How to cite:
Batubara, F. K., Pujiyanto, P., & Lazuardi, L. (2021) Implementasi Telemedicine untuk Pelayanan Pasien
Bedah Saraf pada Masa Pandemi Covid-19 Di Asia Tenggara. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
6(8). http://dx.doi.org/10.36418/Syntax-literate.v6i8.3738
E-ISSN:
2548-1398
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia pISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
IMPLEMENTASI TELEMEDICINE UNTUK PELAYANAN PASIEN BEDAH
SARAF PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI ASIA TENGGARA
Faza Khairani Batubara, Pujiyanto, Lutfan Lazuardi
Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta,
Indonesia
Abstrak
Tuntutan akan telemedicine di Asia Tenggara cukup tinggi, mengingat sebagian
besar merupakan negara berkembang, persebaran tenaga kesehatan yang belum
merata, maldistribusi fasilitas kesehatan, hambatan geografis yang menantang,
serta kondisi pandemi Covid-19 dimana pelayanan tatap muka sangat terbatas dan
berisiko meningkatkan penyebaran Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi dan mensintesis hasil penelitian implementasi
pelayanan kesehatan berbasis teknologi (telemedicine) pasien bedah saraf pada
masa pandemi Covid-19 di wilayah Asia Tenggara. Metode penelitian ini
menggunakan systematic review sesuai pedoman PRISMA dari online database
Proquest, Scopus, dan EBSCO hingga ditemukan 10 artikel. Hasil penelitian ini
yaitu Telemedicine efektif mencegah penyebaran penyakit, melindungi pasien dan
staf, dan meminimalkan penggunaan sumber daya yang terbatas. Telemedicine
dapat menghemat anggaran rumah sakit dengan mengurangi jumlah pasien non
darurat, melindungi pasien dari pemiskinan akibat perawatan serta meningkatkan
perilaku pencarian kesehatan sehingga efektif menjangkau populasi yang lebih
luas. Penerapan telemedicine berkembang sangat lambat di wilayah Asia Tenggara.
Konsultasi tatap muka telah menjadi metode utama kunjungan rawat jalan.
Keterbatasan infrastruktur internet, listrik, latar belakang sosial ekonomi
masyarakat yang belum melek teknologi menjadi tantangan tersendiri dalam
mengimplementasikan telemedicine pada pelayanan pasien bedah saraf. Komitmen
antar rumah sakit sangat penting terkait privasi pasien dan sistem reimbursement
klaim asuransi rumah sakit. Kesimpulannya yaitu telemedicine sudah diterapkan di
negara-negara di rumpun Asia Tenggara, namun masih terdapat hambatan yang
ditemui dalam pelaksanaannya, seperti sumber daya yang terbatas, infrastruktur
jaringan belum memadai, kesiapan masyarakat terhadap perubahan teknologi serta
regulasi pembiayaan yang belum terstandar sehingga masih diperlukan peraturan
perundang-undangan penyelenggaraan telemedicine antar fasilitas pelayanan
kesehatan.
Kata Kunci: telemedicine; bedah saraf; covid-19; Southeast Asia
Implementasi Telemedicine untuk Pelayanan Pasien Bedah Saraf pada Masa Pandemi
Covid-19 di Asia Tenggara
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3801
Abstract
The demand for Telemedicine is quite high in Southeast Asia, where many
developing countries from, limited health workers in some areas, limited
healthcare facilities, the geographic challenge, also the pandemic condition where
the healthcare services are limited and risked to the spread of covid-19. This
research aims to identify, evaluate, and analyze the implementation of the health
care service based on the technology (Telemedicine) for the neurosurgeon patient
during the covid-19 in Southeast Asia. The method of this research is a systematic
review method by following the guideline by PRISMA from Proquest database
online, Scopus, and EBSCO until the researchers found 10 articles. The use of
Telemedicine effectively can prevent the spread of diseases, protect the patients
and staff, and minimize the using the limited resources. Telemedicine can save the
hospital budget by reducing the numbers of non-emergency patients, protecting the
patient from the expensive cost caused by the treatment, and lastly increasing the
behavior to get health care that effectively reaches a greater population. The use of
Telemedicine has developed very slow in Southeast Asia. Face-to-face consultation
has been used as a main method for the hospitalized patients. Telemedicine has
been used in Southeast Asia countries, but there are some challenges found in its
implementation, such as the limited resources, limited infrastructures, the
readiness of the people toward the technology, and the regulation for
unstandardized cost, therefore it's needed for the clear regulation of Telemedicine
usage among health service facilities.
Keywords: telemedicine, neurosurgeon, covid-19, Southeast Asia
Pendahuluan
Salah satu tantangan besar yang dihadapi manusia di abad ke-21 adalah
menyediakan akses pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat. Akses pelayanan
kesehatan yang sulit disebabkan karena penyedia dan penerima layanan harus hadir di
tempat dan waktu yang sama. Peluang untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan
dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi komunikasi. WHO
merekomendasikan penggunaan telematika kesehatan (telemedicine) yang tepat dalam
kebijakan dan strategi pencapaian akses pelayanan kesehatan di abad ke-21. Menurut
(WHO, 2009) telemedicine adalah pelayanan kesehatan dasar dan rujukan antara
fasilitas pelayanan kesehatan/tenaga kesehatan (pengampu dan diampu) yang
dilaksanakan secara jarak jauh melalui media teknologi telekomunikasi dan informasi
dalam rangka diagnostik, pengobatan dan pencegahan penyakit, sebagai wahana
pelatihan dan pendidikan tenaga kesehatan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
perorangan dan masyarakat. Telemedicine dapat menjadi alternatif solusi untuk
menurunkan disparitas fasilitas kesehatan di daerah yang terbatas tenaga kesehatannya
dengan dukungan fasilitas kesehatan pengampu yang memadai tenaga kesehatan dan
kompetensinya. Aplikasi telemedicine merupakan salah satu upaya inovatif dalam upaya
mendekatkan akses dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta mengatasi
keterbatasan tenaga kesehatan utamanya dalam memperkuat pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan Puskesmas
Faza Khairani Batubara, Pujiyanto, Lutfan Lazuardi
3802 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan berperan sebagai pemberi pelayanan
kesehatan dasar berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
(Wulandari & Achadi, 2017).
