Hardianty Zainuddin
3820 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
terhadap dalam kontestasi pilpres menjadi hal yang melatarbelakangi isu
ketidaknetralan yang diberikan kepada organisasi Muhammadiyah dan NU.
Perumusan masalah yang terdapat didalam penelitian ini berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu kontribusi apa saja yang diberikan
oleh organisasi Muhammadiyah dan NU pada Pilpres 2019?
Penelitian mengenai organisasi Muhammadiyah dan NU yang ikut andil dalam
kontestasi pemilu di Indonesia sudah banyak dilakukan, seperti studi yang dilakukan
oleh Nurlatipah (Nasir, 2015) bertujuan untuk melihat peran kyai dan Islam sebagai
agama mayoritas masyarakat kota Tasikmalaya dalam mempengaruhi perilaku politik
masyarakat. Studi ini menyimpulkan bahwa peran kyai sebagai tokoh masyarakat dan
sebagai pemimpin keagamaan yang memiliki karisma dianggap mampu mempengaruhi
perilaku memilih masyarakat terutama di kalangan santri karena hubungan diantara
Kyai dan santri dinilai sakral, hal ini dikarenakan terdapat salah satu konsep yang
diajarkan dalam pesantren yaitu sikap ta’zim, yakni sikap hormat dan patuhnya seorang
santri kepada sosok Kyai. Keberadaan seorang Kyai dalam sebuah partai politik
dianggap mampu menarik suara massa.
Studi selanjutnya membahas tentang politik Elit NU terhadap keterpihakannya
dalam pemilihan presiden di tahun 2014, penelitian ini dilakukan oleh (Nuzula, 2016)
yang menyimpulkan bahwa pemihakan elit NU di Pilpres 2014 merupakan sikap pribadi
karena NU telah memberikan kebebasan kepada setiap kadernya untuk andil dalam
proses pemilihan meskipun terdapat faktor organisasi yang juga ikut menentukan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Effendi, 2017) menjadi bahan kajian selanjutnya.
Studi ini membahas tentang fragmentasi politik pada organisasi Muhammadiyah yang
berkaitan dengan elit muhammadiyah dalam pemilihan presiden di tahun 2009. Hasil
dari kajian ini menunjukkan bahwa spectrum fragmentasi politik elit Muhammadiyah
sangat beragam ditandai dengan kemunculan beberapa kelompok atau ideologi politik
dalam Muhammadiyah. Namun seiring dinamika politik nasional dan internal
Muhammadiyah terjadi terdapat beberapa hal yang perlu diubah terkait varian kelompok
yang terus beragam serta perilaku politik yang tidak monoton, tidak seragam, dan
monolitik mengakibatkan terfagmentasinya sikap politik elit dalam menghadapi
pemilihan presiden 2009.
Kajian literatur lainnya berasal dari studi yang dilakukan oleh (Siswanto, 2007)
mengenai politik didalam organisasi suatu tinjauan menuju etika berpolitik. Studi ini
menyimpulkan bahwa didalam organisasi terdapat fenomena politik yang melibatkan
kekuasaan, pengaruh dan kepentingan. Setiap aktor yang berada didalam organisasi
akan saling memainkan sumber kekuasaan yang dimiliki untuk mempengaruhi aktor
lainnya tetapi harus tetap dalam tataran etika berorganisasi.
Berdasarkan beberapa studi atau penelitian yang terkait dengan organisasi
Muhammadiyah dan NU di dalam dunia politik dan menjadi bahan kajian litelatur
penulis, secara umum memperlihatkan keberpihakan elit organisasi baik di NU maupun
Muhammadiyah didasari karena keberagaman perilaku politik serta adanya kebebasan
dalam mempersepsikan pilihan politik bagi semua kader organisasi tetapi harus tetap