Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398
Vol. 3, No 4 April 2018
Universitas Swadaya Sunan Gunung Jati Email: [email protected]
Homogenity in the students’ ability, not only facilitates teachers in managing the class, but alsoease the students in doing the tasks. Accordingly, it was considered necessary to conduct a study on sustainable curricullum toward Islamic subjects at schools starting from kindergarten level students who will continue to Islamic based Elementary Schools.The study took place in Cirebon with survey method applied. Descriptive analysis was implemented to analyze the school’s vision and mission, graduates competencies and teaching method. Based on the survey in accordance with the school vision and mission, toward the sustainability of Islamic Education Subjects (PAI) among kindergarten and elementary graduates, it can be concluded as follows: 1) Kindergarten Schools consisted of Public Kindergarten and Islamic Kindergarten; 2) Islamic Kindergarten graduates who continued the study to Islamic Elementary schools were able to complete learning processes smoothly, whereas public kindergarten graduates experienced to the contrary especially Islamic education subject; (3) The nature of Islamic Education subject (PAI) particularly tahfidz Quran, recitation on the prayers and practical worship taught at Islamic Elementary Schools (SDIT) weremore readily practiced by the Islamic Kindergarten graduates on account of accostumed to routine activities instead of the Public Kindergartens.
Kata Kunci : Study of sustainability, Islamic kindergarten, Elementary schools.
Hadis nabi menyatakan, “tuntutlah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat”. Oleh sebab itu lembaga pendidikan PAUD dan TK ternyata banyak direspons oleh masyarakat. Khusus pendidikan PAUD lebih banyak diarahkan agar anak mampu bersosialisasi dengan sesamanya secara baik yang di desain melalui berbagai permainan
103
yang menuntut terjadinya komunikasi. Landasan filosofis dan religious didasarkan pada keyakinan agama yang dianut oleh para orang tua anak usia dini. Orang tua, pendidik dan orang dewasa di sekitar anak berhak memberikan pelayanan, pelatihan dan pengembangan perilaku beragama dan penanaman budi pekerti luhur melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, penanaman nilai-nilai kehidupan beragama tersebut disesuaikan dengan tahapan perkembangan serta keunikan yang dimiliki oleh anak (Lulus Asmawati (2008).
Depdiknas (2002) menjelaskan bahwa pemerintah memberikan dukungan berupa dana stimulus, sumbangan alat permainan edukatif dan peralatan bagi para tutor atau pendidik usia dini di taman kanak-kanak kelompok bermain, taman penitipan anak dan satuan PAUD sejenis lainnya. Peran serta masyarakat dalam meningkatkan layanan penyelenggaraan kelompok bermain sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Atas perkembangan pelajaran yang ditemukannya di sekolah maka secara bertahap akan terbangun karakter pada anak didik. Mereka mengenal lingkungan sekolah, mereka mengenal aktivitas keseharian di sekolah, mereka bertanya atas sesuatu yang menjadi rutinitasnya baik kepada orang tua di rumah maupun kepada guru di sekolah. Masa anak-anak adalah masa peka dalam menerima berbagai rangsangan dari lingkungan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani.
Pengertian Taman Kanak-kanak dalam Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD (2010) bahwa Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun.
Menyadari pentingnya pendidikan usia dini bagi anak-anak, dan dalam rangka membentuk anak-anak soleh, maka lembaga PAUD dan TK hingga tingkat SD, SLTP, dan SLTA berkembang dengan identitas (berbasis) keagamaan. Identitas mereka di tingkat TK disebut Raudlatul Anfal (RA), sekolah tingkat dasar disebutkan ibtidaiyah, sekolah tingkat menengah disebut tsanawiyah, dan sekolah tingkat atas disebut aliyah. Sekolah ini memiliki ciri khas dan bobot pelajaran keislaman yang cukup besar muatan keagamaannya. Lembaga maupun keluarga menyekolahkan pada lembaga tersebuut pada umumnya tergugah oleh ayat Qur‟an, “Duhai Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. 25:74).
