Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
PENGARUH PROGRAM
KURASSAKI TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA PADA SEKOLAH
PILOT PROJECT BAPPEDA KABUPATEN TANGERANG
Yuni Susilowati, Abdul Santoso
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi Tangerang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Pengamatan
pada beberapa lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat di Kabupaten
Tangerang dimana permasalahan tentang sampah belum menemukan solusi yang tepat.
Lingkungan sekolah menjadi salah satu agen penghasil sampah yang besar setiap
hari. Perilaku masyarakat maupun warga sekolah terhadap sampah manjadi salah
satu faktor terciptnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Angka kejadian
penyakit yang disebabkan oleh PHBS masih tinggi. Penyakit yang paling banyak
diderita terjadi karena kurangnya pemahaman PHBS terutama yang berkaitan dengan
kebersihan lingkungan, hal ini terjadi karena PHBS di Indonesia baru mencapai
presentase 56,58%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh
program Kurassaki (Kurangi Sampah Sekolah Kita) terhadap PHBS siswa pada
Sekolah Pilot Project Bappeda Kabupaten Tangerang. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Quasi-eksperimen. teknik
pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampling. Sampel pada
penelitian ini sebanyak 175 responden pada kelompok eksperimen dan 183
responden pada kelompok control. Instrumen penelitian ini menggunakan
kuesioner. Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan hasil p-value 0,000<0,05
maka dapat disimpulkan bahwa �H1 diterima� yang berarti ada Pengaruh program
kurassaki terhadap PHBS siswa pada sekolah Pilot Project Bappeda Kabupaten
Tangerang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan
program Kurassaki di sekolah membawa pengaruh positif bagi PHBS siswa dan
membuat siswa lebih peduli terhadap lingkungan.
Kata
Kunci: sampah; PHBS; kurassaki; sekolah
Abstract
Observations on
several school and community environments in Tangerang Regency where the
problem of waste has not found the right solution. The school environment
becomes one of the biggest waste-producing agents every day. The behavior of
the community and school members towards waste is one of the factors in
creating a Clean and Healthy Behavior (PHBS). The incidence of diseases caused
by PHBS is still high. The most common illnesses occur because of a lack of
understanding of PHBS, especially those related to
environmental cleanliness, this happens because PHBS in Indonesia has only
reached a percentage of 56.58% (Ministry of Health, 2015). The purpose of this
study was to determine whether the Kurassaki (Reducing Our School Waste)
program had an effect on PHBS students at the Bappeda Pilot Project School,
Tangerang Regency. This type of research is a quantitative study with a
Quasi-experimental research design. The sampling technique uses stratified
random sampling. The sample in this study were 175
respondents in the experimental group and 183 respondents in the control group.
This research instrument using a questionnaire. Based
on the Mann-Whitney test, the p-value is 0.000 <0.05, it can be concluded
that "H1 is accepted", which means that there is an influence of the
Kurassaki program on student PHBS at the Bappeda Pilot Project school in
Tangerang Regency. Based on the research results, it can be concluded that the
implementation of the Kurassaki program in schools has a positive effect on
PHBS students and makes students more concerned about the environment.
