Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398

Vol. 3, No 4 April 2018


image


PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA


Rahmawati Eka Saputri

Universitas Muhammadiyah Tanggerang Email: [email protected]


Abstrak

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar mata pelajaran matematika Pendidikan Anak Usia Dini di SDIT Nurul Aini Permata Balaraja Tangerang. Proses mendapatkan data yang akurat dan tepat guna untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang kecerdasan emosional dan hasil belajar Pendidikan Anak Usia Dini di SDIT Nurul Aini Permata Balaraja Tangerang. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Ditinjau dari segi tempatnya, penulis menggunakan pendekatan Riset Lapangan ( Field Research ), yaitu penelitian yang dilakukan di sebuah sekolah yaitu SDIT Nurul’Aini Permata Balaraja Tangerang. Dan dari segi pendekatannya, penulis menggunakan Pendekatan Lintas Sektoral yang meneliti sekaligus terhadap suatu kasus dengan menggunakan subjek yang berbeda-beda. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan angket atau quistionnaire. Quistionnaire bisa juga diartikan sebagai sarana dalam setiap pengumpulan data untuk memperoleh suatu gambaran yang sesungguhnya tentang suatu keadaan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket menggunakan skala nominal dan skala ordinal. Skala nominal yaitu digunakan untuk mengetahui karakteristik responden dalam hal jenis kelamin sedangkan Skala ordinal digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan skala 5 tingkat atau likert. Pertanyaan model likert ini merupakan suatu komposisi dari pertanyaan yang multiple choice. Pertanyaan model likert dibuat suatu statemen/pertanyaan yang sebanyak-banyaknya pada suatu attitude yang akan diukurnya. Hasil dari penelitian tersebut adalah baik, scoring yang dihitung dari jawaban-jawaban pada setiap pertanyaan. Score 5 ini untuk mengetahui sikap responden atas pertanyaan. Target populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SDIT Nurul’Aini Permata Balaraja-Tangerang pada tahun ajaran 2016/2017. Dengan jumlah siswa 13 orang.


Kata Kunci : Hasil Belajar, Kecerdasan Emosional



93

Pendahuluan

Pola mengajar adalah suatu cara atau bentuk penampilan seorang dosen dalam menanamkan pengetahuan, membimbing, mengubah atau mengembangkan kemampuan, perilaku dan kepribadian mahasiswa untuk tujuan proses belajar. Dengan demikian, gaya mengajar dosenmenjadi faktor penunjang yan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas Oleh karena itu, Jika seorang dosen memiliki gaya mengajar yang baik, maka diharapkan hasil belajar mahasiswa juga menjadi lebih baik. Gaya Mengajar Interaksional misalnya diterapkan guna melibatkan mahasiswa dalam interaksi sosial di masyarakat. Mereka diarahkan untuk menerapkan langsung ilmu yang dipelajari agar memahami apa keunggulan, kelemahahan ataupun hambatan dari materi yang disampaikan. Dari pembelajaran tersebut mahasiswa bisa lebih dalam memahami materi kuliah. Harapan terbaik adalah Mahasiswa bisa belajar dengan mandiri dalam pembentukan interaksi sosial di masyarakat. Dalam Gaya belajar ini peranan Dosen dan mahasiswa di sini sama-sama dominan. Dosen dan Mahasiswa sama -sama berupaya untuk memodifikasi berbagai ide atau ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk mencari bentuk baru berdasarkan kajian yang bersifat radikal. Dosen dalam posisi ini menciptakan suasana yang berhubungan dan efeknya terjadi diaolog interaktif antar mahasiswa sehingga mahasiswa belajar melalui hubungan dialogis.

Mahasiswa mengemukakan pandangannya tentang realita di masyarakat maupun dunia pekerjaannya kelak, juga mendengarkan pandangan mahasiswa lain tentang materi perkuliahan. Dengan penerapan seperti ini dapat ditemukan paradigma baru hasil dari pertukaran pikiran yang telah dipelajari. Konteks dalam pelajaran ini di fokuskan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosio-kultural khususnya yang bersifat kekinian.

Menurut Thoifuri (2013: 86-87) ciri-ciri gaya mengajar interaksionis yaitu: Bahan pelajaran berupa masalah-masalah insindental yang memiliki hubungan dengan sosio-kultural dan kontemporer, Proses pemberian materi dengan menyampaikan metode dua arah, dialogis, tanya jawab dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa. Peran mahasiswa pada metode ini adalah dengan mengemukakan pendapatnya mengenai realita, mendengarkan pendapat temannya, mencari berbagai inovasi untuk mencari bentuk baru yang lebih akurat dan valid. Sedangkan peran dosen adalah lebih dominan menciptakan suasana akademik memiliki keterkaitan dengan

mahasiswa kemudian memodifikasi berbagai pengetahuan untuk mencari yang lebih komtemporer. Menurut Ali dan Thoifuri ada beberapa gaya mengajar dosen yang dapat di gunakan di kelas yakni gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional. Apapun pola mengajar yang cocok dengan karakteristik dosen yang bersangkutan selayaknya sesuai dengan silabus dan tujuan pembelajaran agar dapat menunjang proses belajar mahasiswa dan mendapatkan hasil yang optimal. Dengan tujuan tersebut maka gaya mengajar dosen harus juga di sinkron dengan pola belajar mayoritas mahasiswannya. Ada 3 pola belajar mahasiswa yakni menggunakan pola belajar visual, Auditori atau Kinestetis. Ketigannya memiliki ciri yang berbeda pula.

Menurut DePorter dan Hernacki (dalam Mangunsong & Indianti, 2006), pada awal pengalaman belajar, salah satu langkah pertama adalah mengenali dominasi modalitas visual, auditorial, dan Kinestetik (V-A-K). Tipe orang yang belajar secara visual memiliki pola belajar cenderung runtut dan tekstual sedangkan pola belajar auditory melalui apa yang mereka liat dan dengar dalam penyampaian materi mereka lebih menyukai bagan dan gambar, dan tipe kinestetik belajar dengan cara gerakan sentuhan. Untuk kelas hirarki tertentu, mayoritas orang menggunakan ketiga tipe; tapi kebanyakan orang menunjukkan kecenderungan dominasi diantara ketiganya. (DePorter & Hernacki, dalam Mangunsong & Indianti, 2006).

Pola mengajar adalah suatu cara atau bentuk penampilan seorang dosen dalam menanamkan pengetahuan, membimbing, mengubah atau mengembangkan kemampuan, perilaku dan kepribadian mahasiswa untuk tujuan proses belajar. Dengan demikian, gaya mengajar dosenmenjadi faktor penunjang yan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas Oleh karena itu, Jika seorang dosen memiliki gaya mengajar yang baik, maka diharapkan hasil belajar mahasiswa juga menjadi lebih baik. Gaya Mengajar Interaksional misalnya diterapkan guna melibatkan mahasiswa dalam interaksi sosial di masyarakat. Mereka diarahkan untuk menerapkan langsung ilmu yang dipelajari agar memahami apa keunggulan, kelemahahan ataupun hambatan dari materi yang disampaikan. Dari pembelajaran tersebut mahasiswa bisa lebih dalam memahami materi kuliah. Harapan terbaik adalah Mahasiswa bisa belajar dengan mandiri dalam pembentukan interaksi sosial di masyarakat. Dalam Gaya belajar ini peranan Dosen dan mahasiswa di sini sama-sama dominan. Dosen dan Mahasiswa sama -sama berupaya untuk memodifikasi berbagai ide atau ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk mencari

bentuk baru berdasarkan kajian yang bersifat radikal. Dosen dalam posisi ini menciptakan suasana yang berhubungan dan efeknya terjadi diaolog interaktif antar mahasiswa sehingga mahasiswa belajar melalui hubungan dialogis.

Mahasiswa mengemukakan pandangannya tentang realita di masyarakat maupun dunia pekerjaannya kelak, juga mendengarkan pandangan mahasiswa lain tentang materi perkuliahan. Dengan penerapan seperti ini dapat ditemukan paradigma baru hasil dari pertukaran pikiran yang telah dipelajari. Konteks dalam pelajaran ini di fokuskan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosio-kultural khususnya yang bersifat kekinian.

Menurut Thoifuri (2013: 86-87) ciri-ciri gaya mengajar interaksionis yaitu: Bahan pelajaran berupa masalah-masalah insindental yang memiliki hubungan dengan sosio-kultural dan kontemporer, Proses pemberian materi dengan menyampaikan metode dua arah, dialogis, tanya jawab dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa. Peran mahasiswa pada metode ini adalah dengan mengemukakan pendapatnya mengenai realita, mendengarkan pendapat temannya, mencari berbagai inovasi untuk mencari bentuk baru yang lebih akurat dan valid. Sedangkan peran dosen adalah lebih dominan menciptakan suasana akademik memiliki keterkaitan dengan mahasiswa kemudian memodifikasi berbagai pengetahuan untuk mencari yang lebih komtemporer. Menurut Ali dan Thoifuri ada beberapa gaya mengajar dosen yang dapat di gunakan di kelas yakni gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional.

Apapun pola mengajar yang cocok dengan karakteristik dosen yang bersangkutan selayaknya sesuai dengan silabus dan tujuan pembelajaran agar dapat menunjang proses belajar mahasiswa dan mendapatkan hasil yang optimal. Dengan tujuan tersebut maka gaya mengajar dosen harus juga di sinkron dengan pola belajar mayoritas mahasiswannya. Ada 3 pola belajar mahasiswa yakni menggunakan pola belajar visual, Auditori atau Kinestetis. Ketigannya memiliki ciri yang berbeda pula.

Menurut DePorter dan Hernacki (dalam Mangunsong & Indianti, 2006), pada awal pengalaman belajar, salah satu langkah pertama adalah mengenali dominasi modalitas visual, auditorial, dan Kinestetik (V-A-K). Tipe orang yang belajar secara visual memiliki pola belajar cenderung runtut dan tekstual sedangkan pola belajar auditory melalui apa yang mereka liat dan dengar dalam penyampaian materi mereka

lebih menyukai bagan dan gambar, dan tipe kinestetik belajar dengan cara gerakan sentuhan. Untuk kelas hirarki tertentu, mayoritas orang menggunakan ketiga tipe; tapi kebanyakan orang menunjukkan kecenderungan dominasi diantara ketiganya. (DePorter & Hernacki, dalam Mangunsong & Indianti, 2006).


Metode Penelitan Jenis Penelitian

Penelitian adalah penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu atau masalah dengan perlakuan tertentu seperti memeriksa, menelaah, dan mempelajari secara cermat dan sungguh-sungguh sehingga diperoleh sesuatu seperti mencapai kebenaran, memperoleh jawaban, pengetahuan, dan sebagainya.

Penelitian dapat diartikan sebagai suatu atau proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan mengolah data untuk maksud-maksud tertentu seperti memecahkan masalah, Syarqawi Dhofir (1997:1).


Objek dan Penelitian.

Objek penelitian ini adalah Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa-siswi SDIT Nurul’Aini Permata Balaraja.


Instrument dan Teknik Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan angket atau Quistionnaire. Quistionnaire dapat juga diartikan sebagai sarana dalam setiap pengumpulan data untuk memperoleh gambaran yang sesungguhnya tentang suatu keadaan. Data primer diambil langsung dari responden dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam angket.


Teknik Pengumpulan Populasi Dan Sampel

Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SDIT Nurul’ Aini Permata Balaraja pada Tahun Ajaran 2016-2017. Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 1 dengan jumlah populasi penelitian adalah 13 orang.

  1. Sampel

    Penelitian sebagian dari populasi untuk mewakili keseluruhan atau menentukan ukuran sampel dari kelompok kecil yang kita amati dari populasi. Untuk populasi sebagai berikut:

    n = N


    image

    1 + Ne2

    n = ukuran sampel N = ukuran populasi

    e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi).

  2. Populasi

Keseluruhan (Totality) obyek psikologi yang dibatasi oleh kriteria tertentu atau keseluruhan anggota.

Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data adalah melakukan analisis terhadap data dengan metode dan cara-cara tertentu yang berlaku dalam penelitian. Sedangkan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam suatu kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sitesis, menyususn ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


Tempat Dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di sekolah SDIT Nurul’Aini Permata Balaraja Tangerang yang terdiri dari siswa kelas 1 SDIT Nurul’Aini Permata Balaraja Tangerang. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 hari yaitu pada tanggal 15 Mei 2017.

Hasil dan Pembahasan

Pengolahan Data Dan Analisis Data

Dari data yang telah dijawab oleh responden penulis melakukan analisa data dengan menggunakan tabulasi pengelompokan data. Setelah memperoleh hasil, penulis

menganalisa setiap jawaban dan selanjutnya menghitung persentasi data. Hasil prosentasi data di interpresentasikan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:56) menyatakan bahwa deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada yaitu keadaan gejala yang menurut apa adanya saat penelitian dilakukan.

Sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya, setelah data terkumpul melalui instrument penelitian (khusus data angket), data jawaban siswa dikelompokan dan dijumlahkan sesuai dengan jenis jawaban siswa dan dengan menggunakan rumus produck Moment.



rXY =

image

N XY ( X )(Y )

[N X 2 ( X 2 )][N Y 2 (Y )2 ]

image

= 13 X 82,03 1.028 X 1,037 [(13X 83,87 1.0282 )(13X 84,62 1.037 2 )]

106,639 1,066,036

image

= (109,031 1,056,784)(110,006 1,075,369)

959,397


image

= 947,753X 965,363

image

959,397

= 914,925

959,397


image

= 823,543

= 1,02


Dari tabel di atas, telah diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

  1. Menjumlah subjek N = 13

  2. Menjumlah skor X diperoleh X =1,028

  3. Menjumlah skor Y diperoleh Y =1.037


  4. Menghitung mean variabel X dengan rumus Mx =

    image

    X N


    1.028


    image

    = 13


    = 79,07


    image

    Y

  5. Menghitung variabel Y dengan rumus My = N

1.037


image

Telah di ketahui Y =1.083, N = 13, jadi My = 13


= 79,76


Dengan memberikan Interprestasi terhadap rxy atau ro, Untuk menempuh rxy dengan dua cara sebagai berikut:

  1. Data interprestasi dari perhitungan d atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y, berarti di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi sangat positif. Dengan memperhatikan besarnya r xy(yaitu= 1), yang besarnya berkisar antara 0,80–1,00 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y adalah korelasi yang sangat kuat.

  2. Dengan berkonsultasi pada tabel nilai “r “ Product Moment, dengan mencari besarnya (df) yang rumusnya:

df = N – nr

df = degrees of freedom N = Number of cases

nr = banyaknya variable yang di korelasi

Siswa yang di jadikan sampel penelitian di sini adalah 13 orang, dengan demikian N = 13. Variabel yang telah di beri korelasi Variabel X dan Variabel Y, jadi nr = 2, sebab variabel yang di korelasi hanya dua buah. Maka demikian diperoleh df- Nya yaitu : df = 13 – 2 = 11,taraf signifikansi dari 5% diperoleh rt = 0,602, sedangkan pada tarap signifikansi 1% diperoleh rt = 0,73

Jadi kesimpulan yang dapat di ambil bahwa korelasinya positif antara Kecerdasan Emosional dan Hasil Belajar Matematika adalah korelasi yang sangat kuat.


Kesimpulan

Siswa yang di jadikan sampel penelitian di sini adalah 13 orang, dengan demikian N = 13. Variabel yang telah di beri korelasi Variabel X dan Variabel Y, jadi nr = 2, sebab variabel yang di korelasi hanya dua buah. Maka demikian diperoleh df- Nya yaitu : df = 13 – 2 = 11,taraf signifikansi dari 5% diperoleh rt = 0,602, sedangkan pada tarap signifikansi 1% diperoleh rt = 0,73.

Jadi kesimpulan yang dapat di ambil bahwa korelasinya positif antara Kecerdasan Emosional dan Hasil Belajar Matematika adalah korelasi yang sangat kuat.


BIBLIOGRAFI


Al.Tridhonanto. 1999. Beranda Agency, Melejitkan Kecerdasan Emosi (EQ) Buah Hati, Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.


Arikanto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Daniel, Goleman. 2006. Emotional Intelligence Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dhofir,Syarqawi, 1997Pengantar Metode Riset. Prenduan: Al Amin Soemanto,Wasty,

Pentingnya Psikologi Dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Haditono, Siti Rahayu. 2004. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: 55281, Gadjah Mada University Press.

Nana, Dasar-dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.


Nasution, Surya Makmur. 2001. Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, Jakarta: Buku Kompas.


Simanungkalit, Salomo.2001.Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif. Jakarta: Buku Kompas, September.


Sudjana, Nana. 1988. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Syah, Muhibbin. 1997. Hasil Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.