Bagi keluarga muslim, pendidikan anak memiliki beberapa tujuan utama antara lain; ingin anak mampu melakukan ibadah dengan benar dan baik, bangga menjadi muslim sejak usia dini, memiliki sopan santun secara islami, dll. Sebagian lembaga pendidikan yang beridentitas islam, bahkan menjalankannya dengan metode berasrama. Pada sebagaian muslim menghendaki wawasan keislaman diberikan lebih besar dibandingkan dengan pelajaran umum lainnya. Oleh sebab itu segaian lainnya bahkan melanjutkan pendidikan bagi anaknya ke pesantren yang lebih dominan pelajaran agamanya.
Tingginya jam pelajaran PAI pada PAUD dan TK Islam, telah menuntut pendidikan diatasnya untuk menyesuaikan diri, agar mata pelajaran itu berlanjut dan yang berkesinambungan. Tentu hal tersebut direspon oleh sekolah-sekolah khususnya oleh SD swasta dan SD di lingkungan Kementrian Agama. Siswa yang mengikuti pendidikan yang beridentitas keislaman, tetap mampu melanjutkan sekolah ke lembaga pendidikan yang bersifat umum, akan tetapi bagi siswa yang berasal dari sekolah umum yang melanjutkan ke sekolah beridentitas atau berbasis Islam cenderung mengalami kesulitan dalam menyesuaikan materi-materi keagamaan.
Pelajaran PAI (dan sejenisnya) di SD Islam sesungguhnya tidak termasuk mata pelajaran utama (Ujian Nasional). Artinya, siswa pada SD Islam tidak wajib mendapatkan nilai baik. Namun demikian, dalam proses pembelajaran, adanya mata pelajaran yang dianggap sangat memberatkan pada siswa dapat menimbulkan ganjalan bagi siswa untuk berprestasi sekalipun pada pelajaran umum lainnya. Oleh sebab itu kompetensi lulusan TK akan menjadi suatu persyaratan masuk bagi sebuah SD Islam Terpadu maupun bagi Madrasah Ibtidaiyah.
Keseragaman kemampuan peserta didik, bukan saja memudahkan pengelolaan bagi guru-guru dalam memberikan pelajaran, akan tetapi juga untuk tidak menjadi beban berlebihan bagi para siswa. Berkenaan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan kajian mengenai kesinambungan kurikulum pembelajaran PAI pada sekolah-sekolah sejak sekolah TK yang akan melanjutkan pendidikan pada berbagai SD yang berbasis agama Islam.
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahannya dapat diidentifikasi sebagai yaitu: a) Apakah terdapat kesenjangan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam pada
TK Umum ke SD Islam (Madrasah Ibtidaiyah)? b) Pelajaran Pendidikan Agama Islam apa yang menimbulkan kesenjangan pada TK Umum ke SD Islam?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesenjangan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam pada TK umum ke SD Islam dan untuk mengetahui materi pelajaran Pendidikan Agama Islam apa saja yang menjadi hambatan pada TK Umum ke SD Islam.
Tempat penelitian Studi ini dilaksanakan di wilayah Kota Cirebon. Sedangkan lokasi untuk melakukan sampel observasi dan wawancara akan dilaksanakan di sekolah- sekolah yang dilakukan secara acak (random). Adapun waktu pelaksanaan penelitian selama empat bulan, yaitu dimulai pada bulan Januari hingga bulan April 2015.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survai, yang diatur berdasarkan tahap dan jadwal kegiatan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data sekunder dan data primer.
Analisis data dilakukan secara deskriptif diterapkan untuk menganalisis visi dan misi sekolah, kompetensi lulusan, dan metode pembelajaran. Data yang dikumpulkan direkap kemudian dibandingkan untuk mengkaji unggulan-unggulan yang menjadi target kompetensi di sekolah masing-masing.
Berdasarkan institusi pembinaannya, pendidikan bagi masyarakat ini ada yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan ada pula yang dilakukan oleh Kementrian Agama. Kurikulum yang dipakai pada TK-TK di Kota Cirebon umumnya sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum tahun 2010. Berdasarkan kurikulum ini sistem pembelajaran sudah terstruktur dan diharapkan memiliki bobot setara dari sekolah yang satu dengan sekolah lainnya.
Dalam kaitan ini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dibawah binaan Kementrian Pendidikan Kota Cirebon terdapat 85 buah dengan jumlah siswa sebanyak
3.303 orang. Rata-rata siswa per sekolah pada TK umum mencapai 39 orang. Jumlah ini
menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat yang sedemikian tinggi akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya sejak usia dini. Jumlah TK di wilayah Kecamatan Kesambi mencapai 32 buah dengan jumlah siswa 1.162 orang. Adapun di wilayah Kecamatan Harjamukti terdapat 26 sekolah, akan tetapi jumlah siswanya mencapai
1.174 orang (lebih banyak).
Siswa sebuah TK kebanyakan merupakan putra dan putri warga sekitas sekolah. Oleh sebab itu siswa TK di Kota Cirebon pada umumnya merupakan anak-anak dari orang tua warga Kota Cirebon. Data sebaran TK pada masing-masing kecamatan disajikan pada tabel berikut:
*Sumber: Kemendiknas Kota Cirebon. 2014.
No | Kecamatan Jumlah Jumlah TK Siswa (buah) (orang) | ||
1 | Kejaksan | 17 548 | |
2 | Kesambi | 32 1.162 | |
3 | Lemahwungkuk | 8 588 | |
4 | Pekalipan | 2 120 | |
5 | Harjamukti | 26 1.174 | |
J u m l a h | 85 3. |
Semua TK yang berada dibawah binaan Kementrian Agama sebanyak 45 buah dengan jumlah siswa 1.560 orang. TK dibawah binaan Kemenag merupakan TK Islam sehingga disebut Roudhatul Anfal (RA). Dengan demikian rata-rata jumlah siswa RA sebanyak 36 orang saja, artinya lebih sedikit dibandingkan TK umum yang mencapai 39 orang. Keberadaan RA paling banyak di wilayah Kecamatan Harjamukti sebanyak 14 buah. Sebaran RA pada masing-masing kecamatan disajikan pada tabel berikut:
No | Kecamatan | Jumlah TK (buah) |
1 | Kejaksan | 11 |
2 | Kesambi | 7 |
3 | Lemahwungkuk | 8 |
No | Kecamatan Jumlah TK (buah) | |
4 | Pekalipan | 5 |
5 | Harjamukti | 14 |
J u m l a h |
*Sumber: Kemenag RI Kota Cirebon, 2014.
Masih banyak anak-anak dari keluarga muda yang belum menyekolahkan anaknya TK atau RA. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh faktor ekonomi atau jarak rumah ke sekolah, karena anak-anak RA biasanya masih harus ditunggu selama berada di sekolah. Bagi orang tua yang sibuk, maka antar jemput anak biasanya dilakukan oleh pembantu atau saudaranya.
Jumlah Sekolah Dasar Umum di wilayah Kota Cirebon terdapat 134 buah yang terdiri atas 134 Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan 28 buah SD Swasta dengan julah siswa SDN sebanyak 30.903 orang ditambah 6.676 siswa SD Swasta (37.579 orang). Jumlah siswa SD di Kota Cirebon tidak berbanding lurus dengan jumlah lulusan TK- nya, karena siswa di SD Kota Cirebon banyak yang berasal dari wilayah Kabupaten Cirebon. Apabila jumlah siswa SD dibandingkan dengan jumlah warga masyarakat Kota Cirebon (301.720 jiwa), maka lebih dari 10% warga Kota Cirebon adalah siswa SD.
Sebaran SDN ditiap kecamatan di wilayah Kota Cirebon sebagaimana tabel berikut 00 dan SD Swasta pada tabel 3.
*Sumber: Kemendiknas 2014.
No | Kecamatan Jumlah SD (buah) | |
1 | Kejaksan | 29 |
2 | Kesambi | 34 |
3 | Lemahwungkuk | 21 |
4 | Pekalipan | 12 |
5 | Harjamukti | 38 |
J u m l a h |
Jumlah SD Negeri dibawah binaan Kemendiknas 162 buah terdiri atas 134 sekolah dan 28 SD Swasta (17%). Kebanyakan SD terdapat di wilayah kecamatan Kesambi yaitu 34 SDN dan 10 SD Swasta. Adapun yang ke dua adalah kecamatan Harjamukti (jumlah 43 buah). Wilayah Kecamatan Kesambi merupakan tempat yang mudah dijangkau dari arah Sumber, Kuningan, maupun dari daerah Mundu Kabupaten Cirebon.
Jumlah SD Swasta di wilayah Kecamatan Kesambi cukup banyak (10 buah) cukup dominan, dengan jumlah siswa sebanyak 3.442 orang (lebih dari setengahnya) dari jumlah siswa SD Swasta yang berada di Kota Cirebon. Sebaran SD Swasta di Kota Cirebon sebagaimana tabel 4 berikut.
*Sumber: Kemendiknas 2014.
No | Kecamatan Ju SD (b | mlah Jumlah Siswa uah) (orang) | |
1 | Kejaksan | 5 731 | |
2 | Kesambi | 10 3.442 | |
3 | Lemahwungkuk | 6 1.427 | |
4 | Pekalipan | 2 171 | |
5 | Harjamukti | 5 905 | |
J u m l a h | 28 6. |
Sistem pembelajaran pada SD pada umumnya menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum tahun 2010, namun demikian pada tahun ini sudah banyak yang menyatakan akan mengikuti Kurikulum Nasional Tahun 2013. Sekalipun Kurikulum Nasional tahun 2013 ini disinyalir cukup sulit dalam melakukan evaluasi, akan tetapi pihak sekolah banyak yang tertarik dalam menjalankan satuan- satuan kometensi, terutama dalam bidang sosial dan keagamaan.
Dalam bidang keagamaan, setiap pekerjaan yang dilakukan siswa, mereka dapat merujuk ayat Qur‟an atau Hadis yang dipahaminya. Model ini ada kemiripan dengan model pengamalan butir-butir Pancasila yang dikembangkan beberapa tahun yang lalu.
Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri di Kota Cirebon hanya terdapat satu buah terletak di wilayah Kecamatan Lemahwungkuk dengan nama MI Karya Mulya. Jumlah siswa MI Negeri ini sebanyak 252 orang. Adapun jumlah MI Swasta sebanyak
18 buah dengan jumlah siswa mencapai 4.441 siswa, dengan rata-rata per sekolah sebanyak 247 orang. Rata-rata jumlah MI Negeri maupun Swasta dapat dikatakan relatif sebanding. Adapun sebaran MI di tiaptiap kecamatan, sebagai mana tabel 5.
*Sumber: Kemenag Kota Cirebon 2014.
No | Kecamatan Jumlah MI (buah) Jumlah Siswa (orang) | ||
1 | Kejaksan | 1 | |
2 | Kesambi | 1 | |
3 | Lemahwungkuk | 3 | |
4 | Pekalipan | 4 | |
5 | Harjamukti | 9 | |
J u m l a h | 18 |
Lembaga pendidikan (sekolah atau taman kanak-kanak) bagi anak usia dini, lebih dominan diikuti oleh anak-anak yang domisili orang tuanya berdekatan dengan sekolah tersebut. Namun demikian, Roudhatul Anfal sebagai Taman Kanak-Kanak yang berbasis nilai-nilai islami, sering menjadi lembaga pilihan bagi para orang tua yang berkeinginan menanamkan pendidikan agama islam bagi anak lebih awal. Keinginan semua orang tua agar anaknya soleh, walaupun tidak semua orang tua dapat memahami bagaimana cara mendidik anak agar menjadi soleh. Bagi orang tua yang memahami bagaimana upaya yang baik untuk menjadikan agar anaknya soleh, maka mereka memberikan pendidikan kepada anaknya sejak usia dini.
Roudlatul Anfal dianggap lebih islami karena mendapat pembinaan langsung dari Kementrian Agama. Berbagai kebijakan dan dukungan Kementrian Agama terhadap serangkaian dunia pendidikan di Indonesia, memiliki kekhususan dibandingkan dengan Kemendiknas. Oleh sebab itu Roudhatu Anfal mendapatkan kepercayaan secara sepesifik dari para orang tua siswa.
Roudlatul Anfal sebagai Taman kanak-kanak Islami memiliki ciri khusus, mulai aspek tata fisik lingkungan, seragam anak-anak, sistem pendidikan, materi pembelajaran, kedisiplinan, sistem pembiayaan, demikian juga ketentuan guru-guru. Atas berbagai kelonggaran ini, terkadang Roudlatul Anfal dianggap sebagai lembaga pendidikan yang identitas informalnya muncul dan dimunculkan.
Waktu belajar pada Roudlatul Anfal relatif sama dengan TK-TK lain pada umumnya, masuk pada jam 7.30 dan belajar berakhir pada jam 10.00.
Kompetensi lulusan Roudlatul Anfal berlaku sebagaimana TK lain yang biasanya telah dituangkan pada visi dan misi sekolah. Memberikan pendidikan agama dan pengetahuan umum pada anak di usia dini. Oleh sebab itu ciri pembelajaran pada Raudlatu Anfal banyak bidang keislaman yang hal itulah menjadi sebuah ciri atau kekhasan pendidikan Roudlatul Anfal. Raudlatu Anfal selain bahan ajar umum yang bersifat meningkatkan sosialisasi anak dan penguasaan lingkungan, tetapi pendidikan Agama Islam sangat beragam yang meliputi:
Pengetahuan ke-islaman antara lain; belajar hafalan do‟a islami, Al-Qur‟an (surat- surat pendek), bacaan shalat, dan pengenalan huruf Arab. Pada sebagian RA memulai pembelajaran dengan do‟a bersama dan mengahirinya dengan do‟a kaffaratul mejelis (“Subhanakallohuma wabihamdika, asyhadu anllailaha illa anta astagfiruka wa atuubu ilaik”).
Pengetahuan umum berupa; membaca, menulis, berhitung dan keterampilan, olah raga dan permainan.
Ciri lain pada RA ini pada umumnya dibangun disekitar masjid dan ini menunjukan dominasi nilai-nilai islami yang ditunjukkan oleh Roudhatu Anfal sebagai sekolah berupa PAUD yang dibina oleh Kemenag.
Bahwa pendidikan demikian tentu merupakan pendidikan yang diselaraskan dengan standar nilai dalam rekruitmen bagi sekolah lanjutannya yang sama mendapatkan pembinaan kemenag yaitu SD-SD Islami, baik yang berupa Madrasah Ibtidaiyah (MI) maupun yang berupa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT).
Kesinambungan pembelajaran dari Roudhatu Anfal ke MI dapat dikatakan telah mendapat kajian dan kebijakan khusus sebagai bagian konsistensi kebijakan Kemenag. Berkenaan dengan hal tersebut, maka secara spesifik materi ajar Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan merupakan materi ajar yang berkelanjutan. Namun demikian, lulusan Roudhatu Anfal tetap dapat melanjutkan sekolah ke SD lain pada umumnya.
Do‟a harian:
Do‟a untuk kedua orang tua, makan, tidur dan bangun tidur, bercermin, berpakaian, masuk dan keluar toilet.
Hafalan Al-Qur‟an:
Hafalan Juj‟ama yang dimulai dari surat-surat pendek (Al-Ikhlas, An-Nas, Al- Falak) dll dan Suratul Fatihah.
Taman Kanak-kanak Islami, merupakan TK yang mendapatkan pembinaan langsung dari Kemendiknas masing-masing daerah. Disebut Islami karena pada TK ini memiliki sejumlah indikator yang berbasis keislaman. Indikator ini tampak mulai dari; identitas Yayasan Pendiri, Nama Sekolah, lingkungan fisik, guru-guru pendidik, pembelajaran dan materi pelajaran. Hal ini juga biasanya terlihat dari visi dan misi sekolah.
Terdapat kesamaan dan perbedaan antara TK Islami dibawah pembinaan Kemendiknas dan Roudhatu Anfal di bawah binaan Kemenag. Kesamaannya yaitu sama-sama membawakan nilai-nilai islami, dengan model pembelajaran dan kompetensi lulusan yang shaleh berlandaskan akhlaqul karimah. Akan tetapi dari berbagai sudut pada TK-TK Islami umumnya muncul sifat modernisasi artinya peralatan dan suasana yang umumnya dilengkapi oleh sarana relatif modern.
TK Islami biasanya dibangun untuk menjadi sekolah unggulan atau pavorit. TK Islami biasanya menetapkan biaya pendidikan yang relatif mahal dibandingkan dengan TK jenis lainnya. Oleh sebab itu, TK Islami banyak diikuti oleh anak-anak yang orang tuanya tinggal di tempat-tempat relatif jauh.
Berdasarkan prasarana, manajemen, SDA, maka TK terbagi dalam tiga kelompok (status) yaitu; kelompok belum berkembang, sedang berkembang, dan sudah maju. Kurikulum yang dipakai adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum tahun 2010. Berikut ini contoh tujuan sekolah yang berdampak pada model pembelajaran dari ketiga status atau kategori TK adalah sebagai berikut:
Tujuan Sekolah:
Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Tujuan Sekolah:
Mengimplementasikan nilai-nilai Al Qur‟an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari
Menghasilkan prestasi peserta didik yang mampu membaca Al Qur‟an
Menghasilkan prestasi peserta didik yang SMART (Santu, Mandidi, Terpuji)
Menciptakan Lingkungan Sekolah yang kondusif dan Islami.
Mengenalkan teknologi sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Penguatan pembelajaran sebagaimana misi pertama yaitu, mendidik dan membimbing putra putri muslim agar mengenal aqidah sesuai dengan syari‟at islam.
Tujuan Sekolah:
Membentuk pribadi anak yang shaleh/shaleha, berakhlak Islami, cerdas, kreatif, mandiri, suka buku, dan siap masuk SD.
Pada TK Islami, materi pelajaran islami relatif sama dengan Roudhatul Anfal, akan tetapi model dan tatacara pembelajaran dibawakan oleh para guru yang relatif lebih profesional dan sarana yang relatif lebih baik. Kondisi ini memungkinkan lulusannya mampu mengikuti pembelajaran pada tingkatan SD dalam jenis apapun.
Do‟a harian:
Do‟a untuk kedua orang tua, makan, tidur dan bangun tidur, bercermin, berpakaian, masuk dan keluar toilet.
Hafalan Al-Qur‟an:
Hafalan Juj‟ama yang dimulai dari surat-surat pendek (Al-Ikhlas, An-Nas, Al- Falak) dll dan Suratul Fatihah.
TK umum dapat berupa TK yang berbasis keagamaan di luar Islam atau TK yang tidak menyertakan identitas keagamaan. Pada TK ini dapat berstatus belum berkembang, sedang berkembang atau berkembang. Pada TK-TK ini nilai-nilai agama Islam tidak ditonjolkan atau bagi yang beridentitas di luar Islam, mereka menonjolkan identitas agamanya. Oleh sebab itu pendidikan pada TK umum tidak akan dibahas TK yang berbasis keagamaan.
Pada TK ini, kompetensi lulusan lebih diorientasikan agar lulusan mampu melanjutkan ke SD umum. Pada TK umum juga terdapat TK-TK unggulan atau pavorit dan sebagiannya terdapat yang diproyeksikan sebagai TK global, yaitu TK yang menyertakan pembelajaran Bahasa Inggris.
TK umum membangun pendidikan bersuasana umum yang menitik beratkan kepada kompetensi kemampuan sosialisasi bagi anak-anaknya. Pengenalan terhadap fenomena umum dalam berbahasa, mengenal huruf, membaca dan menulis. Pengaruh dan suasana keagamaan biasanya tercermin oleh para individu pengelola.
Pada TK umum, jam pelajaran membaca-menulis dan berhitung relatif lebih lama dan lebih intensif, sehingga tampaknya mengenai hal tersebut para siswa SD yang berlatar belakang TK umum, relatif lebih baik.
Setiap orang tua menghendaki kelanjutan pendidikan bagi anaknya ke sekolah- sekolah unggulan atau pavorit. Kelanjutan pendidikan anak, dari TK ke SD sebagai program orang tua terkadang mengalami perubahan, yang biasanya akan bergantung pada tingkat keberhasilan ekonomi. Sekolah-sekolah yang termasuk kategori pavorit umumnya menetapkan SPP yang relatif mahal.
Waktu belajar pada sekolah TK umumnya dilaksanakan selama dua setengah jam pe hari. Kepahaman siswa terhadap pelajaran yang diberikan tergantung pada waktu belajar yang ditempuh. Apabila bobot belajar agama lebih banyak, maka pelajaran agama itu yang lebih dikuasi dan sebaliknya apabila pelajaran umum yang dipelajari maka pelajaran umum yang banyak dikuasai para siswa TK tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan wawancara dengan orang tua siswa, anak yang belajar pada TK islami relatif mendapatkan kesulitan pelajaran matematika, dan sangat lancar dalam mengikuti Pelajaran Agama Islam. Menurut yang lainnya, tingkat kepahaman siswa terhadap pelajaran, tergantung pada bimbingan orang tuanya di rumah.
SD Islami terdiri atas MI dan SDIT. Kedua sekolah ini membawa ciri khas yaitu keislaman. Pada SD ini terdapat kelas-kelas unggulan atau pavorit sehingga dilihat dari rata-rata jumlah rombongan belajarnya lebih banyak dibandingkan dengan sekolah Dasar Umum. SD islami menunjukan identitas keislaman sebagaimana TK-TK islami mulai dari identitas (nama), lingkungan, guru dan tenaga kependidikan, sistem belajar, sarana.
Kesamaan MI dan SD Islami dalam pelajaran PAI yaitu jumlah belajar yang cukup lama (2 jam pelajaran) dan diberikan tiap hari. Paket pelajaran ini yang merupakan kesinambungan dari pelajaran Roudhatu Anfal dan TK Islami. Sedangkan pada SD umum, pelajaran PAI hanya diajarkan dalam 2 jam pelajaran per minggu. Atas hal tersebut, maka banyak SDIT menyelanggarakan pendidikan dalam waktu yang lebih lama (sampai jam 1 bahkan banyak yang full day yaitu hingga jam 16). Pada MI dan SDIT pelajaran PAI dan Al-Qur‟an dilaksanakan pada jam terpisah.
Paket pelajaran PAI pada MI dan SDIT sering menjadi hambatan bagi siswa yyang berasal dari TK Umum. Siswa yang berasan dari TK umum banyak merasa asing dengan pelajaran agama, do‟a awal, akhir, hafalan, qur‟an sekalipun dipengaruhi oleh aktivitas keagamaan di rumah tempat tinggalnya.
Do‟a harian:
Do‟a lanjutan untuk kedua orang tua, makan, tidur dan bangun tidur, bercermin, berpakaian, masuk dan keluar toilet serta do‟a-do‟a lainnya.
Hafalan Al-Qur‟an dan bacaan shalat:
Hafalan Juj‟ama pada SDIT selain dimulai dari surat-surat pendek (Al-Ikhlas, An- Nas, Al-Falak) surat-surat terakhir, juga ada yang dimulai dari Juz Ama Surat An- Naba (surat awal dari juz „ama) dan seterusnya.
Hafalan bacaan shalat (do‟a iftitah, bacaan ruku dan sujud, serta lainnya) dan lanjutannya.
Sejarah Islam dan Praktek Ibadah:
Pada MI dan SDIT diajarkan beberapa sejarah nabi dan masing-masing keistimewaannya.
Juga umumnya dilakukan praktek ibadah hampir setiap hari (terutama praktek wudlu dan shalat).
Dalam bidang Pelajaran Agama Islam (PAI) pada MI dan SDIT, para siswa yang berasal dari Roudhatul Anfal dan TK Islami, merupakan pelajaran lanjutan. Semua pelajaran PAI di atas, pada MI dan SDIT digollongkan sebagai pelajaran utama yang jam pelajarannya relatif besar.
Sebagaimana dijelaskan bahwa, dengan sistem belajar siswa aktif dimana anak perlu dibantu oleh para orang tua dalam berbagai tugas dan latihan. Berkaitan dengan hafalan-hafalan, membutuhkan orang tua menyimak agar apa yang dihafalkannya sudah
benar. Dalam bidang PAI, peran orang tua atas berbagai hafalan pada umumnya dirasakan bukan saja bertujuan untuk membantu anak agar lancar di sekolah, tetapi juga merasa kebutuhan untuk hafal yang sekaligus berharap menjadi bagian ibadah. Bahkan kesungguhan orang tua dalam membimbing anak dan menyimak hafalan Qur‟an dianggap sama dengan dia sendiri mengaji.
Peningkatnya Pendidikan Agama Islam (PAI) pada MI dan SDIT selama ini telah menjadi beban bagi para siswa yang berlatar belakang TK umum. Beban ini dirasakan bukan oleh para siswa, akan tetapi dirasakan oleh para orang tuanya. Para orang tua tugas hafalan yang dibebankan pada anaknya membutuhkan waktu khusus untuk menyimak, sehingga cukup menyita waktu dan memberatkan. Namun demikian, pada pelajaran-pelajaran umum lainnya siswa yang berlatar belakang TK Umum, relatif lebih baik. Pada MI dan SDIT peningkatan kapasitas dan intensitas pelajaran umum, tampaknya di efektifkan mulai kelas 3 hingga kelas 6 yaitu hingga menjelang Ujian Nasional (UNAS) Sekolah Dasar.
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai kesinambungan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) lulusan TK ke SD dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) terdiri atas TK umum (TK yang bobot muatan pembelajarannya berupa pengetahuan umum) dan TK Islami (TK yang pembelajarannya kental dengan bobot muatan Pendidikan Agama Islam).
Lulusan TK Islam yang melanjutkan pada SD Islam (MI atau SDIT), dapat menempuh pembelajaran keseluruhan dengan lancar, sedangkan lulusan TK umum banyak mengalami kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sifat materi pembelajaran PAI khususnya bidang tahfidz Qur‟an, hafalan do‟a-do‟a dan praktek ibadah yang diajarkan pada SD Islam (SDIT) lebih mudah diikuti oleh siswa lulusan TK Islam dan Roudhatul Anfal karena sudah terbiasa dilakukan sedangkan pada TK umum belum menjadi bagian rutinitas pembalajaran.
Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Departemen Pendidikan Nasional, III.
2010. Jakarta
Erikson, E.H. 1968. Identity: Youth and Crisis. New York: Norton.
Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoritik & Praktik.
Jogjakarta: Ar.Ruzz Media.
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character. How Our School can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Lickona, Thomas. 2004. Character Matters. How To Help Our Children Developmen Good Judgment, Integrity, and Other Essencial Virtues. New York: Bantam Books.
Megawangi, Ratna. 2010. Pengembangan Program Pendidikan Karakter diSekolah; Pengalaman Sekolah Karakter. Makalah. IHF JKT .
Melly Latifah. 2001. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Karakter Anak. Makalah. Diunduh dari http://indo2.islamic-world.net Parenting Research Centre. 2003. Your
Family as A Team. Melbourne: Australia.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT ` Indeks.