Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
6, No.
8, Agustus 2021
PEMBENTUKAN REGULASI DIRI DAN DINAMIKA BELAJAR PESERTA OLIMPIADE NEURON
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
Neria Fajar Wijayanti, Suryanto
Universitas Airlangga Surabaya Jawa Timur,
Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Regulasi diri (self regulation) merupakan
kemampuan untuk mengontrol perilaku sendiri dan salah satu dari sekian
penggerak utama kepribadian manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memahami esensi (hakikat) pengalaman peserta Olimpiade Neuron dalam membentuk
regulasi diri dalam menghadapi kompetisi tersebut dan mengamati dinamika
belajar yang terjadi sebelum dan sesudah Olimpiade Neuron. Metode penelitian
yang digunakan dalam ini adalah pendekatan fenomenologi interpretatif
kualitatif dengan alat pengumpul data berupa wawancara mendalam. Penelitian ini
dilaksanakan di Kabupaten Mojokerto, subjek dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi pemenang Olimpiade Neuron Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya yang memiliki pengalaman dalam membentuk self regulation demi tercapainya target-target yang sudah ditetapkan. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa para pemenang peserta Olimpiade Neuron memiliki self
regulasi diri yang tinggi dibuktikan dengan memiliki tujuan atau target serta dapat
menjaga motivasi belajar.
Kata Kunci: pembentukan; dinamika; regulasi diri;
peserta olimpiade sains
Abstract
Self-Regulation
ability will be for the control of behavior and one of the main drivers of
human beings. The purpose of this study is to understand the essence (nature)
of participants of Neuron Participants in shaping themselves in competition
competitions and learning dynamics that before the event and Sea Mount Neurons.
Which method of research in this is the qualitative interpretive phenomenology
method with any data collection tool sucked. This research is anywhere in
Mojokerto Regency, the area in this study is the students of the Neuro School
of the Faculty of Nursing, Universitas Airlangga Surabaya who are in the form
of self-regulation for the targets set already. The results of this study
showed that the winners of the Participants Neurons are themselves high with a
high target or target that is able to maintain the defense of learning.
Keywords:� formation; dynamics; self-regulation; science
olympiad participants
Pendahuluan
Self-regulation atau
regulasi diri adalah proses yang memungkinkan seseorang untuk mengatur
kegiatan mereka, pikiran dan perilaku mereka dengan upaya terbesar untuk
mencapai tujuan yang ia inginkan. Pengaturan diri adalah dasar dari proses
sosialisasi, karena berhubungan dengan semua domain yang ada dalam pembangunan
fisik, kognitif, sosial dan emosional (Mandasari & Ihsan, 2020). Selain
itu, regulasi diri juga merupakan kemampuan mental dan kontrol emosi. Semua
pengembangan kontrol kognitif, fisik dan emosional dan kapasitas yang baik
untuk sosialisasi, membawa seseorang yang mampu mengatur
dengan baik (Papalia, Olds, &
Feldman, 2001).
Regulasi diri adalah dasar dalam proses sosialisasi yang
menyiratkan perkembangan kognitif, emosi dan emosi. Siswa dengan self-regulation
pada tingkat tinggi akan memiliki kontrol yang baik dalam mencapai tujuan
akademis mereka (Papalia et al., 2001).
Dinamika adalah sesuatu yang berarti
kekuatan kekuasaan, selalu bergerak, mengembangkan dan memadai dapat
beradaptasi dengan situasi. Dinamika juga berarti interaksi dan saling
ketergantungan antara anggota kelompok secara
keseluruhan. Situasi ini dapat terjadi karena ada semangat kelompok
yang terus ada dalam kelompok, oleh karena itu, kelompok yang dinamis berarti
bahwa setiap kali kelompok tersebut dapat berubah (Duryat, 2021). Oleh
karena itu, dinamika pembelajaran adalah pola belajar yang terus berkembang dan
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, proses
pengalaman berkelanjutan atau dapat juga dikatakan pengaturan pembelajaran. Dalam
penelitian kali ini peneliti menggunakan subyek penelitian diantaranya� partisipan 1 kelompok terdiri dari 3 orang,
pemenang Olimpiade Neuron Unair Tingkat SMA Nasional sebagai wujud empiris bagaimana
seseorang dapat membentuk regulasi diri bagi tercapainya tujuan� yang�
telah ditetapkan juga mengamati�
dinamika� belajar yang
dialami� sebelum� dan sesudah�
mengikuti Olimpiade Neuron. Sehingga dari hasil penelitian ini
diharapkan peneliti dapat memahami esensi (hakikat) pengalaman peserta
Olimpiade Sains dalam membentuk regulasi diri dan� dinamika belajarnya.