Keywords: waste; PHBS; kurassaki; school
Pendahuluan
Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, Kementerian Kesehatan melalui Pusat Promosi Kesehatan menerapkan
program perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dapat dilakukan diberbagai tatanan masyarakat, seperti di tatanan rumah tangga,
sekolah, tempat kerja dan tempat � tempat umum (Nugraheni & Indarjo, 2018). Secara Nasional Presentasi PHBS tahun 2014 sebesar 56,58% (Kemenkes RI, 2015). Derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai jika prentasi PHBS
nya baik, secara langsung PHBS baik akan menimbulkan tatanan hidup yang baik
dan sehat. berdasarkan pengamatan pada lingkungan beberapa sekolah beserta
lingkungan di Kabupaten Tangerang dimana permasalahan tentang sampah masih
sangat memprihatinkan. Lingkungan masyarakat dan sekolah menjadi agen
penyumbang yang besar dalam menghasilkan sampah setiap harinya. Sampah yang
dihasilkan sekolah dalam satu hari mancapai 10 kg, jenis sampah yang
mendominasi adalah sampah plastic, Seperti yang kita ketahui bahwa sampah
plastic merupakan sampah yang tidak akan terurai dalam tanah meskipun telah
tertimbun lama. Tingginya sampah yang dihasilkan pada setiap instansi baik
lingkungan pendidikan, rumah tangga, industry dan perkantoran berbanding terbalik dengan kepedulian masyarakat sekitar terhadap
lingkungan,warga sekolah dan kelompok-kelompok lain di berbagai
instansi,sehingga sampah menjadi masalah yang belum menemukan solusi yang tepat
hingga saat ini. Sampah merupakan sumber masalah yang sampai
saat ini belum terselesaikan dengan tuntas. Permasalahan tentang sampah
tidak akan pernah menemukan solusi apabila kesadaran
masyarakatnya masih rendah.
Perilaku masyarakat maupun warga sekolah
terhadap sampah manjadi salah satu faktor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) (Aulina & Astutik, 2018).
Permasalahan sampah dan PHBS merupakan dua hal yang saling berkaitan,
kepedulian masyarakat dan warga sekolah teutama peserta didik terhadap sampah
menjadi tolak ukur bagaimana PHBS disuatu lingkungan (Wati & Ridlo, 2020).
Apabila permasalahan ini tidak mendapatkan penanganan yang serius akan menimbulkan masalah yang lebih besar dikemudian hari.
PHBS merupakan strategi dasar dalam ilmu kesehatan yang mana bertujuan untuk
untuk membentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk tindakan
preventif (memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit) serta berperan
aktif dalam menciptakan lingkungan yang sehat (Putra, 2016).
Perilaku baik tidaknya
PHBS dapat terlihat dari lingkungannya.
Indikator yang mudah diamati adalah bagaimana anak
memperlakukan sampah yang ada disekitar. Sampah merupakan sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Jannah, 2019).
Sampah merupakan masalah yang dianggap penting oleh Indonesia, karena masih
banyaknya sampah yang tidak dikelola dengan baik maupun kurangnya kesadaran
manusia terhadap sampah (Kahfi, 2017).
Buruknya pengelolaan sampah karena ada kesenjangan antara
pengetahuan dan perilaku yang ditampakkan. Data survei Badan Pusat
Statistik (BPS) 2013 menunjukkan bahwa pengetahuan penduduk dalam hal
pencemaran udara adalah 80,57%, namun hanya sekitar 43,10% penduduk peduli
sampah (Shinta, 2019).
PHBS sekolah merupakan sekumpulan perilaku
yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat di lingkungan sekolah
atas dasar kesadaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
yang sehat (Depkes RI, 2010).
PHBS harus ditanamkan sejak dini agar bisa terbawa hingga
dewasa. Usia anak sekolah masih tergolong muda sehingga membutuhkan
bantuan dari orang sekitar lingkungan terdekat yaitu orang tua, guru dan teman
� teman (Sari, Widjanarko, & Kusumawati, 2016).
PHBS dapat diterapkan pada semua golongan masyarakat termasuk anak usia sekolah. Anak sekolah merupakan
generasi penerus bangsa yang harus dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi
kesehatannya. Jumlah anak cukup besar, yaitu 30% dari
jumlah penduduk Indonesia. Sekitar 73 juta orang merupakan masa keemasan
untuk menanamkan nilai � nilai PHBS sehingga berpotensi sebagai agen perubahan
untuk mempromosikan PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat
(Proverawati, Atikah dan Rahmawati, 2012).
Sejak tahun 2012
pemerintah Kabupaten Tangerang mulai memikirkan konsep bagaimana caranya agar
produksi sampah dapat menuurun.
Karena sampai kapanpun sampah akan terus ada dan
menjadi masalah jika kita tidak peduli, namun pemerintah Kabupaten Tangerang
memikirkan konsep dan teknis bagaimana agar hal tersebut dapat diatasi. Setelah
bebarapa program yang diterapkan oleh Badan Pengawas Daerah (Bappeda) Kabupaten
Tangerang berhasil diterapkan salah satunya adalah program Sanisek (air limbah)
yang menciptakan toilet yang sehat, bersih dan nyaman. Pemerintah Kabupaten
Tangerang bergerak ke sector sampah dan lahirlah program Kurassaki (Kurangi
Sampah Sekolah Kita) Program ini merupakan sebuah inovasi di lingkungan
pendidikan yang mengedukasi siswa dan seluruh warga sekolah bagaimana perilaku
kita terhadap sampah (Putriana, Fitriawan, & Rosyidah, 2021).
Program ini memiliki slogan �Buanglah Sampah Dengan
Tempatnya�. Menurut Pokja AMPL Bappeda Kabupaten Tangerang Tahun 2019,
Program kurassaki merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk merubah pola pikir
dan budaya masyarakat yang selama ini acuh terhadap sampah, agar mulai
memikirkan permasalahan sampah tersebut.
Program Kurassaki timbul diantaranya
karena Sampah belum terkelola dengan baik ditingkat masyarakat, akses layanan
sampah di Kabupaten Tangerang baru mencapai 27%, Peraturan teknis terkait
pengelolaan sampah, belum disusun sebagai acuan program; GEMARIPAH sebagai
salah satu program unggulan untuk menanggulangi sampah belum efektif di tengah
� tengah masyarakat; Keterbatasan pengelolaan (tenaga, armada, anggaran, dll)
oleh SKPD yang seharusnya bertanggung jawab; Menanamkan kebiasaan PHBS ;
Memulai dari tingkat paling dasar; Fakta bahwa sampah dilevel sekolah (Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah) pengelolannya belum ramah; Perlu keberpihakan dan
keterlibatan semua pihak dalam hal pengelolaan sampah di Kabupaten Tangerang
termasuk di sekolah sekolah; Menciptakan agen PHBS ditingkat masyarakat;
Keberhasilan program SANISEK (air limbah) yang sangat memungkinkan pola atau
metodenya untuk direplikasikan untuk program lain seperti pengolaan sampah.
Sekolah yang menjadi
pilot project program ini tidak diperkenankan menyediakan tempat sampah di
lingkungan sekolahnya, kantin sekolah dilarang menyediakan plastic dan siswa
dihimbau untuk membawa bekal serta wadah untuk membeli makanan dan minuman di
sekolah. Program Kurassaki
merupakan program pelengkap dari program unggulan sebelumnya yang juga focus
terhadap indicator-indikator peningkatan PHBS.
Apabila program ini
dilaksanakan dengan optimal oleh seluruh warga sekolah maka bukan sebuah mimpi
untuk menciptakan genarsi yang peduli lingkungan terutama rasa peduli terhadap
sampah sebagai masalah. Generasi yang peduli
lingkungan maka akan memiliki PHBS yang baik.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh program Kurassaki
terhadap PHBS siswa pada sekolah pilot project Bappeda Kabupaten Tangerang? Hipotesis
penelitian ini bahwa program ini akan memberikan
pengaruh terhadap PHBS siswa baik disekolah maupun di lingkungan tempat
tinggalnya. Berdasarkan pemaparan di atas peneiliti ingin
mengetahui pengaruh Program Kurassaki terhadap PHBS siswa pada sekolah pilot
project Bappeda Kabupaten Tangerang.
Metode Penelitian
Metode
penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif (Creswell & Creswell, 2017).
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian
yang dipilih adalah Post-test Only
Control Group Design. Dalam desain ini baik kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol dibandingkan. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang
melaksanakan program Kurassaki sedangkan kelompok kontrol tidak melaksanakan. Lokasi penelitian ini
dilakukan di SDN Kaduagung 2 Tigaraksa, SDN Kosambi 1 Sukadiri dan SDN Mekar
Jaya (kelompok eksperimen) dan SDN Serdang kulon dan SDN Gintung 2 Sukadiri
(kelompok control). Sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling, dimana sampel dalam
penelitian ini memiliki jenjang kelas yang berbeda. Kelompok eksperimen dalam
penelitian ini sebanyak 175 responden dari populasi sejumlah 312 responden
kelas 4 dan 5 sekolah dasar pada sekolah pilot project, dengan jumlah
masing-masing strata kelas yaitu kelas 4 (empat) 87 responden dan kelas 5
(lima) 88 responden, sedangkan pada kelompok kontrol sampel 183 responden dari
337 responden dengan masing-masing strata kelas yaitu kelas 4 (empat) 84
responden dan kelas 5 (lima) 99 responden. Penelitian ini menggunakan dua
kuisioner variable PHBS dan Kurassaki yang di berikan kepada responden melalui
metode daring dan tatap muka langsung bagi siswa dengan keterbatasan akses
daring. Penelitian ini akan mencari jawaban atas sebuah asumsi adanya pengaruh
Program Kurassaki terhadap PHBS siswa pada sekolah pilot project Bappeda
Kabupaten Tangerang. Hasil
tingkat PHBS responden yang diperoleh
melalui kuisioner dilakukan analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
Penggunaan Uji Mann-Whitney karena data pada penelitian ini tidak berdistribusi
normal, Uji Mann-Whitney merupakan salah satu uji statistic non parametric yang
bertujuan untuk mencari perbedaan nilai rerata 2 kelompok yang tidak
berpasangan. Penelitian ini dikatakan berpengaruh jika p
value < 0.05, yang didapatkan dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS.
A.
Hasil Penelitian
Berikut
adalah hasil penelitian dari variable Kurassaki dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) yang didaptkan melalui penyebaran Kuisioner
Tabel
1
Distribusi
Frekuensi Pelaksanaan Program Kurassaki di Sekolah Pilot Project
|
Pelaksanaan |
Sekolah Pilot
Project |
|
|
Kurassaki |
N |
(%) |
|
|
|
|
|
Optimal |
175 |
100 |
|
Tidak Optimal |
0 |
0 |
|
Total |
175 |
100 |
Berdasarkan
table 1 di atas didapatkan hasil bahwa seluruh responden 175 responden (100%)
menerapkan program Kurassaki secara optimal.
Tabel
2
Distribusi
frekuensi tingkat PHBS
|
|
Eksperimen |
|
Kontrol |
|
|
PHBS |
|
|
|
|
|
|
N |
(%) |
N |
(%) |
|
|
|
|
|
|
|
Baik |
107 |
61.14 |
45 |
24.59 |
|
|
|
|
|
|
|
Cukup |
68 |
38.86 |
76 |
41.53 |
|
Kurang |
0 |
0 |
62 |
33.88 |
|
Total |
175 |
100 |
183 |
100 |
Berdasarkan
Tabel 2 di atas didapatkan hasil tingkat PHBS pada kelompok eksperimen dengan
107 responden (61.14%) berkategori baik, 68 responden (38.86 %) berkategori
cukup. Sedangkan pada kelompok control dengan 45 responden (24.59%) berketegori
baik, 76 responden (41.53%) berkategori cukup dan 62 responden (33.88%)
berkategori cukup.
Untuk mengetahui pengaruh program Kurassaki terhadap
PHBS siswa pada sekolah pilot project Bappeda Kabupaten Tangerang maka
dilakukan analis terhadap dua kelompok. Kelompok eksperimen sebagai kelompok
sekolah pilot project dan kelompok control sebagai kelompok sekolah nonpilot
project Bappeda Kabupaten Tangerang. Analisi ini menggunakan
Uji Mann-Whitney. Uji signifikan menggunakan batas
kemaknaan Ialpha (0.05). Hasil data tersebut sebagai berikut:
Tabel 3
Pengaruh program Kurassaki terhadap
PHBS siswa pada sekolah Pilot Project Bappeda Kabupaten Tangerang
|
|
|
|
PHBS |
|
|
|
Total |
P
Value |
Kelompok |
|
Baik |
|
Cukup |
|
Kurang |
|
||
|
|
|
|
|
|
||||
|
N |
% |
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|
Eksperimen |
107 |
61.14 |
68 |
38.86 |
0 |
0 |
175 |
100 |
0 |
Kontrol |
45 |
24.59 |
76 |
41.53 |
62 |
33.88 |
183 |
100 |
|
Berdasarkan table 5 tingkat PHBS pada sekolah pilot
project program Kurassaki, dari 175 siswa sebanyak 107 siswa (61.14%) kategori
baik, 68 rsiswa (38.86 %) kategori cukup dan tidak ada yang berkategori kurang.
Sedangkan pada sekolah non pilot project program Kurassaki didapatkan hasil
dari 183 siswa sebanyak 45 rsiswa (24.59%) kategori baik, 76 rsiswa (41.53 %)
kategori cukup dan 62 siswa (33.88 %) kategori cukup. Berdasarkan Uji Mann
Whitney bahwa p-value = 0.000 < 0.05 yang artinya H1 diterima atau terdapat
pengaruh program Kurassaki terhadap PHBS siswa pada sekolah Pilot Project
Bappeda Kabupaten Tangerang.
B. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan alat ukur kuisioner yang terdiri
dari 2 bagian: bagian pertama adalah kuisioner Program Kurassaki untuk
responden pada sekola
.53%),
sedangkan responden yang memiliki PHBS nya buruk sebanyak 62 siswa (33.88%).
Berdasarkan
tabel 3 di atas yang telah dianalisis untuk membandingkan rerata kedua kelompok
tersebut menggunakan Uji Mann-Whitney diperoleh hasil secara statistik dan
didapatkan nilai p-value 0,000 ≥ 0,05 maka dapat
dinyatakan bahwa terdapat perbedaan rerata sehingga dapat disimpulkan bahwa H1
diterima artinya ada pengaruh program Kurassaki (Kurangi Sampah Sekolah Kita)
terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa pada sekolah pilot
project Bappeda Kabupaten Tangerang. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Devi Kurnia tahun 2019 dimana hasil p-value 0,497 ≥
0,05 yang artinya H1 ditolak atau tidak ada pengaruh program Kurassaki Kurangi
Sampah Sekolah Kita) terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa pada
sekolah pilot project Bappeda Kabupaten Tangerang.
Banyak
faktor yang dapat menyebabkan sebuah program dapat mempengaruhi subjek atau
objek sasarannya. Pada
penelitian program Kurassaki ini hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan program Kurassaki terhadap PHBS siswa. Hal ini dapat terjadi karena
bebrapa faktor diantaranya konsistensi yang tinggi yang dilakukan oleh sekolah
dalam menerapkan program Kurassaki, siswa telah memiliki pengetahuan yang baik
tentang PHBS ditambahkan dengan pembinaan program Kurassaki dan rasa kesadaran
yang tinggi pada diri siswa untuk peduli terhadap lingkungan sudah tertanam.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan penelitian ini dengan melibatkan 5 sekolah, 3 diantaranya merupakan
kelompok eksperiman dan 2 diantaranya kelompok kontrol dengan jumlah
masing-masing kelompok adalah 175 responden dan 183 responden. Maka peneliti
menyimpulkan penelitian ini sebagai berikut: 1). Pelaksanaan
program kurassaki di sekolah pilot projectnya menunjukkan bahwa seluruh
responden menerapkan program Kurassaki secara optimal. Hal ini dapat terjadi
karena adanya konsistensi yang tinggi dari sekolah-sekolah tersebut dalam
menerapkan program ini dan sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap lingkungan
dan kesehatan. 2). Tingkat PHBS di sekolah pilot project program
kurassaki didominasi oleh ketegori PHBS baik. Dan pada sekolah non pilot
project program kurassaki didominasi oleh tingkat PHBS cukup dan terdapat 62 siswa
dalam ketegori PHBS kurang. Hal ini dapat terjadi karena pada sekolah pilot
project program kurassaki selalu dilakukan monitoring untuk menilai sejauh mana
program tersebut diterapkan di masing-masing sekolah. Sedangkan pada sekolah
non pilot project terdapat 62 siswa (33.88%) kategori PHBS buruk karena tidak
adanya monitoring secara periodeik tentang program kurassaki
sehingga menyebabkan tingkat PHBS siswa tidak dapat terkontrol dengan optimal. 3). Berdasarkan
penjelasan point (b) dan hasil analisis statistic bahwa p-value 0.000 < 0.05 artinya ada pengaruh program kurassaki
terhadap PHBS siswa di sekolah pilot
project program Kurassaki Bappeda Kabupaten Tangerang.
Aulina, Choirun Nisak, & Astutik, Yuli. (2018).
Peningkatan Kesehatan Anak Usia Dini dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) di TK Kecamatan Candi Sidoarjo. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 3(1), 50�58. Google Scholar
Creswell, John W., & Creswell, J. David. (2017). Research
design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Sage
publications. Google Scholar
Depkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Google Scholar
Jannah, Miftahul. (2019). Pendidikan Kesehatan: Demosntrasi
Terhadap Perilaku Siswa Dalam Membuang Sampah Pada Tempatnya. Nerspedia
Journal, 1(2), 114�122. Google Scholar
Kahfi, Ashabul. (2017). Tinjauan terhadap pengelolaan sampah.
Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah Dan Hukum, 4(1),
12�25. Google Scholar
Kemenkes RI. (2015). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. Google Scholar
Nugraheni, Hermien, & Indarjo, Sofwan. (2018). Buku
Ajar Promosi Kesehatan Berbasis Sekolah. Deepublish. Google Scholar
Proverawati, Atikah dan Rahmawati, Eni. (2012). Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat. Nuha Medika.
Putra, Firman Yulian. (2016). Strategi promosi kesehatan
dinas kesehatan kabupaten kutai kartanegara tentang pemahaman perilaku hidup
bersih dan sehat (phbs) di puskesmas mangkurawang, eJournal Ilmu Komunikasi. E
Journal Ilmu Komunikasi, 4(1), 74�87. Google Scholar
Putriana, Erlinda, Fitriawan, Fuad, & Rosyidah, Ais.
(2021). Kurassaki. Basica: Journal of Arts and Science in Primary Education,
1(1), 72�83. Google Scholar
Sari, Nia Indriana, Widjanarko, Bagoes, & Kusumawati,
Aditya. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Sebagai Upaya Untuk Pencegahan Penyakit Diare Pada Siswa Di Sd N
Karangtowo Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 4(3), 1051�1058. Google Scholar
Shinta, Arundati. (2019). Penguatan pendidikan
pro-lingkungan hidup di sekolah-sekolah untuk meningkatkan kepedulian generasi
muda pada lingkungan hidup. Yogyakarta: BEST Media. Google Scholar
Wati, PDCA, & Ridlo, Ilham Akhsanu. (2020). Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Kelurahan Rangkah Kota Surabaya. Jurnal
Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education, 8(1),
47�58. Google Scholar
Copyright
holder: Yuni Susilowati, Abdul Santoso (2021) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |