Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398

Vol. 3, No 4 April 2018


image


THE STUDY OF SUSTAINABILITY ON ISLAMIC EDUCATION SUBJECTS IN THE ISLAMIC KINDERGARTEN AND ELEMENTARY SCHOOLS


Setia Budiyanti, Turini Erawati, dan Dini Maulida

Universitas Swadaya Sunan Gunung Jati Email: [email protected]


Abstrak

Homogenity in the students’ ability, not only facilitates teachers in managing the class, but alsoease the students in doing the tasks. Accordingly, it was considered necessary to conduct a study on sustainable curricullum toward Islamic subjects at schools starting from kindergarten level students who will continue to Islamic based Elementary Schools.The study took place in Cirebon with survey method applied. Descriptive analysis was implemented to analyze the school’s vision and mission, graduates competencies and teaching method. Based on the survey in accordance with the school vision and mission, toward the sustainability of Islamic Education Subjects (PAI) among kindergarten and elementary graduates, it can be concluded as follows: 1) Kindergarten Schools consisted of Public Kindergarten and Islamic Kindergarten; 2) Islamic Kindergarten graduates who continued the study to Islamic Elementary schools were able to complete learning processes smoothly, whereas public kindergarten graduates experienced to the contrary especially Islamic education subject; (3) The nature of Islamic Education subject (PAI) particularly tahfidz Quran, recitation on the prayers and practical worship taught at Islamic Elementary Schools (SDIT) weremore readily practiced by the Islamic Kindergarten graduates on account of accostumed to routine activities instead of the Public Kindergartens.


Kata Kunci : Study of sustainability, Islamic kindergarten, Elementary schools.


Pendahuluan

Hadis nabi menyatakan, “tuntutlah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat”. Oleh sebab itu lembaga pendidikan PAUD dan TK ternyata banyak direspons oleh masyarakat. Khusus pendidikan PAUD lebih banyak diarahkan agar anak mampu bersosialisasi dengan sesamanya secara baik yang di desain melalui berbagai permainan



103

yang menuntut terjadinya komunikasi. Landasan filosofis dan religious didasarkan pada keyakinan agama yang dianut oleh para orang tua anak usia dini. Orang tua, pendidik dan orang dewasa di sekitar anak berhak memberikan pelayanan, pelatihan dan pengembangan perilaku beragama dan penanaman budi pekerti luhur melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, penanaman nilai-nilai kehidupan beragama tersebut disesuaikan dengan tahapan perkembangan serta keunikan yang dimiliki oleh anak (Lulus Asmawati (2008).

Depdiknas (2002) menjelaskan bahwa pemerintah memberikan dukungan berupa dana stimulus, sumbangan alat permainan edukatif dan peralatan bagi para tutor atau pendidik usia dini di taman kanak-kanak kelompok bermain, taman penitipan anak dan satuan PAUD sejenis lainnya. Peran serta masyarakat dalam meningkatkan layanan penyelenggaraan kelompok bermain sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Atas perkembangan pelajaran yang ditemukannya di sekolah maka secara bertahap akan terbangun karakter pada anak didik. Mereka mengenal lingkungan sekolah, mereka mengenal aktivitas keseharian di sekolah, mereka bertanya atas sesuatu yang menjadi rutinitasnya baik kepada orang tua di rumah maupun kepada guru di sekolah. Masa anak-anak adalah masa peka dalam menerima berbagai rangsangan dari lingkungan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani.

Pengertian Taman Kanak-kanak dalam Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD (2010) bahwa Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun.

Menyadari pentingnya pendidikan usia dini bagi anak-anak, dan dalam rangka membentuk anak-anak soleh, maka lembaga PAUD dan TK hingga tingkat SD, SLTP, dan SLTA berkembang dengan identitas (berbasis) keagamaan. Identitas mereka di tingkat TK disebut Raudlatul Anfal (RA), sekolah tingkat dasar disebutkan ibtidaiyah, sekolah tingkat menengah disebut tsanawiyah, dan sekolah tingkat atas disebut aliyah. Sekolah ini memiliki ciri khas dan bobot pelajaran keislaman yang cukup besar muatan keagamaannya. Lembaga maupun keluarga menyekolahkan pada lembaga tersebuut pada umumnya tergugah oleh ayat Qur‟an, “Duhai Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. 25:74).

Bagi keluarga muslim, pendidikan anak memiliki beberapa tujuan utama antara lain; ingin anak mampu melakukan ibadah dengan benar dan baik, bangga menjadi muslim sejak usia dini, memiliki sopan santun secara islami, dll. Sebagian lembaga pendidikan yang beridentitas islam, bahkan menjalankannya dengan metode berasrama. Pada sebagaian muslim menghendaki wawasan keislaman diberikan lebih besar dibandingkan dengan pelajaran umum lainnya. Oleh sebab itu segaian lainnya bahkan melanjutkan pendidikan bagi anaknya ke pesantren yang lebih dominan pelajaran agamanya.

Tingginya jam pelajaran PAI pada PAUD dan TK Islam, telah menuntut pendidikan diatasnya untuk menyesuaikan diri, agar mata pelajaran itu berlanjut dan yang berkesinambungan. Tentu hal tersebut direspon oleh sekolah-sekolah khususnya oleh SD swasta dan SD di lingkungan Kementrian Agama. Siswa yang mengikuti pendidikan yang beridentitas keislaman, tetap mampu melanjutkan sekolah ke lembaga pendidikan yang bersifat umum, akan tetapi bagi siswa yang berasal dari sekolah umum yang melanjutkan ke sekolah beridentitas atau berbasis Islam cenderung mengalami kesulitan dalam menyesuaikan materi-materi keagamaan.

Pelajaran PAI (dan sejenisnya) di SD Islam sesungguhnya tidak termasuk mata pelajaran utama (Ujian Nasional). Artinya, siswa pada SD Islam tidak wajib mendapatkan nilai baik. Namun demikian, dalam proses pembelajaran, adanya mata pelajaran yang dianggap sangat memberatkan pada siswa dapat menimbulkan ganjalan bagi siswa untuk berprestasi sekalipun pada pelajaran umum lainnya. Oleh sebab itu kompetensi lulusan TK akan menjadi suatu persyaratan masuk bagi sebuah SD Islam Terpadu maupun bagi Madrasah Ibtidaiyah.

Keseragaman kemampuan peserta didik, bukan saja memudahkan pengelolaan bagi guru-guru dalam memberikan pelajaran, akan tetapi juga untuk tidak menjadi beban berlebihan bagi para siswa. Berkenaan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan kajian mengenai kesinambungan kurikulum pembelajaran PAI pada sekolah-sekolah sejak sekolah TK yang akan melanjutkan pendidikan pada berbagai SD yang berbasis agama Islam.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahannya dapat diidentifikasi sebagai yaitu: a) Apakah terdapat kesenjangan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam pada

TK Umum ke SD Islam (Madrasah Ibtidaiyah)? b) Pelajaran Pendidikan Agama Islam apa yang menimbulkan kesenjangan pada TK Umum ke SD Islam?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesenjangan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam pada TK umum ke SD Islam dan untuk mengetahui materi pelajaran Pendidikan Agama Islam apa saja yang menjadi hambatan pada TK Umum ke SD Islam.


Metodologi Penelitian

Tempat penelitian Studi ini dilaksanakan di wilayah Kota Cirebon. Sedangkan lokasi untuk melakukan sampel observasi dan wawancara akan dilaksanakan di sekolah- sekolah yang dilakukan secara acak (random). Adapun waktu pelaksanaan penelitian selama empat bulan, yaitu dimulai pada bulan Januari hingga bulan April 2015.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survai, yang diatur berdasarkan tahap dan jadwal kegiatan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data sekunder dan data primer.

Analisis data dilakukan secara deskriptif diterapkan untuk menganalisis visi dan misi sekolah, kompetensi lulusan, dan metode pembelajaran. Data yang dikumpulkan direkap kemudian dibandingkan untuk mengkaji unggulan-unggulan yang menjadi target kompetensi di sekolah masing-masing.


Hasil dan Pembahasan

Perkembangan Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Anfal (RA)

Berdasarkan institusi pembinaannya, pendidikan bagi masyarakat ini ada yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan ada pula yang dilakukan oleh Kementrian Agama. Kurikulum yang dipakai pada TK-TK di Kota Cirebon umumnya sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum tahun 2010. Berdasarkan kurikulum ini sistem pembelajaran sudah terstruktur dan diharapkan memiliki bobot setara dari sekolah yang satu dengan sekolah lainnya.

Dalam kaitan ini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dibawah binaan Kementrian Pendidikan Kota Cirebon terdapat 85 buah dengan jumlah siswa sebanyak

3.303 orang. Rata-rata siswa per sekolah pada TK umum mencapai 39 orang. Jumlah ini

menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat yang sedemikian tinggi akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya sejak usia dini. Jumlah TK di wilayah Kecamatan Kesambi mencapai 32 buah dengan jumlah siswa 1.162 orang. Adapun di wilayah Kecamatan Harjamukti terdapat 26 sekolah, akan tetapi jumlah siswanya mencapai

1.174 orang (lebih banyak).

Siswa sebuah TK kebanyakan merupakan putra dan putri warga sekitas sekolah. Oleh sebab itu siswa TK di Kota Cirebon pada umumnya merupakan anak-anak dari orang tua warga Kota Cirebon. Data sebaran TK pada masing-masing kecamatan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1.

TK Dibawah Binaan Kemendiknas.



*Sumber: Kemendiknas Kota Cirebon. 2014.

No

Kecamatan Jumlah Jumlah

TK Siswa

(buah) (orang)

1

Kejaksan

17 548

2

Kesambi

32 1.162

3

Lemahwungkuk

8 588

4

Pekalipan

2 120

5

Harjamukti

26 1.174

J u m l a h

85 3.

303


Semua TK yang berada dibawah binaan Kementrian Agama sebanyak 45 buah dengan jumlah siswa 1.560 orang. TK dibawah binaan Kemenag merupakan TK Islam sehingga disebut Roudhatul Anfal (RA). Dengan demikian rata-rata jumlah siswa RA sebanyak 36 orang saja, artinya lebih sedikit dibandingkan TK umum yang mencapai 39 orang. Keberadaan RA paling banyak di wilayah Kecamatan Harjamukti sebanyak 14 buah. Sebaran RA pada masing-masing kecamatan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.

RA (TK) Dibawah Binaan Kementrian Agama


No

Kecamatan

Jumlah TK (buah)

1

Kejaksan

11

2

Kesambi

7

3

Lemahwungkuk

8


No

Kecamatan Jumlah TK (buah)

4

Pekalipan

5

5

Harjamukti

14

J u m l a h

45

*Sumber: Kemenag RI Kota Cirebon, 2014.

Masih banyak anak-anak dari keluarga muda yang belum menyekolahkan anaknya TK atau RA. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh faktor ekonomi atau jarak rumah ke sekolah, karena anak-anak RA biasanya masih harus ditunggu selama berada di sekolah. Bagi orang tua yang sibuk, maka antar jemput anak biasanya dilakukan oleh pembantu atau saudaranya.


Perkembangan Sekolah Dasar Binaan Kemendiknas

Jumlah Sekolah Dasar Umum di wilayah Kota Cirebon terdapat 134 buah yang terdiri atas 134 Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan 28 buah SD Swasta dengan julah siswa SDN sebanyak 30.903 orang ditambah 6.676 siswa SD Swasta (37.579 orang). Jumlah siswa SD di Kota Cirebon tidak berbanding lurus dengan jumlah lulusan TK- nya, karena siswa di SD Kota Cirebon banyak yang berasal dari wilayah Kabupaten Cirebon. Apabila jumlah siswa SD dibandingkan dengan jumlah warga masyarakat Kota Cirebon (301.720 jiwa), maka lebih dari 10% warga Kota Cirebon adalah siswa SD.

Sebaran SDN ditiap kecamatan di wilayah Kota Cirebon sebagaimana tabel berikut 00 dan SD Swasta pada tabel 3.

Tabel 3.

Sebaran SD Negeri Umum



*Sumber: Kemendiknas 2014.

No

Kecamatan Jumlah SD (buah)

1

Kejaksan

29

2

Kesambi

34

3

Lemahwungkuk

21

4

Pekalipan

12

5

Harjamukti

38

J u m l a h

134

Jumlah SD Negeri dibawah binaan Kemendiknas 162 buah terdiri atas 134 sekolah dan 28 SD Swasta (17%). Kebanyakan SD terdapat di wilayah kecamatan Kesambi yaitu 34 SDN dan 10 SD Swasta. Adapun yang ke dua adalah kecamatan Harjamukti (jumlah 43 buah). Wilayah Kecamatan Kesambi merupakan tempat yang mudah dijangkau dari arah Sumber, Kuningan, maupun dari daerah Mundu Kabupaten Cirebon.

Jumlah SD Swasta di wilayah Kecamatan Kesambi cukup banyak (10 buah) cukup dominan, dengan jumlah siswa sebanyak 3.442 orang (lebih dari setengahnya) dari jumlah siswa SD Swasta yang berada di Kota Cirebon. Sebaran SD Swasta di Kota Cirebon sebagaimana tabel 4 berikut.

Tabel 4.

SD Swasta Umum



*Sumber: Kemendiknas 2014.

No

Kecamatan Ju SD

(b

mlah Jumlah

Siswa uah) (orang)

1

Kejaksan

5 731

2

Kesambi

10 3.442

3

Lemahwungkuk

6 1.427

4

Pekalipan

2 171

5

Harjamukti

5 905

J u m l a h

28 6.

676

Sistem pembelajaran pada SD pada umumnya menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum tahun 2010, namun demikian pada tahun ini sudah banyak yang menyatakan akan mengikuti Kurikulum Nasional Tahun 2013. Sekalipun Kurikulum Nasional tahun 2013 ini disinyalir cukup sulit dalam melakukan evaluasi, akan tetapi pihak sekolah banyak yang tertarik dalam menjalankan satuan- satuan kometensi, terutama dalam bidang sosial dan keagamaan.

Dalam bidang keagamaan, setiap pekerjaan yang dilakukan siswa, mereka dapat merujuk ayat Qur‟an atau Hadis yang dipahaminya. Model ini ada kemiripan dengan model pengamalan butir-butir Pancasila yang dikembangkan beberapa tahun yang lalu.


Perkembangan Sekolah Dasar Binaan Kemenag (Madrasah Ibtidaiyah)

Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri di Kota Cirebon hanya terdapat satu buah terletak di wilayah Kecamatan Lemahwungkuk dengan nama MI Karya Mulya. Jumlah siswa MI Negeri ini sebanyak 252 orang. Adapun jumlah MI Swasta sebanyak

18 buah dengan jumlah siswa mencapai 4.441 siswa, dengan rata-rata per sekolah sebanyak 247 orang. Rata-rata jumlah MI Negeri maupun Swasta dapat dikatakan relatif sebanding. Adapun sebaran MI di tiaptiap kecamatan, sebagai mana tabel 5.

Tabel 5.

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta



*Sumber: Kemenag Kota Cirebon 2014.

No

Kecamatan Jumlah MI (buah) Jumlah Siswa (orang)

1

Kejaksan

1

2

Kesambi

1

3

Lemahwungkuk

3

4

Pekalipan

4

5

Harjamukti

9

J u m l a h

18

4.441


PAI Pada Raudlatul Anfal

Lembaga pendidikan (sekolah atau taman kanak-kanak) bagi anak usia dini, lebih dominan diikuti oleh anak-anak yang domisili orang tuanya berdekatan dengan sekolah tersebut. Namun demikian, Roudhatul Anfal sebagai Taman Kanak-Kanak yang berbasis nilai-nilai islami, sering menjadi lembaga pilihan bagi para orang tua yang berkeinginan menanamkan pendidikan agama islam bagi anak lebih awal. Keinginan semua orang tua agar anaknya soleh, walaupun tidak semua orang tua dapat memahami bagaimana cara mendidik anak agar menjadi soleh. Bagi orang tua yang memahami bagaimana upaya yang baik untuk menjadikan agar anaknya soleh, maka mereka memberikan pendidikan kepada anaknya sejak usia dini.

Roudlatul Anfal dianggap lebih islami karena mendapat pembinaan langsung dari Kementrian Agama. Berbagai kebijakan dan dukungan Kementrian Agama terhadap serangkaian dunia pendidikan di Indonesia, memiliki kekhususan dibandingkan dengan Kemendiknas. Oleh sebab itu Roudhatu Anfal mendapatkan kepercayaan secara sepesifik dari para orang tua siswa.

Roudlatul Anfal sebagai Taman kanak-kanak Islami memiliki ciri khusus, mulai aspek tata fisik lingkungan, seragam anak-anak, sistem pendidikan, materi pembelajaran, kedisiplinan, sistem pembiayaan, demikian juga ketentuan guru-guru. Atas berbagai kelonggaran ini, terkadang Roudlatul Anfal dianggap sebagai lembaga pendidikan yang identitas informalnya muncul dan dimunculkan.

Waktu belajar pada Roudlatul Anfal relatif sama dengan TK-TK lain pada umumnya, masuk pada jam 7.30 dan belajar berakhir pada jam 10.00.

Kompetensi lulusan Roudlatul Anfal berlaku sebagaimana TK lain yang biasanya telah dituangkan pada visi dan misi sekolah. Memberikan pendidikan agama dan pengetahuan umum pada anak di usia dini. Oleh sebab itu ciri pembelajaran pada Raudlatu Anfal banyak bidang keislaman yang hal itulah menjadi sebuah ciri atau kekhasan pendidikan Roudlatul Anfal. Raudlatu Anfal selain bahan ajar umum yang bersifat meningkatkan sosialisasi anak dan penguasaan lingkungan, tetapi pendidikan Agama Islam sangat beragam yang meliputi:

Sekolah dengan kategori sedang berkembang yaitu “Al Irsyad Al Islamiyah”

Tujuan Sekolah:

  1. Mengimplementasikan nilai-nilai Al Qur‟an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari

  2. Menghasilkan prestasi peserta didik yang mampu membaca Al Qur‟an

  3. Menghasilkan prestasi peserta didik yang SMART (Santu, Mandidi, Terpuji)

  4. Menciptakan Lingkungan Sekolah yang kondusif dan Islami.

  5. Mengenalkan teknologi sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

    Penguatan pembelajaran sebagaimana misi pertama yaitu, mendidik dan membimbing putra putri muslim agar mengenal aqidah sesuai dengan syari‟at islam.

    Sekolah dengan kategori berkembang yaitu “Darul Hikam”

    Tujuan Sekolah:

Dalam bidang Pelajaran Agama Islam (PAI) pada MI dan SDIT, para siswa yang berasal dari Roudhatul Anfal dan TK Islami, merupakan pelajaran lanjutan. Semua pelajaran PAI di atas, pada MI dan SDIT digollongkan sebagai pelajaran utama yang jam pelajarannya relatif besar.

Sebagaimana dijelaskan bahwa, dengan sistem belajar siswa aktif dimana anak perlu dibantu oleh para orang tua dalam berbagai tugas dan latihan. Berkaitan dengan hafalan-hafalan, membutuhkan orang tua menyimak agar apa yang dihafalkannya sudah

benar. Dalam bidang PAI, peran orang tua atas berbagai hafalan pada umumnya dirasakan bukan saja bertujuan untuk membantu anak agar lancar di sekolah, tetapi juga merasa kebutuhan untuk hafal yang sekaligus berharap menjadi bagian ibadah. Bahkan kesungguhan orang tua dalam membimbing anak dan menyimak hafalan Qur‟an dianggap sama dengan dia sendiri mengaji.

Peningkatnya Pendidikan Agama Islam (PAI) pada MI dan SDIT selama ini telah menjadi beban bagi para siswa yang berlatar belakang TK umum. Beban ini dirasakan bukan oleh para siswa, akan tetapi dirasakan oleh para orang tuanya. Para orang tua tugas hafalan yang dibebankan pada anaknya membutuhkan waktu khusus untuk menyimak, sehingga cukup menyita waktu dan memberatkan. Namun demikian, pada pelajaran-pelajaran umum lainnya siswa yang berlatar belakang TK Umum, relatif lebih baik. Pada MI dan SDIT peningkatan kapasitas dan intensitas pelajaran umum, tampaknya di efektifkan mulai kelas 3 hingga kelas 6 yaitu hingga menjelang Ujian Nasional (UNAS) Sekolah Dasar.


Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, mengenai kesinambungan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) lulusan TK ke SD dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) terdiri atas TK umum (TK yang bobot muatan pembelajarannya berupa pengetahuan umum) dan TK Islami (TK yang pembelajarannya kental dengan bobot muatan Pendidikan Agama Islam).

  2. Lulusan TK Islam yang melanjutkan pada SD Islam (MI atau SDIT), dapat menempuh pembelajaran keseluruhan dengan lancar, sedangkan lulusan TK umum banyak mengalami kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

  3. Sifat materi pembelajaran PAI khususnya bidang tahfidz Qur‟an, hafalan do‟a-do‟a dan praktek ibadah yang diajarkan pada SD Islam (SDIT) lebih mudah diikuti oleh siswa lulusan TK Islam dan Roudhatul Anfal karena sudah terbiasa dilakukan sedangkan pada TK umum belum menjadi bagian rutinitas pembalajaran.

BIBLIOGRAFI


Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Departemen Pendidikan Nasional, III.

2010. Jakarta


Erikson, E.H. 1968. Identity: Youth and Crisis. New York: Norton.


Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoritik & Praktik.

Jogjakarta: Ar.Ruzz Media.


Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character. How Our School can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.


Lickona, Thomas. 2004. Character Matters. How To Help Our Children Developmen Good Judgment, Integrity, and Other Essencial Virtues. New York: Bantam Books.


Megawangi, Ratna. 2010. Pengembangan Program Pendidikan Karakter diSekolah; Pengalaman Sekolah Karakter. Makalah. IHF JKT .


Melly Latifah. 2001. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Karakter Anak. Makalah. Diunduh dari http://indo2.islamic-world.net Parenting Research Centre. 2003. Your

Family as A Team. Melbourne: Australia.


Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT ` Indeks.