Natural And Educational Science
Competition In Nursing (Neuron) 2020. Acara tersebut merupakan
salah satu agenda rutin yang dilaksanakan BEM FKp satu kali setiap tahunnya. Neuron
adalah sebuah kompetisi bagi siswa SMA sederajat dibidang ilmu pengetahuan alam
dengan penekanan pada bidang keperawatan. Terdapat tiga jenis perlombaan dalam
acara Neuron yang terdiri atas lomba olimpiade, lomba poster dan lomba mading. Pembuatan mading
peserta harus berkumpul untuk mengerjakan bersama-sama.
Regulasi diri (self-regulation) adalah kemampuan untuk
mengontrol perilaku sendiri dan merupakan salah satu mesin utama kepribadian
manusia (Yasdar & Muliyadi, 2018). Bandura menawarkan tiga langkah
dalam proses regulasi sebagai berikut:
1.
Pengamatan
diri: Dilakukan berdasarkan koefisien kinerja penampilan, jumlah penampilan,
orisinalitas perilaku diri sendiri, dan sebagainya. Pengamatan diri terhadap
kinerja yang telah dilakukan. Manusia dapat memonitor penampilan mereka, bahkan
jika mereka tidak lengkap atau akurat. Kami secara selektif memilih sejumlah
aspek perilaku dan aspek lainnya. Biasanya dipertahankan sesuai dengan konsep
diri sendiri (Retnowulan & Warsito, 2013).
2.
Proses
Evaluasi: Proses evaluasi tergantung pada empat hal. Standar pribadi, kinerja
referensi, nilai kegiatan dan peningkatan kinerja. Standar pribadi berasal dari
pemodelan model yaitu orang tua atau guru, dan menafsirkan kembali atau
penguatan diri sendiri. Setiap latihan semakin memperkuat� proses kognitif dan standar pribadi. Standar
pribadi adalah proses evaluasi terbatas (Muryadi, 2017). Sebagian besar kegiatan harus
dievaluasi dengan membandingkan dengan ukuran eksternal, itu bisa menjadi
sosial standar perbandingan, dibandingkan dengan orang lain, atau perbandingan
kolektif. Sebagian besar kami mengevaluasi kinerja dengan membandingkannya
dengan standar referensi. Selain standar referensi dan standar pribadi, proses
evaluasi juga tergantung pada nilai keseluruhan yang kami dapatkan. Akhirnya,
pengaturan diri juga tergantung pada bagaimana kita melihat penyebab perilaku
terhadap kinerja yang baik.
3.
Jawaban
diri: Manusia bereaksi secara positif atau negatif, tergantung pada bagaimana
perilaku ini diukur dan standar pribadinya. Bandura percaya bahwa manusia
menggunakan strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur. Yaitu, manusia
berusaha untuk mengurangi oposisi reaktivitas antara hasil atau tujuan dan
setelah menghilangkannya dengan sukses, mereka secara proaktif menempatkan lebih
banyak tujuan baru.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami esensi dari
pengalaman peserta� Olimpiade Neuron dalam
pelatihan regulasi diri untuk menghadapi persaingan dan mengamati dinamika
belajar sebelum dan sesudah Olimpiade Neuron.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian interpretatif kualitatif. Metode penelitian interpretatif kualitatif
adalah metode penelitian yang menekankan pengungkapan objek penelitian melalui
komunikasi antara peneliti dan subjek penelitian melalui proses intepretasi
terhadap makna yang ingin dinyatakan oleh subjek penelitian. Ini berarti
kebenaran makna dalam penelitian adalah adanya ketercapaian kesamaan
interpretasi makna secara intersubjektif diantara subjek penelitian dan
peneliti. Paradigma yang mendasari metode penelitian ini adalah paradigma
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi dalam penelitian kualitatif ini
mendeskripsikan kesadaran atau pengalaman seseorang atau lebih tentang suatu
fenomena yaitu Olimpiade Neuron. Penelitian�
memiliki fokus pada cara-cara individu dalam melakukan interaksi dengan
pengalaman empiris yang dimiliki, yang dimaknai oleh subjek partisipan secara
unik (Setyosari, 2016). Fenomenologi berakar pada filsafat
eksistensialis yang berkembang di negara-negara Eropa Kontinental seperti
Perancis dan Jerman dengan tokoh utamanya Edmund Husserl (Gumilang, 2016). Penelitian ini diharapkan dapat
dipahami sebuah esensi (hakikat) pengalaman peserta Olimpiade Neuron dalam
membentuk regulasi diri untuk menghadapi Olimpiade tersebut. Serta hasil
pengamatan dinamika belajar yang terjadi sebelum dan sesudah Olimpiade Sains.
Dalam penelitian fenomenologi ini alat pengumpul data berupa wawancara mendalam.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Mojokerto. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa-siswa pemenang Olimpiade Neuron Tingkat Nasional yang
diselenggarakan oleh fakultas keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang
memiliki pengalaman dalam membentuk self regulation demi tercapai nya
target-target yang sudah Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah
teknik analisis fenomenologi.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Penelitian
Subyek penelitian (participant.) 1 kelompok terdiri dari 3 siswa.
Pemenang� Olimpiade Neuron yang
diselenggarakan oleh Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Tabel 1
Pemenang� Olimpiade
Neuron
Subyek
1 |
Subyek
2 |
Subyek
3 |
Dimas
Setyanto |
Tasya
Sherina |
Rahmi
Mufidah Aisy |
XII
IPA 9 |
XII IPA 9 |
XII IPA 2 |
SMAN
1 Sooko Kab. Mojokerto |
SMAN
1 Sooko Kab. Mojokerto |
SMAN
1 Sooko Kab. Mojokerto |
Receiving, Evaluating, Trigerrin, Searching, Formulating, Implementing, Assesin. Sementara dari ketiga subjek yang telah
diwawancarai didapat proses pembentukan regulasi diri seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Proses
Pembentukan Regulasi Diri
Receiving |
Menerima
informasi yang relevan mengenai pencapaian tujuan �Persiapan awal mengikuti Olimpiade Neuron dengan cara mempelajari materi yang ada di kisi-kisi perlombaan. Ditambah dengan pembagian materi dengan teman, materi yang berkesinambungan dipelajari oleh satu orang. Serta mempelajari mekanisme perlombaan.� �(Subyek 1) |
Evaluating |
Memberikan
evaluasi �Ada, perbedaan sebelum maju Olimpiade latihan soal banyak, membaca materi memahami konsep saat setelah lomba tinggal mengulangi apa yg sdh dijalankan saat sebelum lomba dan belajar memperbaiki kekurangan (mengevaluasi) sehingga untuk keikutsertaan lomba berikutnya ke depan� akan lebih baik lagi.� (Subyek 1) �Ada banyak perbedaan. Sebelum Olimpiade saya fokus mematangkan materi lewat membaca (kurang efektif) Setelah Olimpiade saya menemukan gaya belajar yang pas serta lebih cepat dalam pengerjaan soal. Selain itu, perubahan gaya soal dari Bimbingan Olimpiade sekolah sampai Olimpiade NEURON membuat saya merubah pola belajar & mengerjakan soal.� (Subyek 2) �Ada. Sebelum saya ikut Olimpiade motivasi belajar saya biasa setelah ikut saya jadi punya motivasi untuk belajar lebih giat lagi karena became the winner is Great�. (Subyek 3) |
Trigerrin |
Melakukan perilaku yang diharapkan �Target yang ditetapkan ada, seperti : �Minimal membawa pulang piala�� kami menargetkan awal untuk mendapat juara harapan 2, tetapi Alhamdulillah mendapat yang lebih baik.� (Subyek 1) �Target yang ditetapkan �Pokoknya bawa piala������..� (Subyek 2) ����Tapi target kami adalah pulang bawa piala.� (Subyek 3) |
Searching |
Mencari pilihan-pilihan alternative �Waktu mengerjakan saya berusaha setenang mungkin dan kalau ketemu soal yang bener-bener saya ngga ngerti, hal pertama yang saya lakukan adalah tertawa.� (Subyek 3) |
Formulating |
Membangun sebuah rencana untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan. �Persiapan awalnya belajar materi yang ada
di silabus, karena ada materi baru (medis/keperawatan) jadi harus dibagi juga
sesuai kemampuan untuk menentukan strategi dan target.� (Subyek 2) �Strateginya ada waktu lomba pas babak
pertiga final, kita harus memilih orang pertama,kedua,ketiga� untuk mengerjakan soal. Karena Dimas yang
paling banyak menguasai mapel yang dilombakan, dia jadi orang pertama� (Subyek 3) |
Implementing |
Menerapkan rencana yang telah dibuat di tahap
sebelumnya �Ketika mengerjakan soal kita saling menenangkan.
Ketika menjawab pertanyaan kita Enjoy karena saya yang menguasai materi saya
harus siap������ (Subyek 1) |
Assesing |
Memberikan penilaian terhadap keberhasilan dari rencana. Setelah
mencapai tahap penilaian ini, proses self-regulation kembali kepada
tahapan 1 dan 2. �Senang, karena perjuangan yang sudah
dilakukan terbayar � (Subyek 1) �Senang dan lega� (Subyek 2) �Alhamdulillah saya senang hehe.. selain
hadiahnya yang lumayan buat uang saku, saya sangat bersyukur karena apa yang
saya pelajari setidaknya tidak sia-sia.� (Subyek 3) |
Mengamati hasil wawancara tersebut diatas dan hasil dari analisa
pembentukan regulasi diri peneliti mendapati bahwa para pemenang peserta
Olimpiade Neuron memiliki regulasi diri yang tinggi dibuktikan dengan memiliki
tujuan atau target dapat menjaga motivasi belajar. Menyadari keadaan emosi dan
punya strategi untuk mengelola emosi. Secara periodik memonitor kemajuan menuju
tujuannya. menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang
mereka buat serta mampu mengevaluasi halangan yang mungkin akan terjadi dan
melakukan adaptasi jika diperlukan. Memiliki Dinamika Belajar yang beragam.
Subyek 1 Dimas lebih konsisten dengan cara belajarnya. Sementara Rahmi Subyek 2
dapat menemukan gaya belajar baru yang lebih cepat menghasilkan setelah
mengikuti Olimpiade artinya mereka memiliki kemampuan menggunakan kemampuan
kognitif, afektif, dan
psikomotornya dengan baik. Begitu pula dengan Tasya (subyek 3).
B. Pembahasan
Sebelum membahas
pembentukan regulasi diri dan dinamika belajar peserta Olimpiade Sains.
Terlebih dahulu ditunjukkan hasil uji kesesuaian kerangka model teoritis yang
telah disusun. Kerangka model teoritis disusun berdasarkan teori Schunk dan Zimmerman
sehingga diperoleh beberapa variabel dan dimensi konstruk yang menyusun
kerangka model teoritis (Kusaeri &
Mulhamah, 2016) pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1
Kerangka Model Teoritis
Pada Gambar 1
yang merupakan variabel-variabel eksogen adalah metakognisi, motivasi dan
perilaku, sedangkan prestasi belajar sebagai variabel endogen. Masing-masing
variabel memiliki dimensi konstruk yang menyusunnya. Planning, information
management strategies, comprehension monitoring, debugging strategies
dan evaluation merupakan dimensi konstruk dari metakognisi. Aktualisasi
diri, efikasi diri dan kemandirian merupakan dimensi konstruk dari motivasi.
Kebiasaan dan interaksi menjadi dimensi konstruk dari perilaku. Sedangkan
prestasi belajar� juga memiliki dimensi
konstruk yang terdiri dari (nilai) kognitif dan afektif.
Menurut Schunk
dan Zimmerman (Sudarman,
2013) menyatakan bahwa self regulation mencakup
tiga aspek:
1.
Metakognisi
Metakognisi menurut Schunk & Zimmerman dalam (Sudarman,
2013) adalah kemampuan individu dalam merencanakan,
mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan melakukan
evaluasi dalam aktivitas belajar.
2.
Motivasi
Zimmerman dan Schunk (Sudarman,
2013) mengatakan bahwa motivasi merupakan pendorong (drive)
yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri,
kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar. motivasi merupakan
fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan
kompetensi yang dimiliki setiap individu.
3.
Perilaku
Perilaku menurut Zimmerman dan Schunk (Sudarman,
2013) merupakan upaya individu untuk mengatur diri,
menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang
mendukung aktivitas belajar.
Berdasarkan
hasil uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa regulasi diri (self regulation)
memiliki tiga aspek yang ada di dalamnya yaitu metakognisi, motivasi, dan
perilaku. Siswa yang diasumsikan termasuk kategori �self-regulated�
adalah siswa yang aktif dalam proses belajarnya, baik secara metakognitif,
motivasi, maupun perilaku (Yulianti, Sano, &
Ifdil, 2016). Mereka menghasilkan gagasan, perasaan, dan
tindakan untuk mencapai tujuan belajarnya. Secara metakognitif mereka bisa
memiliki strategi tertentu yang efektif dalam memproses informasi. Sedangkan
motivasi berbicara tentang semangat belajar yang sifatnya internal. Adapun
perilaku ditampilkannya adalah dalam bentuk tindakan nyata dalam belajar.
Proses
regulasi diri memiliki relevansi yang luas dengan banyak bidang, terutama
bidang kesehatan dan pendidikan yang merupakan bidang dimana pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana
orang melatih kontrol perilaku mereka sendiri
akan berdampak pada meningkatnya keberhasilan masyarakat dalam pendidikan dan
kesehatan (Duryat, 2021).
1.
Regulasi Diri
Pembelajaran regulasi diri merupakan suatu konsep yang memunculkan bahwa
kita dapat memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku
untuk mencapai suatu tujuan yang kita inginkan (Utami, 2016). Tujuan tersebut dapat berupa tujuan akademisi
(meningkatkan pemahaman dalam membaca, menulis, berhitung atau mengajukan
pertanyaan yang relevan), atau tujuan sosio emosional (mengontrol amarah). Seseorang dalam melakukan regulasi diri memiliki
karakteristik, antara lain:
a.
Bertujuan
memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi belajar.
b.
Menyadari
keadaan emosi dan punya strategi untuk mengelola emosi mereka.
c.
Secara
periodik memonitor kemajuan menuju tujuannya.
d.
Menyesuaikan
atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat
e.
Mengevaluasi
halangan yang mungkin akan terjadi dan melakukan adaptasi jika diperlukan.
Lalu bagaimana cara� untuk dapat
membentuk Regulasi Diri kita sendiri, demi terwujudnya apa yang kita inginkan?
Menurut Miller & Brown dalam (Purba & Yulianto,
2019), mereka memformulasikan beberapa proses yakni:
a.
Receiving
b.
Evaluating
c.
Triggerin
d.
Searching
e.
Formulating
f.
Implementing
g.
Assesing
2.
Dinamika dalam
Belajar
Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik terhadap lingkungannya. Ranah kognitif (Gunawan
& Palupi, 2016) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai
berikut:
a.
Pengetahuan,
mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan
dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian,
kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b.
Pemahaman,
mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c.
Penerapan,
mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang
nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d.
Analisis,
mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya, mengurangi masalah
menjadi bagian yang telah kecil.
e.
Sintetis,
mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya, kemampuan menyusun
suatu program kerja.
f.
Evaluasi,
mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria
tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil karangan.
Ranah afektif (Sari,
2016) terdiri dari perilaku-perilaku sebagai berikut:
a.
Penerimaan,
yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal
tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
b.
Partisipasi,
yang mencakup kerelaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Misalnya, mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan
c.
Penilaian dan
penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, dan menentukan
sikap. Misalnya, menerima suatu pendapat orang lain.
d.
Organisasi,
yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman hidup.
Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman
bertindak secara bertanggung jawab.
e.
Pembentukan
pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuk menjadi pola
nilai kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan
tindakan yang disiplin.
Ranah
psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu:
a.
Persepsi, yang
mencakup kemampuan memilah-milah (mendiskriminasikan) hal-hal secara khas, dan
menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
b.
Kesiapan, yang
mencakup semua penerapan dari dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan
atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani. Misalnya,
posisi start lomba lari.
c.
Gerakan
terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan
peniruan. Misalnya, membuat lingkaran di atas pola.
d.
Gerakan yang
terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan tanpa contoh. Misalnya,
melakukan lompat tinggi dengan tepat.
e.
Gerakan
kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang
terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. Misalnya,
bongkar-pasang peralatan secara tepat.
f.
Penyesuaian
pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola
gerak-gerik dengan syarat khusus yang berlaku. Misalnya. Ketarampilan
bertanding.
g.
Kreativitas,
mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakasa
sendiri. Misalnya, kemampuan membuat tari kreasi baru.
Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf keterampilan yang
berangkaian. Kemampuan-kemampuan urutan fase-fase dalam proses belajar motorik.
Urutan fase-fase motorik tersebut bersifat hierarkis.
Kesimpulan
Regulasi diri adalah kemampuan individu
untuk mengendalikan kognisi, afeksi, dan perilaku secara sistematis untuk
mencapai tujuan tanpa ada kontrol dari lingkungan. Regulasi diri terdiri dari
fase pemikiran seksama sebelumnya, fase kontrol kinerja, dan fase refleksi
diri. Ini dapat dilihat pada saat peserta melakukan persiapan sebelum berangkat
lomba, pada saat mengerjakan soal-soal yang dilombakan dan pada saat selesai
kegiatan Olimpiade. Individu yang memiliki regulasi diri yang optimal mampu
melakukan pengaturan waktu, pengaturan lingkungan fisik, dan memutuskan
bilamana membutuhkan bantuan dari orang lain.
BIBLIOGRAFI
Duryat, H. Masduki. (2021). Kepemimpinan
Pendidikan: Meneguhkan Legitimasi Dalam Berkontestasi Di Bidang Pendidikan.
Penerbit Alfabeta. Google
Scholar
Gumilang, Galang Surya. (2016). Metode penelitian
kualitatif dalam bidang bimbingan dan konseling. Jurnal Fokus Konseling,
2(2). Google
Scholar
Gunawan, Imam, & Palupi, Anggarini Retno. (2016).
Taksonomi Bloom�revisi ranah kognitif: kerangka landasan untuk pembelajaran,
pengajaran, dan penilaian. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar Dan
Pembelajaran, 2(02). Google
Scholar
Kusaeri, Kusaeri, & Mulhamah, Umi Nida. (2016).
Kemampuan regulasi diri siswa dan dampaknya terhadap prestasi belajar
matematika. Universitas Islam Negri Sunan Ampel Sruabaya, 1(1),
31�42. Google
Scholar
Google Scholar Mandasari, Efrida, & Ihsan,
Muhammad. (2020). Hubungan Antara Konsep Diri dan Regulasi Diri terhadap
Tingkat Prokrastinasi Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Darul Ilmi: Jurnal
Ilmu Kependidikan Dan Keislaman, 8(01), 133�150. Google
Scholar
Muryadi, Agustanico Dwi. (2017). Model evaluasi
program dalam penelitian evaluasi. Jurnal Ilmiah Penjas (Penelitian,
Pendidikan Dan Pengajaran), 3(1). Google
Scholar
Papalia, Diane E., Olds, S. W., & Feldman, R. D.
(2001). Physical and cognitive development in adolescence. Author, In Human
Development, 406�443. Google
Scholar
Purba, Lis Sugiarta, & Yulianto, Jony Eko. (2019).
Hubungan antara Regulasi Diri dan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Perantau di
Universitas X Surabaya. Psychopreneur Journal, 3(1), 16�25. Google
Scholar
Retnowulan, Dyah Ayu, & Warsito, Hadi. (2013).
Penerapan Strategi Pengelolaan Diri (Self Management) untuk Mengurangi Kenakalan
Remaja Korban Broken Home. Jurnal BK Unesa, 3(01), 335�340. Google
Scholar
Sari, Diah Prawitha. (2016). Mengembangkan kemampuan
self regulation: ranah kognitif, motivasi dan metakognisi. Delta-Pi: Jurnal Matematika
Dan Pendidikan Matematika, 3(2). Google
Scholar
Setyosari, H. Punaji. (2016). Metode penelitian
pendidikan & pengembangan. Prenada Media. Google
Scholar
Sudarman, Sudarman. (2013). Penerapan Self.
Regulated Learning Pada Proses Pembelaiaran Di Perguruan Tinggi. Google
Scholar
Utami, Indah Putri. (2016). Hubungan Regulasi Diri
Dengan Moralitas Pada Remaja Di SMA Taman Siswa Lubuk Pakam. Universitas
Medan Area. Google
Scholar
Yasdar, Muhammad, & Muliyadi, Muliyadi. (2018).
Penerapan Teknik Regulasi Diri (self-regulation) untuk Meningkatkan Kemandirian
Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling STKIP Muhammadiyah
Enrekang. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2(2), 50�60. Google
Scholar
Yulianti, Putri, Sano, Afrizal, & Ifdil, Ifdil.
(2016). Self Regulated Learning Siswa Dilihat dari Hasil Belajar. Jurnal
Educatio: Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(1), 98�102. Google
Scholar
Copyright holder: Neria Fajar Wijayanti, Suryanto
(2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |