��� Syntax Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
��� e-ISSN : 2548-1398
��� Vol. 1, no 3 November 2016
PENGARUH
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH �
TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Abdul Wakhid
Akademi Maritim
Cirebon
email: [email protected]
Abstrak
Kegiatan
belajar mengajar masih berorientasi pada penguasaan materi buku, dalam
menyampaikan pelajaran IPS guru hanya mengulas materi-materi yang ada di LKS
saja. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, sementara siswa hanya sebagai
penerima apa yang disampaikan guru. Dengan demikian siswa terlihat cenderung
jenuh dalam pembelajaran dan kurang memiliki motivasi dalam belajar yang tentu
saja akan berdampak pada hasil belajar siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara
sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen yang menggunakan metode
pembelajaran pemecahan masalah dengan perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa
antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas kontrol yang menggunakan metode
pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen
dengan dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen yang melakukan penerapan
pembelajaran dengan metode pemecahan masalah dan kelas kontrol dengan melakukan
pembelajaran konvensional. Uji alat test penelitian menggunakan uji validitas,
reliabilitias, daya pembeda, dan Indeks kesukaran. Uji analisis prasyarat
menggunakan uji normalitas dan homogenitas. Uji hipotesis menggunakan uji gain,
dan uji t dengan bantuan SPSS stattistik 19.0. �Penelitian
ini menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa
antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen yang menggunakan
metode pembelajaran pemecahan masalah (2) Terdapat perbedaan kemampuan berfikir
kritis siswa antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas kontrol yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional. (3) Terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang
menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah dengan kelas kontrol yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Kata Kunci : Metode Pemecahan Masalah, Kemampuan Befikir Kritis Siswa
Pendahuluan
Kegiatan
belajar mengajar masih berorientasi pada penguasaan materi buku, dalam
menyampaikan pelajaran IPS guru hanya mengulas materi-materi yang ada di LKS
saja. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, sementara siswa hanya sebagai
penerima apa yang disampaikan guru. Guru masih mempraktekan pendekatan
konvensional. Dengan demikian siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran
dan kurang memiliki motivasi dalam belajar yang tentu saja akan berdampak pada
hasil belajar siswa.
Pembaharuan
pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan berfikir secara aktif, efektif
dan menyenangkan sehingga menumbuhkan minat peserta didik, perlu dilakukan. Hal
ini dapat dilakukan dengan penerapan model-model pembelajaran yang bersifat student learning center. Model
pembelajaran tersebut mampu menggali potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa
lebih aktif dan kreatif.
Metode
Penelitian
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dalam suatu
penelitian ekperimen, khususnya penelitian yang ingin menyelidiki keefektifan
penggunaan metode mengajar baru, diperlukan kelas lain atau kelompok siswa yang
menggunakan metode lama atau yang biasa dilakukan sebelumnya sebagai
pembanding. Kelas pembanding ini disebut kelas kontrol. Hasil dari kelas
kontrol ini akan menjadi pembanding dari kelas eksperimen untuk mengetahui apakah
hasil kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Penelitian
kuasi eksperimen ini terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas
eksperimen yang melakukan penerapan pembelajaran dengan metode pemecahan masalah
dan kelas kontrol dengan melakukan pembelajaran konvensional. Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk desain non-equivalent control group design, yang merupakan pendekatan yang
paling populer dalam quasi eksperimen. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dipilih bukan dengan cara random. Kedua kelompok diberi pre test dan post test
dan hanya kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui signifikansi penerapan metode pemecahan masalah
terhadap peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa pada pembelajaran IPS.
Oleh karena itu perlu dikembangkan beberapa instrumen penelitian yang dapat
digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan yaitu dengan instrumen rencana
penerapan metode pemecahan masalah dan instrumen kemampuan berfikir kritis
siswa yang akan diberikan penilaian menggunakan teknik tes obyektif dengan
bentuk soal tes pilihan ganda.
Soal tes yang
akan digunakan sebagai parameter kemampuan berpikir kritis siswa, sebelum
digunakan sebagai alat pretest dan posttest pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas butir-butir
soal tersebut, dengan maksud untuk mengetahui kualitas soal tes.
Hasil dan Pembahasan
1.
Kemampuan
Berfikir Kritis Awal Peserta didik
Data hasil tes
kemampuan berfikir kritis siswa terdiri dari pretest dan postest yang diperoleh
melalui tes tertulis berbentuk pilihan ganda. Untuk pretest tahap 1 diberikan
tes tertulis berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal, pretest tahap 2 sebanyak
15 soal, dan pretest tahap 3 sebanyak 18 soal pilihan ganda. Soal tes tersebut
diujikan pada kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol), kemudian data
tersebut dianalisis. Setelah lembar jawaban diperiksa, diperoleh skor terendah
(Xmin), skor tertinggi (X�maks), skor rata-rata dan deviasi standar dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol seperti dideskripsikan pada tabel 1 berikut.
Tabel 1
Deskripsi Skor Pretes Kelas Ekdperimen
dan Kelas Kontrol
Deskripsi |
Tahap 1/Kelas |
Tahap 2Kelas |
Tahap 3/Kelas |
|||
Eksperimen |
Kontrol |
Eksperimen |
Kontrol |
Eksperimen |
Kontrol |
|
Skor Terendah |
5 |
7 |
5 |
3 |
5 |
5 |
Skor Tertinggi |
16 |
16 |
13 |
13 |
14 |
14 |
Rata-Rata |
11,17 |
11,14 |
8,64 |
8,23 |
9,88 |
9,91 |
Deviasi Standar |
2,49 |
2,19 |
2,19 |
2,38 |
2,06 |
2,15 |
Skor Ideal |
23 |
23 |
15 |
15 |
18 |
18 |
Jumlah Siswa |
42 |
43 |
42 |
43 |
42 |
43 |
� Sumber diolah dengan SPSS 19
Tabel
1 di atas memperlihatkan bahwa skor rata-rata kemampuan berfikir
kritis kelas eksperimen pada tahap 1 masing-masing adalah 11,17 atau 48,57%
dari skor ideal, sedangkan rata-rata kemampuan berfikir kritis kelas kontrol
adalah 11,14 atau 48,43% dari skor ideal. Dari tabel diatas terlihat perbedaan
rata-rata antara kemampuan berfikir kritis kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan kemampuan berfikir kritis kelas kontrol. Skor terendah pada kelas
eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol yaitu 5 atau 21,73% dari skor
ideal sedangkan kelas kontrol lebih tinggi yaitu 7 atau 30,43% dari skor ideal.
Skor tertinggi kemampuan berfikir kritis untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada pretest tahap 1 adalah sama yaitu 16 atau 69,57% dari skor ideal.
Pada
tahap 2 skor rata-rata kemampuan berfikir kritis pada kelas eksperimen adalah
8,64 atau 57,60% dari skor ideal, sedangkan skor rata-rata kemampuan berfikir
kritis kelas kontrol adalah 8,23 atau 54,87% dari skor ideal. Dari tabel diatas
terlihat perbedaan rata-rata antara kemampuan berfikir kritis kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan kemampuan berfikir kritis kelas kontrol. Skor terendah
pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol yaitu 5 atau 33,33%
dari skor ideal sedangkan kelas kontrol lebih rendah yaitu 3 atau 20% dari skor
ideal. Skor tertinggi kemampuan berfikir kritis untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol pada pretest tahap 2 skor maksimal kedua kelas adalah sama yaitu
13 atau 86,67% dari skor ideal.
Pada
tahap 3 skor rata-rata kemampuan berfikir kritis pada kelas� eksperimen adalah 9,88 atau 54,89% dari skor
ideal, sedangkan skor rata-rata kemampuan berfikir kritis kelas kontrol adalah
9,91 atau 55,06% dari skor ideal. Skor terendah pada kedua kelas sama yaitu 5
atau 27,78% dari skor ideal. Pada pretest tahap 3 skor maksimal kedua kelas
adalah sama yaitu 14 atau 77,78% dari skor ideal.
Untuk
menguji apakah ada perbedaan dari rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen
dan melihat distribusi data skor kemampuan berfikir kritis siswa, terlebih
dahulu data diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas dan homogenitas
diperlukan untuk memenuhi syarat uji dua rata-rata dengan menggunakan uji-t
atau uji statistik parametrik sedangkan apabila hasil uji data tidak normal dan
tidak homogen dilakukan uji non parametrik.
Untuk
menguji normalitas data pretest digunakan uji statistik One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test pada Software SPSS 19. Perumusan hipotesis dan kriteria
pengujian normalitas data pretest telah dipaparkan pada Bab III. Output dari
uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang dianalisis pada Software SPSS 19
dengan membandingkan probabilitas Asymp. Sig (2-tailed) dengan nilai alpha
(α). Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas Asymp. Sig (2-tailed)
> alpha (α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal. Hipotesis
pengujian normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
adalah sebagai berikut:
H0 : angka
signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
H1 : angka
signifikan (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Hasil
uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test menggunakan software
SPSS Versi 19, ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas
Pretes Eksperimen dan Kelas Kontrol
No |
Data |
Asymp.Sig |
α |
Keterangan |
1 |
Pretest 1 Kelas Eksperimen |
0,717 |
0,05 |
Normal |
Pretest 1 Kelas Kontrol |
0,335 |
0,05 |
Normal |
|
2 |
Pretest 2 Kelas Eksperimen |
0,550 |
0,05 |
Normal |
Pretest 2 Kelas Kontrol |
0,564 |
0,05 |
Normal |
|
3 |
Pretest 3 Kelas Eksperimen |
0,600 |
0,05 |
Normal |
Pretest 3 Kelas Kontrol |
0,423 |
0,05 |
Normal |
Sumber diolah dengan SPSS
19
Berdasarkan
Tabel 2 di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi untuk uji One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pretest tahap 1
masing-masing adalah 0,717 dan 0,335 pada pretest tahap 2 adalah 0,550 dan
0,564, dan pada pretest tahap 3 adalah 0,600 dan 0,423. Nilai signifikansi
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dari pretest di atas lebih besar dari
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diperoleh dari kelas eksperimen dan
kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Setelah
diketahui bahwa nilai pretest kemampuan berfikir kritis siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan uji homogenitas varians data. Kriteria uji homogenitas
dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig) dengan nilai alpha
(α) , dengan ketentuan jika angka signifikan (Sig) lebih besar dari
(α) (0,05), maka H0 ditolak, sebaliknya jika angka signifikan (Sig) lebih
kecil dari (α) (0,05), maka H0 diterima. Hipotesis pengujian uji
homogenitas adalah sebagai berikut:
H0 : Kedua
varian populasi adalah tidak homogen
H1 : Kedua
varian populasi adalah homogen
Dari
data skor pretest kelas kontrol dan eksperimen, setelah dilakukan uji
homogenitas diperoleh output yang ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Uji Homogenitas
Varians Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No |
Data |
Kelas |
Sig. |
α |
Keterangan |
1 |
Pretest 1 |
Eksperimen dan Kontrol |
0,996 |
0,05 |
Homogen |
2 |
Pretest 2 |
Eksperimen dan Kontrol |
0,985 |
0,05 |
Homogen |
3 |
Pretest 3 |
Eksperimen dan Kontrol |
0,897 |
0,05 |
Homogen |
Data diolah dengan SPSS 19
Berdasarkan
Tabel 3 di atas, diperoleh angka signifikansi pada pretest tahap 1 adalah 0,996
dan pada pretest tahap 2 adalah 0,985 serta pretest tahap 3 adalah 0,897. Oleh
karena angka signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 ditolak dan terima H1
dengan kesimpulan data pretest kelas eksperimen maupun kelas kontrol bersifat
homogen atau memiliki varians populasi yang sama.
Berdasarkan
hasil uji normalitas dan homogenitas terhadap data pretest kelas eksperimen dan
kelas kontrol memenuhi syarat analisis terhadap asumsi-asumsi dengan
menggunakan uji perbedaan rata-rata data hasil pretest dengan menggunakan
statistik parametrik yaitu uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan
menggunakan analisis Independent Sample Test. Hipotesis pengujian� adalah sebagai berikut:
H0 = tidak ada
perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
H1 = terdapat
perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
Dilakukan uji
dua pihak (Sig two tailed) dengan kriteria pengujian : H0� diterima, jika �t tabel < t hitung < +t
tabel, sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak. Untuk menguji nilai rata-rata
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol serta untuk mengetahui nilai
signifikansi kedua kelas tersebut, penulis menggunakan uji independent sample
t-test pada SPSS 10. Output hasil perhitungan uji independent sample t-test tersebut
ditunjukkan pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4
Hasil Uji Perbedaan
Skor Pretest Kemampuan Berfikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No |
Data |
|
T Hitung |
DF |
T Tabel |
Sig. |
Keterangan |
1 |
Pretest 1 |
Equal Variances Assumed |
0,007 |
83 |
1,989 |
0,994 |
Tidak ada perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
0,007 |
82,916 |
1,989 |
0,994 |
Tidak ada perbedaan |
||
2 |
Pretest 2 |
Equal Variances Assumed |
0,277 |
83 |
1,989 |
0,782 |
Tidak ada perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
0,277 |
83,879 |
1,989 |
0,782 |
Tidak ada perbedaan |
||
3 |
Pretest 2 |
Equal Variances Assumed |
0,006 |
83 |
1,989 |
0,995 |
Tidak ada perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
0,006 |
82,894 |
1,989 |
0,995 |
Tidak ada perbedaan |
Berdasarkan
tabel 4 diperoleh angka signifikansi (Sig. 2-tailed) pada pretest tahap 1
adalah 0,994 dan 0,994. Pretest tahap 2 adalah 0,782 dan 0,782 serta pretest
tahap 3 adalah 0,995 dan 0,995. Oleh karena angka signifikansi lebih besar dari
0,05, maka H0 diterima dengan kata lain kemampuan awal berfikir kritis siswa
kedua kelas (eksperimen dan kontrol) adalah sama.
2.
Kemampuan
Berfikir Kritis Siswa Setelah Perlakuan
Setelah
diberikan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode pemecahan
masalah dan kelas kontrol menggunakan metode konvensional, siswa diberikan tes
akhir (post test). Seperti halnya data pretest, data post test juga diuji
normalitas dan homogenitas sebelum menguji perbedaan rata-ratanya. Soal tes
kemampuan berfikir kritis diujikan kembali pada kedua kelas (kelas eksperimen
dan kelas kontrol) sebagai postest, kemudian data tersebut dianalisis. Setelah
lembar jawaban diperiksa, diperoleh skor terendah (Xmin), skor tertinggi
(Xmaks), skor rata-rata (Xrata-rata) dan deviasi standar (s) dari kelas kontrol
seperti dideskripsikan pada Tabel 5 berikut.
�������������������������������������������������������� Tabel 5 ������������
Deskripsi Skor Pretest Eksperimen dan Kelas Kontrol
Deskripsi |
Tahap 1/Kelas |
Tahap 2Kelas |
Tahap 3/Kelas |
|||
Eksperimen |
Kontrol |
Eksperimen |
Kontrol |
Eksperimen |
Kontrol |
|
Skor Terendah |
13 |
9 |
7 |
7 |
10 |
7 |
Skor Tertinggi |
21 |
20 |
15 |
14 |
17 |
16 |
Rata-Rata |
16,33 |
14,93 |
11,52 |
10,00 |
13,76 |
11,84 |
Deviasi Standar |
2,249 |
2,703 |
1,916 |
1,746 |
1,885 |
2,192 |
Skor Ideal |
23 |
23 |
15 |
15 |
18 |
18 |
Jumlah Siswa |
42 |
43 |
42 |
43 |
42 |
43 |
|
|
|
|
|
|
|
Sumber diolah dengan
SPSS 19
Berdasarkan
Tabel 5 di atas memperlihatkan bahwa skor rata-rata kemampuan berfikir kritis
kelas eksperimen pada postest tahap 1 masing-masing adalah 16,33 atau 71% dari
skor ideal, sedangkan skor rata-rata kemampuan berfikir kritis kelas kontrol
adalah 14,93 atau 64,91% dari skor ideal. Dari tabel di atas terlihat perbedaan
rata-rata antara kemampuan berfikir kritis di kelas eksperimen yang lebih baik
dibandingkan kemampuan berfikir kritis kelas kontrol. Skor terendah pada kelas
eksperimen yaitu 13 atau 56,52% dari skor ideal, sedangkan skor kelas kontrol
adalah 9 atau 39,13% dari skor ideal. Skor tertinggi kemampuan berfikir kritis
pada kelas eksperimen adalah 21 atau 91,30% dari skor ideal, sedangkan skor
tertinggi kelas kontrol adalah 20 atau 86,96% dari skor ideal.
Pada
tahap 2 skor rata-rata kemampuan berfikir kritis pada kelas eksperimen adalah
11,52 atau 76,80% dari skor ideal, sedangkan skor rata-rata kemampuan berfikir
kritis kelas kontrol adalah 10 atau 66,67% dari skor ideal. Dari tabel di atas
terlihat perbedaan rata-rata antara kemampuan berfikir kritis di kelas
eksperimen yang lebih baik dibandingkan kemampuan berfikir kritis kelas
kontrol. Skor terendah pada kelas eksperimen yaitu 7 atau 46,67% dari skor
ideal, sedangkan skor kelas kontrol juga sama yaitu 7 atau 46,67% dari skor
ideal. Skor tertinggi kemampuan berfikir kritis pada kelas eksperimen adalah 15
atau 100% dari skor ideal, sedangkan skor tertinggi kelas kontrol adalah 14
atau 93,33% dari skor ideal.
Pada
tahap 3 skor rata-rata kemampuan berfikir kritis pada kelas eksperimen adalah
13,76 atau 76,44% dari skor ideal, sedangkan skor rata-rata kemampuan berfikir
kritis kelas kontrol adalah 11,84 atau 65,78% dari skor ideal. Dari tabel di
atas terlihat perbedaan rata-rata antara kemampuan berfikir kritis di kelas
eksperimen yang lebih baik dibandingkan kemampuan berfikir kritis kelas
kontrol. Skor terendah pada kelas eksperimen yaitu 10 atau 55,56% dari skor
ideal, sedangkan skor kelas kontrol juga sama yaitu 7 atau 38,89% dari skor
ideal. Skor tertinggi kemampuan berfikir kritis pada kelas eksperimen adalah 17
atau 94,44% dari skor ideal, sedangkan skor tertinggi kelas kontrol adalah 16
atau 88,89% dari skor ideal.
Untuk
menguji apakah ada perbedaan dari rata-rata postest kelas kontrol dan kelas
eksperimen dan melihat distribusi data skor kemampuan berfikir kritis siswa,
terlebih dahulu data diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas dan
homogenitas diperlukan untuk memenuhi syarat uji dua rata-rata dengan
menggunakan uji-t atau uji statistik parametrik sedangkan apabila hasil uji
data tidak normal dan tidak homogen dilakukan uji non parametrik.
Untuk
menguji normalitas data postest digunakan uji statistik One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test pada Software SPSS 19. Output dari uji One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test yang dianalisis pada Software SPSS 19 dengan
membandingkan probabilitas Asymp. Sig (2-tailed) dengan nilai alpha (α).
Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas Asymp. Sig (2-tailed) > alpha
(α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal. Hipotesis pengujian
normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai
berikut:
H0 : angka
signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
H1 : angka
signifikan (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
menggunakan software SPSS Versi 19, ditunjukkan pada Tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6
Hasil Uji Normalitas Pretest Eksperimen dan Kelas Kontrol
No |
Data |
Asymp.Sig |
Α |
Keterangan |
1 |
Pretest 1 Kelas Eksperimen |
0,495 |
0,05 |
Normal |
Pretest 1 Kelas Kontrol |
0,418 |
0,05 |
Normal |
|
2 |
Pretest 2 Kelas Eksperimen |
0,178 |
0,05 |
Normal |
Pretest 2 Kelas Kontrol |
0,280 |
0,05 |
Normal |
|
3 |
Pretest 3 Kelas Eksperimen |
0,162 |
0,05 |
Normal |
Pretest 3 Kelas Kontrol |
0,665 |
0,05 |
Normal |
Sumber dioleh dengan SPSS
19
Berdasarkan Tabel 6 di atas,
terlihat bahwa nilai signifikansi untuk menguji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test kelas eksperimen dan kelas kontrol pada postest tahap 1 adalah
masing-masing 0,495 dan 0,418 pada postest tahap 2 adalah 0,178 dan 0,280 dan
pada postest tahap 3 adalah 0,162 dan 0,665. Nilai signifikansi untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol dari postest di atas lebih besar dari 0,05
sehingga tolak H0 dan terima H1. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang
diperoleh dari postest kelas eksperimen dan kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Setelah diketahui nilai postest
kemampuan berfikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas
varians data. Kriteria uji homogenitas dilakukan dilakukan dengan membandingkan
angka signifikan (Sig) dengan nilai alpha (α) dengan ketentuan jika angka
signifikan (Sig) lebih besar dari (α) (0,05), maka H0 ditolak, sebaliknya
jika angka signifikan (Sig) lebih kecil dari (α) (0,05), maka H0 diterima.
Hipotesis pengujian uji homogenitas adalah sebagai berikut:
H0 : Kedua
varian populasi adalah tidak homogen
H1 : Kedua
varian populasi adalah homogen
Dari
data skor postest kelas kontrol dan eksperimen, setelah dilakukan uji
homogenitas diperoleh output yang ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Uji Homogenitas Varians Postest Kelas Eksperimen
dan kelas Kontrol
No |
Data |
Kelas |
Sig. |
Α |
Keterangan |
1 |
Pretest 1 |
Eksperimen dan Kontrol |
0,135 |
0,05 |
Homogen |
2 |
Pretest 2 |
Eksperimen dan Kontrol |
0,415 |
0,05 |
Homogen |
3 |
Pretest 3 |
Eksperimen dan Kontrol |
0,473 |
0,05 |
Homogen |
Sumber diolah dengan
SPSS 19
Berdasarkan Tabel 7 di atas,
diperoleh angka signifikansi pada postest tahap 1 adalah 0,135 dan pada postest
tahap 2 adalah 0,415 serta postest tahap 3 adalah 0,473. Oleh karena angka
signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 ditolak dan terima H1 dengan
kesimpulan data postest kelas eksperimen maupun kelas kontrol bersifat homogen
atau memiliki varians populasi yang sama.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan
homogenitas terhadap data postest kelas eksperimen dan kelas kontrol memenuhi
syarat analisis terhadap asumsi-asumsi dengan menggunakan uji perbedaan
rata-rata data hasil postest dengan menggunakan statistik parametrik yaitu
uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan menggunakan analisis Independent
Sample Test. Hipotesis pengujian� adalah
sebagai berikut:
H0 = tidak ada
perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
H1 = terdapat
perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
Dilakukan
uji dua pihak (Sig two tailed) dengan kriteria pengujian : H0� diterima, jika �t tabel < t hitung < +t
tabel, sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak. Untuk menguji nilai rata-rata
postest kelas eksperimen dan kelas kontrol serta untuk mengetahui nilai
signifikansi kedua kelas tersebut, penulis menggunakan uji independent sample
t-test pada SPSS 19. Output hasil perhitungan uji independent sample t-test tersebut
ditunjukkan pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8
Hasil Uji Perbedaan Skor Posttest Kemampuan Berfikir kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No |
Data |
|
T Hitung |
DF |
T Tabel |
Sig. |
Keterangan |
1 |
Pretest 1 |
Equal Variances Assumed |
-2,599 |
83 |
1,989 |
0,011 |
Terdapat perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
-2,604 |
80,969 |
1,989 |
0,011 |
Terdapat perbedaan |
||
2 |
Pretest 2 |
Equal Variances Assumed |
-3,835 |
83 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
-2,830 |
81,891 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
||
3 |
Pretest 2 |
Equal Variances Assumed |
-4,336 |
83 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
-4,344 |
81,692 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
Berdasarkan tabel 8 diperoleh angka
signifikansi (Sig. 2-tailed) pada postest tahap 1 adalah 0,011 dan 0,011.
Postest tahap 2 adalah 0,000 dan 0,000 serta pretest tahap 3 adalah 0,000 dan
0,000. Oleh karena angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dengan
kata lain kemampuan berfikir kritis siswa dalam skala pengukuran akhir kedua
kelas (eksperimen dan kontrol) adalah terdapat perbedaan secara signifikan.
3.
Perbedaan
Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Diawal dan Akhir Pembelajaran
Setelah
mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir kemampuan berfikir kritis siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui analisis pretest dan postest di
atas, selanjutnya adalah membandingkan kemampuan awal dan kemampuan akhir dari
masing-masing kelas. Hal ini tersebut dilakukan untuk mengetahui perbedaan
kemampuan berfikir kritis siswa pada masing-masing kelas setelah diberikan
perlakuan. Kelas eksperimen menggunakan metode pemecahan masalah dan kelas
kontrol dengan menggunakan metode konvensional.
Sebelum
dilakukan� analisis uji perbedaan rata-rata
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Output dari uji
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang dianalisis pada Software SPSS 19 dengan
membandingkan probabilitas Asymp. Sig (2-tailed) dengan nilai alpha (α).
Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas Asymp. Sig (2-tailed) > alpha
(α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal. Hipotesis pengujian
pada uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
adalah sebagai berikut:
H0 : angka
signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
H1 : angka
signifikan (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Hasil uji
normalitas pretest dan postest yang diolah dengan menggunakan software SPSS
Versi 19, kemampuan berfikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut ini:
Tabel 9
Hasil Uji Normalitas
Pretest dan Postest
No |
Data |
Asymp.Sig |
α |
Keterangan |
1 |
Pretest 1 Kelas Eksperimen |
0,717 |
0,05 |
Normal |
Postest 1 Kelas Eksperimen |
����������� 0,495 |
0,05 |
Normal |
|
2 |
Pretest 2 Kelas Eksperimen |
0,550 |
0,05 |
Normal |
Postest 2 Kelas Eksperimen |
0,178 |
0,05 |
Normal |
|
3 |
Pretest 3 Kelas Eksperimen |
0,600 |
0,05 |
Normal |
Postest 3 Kelas Eksperimen |
0,162 |
0,05 |
Normal |
|
4 |
Pretest 1 Kelas Kontrol |
0,335 |
0,05 |
Normal |
Postest 1 Kelas Kontrol |
0,418 |
0,05 |
Normal |
|
5 |
Pretest 2 Kelas Kontrol |
0,564 |
0,05 |
Normal |
Postest 2 Kelas Kontrol |
0,280 |
0,05 |
Normal |
|
6 |
Pretest 3 Kelas Kontrol |
0,423 |
0,05 |
Normal |
Postest 4 Kelas Kontrol |
0,665 |
0,05 |
Normal |
Data diolah dengan SPSS 19
Berdasarkan
Tabel 9 di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi untuk uji One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test kelas eksperimen pada pretest dan postest tahap pertama
masing-masing adalah 0,717 dan 0,495, pada pretest dan postest kelas eksperimen
tahap 2 adalah 0,550 dan 0,178, serta pretest dan postest kelas eksperimen
tahap 3 adalah 0,600 dan 0,162. Berdasarkan uji normalitas menunjukkan bahwa
sampel yang diperoleh dari pretest dan postest kelas eksperimen berasal dari
populasi yang berdistribusi normal karena lebih besar dari nilai signifikansi
0,05.
Pada
uji normalitas kelas kontrol pada pretest dan postest tahap pertama adalah
masing-masing adalah 0,335 dan 0,418, pada pretest dan postest kelas eksperimen
tahap 2 adalah 0,564 dan 0,280, serta pretest dan postest kelas eksperimen
tahap 3 adalah 0,423 dan 0,665. Berdasarkan uji normalitas menunjukkan bahwa
sampel yang diperoleh dari pretest dan postest kelas kontrol berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Setelah
diketahui bahwa nilai pretest dan postest kemampuan berfikir kritis siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas varians data. Kriteria uji homogenitas
dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig) dengan nilai alpha
(α) , dengan ketentuan jika angka signifikan (Sig) lebih besar dari
(α) (0,05), maka H0 ditolak, sebaliknya jika angka signifikan (Sig) lebih
kecil dari (α) (0,05), maka H0 diterima. Hipotesis pengujian uji
homogenitas adalah sebagai berikut:
H0 : Kedua
varian populasi adalah tidak homogen
H1 : Kedua
varian populasi adalah homogen
Adapun
data skor pretest dan postest kelas kontrol dan eksperimen, setelah dilakukan
uji homogenitas diperoleh output yang ditunjukkan pada tabel 10 sebagai
berikut:
Tabel 10
Hasil Uji Homogenitas Varians Pretest dan Postes Kemampuan Berfikir Kritis Siswa
No |
Data |
Asymp.Sig |
α |
Keterangan |
1 |
Pretest dan Postest |
0,979 |
0,05 |
Homogen |
Kelas Eksperimen
1 |
||||
2 |
Pretest dan Postest |
0,467 |
0,05 |
Homogen |
Kelas Eksperimen
2 |
||||
3 |
Pretest dan Postest |
0,923 |
0,05 |
Homogen |
Postest 3 Kelas Eksperimen |
||||
4 |
Pretest dan Postest |
0,066 |
0,05 |
Homogen |
Postest 1 Kelas Kontrol |
||||
5 |
Pretest dan Postest |
0,047 |
0,05 |
Homogen |
Postest 2 Kelas Kontrol |
||||
6 |
Pretest dan Postest |
0,740 |
0,05 |
Homogen |
Postest 4 Kelas Kontrol |
�������� Sumber diolah dengan SPSS 19
Berdasarkan Tabel 10 di atas,
diperoleh angka signifikansi pada pretest dan postest pada kelas eksperimen dan
kontrol tahap pertama adalah 0,979 dan 0,066 pada pretest dan postest tahap
kedua adalah 0,467 dan 0,047 serta pretest dan postest tahap ketiga adalah
0,923 dan 0,740. Oleh karena angka signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0
ditolak dan terima H1 dengan kesimpulan data pretest dan postest kelas
eksperimen maupun kelas kontrol bersifat homogen atau memiliki varians populasi
yang sama.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan
homogenitas terhadap data pretest dan postest kelas eksperimen dan kelas
kontrol memenuhi syarat analisis terhadap asumsi-asumsi dengan menggunakan
perbedaan rata-rata data hasil pretest dan postest dengan menggunakan statistik
parametrik yaitu uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan menggunakan
analisis Independent Sample Test. Hipotesis pengujian� adalah sebagai berikut:
H0 = tidak ada
perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
H1 = terdapat
perbedaan rata-rata skor pada �kedua
kelas
Dilakukan uji
dua pihak (Sig two tailed) dengan kriteria pengujian : H0� diterima, jika �t tabel < t hitung < +t
tabel, sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak. Untuk menguji nilai rata-rata
pretest dan postest kelas eksperimen dan kelas kontrol serta untuk mengetahui
nilai signifikansi kedua kelas tersebut, penulis menggunakan uji independent
sample t-test pada SPSS 19, yang ditunjukkan pada Tabel 11 berikut:
Tabel 11
Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest dan Postest Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas Experimen
dan Kelas Kontrol
No |
Data |
T Hitung |
DF |
T Tabel |
Sig. |
Keterangan |
|
1 |
Pretest dan Postest Eksperimen
1 |
Equal Variances Assumed |
-9,926 |
82 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
-9,962 |
81,111 |
1,989 |
0,011 |
Terdapat perbedaan |
||
2 |
Pretest dan Postest Kontrol
1 |
Equal Variances Assumed |
-6,568 |
84 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
-6,568 |
80,627 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
||
3 |
Pretest dan Postest Eksperimen
2 |
Equal Variances Assumed |
-6,408 |
82 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
-6,408 |
80,522 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
||
4 |
Pretest dan Postest Kontrol
2 |
Equal Variances Assumed |
-3,917 |
84 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
-3,917 |
76,905 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
||
5 |
Pretest dan Postest Eksperimen
3 |
Equal Variances Assumed |
-9,003 |
82 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
-9,003 |
81,891 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
||
6 |
Pretest dan Postest Kontrol
3 |
Equal Variances Assumed |
-4,114 |
84 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
Equal Variances Not Assumed |
-4,114 |
83,979 |
1,989 |
0,000 |
Terdapat perbedaan |
Sumber diolah dengan SPSS
19
Berdasarkan tabel 11 diperoleh angka
signifikansi (Sig. 2-tailed) pada pretest�
dan postest kemampuan berfikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol tahap 1(satu), tahap 2 (dua), dan tahap 3 (tiga) adalah masing-masing
0,000. Oleh karena angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0
ditolak,� dengan kata lain kemampuan
berfikir kritis siswa dalam skala pengukuran akhir kedua kelas (eksperimen dan
kontrol) adalah terdapat perbedaan secara signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berfikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama-sama terjadi perubahan yang signifikan namun perubahan pada kelas
eksperimen jauh lebih besar dari kelas kontrol. Perbandingan skor pretest dan postest
dalam nilai ideal (100%) dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:
Gambar 1
Diagram Batang Rata-rata Nilai Pretest dan Postest Kemampuan Berfikir Kritis
Berdasarkan
hasil temuan penelitian, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan diperoleh
beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:
1.
Terdapat
perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah perlakuan
pada kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah.
Hasil perolehan tersebut selain menjawab hipotesis juga dapat memberikan
gambaran bahwa pembelajaran metode pemecahan masalah dapat memberikan pengaruh
positif dalam peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa.
2.
Terdapat
perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah perlakuan
pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini
mengindikasikan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan metode yang dilakukan
oleh guru yaitu, ceramah, tanya jawab, dan penugasan juga tidak selamanya tidak
memberikan kontribusi terhadap kemampuan berfikir kritis siswa.
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah dengan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dengan menerapkan metode pemecahan masalah dalam pembelajarannya lebih efektif dibandingkan� dengan siswa di kelas yang tidak mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan metode pemecahan masalah.
BIBLIOGRAFI
Al Muchtar, Suwarma. 2004. Pengembangan
Berpikir dan Nilai Dalam Pendidikan IPS. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri
Angelo, T, A. 1995. Classroom
Assessment for Critical Thinking; Teaching of Psychology 22
Anwar. 2004. Pendidikan
Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabheta
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 2007. Media
Pembelajaran. Jakarta: PT raja Grafindo Persada
Bloom et al. 1956. Taxonomy
of Educational Objectives (The classification of Educational goals). New
york: David McKay Company. INC