Sebagian besar negara berkembang masih kekurangan jumlah tenaga medis,
fasilitas, dan pelatihan dalam perawatan pasien bedah saraf. Saat ini, Indonesia memiliki
rasio dokter-penduduk sebesar 1:3333, terendah di Asia Tenggara rerata rasio 1:769 dan
masih dibawah rekomendasi WHO yaitu 1 dokter per 1000 penduduk. Tuntutan akan
telemedicine di Asia Tenggara sendiri cukup tinggi, mengingat sebagian besar
merupakan negara berkembang, persebaran tenaga kesehatan yang belum merata,
maldistribusi fasilitas kesehatan, hambatan geografis yang menantang, serta kondisi
pandemi Covid-19 dimana pelayanan tatap muka sangat terbatas dan berisiko
meningkatkan penyebaran Covid-19. Telemedicine sebagai salah satu strategi
pencegahan penyebaran Covid-19 di banyak negara termasuk Asia Tenggara, karena
pasien dan tenaga medis tidak perlu bertemu langsung dalam suatu tempat namun tetap
berkomunikasi melalui suatu aplikasi (Chang & Boudier-Revéret, 2020). Tenaga medis
dapat membuat pelayanan menjadi efektif dan efisien untuk memantau pasien, evaluasi
maupun edukasi, serta pasien juga mudah mengakses dan memberikan kenyamanan
bagi pasien (Turolla, Rossettini, Viceconti, Palese, & Geri, 2020). Pelayanan kesehatan
berbasis telemedicine diharapkan akan memangkas hambatan geografis, terutama
daerah yang sulit dijangkau, sehingga akses pelayanan kesehatan bisa dinikmati oleh
masyarakat di daerah terpencil. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi dan mensintesis hasil penelitian implementasi pelayanan kesehatan
berbasis teknologi (telemedicine) pasien bedah saraf pada masa pandemi Covid-19 di
wilayah Asia Tenggara. Dalam mendapatkan data yang terstruktur dan akurat, maka
penulis menggunakan pendekatan PICO (population, interventions, comparable,
outcomes). Populasi studi bisa berupa pasien, populasi umur tertentu hingga
karakteristik tertentu. Populasi yang menjadi perhatian dalam penulisan ini adalah
pasien bedah saraf. Intervensi yang ingin dilihat dalam studi ini adalah pelayanan
kesehatan jarak jauh (telemedicine). Untuk point comparable tidak ditetapkan
dikarenakan maksud dari studi ini adalah untuk melakukan analisis implementasi
pelayanan telemedicine. Outcomes yang ingin dilihat adalah apa saja tantangan,
hambatan dan masalah pada pelaksanaan telemedicine pada pasien bedah saraf. Tipe
studi yang dipilih berupa implementasi pelayanan kesehatan (Pollock, 2018). Penelitian
ini belum pernah dilakukan sebelumnya, dikarenakan kasus Covid-19 sendiri
merupakan kasus baru yang terjadi pada tahun 2020. Selain itu, pelayanan kesehatan
jarak jauh berbasis teknologi (telemedicine) pada masa pandemi Covid-19 merupakan
suatu hal baru yang sudah selayaknya diadaptasi dan diimplementasikan, terutama pada
pasien bedah saraf yang membutuhkan perawatan rutin dan sangat berisiko jika terjadi
kontak virus Covid-19 saat melakukan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Implementasi Telemedicine untuk Pelayanan Pasien Bedah Saraf pada Masa Pandemi
Covid-19 di Asia Tenggara
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3803
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan systematic review sesuai dengan pedoman
PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analysis)
(Moher, Liberati, Tetzlaff, Altman, & Group, 2009). Artikel diekstraksi dari online
database Proquest, Scopus, dan EBSCO dengan menggunakan kata kunci:
Telemedicine, bedah saraf, Covid-19, dan Southeast Asia. Artikel yang dipilih
menggunakan batas waktu, dengan tahun diterbitkan antara 2020 hingga 2021 dan kata
kunci implementasi Telemedicine sehingga ditemukan sebanyak 11,498 artikel.
Langkah selanjutnya penulis melakukan eksklusi terhadap artikel yang bukan hasil
penelitian (original research), misalnya pedoman telemedicine, systematic review, serta
yang bersumber dari majalah, laporan, blog, dan berita (Schünemann et al., 2008)
sehingga ditemukan sebanyak 212 artikel. Setelah itu, penulis membaca judul artikel
dengan kriteria yang memiliki hubungan dengan implementasi telemedicine di negara
yang berada di Asia Tenggara. Hal ini dilakukan penulis dengan membaca abstrak dan
kemudian dipersempit lagi dengan membaca fullpaper secara lengkap terkait bedah
saraf sehingga dapat digunakan penulis untuk menentukan 10 artikel dalam kualitatif
dan kuantitatif studi. Proses pemilihan artikel dalam ulasan ini disajikan dalam gambar
1.
Gambar 1
Flow Chart Of Study Selection
Identification
Scre
ening
Eligibility
Included
Data berdasarkan kata kunci
(n= 324,590)
ProQuest : 167,270
Scopus : 107,452
EBSCO : 49,868
Artikel yang dikeluarkan
dari kriteria tahun 2020-
2021 (n= 245,296)
Artikel yang dikeluarkan
dari kriteria judul
(n= 233,798)
Artikel setelah abstrak yang
sesuai
(n= 38)
Artikel diseleksi
berdasarkan kriteria inklusi
(tahun 2020-2021) (n=
79,294)
ProQuest : 51,883
Scopus : 17,656
EBSCO : 9,755
Artikel diseleksi
berdasarkan judul
(n= 11,498)
ProQuest : 3,171
Scopus : 4,474
EBSCO : 3,853
Artikel diseleksi dengan
membaca abstrak sesuai
dengan kriteria eksklusi
(n= 212)
ProQuest : 27
Scopus : 144
EBSCO : 41
Pemilihan artikel yang benar
setelah membaca fullpaper
(n= 10)
Faza Khairani Batubara, Pujiyanto, Lutfan Lazuardi
3804 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan 10 artikel yang memenuhi kriteria
deskripsi seperti tercantum dalam tabel 1. Dari semua artikel, menggambarkan
implementasi pelayanan telemedicine pada pasien bedah saraf di fasilitas pelayanan
kesehatan pada negara tersebut. Terdapat manfaat dan kendala yang ditemukan dalam
proses pelaksanaan telemedicine di negara berkembang, terutama dimasa pandemi
Covid-19 yang menjadikan pelayanan telemedicine merupakan hal penting dalam
diagnosis dan perawatan pasien bedah saraf dengan sistem jarak jauh. Wabah pandemi
Covid-19 terjadi diseluruh dunia termasuk wilayah Asia Tenggara sehingga membuat
penyedia layanan kesehatan harus menyesuaikan kondisi pelayanan kesehatan sesuai
protokol kesehatan yang ada. Berbagai macam inovasi dan strategi dilakukan, salah
satunya dengan menerapkan pelayanan telemedicine. Sebagian besar negara di Asia
Tenggara telah menginisiasi pelayanan telemedicine selama pandemi terutama pada
pasien bedah saraf yang memerlukan perawatan rutin. Penerapan telemedicine sendiri
memberikan manfaat yang berarti baik bagi rumah sakit, dokter dan tim medis, pasien
bedah saraf, serta bagi keluarga pasien. Pasien bedah saraf pada umumnya memerlukan
konsultasi dan komunikasi intensif dengan dokter. Telemedicine memungkinkan pasien
dan dokter dapat melakukan konsultasi tanpa harus tatap muka di rumah sakit sehingga
mengurangi risiko penularan virus Covid-19. Selain itu, dokter dapat melakukan
evaluasi jarak jauh secara real-time dan dapat fokus pada pasien dengan kasus darurat di
rumah sakit. Dari sisi biaya, telemedicine dapat menghemat anggaran rumah sakit
dengan mengurangi jumlah pasien non darurat, juga melindungi pasien dari pemiskinan
akibat perawatan serta meningkatkan perilaku pencarian kesehatan sehingga efektif
menjangkau populasi yang lebih luas.
Sebagian besar wilayah Asia Tenggara merupakan negara berkembang. Dengan
ketersediaan SDM dan APD yang terbatas, telemedicine dapat menghindari kekurangan
tenaga kerja dan APD selama pandemi Covid-19. Selain itu, telemedicine juga dapat
meningkatkan pengetahuan dan pendidikan dokter. Namun, penerapan telemedicine
berkembang sangat lambat di Indonesia dan negara berkembang lainnya di Asia
Tenggara. Konsultasi tatap muka telah menjadi metode utama kunjungan rawat jalan.
Keterbatasan infrastruktur internet, listrik, latar belakang sosial ekonomi masyarakat
yang belum melek teknologi menjadi tantangan tersendiri dalam mengimplementasikan
telemedicine pada pelayanan pasien bedah saraf. Komitmen antar rumah sakit juga
sangat penting terkait privasi pasien dan sistem reimbursement klaim asuransi rumah
sakit. Sudah selayaknya pemerintah dan pihak asuransi fokus pada detail teknis
pembayaran telemedicine, hal ini sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi pandemi
Covid-19.
Implementasi Telemedicine untuk Pelayanan Pasien Bedah Saraf pada Masa Pandemi
Covid-19 di Asia Tenggara
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3805
Tabel 1
Ringkasan dari Jurnal Artikel
N
o
Judul
Penulis
Negara / Edisi
Tujuan
Metod
e
Hasil
1.
Acceleration
of
Telemedicine
Use for
Chronic
Neurological
Disease
Patients
during Covid-
19 Pandemic
in
Yogyakarta,
Indonesia: A
Case Series
Study
(Pinzon,
Paramitha,
& Wijaya,
2020)
Indonesia
National Public
Health Jurnal.
2020: Special
Issue 1:28-31
Mengevaluasi
kepuasan
penggunaan
telemedicine
selama
pandemi
Covid-19 pada
pasien
neurologis di
RS Bethesda
Kuantit
atif
Crosse
ctional
Telemedicin
e efektif
menjangkau
populasi
luas, hemat
biaya, dan
menghindar
i perjalanan
ke RS.
Keterbatasa
n rekam
medis
elektronik
dan sistem
reimbursem
ent
membuat
terhambatn
ya
pelaksanaan
telemedicin
e.
2.
Telemedicine
via Smart
Glasses in
Critical Care
of the
Neurosurgica
l Patient
Covid-19
Pandemic
Preparedness
and Response
in
Neurosurgery
(Munusamy
et al., 2021)
Malaysia
World
Neurosurgery
45: E53-E60,
January 2021
Menjelaskan
telemedicine
apakah layak
dan efektif
dalam metode
alternatif pada
pasien
neurokritis
selama
pandemi
Mix
method
e
Telemedicin
e efektif
untuk
kekurangan
tenaga
kerja, APD,
tindakan
jarak fisik,
evaluasi
real-time,
menghindar
i
pemindahan
,
meningkatk
an
manajemen
perawatan
dan
keselamatan
.
Telemedicin
e harus
fokus pada
detail
Faza Khairani Batubara, Pujiyanto, Lutfan Lazuardi
3806 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
N
o
Judul
Penulis
Negara / Edisi
Tujuan
Metod
e
Hasil
teknis,
pelatihan,
dan
dukungan
RS.
3.
Neurosurgery
at the
epicenter of
the Covid-19
Pandemic in
Indonesia:
Experience
from a
Surabaya
Academic
Tertiary
Hospital
(Suryaningt
yas et al.,
2020)
Indonesia
Neurosurg
Focus 49 (6):
E5, Desember
2020
Menjelaskan
dampak wabah,
kebijakan dan
tindakan RS
untuk layanan
bedah saraf
serta rencana
referensi
kesiapan
layanan di
masa
mendatang
Kualita
tif
Telemedicin
e
meningkatk
an
pengetahua
n,
pelayanan,
menghemat
anggaran
RS,
mengurangi
penggunaan
APD dan
pasien non-
darurat.
Telemedicin
e
menimbulk
an kesulitan
teknologi,
tenaga
kerja, latar
belakang
sosial
ekonomi
pasien,
masalah
hukum
privasi
pasien, dan
peraturan
klaim RS.
4.
The
Adjustment of
Neurosurgery
Practices
during Covid-
19 “Adapting
to New
Habits” Era
in East Nusa
Tenggara of
Indonesia
(Lauren et
al., 2020)
Indonesia
Multidisciplinar
y Journal of
Spine Surgery
and Medical
Sciences ISSN:
2621-2064
Menjelaskan
cara
menghadapi
pasien bedah
saraf di RSUD
dan kebijakan
terhadap
praktik
kedokteran
Kualita
tif
Konsultasi
dan
komunikasi
antara
dokter dan
manajemen
RS
dilakukan
melalui
media
online.
Pasien yang
akan
Implementasi Telemedicine untuk Pelayanan Pasien Bedah Saraf pada Masa Pandemi
Covid-19 di Asia Tenggara
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3807
N
o
Judul
Penulis
Negara / Edisi
Tujuan
Metod
e
Hasil
dioperasi
diperlakuka
n sebagai
pasien
positif
Covid-19
sampai
terbukti
negatif
dengan tes
PCR.
5.
Neurosurgery
Services in
Dr. Sardjito
General
Hospital,
Yogyakarta,
Indonesia,
During the
Covid-19
Pandemic:
Experience
from a
Developing
Country
(Manusubro
to et al.,
2020)
Indonesia
World
Neurosurgery
40:E360-E366,
Agustus 2020
Menjelaskan
kebijakan
layanan bedah
saraf selama
wabah Covid
dan perbaikan
di masa depan,
terutama di
negara
berpenghasilan
rendah dan
menengah
Kualita
tif
Telemedicin
e dapat
mengurangi
risiko
penularan,
laju
transmisi,
dan
meningkatk
an jarak
fisik.
Manajemen
RS harus
merencanak
an
pengemban
gan
infrastruktu
r yang lebih
tepat untuk
menghadapi
pandemi di
masa depan
dengan
memanfaatk
an
telemedicin
e.
6.
Covid-19
Pandemic
and Its
Impact on
Neurosurgery
Practice in
Malaysia:
Academic
Insights,
Clinical
Experience
(Raffiq et
al., 2020)
Malaysia
Malays J Med
Sci,
2020:27(5):141-
195
Menjelaskan
penatalaksanaa
n perawatan
pasien bedah
saraf Covid-19
terutama di
negara
berkembang
Kualita
tif
Telemedicin
e
menghindar
i
penggunaan
APD dan
risiko
eksposur.
Dokter
harus
memiliki
Faza Khairani Batubara, Pujiyanto, Lutfan Lazuardi
3808 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
N
o
Judul
Penulis
Negara / Edisi
Tujuan
Metod
e
Hasil
and Protocols
from March
till August
2020
pelatihan
dan
kompetensi.
Persyaratan
etika dan
hukum
seperti
informed
consent,
tempat
praktik,
identitas
dokter,
pasien, serta
semua
peserta
yang
terlibat
diungkapka
n dan
disetujui
oleh pasien,
dan
didokument
asikan
dalam
catatan
pasien.
7.
The
Adjustment of
Neurosurgica
l Procedures
During the
Covid-19
Pandemic: A
Case Study at
Dr. Sardjito
General
Hospital as a
Part of an
Academic
Health
System
(Pramusinto
et al., 2020)
Indonesia
Neurosurg
Focus 49 (6):E8,
2020
Menilai
kontribusi AHS
(Academic
Health System)
terhadap upaya
masing-masing
Rumah Sakit
untuk
mengatasi
pandemi
Survei
Komitmen
antar RS
penting
untuk
meningkatk
an interaksi
telekomuni
kasi.
Hambatan
utama yaitu
tingginya
beban kerja
kedua ahli
bedah saraf.
Proses
rekonfigura
si rekam
medis
elektronik
dengan alat
berbasis
teknologi
Implementasi Telemedicine untuk Pelayanan Pasien Bedah Saraf pada Masa Pandemi
Covid-19 di Asia Tenggara
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3809
N
o
Judul
Penulis
Negara / Edisi
Tujuan
Metod
e
Hasil
untuk
memudahka
n
manajemen
pasien.
Proses
seperti itu
terbukti
bermanfaat
bagi AHS
selama
wabah.
8.
Impact of
Covid-19 on
Neurosurgica
l Training in
Southeast
Asia
(Baticulon,
Nga,
Sobana,
Bahuri, &
Wittayanako
rn, 2020)
Asia Tenggara
World
Neurosurgery
44:E164-177
Desember 2020
Menjelaskan
dampak Covid-
19 pada
pelatihan bedah
saraf di Asia
Tenggara
Survei
Telemedicin
e mencegah
pasien
meminjam
uang dan
perlindunga
n dari
pemiskinan.
Pasien dari
negara
berpenghasi
lan rendah
dan
menengah,
belum tentu
memiliki
gadget atau
internet
yang
menyebabk
an
penundaan
telemedicin
e.
9.
Recapitulatin
g the
Bayesian
Framework
for
Neurosurgica
l Outpatient
Care and A
Cost-Benefit
Analysis of
Telemedicine
for Socio
Economically
Disadvantage
(Ferraris et
al., 2020)
Philipina
Neurosurg
Focus, Volume
49, December
2020
Menilai
pelayanan
telemedicine
yang
digunakan
dengan sumber
daya yang
rendah selama
pandemi pada
pasien bedah
saraf
Survei
Telemedicin
e
memberika
n efisiensi,
kecukupan,
tepat waktu,
dan
kepuasan.
Telemedicin
e
mengurangi
kunjungan
RS yang
tidak perlu,
Faza Khairani Batubara, Pujiyanto, Lutfan Lazuardi
3810 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
N
o
Judul
Penulis
Negara / Edisi
Tujuan
Metod
e
Hasil
d Patients in
the
Philippines
During the
Pandemic
mempriorita
skan pasien
gawat
darurat,
konsultasi
tanpa
terkendala
waktu,
kenyamana
n bagi
pasien yang
sosial
ekonominya
kurang dan
meningkatk
an perilaku
pencarian
kesehatan
pasien dan
keluarganya
.
10
.
Coronavirus
Disease 2019
(Covid-19)
Response
Measures A
Singapore
Neurosurgica
l Academic
Medical
Center
Experience in
Emerging
from the
Worldwide
Pandemic
(Leong et
al., 2020)
Singapura
World
Neurosurgery
42:526-527,
October 2020
Menjelaskan
pengalaman
bedah saraf di
Rumah Sakit
Universitas
Nasional
Singapura
selama
pandemi
Covid-19
Kualita
tif
Telemedicin
e
menggunak
an
perangkat
keras dan
lunak video
yang
memungkin
kan
antarmuka
menggunak
an internet
dan aplikasi
dengan
intranet,
dokumentas
i elektronik
untuk
memungkin
kan
kenyamana
n
melakukan
konsultasi
di rumah.
Berdasarkan hasil penelitian, krisis Covid-19 saat ini telah mempercepat
penggunaan telemedicine untuk merawat pasien bedah saraf, terutama penderita
Implementasi Telemedicine untuk Pelayanan Pasien Bedah Saraf pada Masa Pandemi
Covid-19 di Asia Tenggara
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3811
penyakit penyerta dan usia lanjut. Telemedicine efektif mencegah penyebaran penyakit,
melindungi pasien dan staf, dan meminimalkan penggunaan sumber daya yang sudah
terbatas. Isolasi diri dan pembatasan jarak sosial telah menjadi faktor utama
kekhawatiran pasien bedah saraf, mengingat pasien tersebut memerlukan kunjungan
rumah sakit rutin untuk perawatan dan konsultasi medis. Menurut (Wittayanakorn, Nga,
Sobana, Bahuri, & Baticulon, 2020), pelayanan bedah saraf di Indonesia sebagai negara
berpendapatan menengah juga terkena dampak pandemi dengan penurunan jumlah
kunjungan rawat jalan yang signifikan. Penerapan social distancing dan stay at home
yang diberlakukan pemerintah merupakan penyebab utama kurangnya kunjungan rawat
jalan bedah saraf. Hal tersebut membuat fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat
inovasi dan strategi agar tetap dapat melayani pasien bedah saraf dimasa pandemi
Covid-19, salah satunya dengan penerapan pelayanan telemedicine yaitu pelayanan
kesehatan jarak jauh berbasis teknologi (Susilawathi et al., 2020). Telemedicine sebagai
metode yang layak dan aman untuk pemberian layanan kesehatan selama pandemi.
Sebagaimana menurut (Mouchtouris et al., 2020), pandemi Covid-19 memaksa
pelayanan kesehatan untuk menggunakan telemedicine secara luas dan menyeluruh,
termasuk pada layanan bedah saraf. Pandemi Covid-19 juga mendorong penerapan
telemedicine bagi populasi rentan seperti pasien bedah saraf yang terkonfirmasi Covid-
19 untuk memastikan kelanjutan perawatan dengan cara aman dan mengurangi risiko
penularan virus (Bloem, Dorsey, & Okun, 2020). Selain itu, telemedicine berpotensi
meringankan beban perjalanan bagi pasien yang mencari ahli bedah di rumah sakit
dengan jarak jauh. Telemedicine juga membantu memprioritaskan kapasitas rumah sakit
kepada pasien berisiko tinggi (Barasabha, 2020).
Rasio ahli bedah saraf di negara Asia Tenggara bervariasi, misalnya Filipina dan
Indonesia dengan negara berpenghasilan menengah ke bawah memiliki rasio ahli bedah
saraf terendah yaitu 1:807.000 (Filipina) dan 1:718.000 (Indonesia). Sementara itu,
Singapura adalah negara berpenghasilan tinggi, dengan kepadatan ahli bedah saraf
tertinggi yaitu 1:88.000. Thailand dan Malaysia adalah negara-negara berpenghasilan
menengah ke atas, dengan rasio ahli bedah saraf mendekati standar yang ditetapkan
yaitu 1: 100.000. Menurut (El-Matury, 2020) tentang perbandingan kasus fatal akibat
Covid-19 pada beberapa negara Asia Tenggara, bahwa Case Fatality Rate (CFR)
tertinggi berada di negara Indonesia (8,13%), disusul Philipina (6,66%), Myanmar
(3,36%), dan Thailand (1,84%). Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi
terbesar di Asia Tenggara dengan peningkatan data kasus Covid-19 sangat pesat dengan
angka kematian yang paling tinggi, namun RR Indonesia lebih kecil dari Brunei yang
merupakan negara dengan populasi terkecil di Asia Tenggara. Nilai Recovery Rate (RR)
tertinggi dimiliki oleh Kambodja (97,54%) diantara negara Asia Tenggara, disusul
Brunei (89,86%), Thailand (88,8%), Vietnam (83,3%), dan Malaysia (67,63%).
Walaupun Vietnam memiliki populasi yang lebih besar dari Thailand, tetapi angka CFR
Vietnam lebih rendah dari Thailand (Center for Strategic and International Studies
(CSIS), 2020).
Faza Khairani Batubara, Pujiyanto, Lutfan Lazuardi
3812 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
Penggunaan telemedicine dalam bedah saraf masih terbatas. Salah satu komponen
utama layanan telemedicine bedah saraf berbeda dari telemedicine secara umum adalah
pentingnya mengevaluasi dan mendiagnosis penyakit terutama bagi pasien baru dan
kasus dugaan stroke (Moazzami, Razavi-Khorasani, Moghadam, Farokhi, & Rezaei,
2020). Dokter yang melakukan pelayanan telemedicine harus mendiskusikan kasus,
berbicara dengan pasien dan keluarga secara langsung dan mengecek hasil radiologi.
Oleh karena itu, jaringan internet sangat penting untuk sambungan video yang baik agar
dokter dapat mengamati pemeriksaan klinis secara jarak jauh. Menurut (Mihalj M.,
2020), 5 faktor penting dalam pelayanan telemedicine yaitu sumber daya teknologi yang
terjamin, perangkat lunak dan koneksi internet yang stabil, tenaga kesehatan yang
terlatih dalam penggunaan telemedicine, pemahaman pasien tentang penggunaan
telemedicine, serta lansia dan pasien dengan gangguan kognitif ditangani dengan alat
telemedicine khusus.
Telemedicine menciptakan peluang kolaborasi internasional dalam hal berbagi
data, dan transfer teknologi di antara penyedia layanan kesehatan (Roy et al., 2020).
Singapura adalah negara di Asia Tenggara yang memiliki kesiapan jaringan terbaik,
sedangkan Indonesia dan Vietnam menghadapi lebih banyak tantangan untuk
mengakses internet (Grossman et al., 2020). Kurangnya infrastruktur TIK dan geografis
yang menantang semakin memperumit kesiapan jaringan dan kemajuan telemedicine di
negara tersebut. Di Indonesia, respon cepat dari Pemerintah Indonesia dan Konsil
Kedokteran Indonesia tentang potensi penggunaan telemedicine telah ditanggapi oleh
para profesional dan asosiasi khusus. Namun, peraturan tersebut tidak bisa segera
ditanggapi oleh setiap rumah sakit karena keterbatasan rekam medis elektronik (Dewan
Teknologi Informasi dan Komunikasi, 2020). Pada negara Malaysia, Vietnam, dan
Thailand, telemedicine disediakan secara gratis di rumah sakit umum. Di Singapura,
biaya konsultasi telemedicine selama 15 menit melalui aplikasi seluler berkisar antara $
8,96 - 17,92 dibandingkan dengan konsultasi medis langsung di poliklinik sebesar $
9,46 - 19,35 (Intan Sabrina & Defi, 2021). Selain Singapura, sebagian besar negara Asia
Tenggara tidak memiliki skema asuransi nasional telemedicine. Keseragaman sistem
reimbursement telemedicine antar negara akan menarik pihak asuransi dan stakeholder
untuk menerapkan biaya layanan telemedicine secara adil di seluruh negara (Portnoy,
Waller, & Elliott, 2020).
Secara umum, sebagian besar negara Asia Tenggara sudah menginisiasi pelayanan
telemedicine. Pada negara yang berpenghasilan rendah, manfaat telemedicine dirasakan
pada pasien bedah saraf yang membutuhkan pelayanan kesehatan rutin (Al Hussona et
al., 2020). Perilaku pencarian kesehatan pasien dan keluarga juga meningkat dengan
adanya telemedicine ini. Penyedia layanan kesehatan sudah selayaknya memikirkan
aspek pelayanan mana yang bisa digunakan dengan telemedicine. Dalam praktiknya,
telemedicine membutuhkan restrukturisasi organisasi dan mekanisme pemberian
layanan kesehatan yang lebih terintegrasi dan saling terkoneksi antar pelayanan
kesehatan (Campbell & DeJong, 2005). Model pelayanan kesehatan telemedicine di
masa pandemi Covid-19 saat ini memberikan pengalaman yang berharga bagi negara-
Implementasi Telemedicine untuk Pelayanan Pasien Bedah Saraf pada Masa Pandemi
Covid-19 di Asia Tenggara
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3813
negara yang memiliki kondisi sumber daya yang terbatas. Pandemi Covid-19 dapat
sebagai motivasi yang tepat untuk mempercepat penerapan layanan telemedicine
Kesimpulan
Di era Covid-19, telemedicine tetap menjadi pendekatan yang tepat dan efektif
untuk melanjutkan perawatan pasien bedah saraf. Telemedicine sudah diterapkan di
negara-negara yang berada di rumpun Asia Tenggara, namun masih terdapat hambatan
yang ditemui dalam pelaksanaannya, seperti sumber daya yang terbatas, infrastruktur
jaringan belum memadai, kesiapan masyarakat terhadap perubahan teknologi serta
regulasi pembiayaan yang belum terstandar sehingga masih diperlukan peraturan
perundang-undangan penyelenggaraan telemedicine antar fasilitas pelayanan kesehatan.
Faza Khairani Batubara, Pujiyanto, Lutfan Lazuardi
3814 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
BIBLIOGRAFI
Al Hussona, Mariam, Maher, Monica, Chan, David, Micieli, Jonathan A., Jain, Jennifer
D., Khosravani, Houman, Izenberg, Aaron, Kassardjian, Charles D., & Mitchell,
Sara B. (2020). The virtual neurologic exam: instructional Videos and guidance for
the COVID-19 era. Canadian Journal of Neurological Sciences, 47(5), 598
603.Google Scholar
Barasabha, Thareq. (2020). Pemanfaatan Telemedicine untuk Penanganan Covid-19 di
Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Baticulon, Ronnie E., Nga, Vincent Diong Weng, Sobana, Mirna, Bahuri, Nor Faizal
Ahmad, & Wittayanakorn, Nunthasiri. (2020). In Reply to the Letter to the Editor
Regarding" Impact of COVID-19 on Neurosurgical Training in Southeast Asia".
World Neurosurgery, 144, 332. Google Scholar
Bloem, Bastiaan R., Dorsey, E. Ray, & Okun, Michael S. (2020). The coronavirus
disease 2019 crisis as catalyst for telemedicine for chronic neurological disorders.
JAMA Neurology, 77(8), 927928. Google Scholar
Campbell, William Wesley, & DeJong, Russell N. (2005). DeJong’s the neurologic
examination. Lippincott Williams & Wilkins. Google Scholar
Center for Strategic and International Studies (CSIS). (2020). Southeast Asia Covid-19
Tracker. Center for Strategic and International Studies (CSIS). Google Scholar
Chang, Min Cheol, & Boudier-Revéret, Mathieu. (2020). Usefulness of
telerehabilitation for stroke patients during the COVID-19 pandemic. American
Journal of Physical Medicine & Rehabilitation. Google Scholar
Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi. (2020). Strategi Telemedicine Hadapi
Covid-19. Wantiknas. Google Scholar
El-Matury, Herlina J. (2020). Comparising Case Fatality Rate (CFR) of Covid19
Pandemic in South East Asia Countries. Jurnal Inovasi Kesehatan Masyarakat,
1(2), 2429. Google Scholar
Ferraris, Kevin Paul, Golidtum, Jared Paul, Zuñiga, Brian Karlo W., Bautista, Maria
Cristina G., Alcazaren, Jose Carlos, Seng, Kenny, & Navarro, Joseph Erroll.
(2020). Recapitulating the Bayesian framework for neurosurgical outpatient care
and a cost-benefit analysis of telemedicine for socioeconomically disadvantaged
patients in the Philippines during the pandemic. Neurosurgical Focus, 49(6), E14.
Google Scholar
Grossman, Scott N., Han, Steve C., Balcer, Laura J., Kurzweil, Arielle, Weinberg,
Harold, Galetta, Steven L., & Busis, Neil A. (2020). Rapid implementation of
virtual neurology in response to the COVID-19 pandemic. Neurology, 94(24),
10771087. Google Scholar
Implementasi Telemedicine untuk Pelayanan Pasien Bedah Saraf pada Masa Pandemi
Covid-19 di Asia Tenggara
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3815
Intan Sabrina, Mohamad, & Defi, Irma Ruslina. (2021). Telemedicine guidelines in
south East Asiaa scoping review. Frontiers in Neurology, 11, 1760. Google
Scholar
Lauren, Christopher, Iskandar, Angel, Suranta, Samuel Edhi, Mawardy, Reza, Malelak,
Elric Brahm, & Argie, Donny. (2020). The Adjustment of Neurosurgery Practices
During COVID-19 “Adapting to New Habits” Era in East Nusa Tenggara.
Neurologico Spinale Medico Chirurgico, 3(3). Google Scholar
Leong, Adriel Z., Lim, Jia Xu, Tan, Choo Heng, Teo, Kejia, Nga, Vincent D. W., Lwin,
Sein, Chou, Ning, & Yeo, Tseng Tsai. (2020). COVID-19 response measuresa
Singapore Neurosurgical Academic Medical Centre experience segregated team
model to maintain tertiary level neurosurgical care during the COVID-19 outbreak.
British Journal of Neurosurgery, 16. Google Scholar
Manusubroto, Wiryawan, Wicaksono, Adiguno Suryo, Tamba, Daniel Agriva,
Sudiharto, Paulus, Pramusinto, Handoyo, Hartanto, Rachmat Andi, & Basuki,
Endro. (2020). Neurosurgery services in Dr. Sardjito General Hospital,
Yogyakarta, Indonesia, during the COVID-19 pandemic: experience from a
developing country. World Neurosurgery, 140, e360e366. Google Scholar
Mihalj M., et all. (2020). Telemedicine untuk penilaian pra operasi selama pandemi
COVID-19: Rekomendasi untuk perawatan klinis. Praktisi Terbaik Res Clin
Anaesthesiol, 34(2), 345351. https://doi.org/10.1016.
Moazzami, Bobak, Razavi-Khorasani, Niloofar, Moghadam, Arash Dooghaie, Farokhi,
Ermia, & Rezaei, Nima. (2020). COVID-19 and telemedicine: Immediate action
required for maintaining healthcare providers well-being. Journal of Clinical
Virology, 126, 104345. Google Scholar
Moher, David, Liberati, Alessandro, Tetzlaff, Jennifer, Altman, Douglas G., & Group,
Prisma. (2009). Preferred reporting items for systematic reviews and meta-
analyses: the PRISMA statement. PLoS Medicine, 6(7), e1000097. Google Scholar
Mouchtouris, Nikolaos, Lavergne, Pascal, Montenegro, Thiago S., Gonzalez, Glenn,
Baldassari, Michael, Sharan, Ashwini, Jabbour, Pascal, Harrop, James,
Rosenwasser, Robert, & Evans, James J. (2020). Telemedicine in neurosurgery:
lessons learned and transformation of care during the COVID-19 pandemic. World
Neurosurgery, 140, e387e394. Google Scholar
Munusamy, Thangaraj, Karuppiah, Ravindran, Bahuri, Nor Faizal A., Sockalingam,
Sutharshan, Cham, Chun Yoong, & Waran, Vicknes. (2021). Telemedicine via
smart glasses in critical care of the neurosurgical patientCOVID-19 pandemic
preparedness and response in neurosurgery. World Neurosurgery, 145, e53e60.
Google Scholar
Pinzon, Rizaldy, Paramitha, Dessy, & Wijaya, Vincent Ongko. (2020). Acceleration Of
Faza Khairani Batubara, Pujiyanto, Lutfan Lazuardi
3816 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
Telemedicine Use For Chronic Neurological Disease Patients During Covid-19
Pandemic In Yogyakarta, Indonesia: A Case Series Study. Kesmas, 15(2), 2831.
Google Scholar
Portnoy, Jay, Waller, Morgan, & Elliott, Tania. (2020). Telemedicine in the era of
COVID-19. The Journal of Allergy and Clinical Immunology: In Practice, 8(5),
14891491. Google Scholar
Pramusinto, Handoyo, Tamba, Daniel Agriva, Subagio, Yoyok, Numberi, Tommy J.,
Pramujo, Bangun, Sinanu, Franklin L., Ariasthapuri, Gheanita, Bismantara, Haryo,
& Meliala, Andreasta. (2020). The adjustment of neurosurgical procedures during
the COVID-19 pandemic: a case study at Dr. Sardjito General Hospital as a part of
an academic health system. Neurosurgical Focus, 49(6), E8. Google Scholar
Raffiq, Azman, Seng, Liew Boon, San, L. I. M. Swee, Zakaria, Zaitun, Yee, Ang Song,
Fitzrol, Diana Noma, Hassan, Wan Mohd Nazaruddin Wan, Idris, Zamzuri, Ghani,
Abdul Rahman Izaini, & Rosman, Azmin Kass. (2020). COVID-19 Pandemic and
Its Impact on Neurosurgery Practice in Malaysia: Academic Insights, Clinical
Experience and Protocols from March till August 2020. The Malaysian Journal of
Medical Sciences: MJMS, 27(5), 141. Google Scholar
Roy, Bhaskar, Nowak, Richard J., Roda, Ricardo, Khokhar, Babar, Patwa, Huned S.,
Lloyd, Thomas, & Rutkove, Seward B. (2020). Teleneurology during the COVID-
19 pandemic: a step forward in modernizing medical care. Journal of the
Neurological Sciences, 414, 116930. Google Scholar
Schünemann, Holger J., Oxman, Andrew D., Higgins, Julian P. T., Vist, Gunn E.,
Glasziou, Paul, & Guyatt, Gordon H. (2008). Presenting results and ‘Summary of
findings’ tables. Cochrane Handbook for Systematic Reviews of Interventions, 5, 0.
Google Scholar
Suryaningtyas, Wihasto, Wahyuhadi, Joni, Turchan, Agus, Subagio, Eko Agus,
Parenrengi, Muhammad Arifin, Apriawan, Tedy, Al Fauzi, Asra, & Bajamal,
Abdul Hafid. (2020). Neurosurgery at the epicenter of the COVID-19 pandemic in
Indonesia: experience from a Surabaya academic tertiary hospital. Neurosurgical
Focus, 49(6), E5. Google Scholar
Susilawathi, Ni Made, Tini, Kumara, Wijayanti, Ida Ayu Sri, Rahmawati, Putu Lohita,
Sudira, Putu Gede, Wardhana, Dewa Putu Wisnu, & Samatra, Dewa Putu Gde
Purwa. (2020). Tata Laksana Pemeriksaan Neurologis Virtual Di Era Pandemi
Corona Virus Disease 2019. Callosum Neurology, 3(3), 106117. Google Scholar
Turolla, Andrea, Rossettini, Giacomo, Viceconti, Antonello, Palese, Alvisa, & Geri,
Tommaso. (2020). Musculoskeletal physical therapy during the COVID-19
pandemic: is telerehabilitation the answer? Physical Therapy, 100(8), 12601264.
Google Scholar
WHO. (2009). Telemedicine Oppurtunities and Developments in Memver States:
Implementasi Telemedicine untuk Pelayanan Pasien Bedah Saraf pada Masa Pandemi
Covid-19 di Asia Tenggara
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3817
Report on The Second Global Survey on eHealth. Global Observatory for EHealth
Series, 2. Google Scholar
Wittayanakorn, Nunthasiri, Nga, Vincent Diong Weng, Sobana, Mirna, Bahuri, Nor
Faizal Ahmad, & Baticulon, Ronnie E. (2020). Impact of COVID-19 on
neurosurgical training in Southeast Asia. World Neurosurgery, 144, e164e177.
Google Scholar
Wulandari, Fitria Kusumawati, & Achadi, Anhari. (2017). Analisis Karakteristik dan
Persepsi Pengguna Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas Sebagai
Gatekeeper di Dua Puskesmas Kota Bekasi Tahun 2016. Jurnal Ekonomi
Kesehatan Indonesia, 2(1). Google Scholar
Copyright holder:
Faza Khairani Batubara, Pujiyanto, Lutfan Lazuardi (2021)
First publication right:
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
This article is licensed under: