi, 2017) Setelah selesai pengolahan deskriptif dan persyaratan analisis data, peneliti melakukan analisis inferensial dengan melakukan analisis jalur dengan menggunakan
path analysis. (Retherford & Choe, 2011)� Pada variabel X1
literasi jihad, peneliti mengukur intensitas menulis tentang jihad dengan menyebarkan kuesioner terbuka (Djaali & Muljono, 2008) dengan menggunakan
skala likert 1-4 (Budiaji, 2013) dan telah
dilakukan pengolahan komposite skoring, diperoleh data sebagai berikut; jumlah responden=45 rentang data=60, cumulative
(sum)=2578, rerata=57,30, std.deviasi=13,57,
variance=184,25, dan median=51,16, mode=50, max=93 serta
min=33.
Variabel X2 intensitas menulis tentang jihad, peneliti mengukur literasi jihad dengan menyebarkan kuesioner terbuka dengan menggunakan skala likert 1-4 dan telah dilakukan pengolahan komposite skoring, diperoleh data sebagai berikut: jumlah responden=45 rentang data=48, cumulative (sum)=1545, rerata=34,33, std.deviasi=11,37, variance=129,47,
dan median=30,56, mode=25, max=73 serta min=25.
Variabel X3 Pemahaman jihad, peneliti mengukur pemahaman jihad dengan menyebarkan kuesioner terbuka dengan menggunakan skala liker 1-4 dan telah dilakukan pengolahan komposite skoring, diperoleh data sebagai berikut; jumlah responden 45 rentang data=75, cumulative
(sum)=3188, rerata=70,83, std.deviasi=15,28,
variance=233,58, dan median=74,40, mode=75, max=100 serta
min=25. Pada variabel Y Goodlooking
Intention, peneliti mengukur
goodlooking intention dengan menyebarkan kuesioner terbuka dengan menggunakan skala likert 1-4 dan telah dilakukan pengolahan komposite skoring, diperoleh data sebagai berikut jumlah responden 45 rentang data=75, cumulative (sum)=2735, rerata=60,78, std.deviasi=22,66, variance=513,58,
dan median=66,25, mode=75, max=100 serta min=25.
Perhitungan uji persyaratan
analisis berupa uji homogenitas variabel ditemukan bahwa variabel X1 dengan Y signifikat=0,241>0,05 tidak homogen; X2 dengan Y signifikat=0,270>0,05 tidak homogen; X3 dengan Y signifikat=0,00<0,05 homogen;� Uji linieritas� X1 dengan
Y significant 0,142>0,05 tidak linier. Siginificanty linerity
X2 dengan Y= 0,320>0,05 linier Uji linieritas antara variabel X3 dengan Y diperoleh hasil: siginificanty linerity
X3 dengan Y= 0,002<0,05 linier. Uji normalitas yang digunakan kolmogorov smirnovdiperoleh hasil: variabel X1 tidak berdistribusi normal pada
sig=0,069>0,05, variabel X2 berdistribusi normal pada sig=0,030<0,05, variabel X3 berdistribusi
normal pada sig=0,006<0,05, dan variabel Y berdistribusi tidak normal pada
sig=0,438>,05.
Setelah menyelesaikan uji persyaratan analisis peneliti mencoba untuk menganalisis pengaruh antara variabel diantaranya pengaruh X1 dengan Y,
X1 dengan X3, pengaruh X3 dengan Y, pengaruh X2 dengan Y dan
pengaruh X2 dengan
X3 untuk melihat
pengaruh antara variabel dalam penelitian liserial.
Tabel 1
Pengaruh antara Variabel dalam Penelitian Liserial
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
39,731 |
14,616 |
|
2,718 |
,009 |
Membaca |
,367 |
,248 |
,220 |
1,479 |
,146 |
|
a.
Dependent Variable: Goodlooking Intention |
Sumber:
Penulis
Digambarkan
dalam Ŷ=39,73+0,37X1 terlihat bahwa hubungan� X1 dengan Y adalah bahwa penambahan satu skoring pada X1 dalam hal ini literasi jihad akan berpengaruh
terhadap Y dalam hal ini variabel goodlooking
intention sebesar 0,37 pada konstanta 39,73. Literasi jihad berpengaruh
terhadap goodlooking intention dengan
sangat significant yang diperlihatkan oleh sig=0,009<0,01, maka
pengaruh literasi jihad terhadap� goodlooking intention sangat significant.
Jika ingin menciptakan remaja yang berkeinginan untuk menjadi mujahid, maka
literasi jihadnya dibutuhkan dengan intensif.
Tabel 2
Berpengaruh Literasi
Jihad terhadap Goodlooking Intention
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
43,889 |
9,181 |
|
4,780 |
,000 |
Membaca |
,470 |
,156 |
,418 |
3,014 |
,004 |
|
a.
DependentVariable: Pemahaman |
Sumber:
Penulis
Digambarkan
dalam X3=43,89+0,47X1 terlihat bahwa
hubungan� X1 dengan X3 adalah bahwa penambahan satu skoring pada X1 dalam hal ini literasi jihad akan berpengaruh
terhadap X3 dalam
hal ini variabel pemahaman jihad sebesar 0,47 pada konstanta 43,89. Literasi
jihad berpengaruh terhadap pemahaman jihad dengan sangat significant yang
diperlihatkan oleh sig=0,00<0,01, maka pengaruh literasi jihad terhadap pemahaman
jihad sangat significant. Jika ingin menciptakan remaja yang memiliki pemahaman
jihad yang benar dan kuat, maka literasi jihadnya dibutuhkan dengan intensif.
Tabel 3
Pengaruh Pemahaman Jihad terhadap Goodlooking
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
8,155 |
14,174 |
|
,575 |
,568 |
Pemahaman |
,743 |
,196 |
,501 |
3,796 |
,000 |
|
a.
DependentVariable: GoodlookingIntention |
Sumber:
Penulis
Digambarkan
dalam Ŷ=8,16+0,74X3 terlihat bahwa
hubungan� X3 dengan Y
adalah bahwa penambahan satu skoring pada X3 dalam hal ini
pemahaman jihad akan berpengaruh terhadap Y dalam hal ini variabel goodlooking intention� sebesar 0,74 pada konstanta 8,15. Pemahaman
Jihad berpengaruh terhadap goodlooking
intention dengan tidak significant yang diperlihatkan oleh
sig=0,56>0,05, maka pengaruh pemahaman jihad terhadap goodlooking intention tidak significant. Remaja yang memiliki
pemahaman jihad yang benar dan kuat, maka keinginan berjihadnya sangat
proporsional pada jihad yang benar sesuai dengan literatur yang dia pahami, ia
tidak akan mudah terpengaruh oleh para brainwhoser yang mencuci otak remaja
untuk menjadi bomber.
Tabel 4
Pengaruh Intensitas
Menulis Jihad terhadap Goodlooking
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
48,659 |
10,800 |
|
4,505 |
,000 |
Menulis |
,353 |
,299 |
,177 |
1,181 |
,244 |
|
a.
DependentVariable: GoodlookingIntention |
Sumber:
Penulis
Digambarkan
dalam Ŷ=48,66+0,35X2. terlihat bahwa hubungan X2 dengan Y
adalah bahwa penambahan satu skoring pada X2 dalam hal ini
intensitas menulis jihad akan berpengaruh terhadap Y dalam hal ini variabel goodlooking intention sebesar 0,35 pada
konstanta 48,65. Intensitas menulis Jihad berpengaruh terhadap goodlooking intention dengan sangat significant
yang diperlihatkan oleh sig=0,00<0,01, maka pengaruh intensitas menulis jihad terhadap goodlooking intention sangat significant. Remaja yang memiliki intensitas
menulis jihad yang tinggi dan banyak, maka kecendrungan goodlooking intention kuat dan tinggi hal ini adalah cara yang
dilakukan oleh para brainwhoser� untun
mempengaruhi para remaja dalam mencuci otak remaja dengan menyuruh menulis
paham jihad menurutnya dan memasukkannya dalam otak para remaja, sehingga
bersih dan cuci sesuai dengan paham jihad brainwhoser.
Tabel 5
Remaja yang
Memiliki Intensitas Menulis Jihad yang Tinggi
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
69,201 |
7,396 |
|
9,356 |
,000 |
Menulis |
,048 |
,205 |
,035 |
,232 |
,817 |
|
a.
Dependent Variable: Pemahaman |
Sumber:
Penulis
Digambarkan
dalam X3=69,20+0,048X2 terlihat bahwa hubungan� X2 dengan X3 adalah bahwa penambahan satu skoring pada X2 dalam hal ini
intensitas menulis jihad akan berpengaruh terhadap X3 dalam hal ini variabel pemahaman jihad sebesar 0,48
pada konstanta 69,20. Intensitas menulis Jihad berpengaruh terhadap pemahaman
jihad dengan sangat significant yang diperlihatkan oleh
sig=0,00<0,01, maka pengaruh Intensitas menulis jihad terhadap pemahaman jihad sangat significant.
Remaja yang memiliki intensitas menulis jihad yang tinggi dan banyak, maka
pemahaman jihadnya akan kuat dan benar hal ini adalah cara menulis yang perlu
diperhatikan, penulisan yang sukarela sesuai dengan literatur yang benar, akan
memiliki konsep, paradigma dan pemahaman yang benar, tetapi kalau menulisnya di
bawah tekanan dan asuhan seorang mentor, maka paham jihadnya sesuai dengan arahan
sang mentor tersebut. Konstalasi
hasil phat analysis dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
X1 X3 X2 Y 0,22 0,42** 0,50** 0,04 0,18
Gambar 1
Koefisien Korelasi
Sumber: Penulis
����������� Gambaran ini
memperlihatkan koefisien korelasi antara Literasi Jihad (X1) dengan goodlooking intention (Y) sebesar 0,22 dengan
hubungan yang tidak signifikant, remaja yang memiliki literasi jihad yang
benar, kuat, dan tepat dari reffrensi yang valid dan standar, tidak akan
terpengaruh terhadap propaganda dari para brainwhoser,
untuk melakukan rekruitment penganten. Literasi jihad (X1) memiliki
koefisien korelasi dengan pemahaman jihad (X3) dengan indek
koefisien korelasi sebesar 0,42** koefisien korelasinya sangat signifikant,
artinya literasi jihad akan membangun konsep, paradigma dan pemahaman jihad
sesuai dengan reffrensi dan mentor yang membimbing remaja yang tengah membaca.
Jika reffrensinya baik, lurus dan standar maka pemahaman jihadnya akan benar
dan lurus, tetapi jika yang mentoringnya memiliki misi tertentu, maka paham
jihadnya sesuai dengan misi sang mentoring tersebut. Pemahaman jihad (X3)
juga memiliki koefisien korelasi dengan goodlooking
intention (Y) sebesar 0,50** dengan sangat signifikan, artinya pemahaman
jihad berhubungan dengan goodlooking
intention pemahaman jihad yang benar pada seseorang membuat ia akan terjun
berjihad secara benar. Seorang remaja yang memiliki paham jihad sesuai dengan
tuntunan Islam whashatiyah, Islam
moderasi, Islam Nusantara, Islam berkemajuan dan Islam yang tercerahkan, maka
jihad yang akan dilakukannya adalah berusaha dengan memaksimalkan kebajikan
individual, partisipasi sosial untuk pemberdayaan masyarakat, berusaha
semaksimalkan mungkin untuk melakukan al-maunism,
berusaha untuk perbaikan lingkungan alam dan ekosistem, agar masyarakat menjadi
masyarakat yang berkemajuan dan berkeunggulan, serta menata lingkungan yang equalibrium, berusaha menjadikan umat
Islam menjadi umat terbaik yang mengajak manusia ke jalan yang benar dan
mencegah kemungkaran. Tetapi apabila paham jihad yang masuk ke dalam otaknya
berisikan informasi teror, radikal, perang, maka dengan sendirinya, ia akan
terpanggil terjun ke dalam dunia itu.
����������� Intensitas menulis tentang jihad (X2)
berhubungan dengan goodlooking intention
(Y)� dengan koefisien korelasi sebesar
0,18 dengan tdak signifikan demikian juga halnya dengan pemahaman jihad (X3)
koefisien korelasi sebesar 0,04 dengan tidak signifikan. Intensitas menulis
dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk melakukan hal-hal yang ia
pikirkan dan tuangkan dalam tulisannya. Para pergerakan keislaman dan
keindinesian pada umumnya para tokoh yang menulis. Tulisannya mempengaruhi
dirinya dan orang lain untuk melakukan hal-hal yang diisukan dalam tulisan
tersebut. Tetapi dalam hal ini para remaja memiliki nilai intensitas menulis
rendah, sehingga konstribusinya dalam pemahaman dan keinginan berjihad yang
bernar, tepat dan sesuai tuntunan rendah. Menulis yang dilakukan remaja yang
terpapar dalam treatment para brainwhoser, sesuai dengan paham, dan doktrin
yang ditanamkan secara kuat dalam otak para remaja yang ditarget mereka.
Tulisan yang dibuat, mengarahkan remaja memiliki pemahaman jihad sesuai dengan
paham mentornya, untuk menjadikan remaja sebagai bagian dari goodlooking intention.
Kesimpulan
Hasil temuan penelitian terlihat, bahwa pengaruh
literasi jihad terhadap goodlooking intention tidak signifikan dan
memiliki pengaruh rendah 0,22 dengan determinasi 04,84%, keinginan kaum milenial
terlibat dalam gerakan goodlooking hanya dipengaruhi oleh literasi jihad
sebesar 04,84% sangat kecil. Kaum milenial sangat terlihat dalam data memiliki
intensitas rendah dalam melakukan literasi jihad hanya berkisar pada angka
rata-rata=57,30, median=51,16, dan mode mode=50, pada umumnya berada di bawah
rata-rata, hanya sebagian kecil yang di atas rata-rata, hal ini
memperlihatkan bahwa literasi jihad dikalangan milenial tidak menjadi budaya
yang kondusif. Bacaan yang diberikan kepada mereka pada umumnya bacaan yang
sudah di persiapkan oleh mentoringnya, sehingga ia berkorelasi
signifikan dengan kerangka berpikir dan pemahaman terhadap definisi,
pengertian, dan paradigma jihad dalam pikiran mentoring tersebut, hal ini
dibuktikan dengan koefisien korelasi yang sangat signifikan sebesar 0,42 dengan
koefisien determinasi 17,47% artinya pemahaman jihad yang melekat dalam otak
para milenial dipengaruhi oleh bahan bacaan yang diberikan mentoring
untuk brainwashing (cuci otak)
sebesar 17,47% dan hal ini berpengaruh kepada goodlooking intention sebesar 25,10% persen. Hubungan pemahaman
jihad dengan keinginan bergabung dengan gerakan (goodlooking intention)
sangat signifikan pada koefisien korelasi 0,50. Goodlooking intention dipengaruhi �oleh pemahaman jihad yang sudah dibangun oleh
mentoring melalui kegiatan brainwashing.
Temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa literasi
jihad remaja rendah, sehingga mudah dirasuki oleh pemahaman jihad yang keliru
dari berbagai media, terutama yang disuguhi oleh gerakan tertentu menjadikan
remaja sebagai target goodlooking
yang di tugaskan menjadi guidence, movement, dan langsung menjadi
penganten. Temuan dan
kesimpulan yang didapat pada penelitian ini, peneliti menyarankan kepada
Kementerian Agama Republik Indonesia untuk banyak berperan dalam memberikan
pemahaman keagamaan masyarakat yang benar dengan mengoptimalkan kegiatan
penyuluh keagamaan yang ada pada Kantor Urusan Agama di Kelurahan. Kepada
organisasi kemasyarakatan Islam, Majelis Ulama Indonesia, lebih kuat lagi
memberikan pemahaman washatiyatul
Islam, Islam Moderasi, Islam Berkemajuan, Islam Nusantara, agar pemahaman
keberagamaan masyarakat benar-benar tergali dari sumber ashlynya dengan manhaj
yang tepat, benar, akurat dan berdasar. Agar remaja terhindar dari impor
pemahaman yang keliru tentang agama dan keagamaannya, dirasuki oleh pemahaman
terkait dengan permasalahan sosial dan politik kebangsaan, membuat remaja
bersedia ikut bergabung dalam gerakan jihadis yang keliru. ���
BIBLIOGRAFI
Amalee. (2020). Pernyataan Menag
Dikhawatirkan Memunculkan Stereotip Baru Bagi Orang-Orang Goodlooking.
Retrieved From Tribun News Website:
Https://Www.Tribunnews.Com/Nasional/2020/09/06/Pernyataan-Menag-Dikhawatirkan-Munculkan-Stereotip-Baru-Bagi-Orang-Orang-Good-Looking.
Tribun News, 2. Google
Scholar
Asrori, Ahmad.
(2015). Radikalisme Di Indonesia: Antara Historisitas Dan Antropisitas. Kalam,
9(2), 253�268. Google
Scholar
Azca, Muhammad
Najib. (2013). Yang Muda, Yang Radikal: Refleksi Sosiologis Terhadap Fenomena
Radikalisme Kaum Muda Muslim Di Indonesia Pasca Orde Baru. Jurnal Maarif,
8(1), 14�44. Google
Scholar
Baihaki, Egi
Sukma. (2016). Interpretasi Al-Qur�an�Hadis Terhadap Munculnya Gerakan Kaum
Jihadis. Farabi, 13(2), 293�307. Google
Scholar
Budiaji, Weksi.
(2013). Skala Pengukuran Dan Jumlah Respon Skala Likert. Jurnal Ilmu
Pertanian Dan Perikanan, 2(2), 127�133. Google
Scholar
Dewey, J.
(2020). Konsep �Merdeka Belajar� Perspektif Aliran Progresivisme. Jurnal
Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(1), 141�147. Google
Scholar
Djaali, Pudji
Mulyono, & Muljono, Pudji. (2008). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo. Google
Scholar
Dowdy, Shirley,
Wearden, Stanley, & Chilko, Daniel. (2011). Statistics For Research
(Vol. 512). �Virginia: John Wiley &
Sons. Google
Scholar
Handoko, Wina
Meilia Waspadiana, & Supramono, Supramono. (2017). Sentimen Investor
Terhadap Peristiwa Terorisme Berbasis Fundamental Perusahaan (Studi Pada
Peristiwa Serangan Bom Sarinah 14 Januari 2016). Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan, 19(2), 122�132. Google
Scholar
Harahap, Sumper
Mulia, & Pemahaman, Studi Terhadap. (2015). Keyakinan, Dan Praktik
Keberagamaan Masyarakat Batak Angkola Di Padangsidimpuan Perspektif
Antropologi. Jurnal Toleransi: Media Komunikasi Umat Bergama, Uin Suska Riau,
7(2), 1-23. Google
Scholar
Kamal, Irsyad.
(2020). Pembelajaran Di Era 4.0 Aplikasi Teknologi Informasi Dalam
Pembelajaran. Bandung: Penerbit Yrama Widya. Google
Scholar
Ma�arif, Safi�i.
(2017). Syafii Maarif: Negara Tidak Boleh Kalah Oleh Penganut �Teologi Maut.
Retrieved From Kompas Website: Https://Nasional.Kompas.Com/Read/2017/04/08/1. Google
Scholar
Malik, Abdul,
Tamjidillah, Tamjidillah, & Satriawan, Satriawan. (2020). Budaya Literasi
Dan Infiltrasi Gerakan Islam Radikal Di Pesantren Indonesia. Islamica:
Jurnal Studi Keislaman, 15(1), 48�67. Google
Scholar
Manurung, Hakim,
Bramani, Resi, Ricky, Immanuel, & Darmanto, Darmanto. (2018). Pengaruh
Literasi Keuangan Terhadap Intensi Berinvestasi Dengan Moderasi Self Regulatory
Focus. Indonesian Business Review, 1(1), 51�60. Google
Scholar
Mustofa, Imam.
(2011). Bom Bunuh Diri: Antara Jihad Dan Teror. Al-Manahij: Jurnal Kajian
Hukum Islam, 5(1), 109�124. Google
Scholar
Mutia, Tika.
(2018). Generasi Milenial, Instagram Dan Dramaturgi: Suatu Fenomena Dalam
Pengelolaan Kesan Ditinjau Dari Perspektif Komunikasi Islam. An-Nida�, 41(2),
240�251. Google
Scholar
Nazir, Moh.
(2005). Metode Penelitian, Ghalia Indonesia. Jakarta: Nuraini R, Eka. Google
Scholar
Pps, U. N. M.
(2012). Pedoman Penulisan Tesis Dan Disertasi Program Pascasarjana Unm
Makassar. Makassar: Pps Unm. Google
Scholar
Purnomo, Agus.
(2015). Pengaruh Pembelajaran Outdoor Terhadap Pengetahuan, Dan Sikap
Pelestarian Lingkungan Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi Universitas Kanjuruhan
Malang. Jurnal Pendidikan Geografi: Kajian, Teori, Dan Praktek Dalam Bidang
Pendidikan Dan Ilmu Geografi, 20(1), 37�47. Google
Scholar
Rahman, Inayah.
(2020). Pola Pengelolaan Wakaf Produktif Sektor Pertanian (Studi Kasus
Pimpinan Ranting Muhammadiyah Penatarsewu). Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Airlangga. Google
Scholar
Razi, Fachrul.
(2020). Pernyataan Agen Radikalisme Goodlooking Berbuntut Panjang.
Retrieved From Detik.Com Website:
Https://News.Detik.Com/Berita/D-5160479/Pernyataan-Menag-Agen-Radikalisme-Good-Looking-Berbuntut-Panjang.
Detik.Com, 2. Google
Scholar
Retherford,
Robert D., & Choe, Minja Kim. (2011). Statistical Models For Causal
Analysis. Hawaii: John Wiley & Sons. Google
Scholar
Rif�ah,
Sifwatir. (2019). Fenomena Cashless Society Di Era Milenial Dalam Perspektif
Islam. Al-Musthofa: Journal Of Sharia Economics, 2(1), 1�14. Google
Scholar
Saputra, Eko.
(2019). Menelisik Dinamika Radikalisme Gen Z Perempuan Di Facebook. Islamica:
Jurnal Studi Keislaman, 14(1), 103�125. Google
Scholar
Supardi. (2017).
Statistik Penelitian Pendidikan Perhitungan, Penyajian, Penjelasan,
Penafsiran, Dan Penarikan Kesimpulan (Ke-1). Diakses dari http://repository.uinbanten.ac.id/3722/8/dapus.pdf.
Google
Scholar
Syahputra,
Muhammad Candra. (2020). Jihad Santri Millennial Melawan Radikalisme Di Era
Digital: Studi Gerakan Arus Informasi Santri Nusantara Di Media Sosial. Jurnal
Islam Nusantara, 4(1), 69�80. Google Scholar
Umar, Ahmad
Rizky Mardhatillah. (2010). Melacak Akar Radikalisme Islam Di Indonesia. Jurnal
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 14(2), 169�186. Google
Scholar
Suhardin, Nurhayati, Ahmad Hunen
(2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |