Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398
Vol. 3, No 6 Juni 2018
SMP Negeri 1 Gunung Jati Email: [email protected]
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan gambaran tentang strategi yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam mempelajari cara menulis karangan narasi dengan media gambar. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Plered pada siswa Kelas VIIB. Peneliti akan menggunakan metode tahapan siklus, yang dalam hal ini akan dibagi menjadi 2 siklus. Adapun hasil tahapan tersebut, Siklus I menunjukkan bahwa sebagian siswa kurang dapat menulis paragraf narasi dengan baik. Mereka kurang dapat mengembangkan ide/ gagasan pokok ke dalam beberapa kalimat penjelas secara tepat, belum dapat menyusun kalimat dari pengalaman pribadinya. Hal tersebut dapat kita lihat dalam tabel 1. Nilai rata-rata tes awal Siklus I adalah 41,52 dengan kategori kurang. Dari 42 siswa, hanya 15 siswa (35,71%) yang mendapat nilai dengan kategori cukup, 27 siswa (64,86%) mendapat nilai dengan kategori kurang. Setelah guru memberi motivasi, memediasi, memfasilitasi dan arahan kepada siswa, maka diperoleh hasil tes akhir siswa dalam Siklus I dengan nilai rata-rata 62,92. Hasil tes awal siklus 1 ke hasil tes akhir siklus 1 menunjukkan adanya kenaikan angka sebesar 2,41 yaitu dari nilai 41,52 menjadi 64,86. Untuk merefleksi keberhasilan proses dan produk tindakan kelas pada siklus II, maka peneliti dan para observer mengadakan diskusi. Dari diskusi tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses tindakan kelas siklus II sudah sesuai dengan indikator keberhasilan proses tindakan. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan media gambar 100 % dapat memicu dan memacu peserta didik dalam upaya meningkatkan kemampuan membuat narasi paragraf. Respons siswa pun sangat positif. Hal tersebut dapat terlihat pada meningkatnya nilai/ skor peserta didik dalam kemampuan menarasikan begitu signifikan. Hasil tes akhir dari Siklus I ke II, terjadi peningkatan dari 64,86 menjadi 80,98. Peningkatan nilai pada Siklus I ke II sebesar 18,06. Pada Siklus II, dari 42 siswa, 4 siswa (9,52%) sudah mendapat nilai dengan kategori amat baik, dan 38 siswa (90,48%) memperoleh nilai dengan kategori baik selanjutnya yang mengembirakan tidak ada peserta didik yang mendapat nilai dengan kategori kurang. Kenaikan tersebut diperoleh peserta didik, setelah guru memediasi, memfasilitasi peserta didik untuk kreatif dalam menyusun kalimat sesuai dengan gambar yang ada ke dalam gagasan penjelas dalam membuat paragraf narasi. Dalam siklus ini aktifitas belajar peserta didik lebih aktif, kreatif, eksploratif, produktif dan peserta didik tampak lebih antusias.
123
Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, selain sebagai sarana interaksi manusia juga sebagai pendukung dari keberlangsungan hidup peradaban manusia. Bahasa merupakan media untuk berkomunikasi antar anggota masyarakat. Sebagai sarana komunikasi, peran bahasa bagi manusia juga sebagai suatu media untuk menyampaikan perasaan dan keadaan maupun pikiran seseorang kepada orang lain. Oleh karena itu, bagi peserta didik dan pengguna pendidikan penting sekali untuk menguasai bahasa termasuk bagaimana bahasa tersebut dijelaskan dalam bentuk tulisan. Karena sudah sangat lumrah sekali jika dalam dunia pendidikan, tulis menulis bahasa menjadi tradisi yang akan terus hidup dan dikembangkan. Keterampilan berbahasa termasuk yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah adalah menulis.
Pentingnya siswa memiliki kemampuan menulis diungkapkan oleh Tarigan (1987:185), bahwa “siswa dan mahasiswa dituntut terampil menulis laporan, menulis karya ilmiah, dan sebagainya.” Bagi peserta didik, menulis merupakan bagian dari kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan. Setelah keterampilan menyimak, menangkap pembicaraan atau hasil bacaan, keterampilan terakhir bagi peserta didik yang harus dimiliki adalah menulis.
Berdasarkan pendekatan kontekstual peserta didik perlu memahami maksud dan tujuan dari belajar berbahasa dan keterampilan menulis, betapa pentingnya suatu bahasa sebagai alat komunikasi. Melalui bahasa dan keterampilan menulis, seseorang akan terbantu untuk memberikan informasi maupun ide pemikirannya, perasaan, pendapat maupun keadaan lainnya kepada orang lain. Menulis di SMP tidak sesederhana menulis di Sekolah Dasar. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan penulisan, hal tersebut diantaranya adalah tulisan tersebut harus sesuai dengan kaidahnya, memiliki maksud yang jelas-lugas, tersusun secara sistematis dan tidak terjadi kerancuan dalam susunan kalimatnya. Ketika peserta didik dilatih untuk menghasilkan tulisan atau esai yang baik, maka perlu didukung dengan pengetahuan yang baik juga. Karena dengan pengetahuan atau pengalaman yang sedikit, peserta didik akan kesulitan untuk
menyusun kalimat yang baik. Terutama pengetahuan mengenai apa yang akan ia tuliskan dan pengetahuan mengenai mekanisme penulisannya.
Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh penulis atau peserta didik yang akan dilatih teknik penulisannya adalah mengenai isi karangan atau esai yang akan dibuat. Kemudian selain itu, perlu juga mengetahui aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan yang baik. Kedua hal tersebut tentu berhubungan dengan cara maupun proses berpikir dari peserta didik sendiri. Pembelajaran menulis karangan narasi adalah salah satu materi pelajaran bahasa Indonesia yang perlu disampaikan kepada peserta didik di kelas VII.
Pada saat ini banyak siswa melakukan kesalahan dalam penulisan karangan narasi. Kesalahan terjadi di kalangan peserta didik karena ketidakpahaman dan kekurangseriusan dalam memperhatikan atau menempatkan kalimat-kalimat pada suatu karangan yang berupa narasi. Mengarang adalah salah satu latihan menulis yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik. Potensi tersebut akan terasah ketika peserta didik diberikan latihan intensif, sehingga peserta didik memiliki kemampuan menyusun karangan ilmiah. Untuk terampil mengarang memerlukan waktu, bukan merupakan keterampilan mendadak. Hal ini sesuai dengan pendapat Karsana (1986:16) yang menyatakan bahwa kegiatan mengarang adalah kegiatan yang berproses bukan kegiatan yang mendadak dan sekali jadi, mengutarakan dan menata penggunaan bahasa. Salah cara dalam memudahkan siswa menceritakan kejadian secara sistematis berurutan adalah melalui media gambar. Media gambar akan menuntun imajinasi peserta didik dalam membuat karangan narasi. Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti merumuskan judul penelitian tentang “Upaya Peningkatan Hasil Pembeljaran Karangan Narasi Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas VII B SMP Negeri 3 Plered
Cirebon Tahun Pembelajaran 2012/2013”.
Jenis penelitian ini termasuk pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode ini merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu suatu aksi, kaji tindakan dan riset tindakan yang dilakukan di kelas (Hopkins dalam Sukidin, 2002:13). Penelitian yang memiliki cara untuk meningkatkan dan memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Dengan cara merefleksikan kejadian-kejadian yang ada dalam proses
pembelajaran, kemudian di jelaskan dan dikaji melalui metode penelitian. PTK merupakan penelitian cara seorang praktisi maupun akademisi untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Karena melalui PTK seorang pendidik pendidikan akan menemukan gejala-gelaja atau hambatan-hambatan yang ditemui dalam mencapai tujuan pendidikan atau sekolah.
PTK dapat dilakukan oleh seseorang yang sudah mengajar, yang ingin menginovasi dan memperbaik kekuarangan-kelemahaman dalam proses belajar- mengajar. Sukidin dalam bukunya yang berjudul Manajemen Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu tindakan reflektif seorang pendidik. PTK membatu pendidik untuk melaksanakan tugas dan fungsi guru secara baik dan profesional melalui penelitian atau pemahaman tindakan-tindakan yang dilakukan.
Melalui penelitian PTK, pendidikan akan memperoleh solusi-solusi maupun alternatif tindakan ketika menghadapi masalah di kelas. Dengan demikian bahwa PTK merupakan bentuk kajian yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk menignkatkan proses belajar-mengajar secara sistematis reflektif. Lebih lanjut Raka Joni dkk. Mengemukakan bahwa PTK adalah suatu kegiatan pengkajian secara sistematis melalui metode dan bentuk laporan dari kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, PTK memiliki 5 tahapan yang secara kontinyu dan berkelanjutan. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut terdiri atas:
Pengkajian obyek atau masalah penelitian,
perencanaan tindakan perbaikan,
pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi, dan interpretasi,
Analisis dan refleksi, serta
perencanaan tindak lanjut.
Adapun subjek dari penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Plered yang berlokasi di Jalan Raya Pangkalan Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon. Jumlah seluruh kelas VII ada 8 kelas, mulai dari kelas VII A s.d. VII H. Akan tetapi peneliti mengambil subjek penelitian kelas VII B dengan jumlah siswa 42 siswa yang terdiri dari laki-laki 20 siswa dan perempuan 22 siswa.
Populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas VII B yang berjumlah 42 siswa. Alasan kelas VII B yang dipilih adalah karena kelas tersebut memiliki motivasi tinggi dalam belajar, sehingga sangat tepat untuk inovasi pembelajaran. Proses
menganalisis data dengan mengkaji seluruh data dari berbagai sumber yang ada. Sumber data yang didapatkan melalui observasi, catatan lapangan, angket dan hasil tes, kemudian mengkategorikannya. Kemudian dilakukan analisis data pada setia siklus, dimana analisis data dilakukan dengan cara pengamatan terhadap proses pembelajaran. Artinya proses pengamatan tersebut dengan mengamati secara langsung kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi dengan menggunakan media gambar.
Kondisi awal dalam penelitian ini dijumpai adanya permasalahan rendahnya kemampuan menulis paragraf narasi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Plered Kabupaten Cirebon. Dalam hal ini siswa kurang kreatif dan kurang poduktif pada pembelajaran menulis paragraf narasi.
Hal lain yang ditemukan dalam kondisi awal yaitu guru kurang dapat memicu dan memacu siswa untuk belajar lebih aktif, kreatif, produktif dan menyenangi pembelajaran menulis paragraf narasi. Selain itu media yang digunakan guru dalam pembelajaran ini kurang inovatif, sehingga kurang mengeksplorasi kemampuan siswa dalam mengembangkan ide/gagasan yang ada. Pembelajaran menulis paragraaf narasi masih bertumpu pada pembelajaran klasik konversional dengan menggunakan media pembelajaran yang belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir kreatif dan produktif.
Dalam Siklus I, pembelajaran menulis paragraf narasi dengan media gambar tanpa adanya intervensi, hasil pembelajaran sudah mengalami peningkatan, namun masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Pada siklus I ini, masih mengalami hambatan. Hambatan tersebut antara lain, masih ada sebagian siswa yang belum dapat mengembangkan ide/gagasan yang terdapat pada kalimat utama setiap paragraf, siswa belum dapat merangkai kata menjadi kalimat yang sesuai dengan pengalaman dan imajinasinya. Sebagian siswa masih melakukan kesalahan dalam menyusun kalimat yang padu dan runtun.
Tes dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan menulis paragraf narasi. Hasil tes awal Siklus I kemampuan menulis paragraf narasi tanpa adanya intervensi penerapan media gambar adalah 41,52 %. Sedangkan nilai rata-rata tes akhir Siklus I adalah 62,992. Hasil tes pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
No. | Kategori | Interval | X | F | f ( ) | % | Ket |
1. | Amat Baik | 90 – 100 | 95 | 0 | 0 | 0 | 1744/42 = |
2. | Baik | 70 – 89 | 79,5 | 0 | 0 | 0 | 41,52 |
3. | Cukup | 60 – 69 | 64,5 | 15 | 947,5 | 35,71 | (Kurang) |
4. | Kurang | < 59 | 29,5 | 27 | 7965,5 | 64,86 | |
Jumlah | 42 | 1744 | 100 |
T | Kategori | Interval | x | F | f ( ) | % | Ket |
1. | Amat Baik | 90 – 100 | 95 | 0 | 0 | 0 | 2642,5/42 = |
2. | Baik | 70 – 89 | 79,5 | 7 | 665 | 16,7 | 62,92 |
3. | Cukup | 60 – 69 | 64,5 | 27 | 1741,5 | 64,29 | (Cukup) |
4. | Kurang | < 59 | 29,5 | 8 | 236 | 19,05 | |
Jumlah | 42 | 2642,5 | 100 |
Dalam Siklus II ini hasil pembelajaran telah mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari kategori cukup menjadi baik. Selain itu dalam siklus ini aktifitas belajar siswa lebih aktif dan kreatif serta produktif. Siswa tampak lebih antusias dan menyenagkann mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi karena pada siklus II siswa mendiskusikan ilustrasi makna gambar-gambar yang terdapat dalam Chart Karton. Pada siklus ini siswa benar-benar dapat memanfaatkan media gambar dijadikan sumber inspirasi dan eksplorasi dalam menulis paragraf narasi.
Tes dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan menulis paragraf narasi. Hasil tes siklus II diperoleh nilai rata-rata mengalami
peningkatan menjadi 80,98. Hasil tes pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
No. | Kategori | Interval | X | F | f ( ) | % | Ket |
1. | Amat Baik | 90 – 100 | 95 | 0 | 0 | 0 | 2964/42 = |
2. | Baik | 70 – 89 | 79,5 | 17 | 1351,5 | 40,48 | 70,57 |
3. | Cukup | 60 – 69 | 64,5 | 25 | 1612,5 | 59,52 | (Baik) |
4. | Kurang | < 59 | 29,5 | 0 | 0 | 0 | |
Jumlah | 42 | 2964 | 100 |
No. | Kategori | Interval | X | F | f ( ) | % | Ket |
1. | Amat Baik | 90 – 100 | 95 | 4 | 380 | 9,52 | 3401/42 = |
2. | Baik | 70 – 89 | 79,5 | 38 | 3021 | 90,48 | 80,98 |
3. | Cukup | 60 – 69 | 0 | 0 | 0 | 0 | (Baik) |
4. | Kurang | < 59 | 0 | 0 | 0 | 0 | |
Jumlah | 42 | 3401 | 100 |
Hasil non tes meliputi hasil observasi, wawancara dan jurnal siswa. Hasil observasi memberikan gambaran bahwa pembelajaran menulis paragaraf narasi dengan media gambar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih eksploratif, kreatif, produktif dan menyenangkan.
Hasil wawancara menjelaskan bahwa tiga belas di antara lima belas responden menyatakan senang mengikuti pembelajaran menulis paragraf narasi dengan media gambar. Siswa yang selama ini merasa kesulitan untuk mengembangkan ide/gagasan pokok ke dalam rangkaian kalimat penjels menjadi lebih mudah karena dapat menggunakan gambar yang berisi ilustrasi ceritra tersebut dapat memancing daya imajinasi siswa dalam menulis paragraf narasi. Dengan media ini siswa tidak lagi merasa kesulitan dalam mengembangkan ide/gagasan pokok saat membuat kalimat penjelas dan sebaliknya bagi siswa yang mempunyai daya imajinasi tinggi mereka akan lebih kreatif dan produktif
mengembangkan ide/gagasan pokok tersebut. Hal ini telah memicu dan memacu siswa untuk saling berkreasi dalam berimajinasi dengan kalimat yang variatif.
Sedangkan hasil jurnal menunjukkan bahwa siswa merasa bergairah dan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran menulis paragraf narasi dengan media gamabar.
Media gambar merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang diterapkan oleh seorang pendidik. Media gambar ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif, kreatif, produktif dan menyenangi pembelajaran menulis paragraf narasi.
Proses pembelajaran menulis paragraf melalui media gambar yang dilaksankaan di kelas VII B SMP Negeri 3 Plered Kabupaten Cirebon sejauh pelaksanaanya berjalan dengan baik. Sebelum penerapan diterapkan peneliti mendapati temuan kekurangan pada proses pembelajaran.
Peneliti menjumpai adanya permasalahan rendahnya kemampuan menulis paragraf narasi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Plered Kabupaten Cirebon. Pembelajaran menulis paragraaf narasi masih bertumpu pada pembelajaran klasik konversional dengan menggunakan media pembelajaran yang belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir kreatif dan produktif. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan materi serta situasi pembelajaran.
Dalam Siklus I, pembelajaran menulis paragraf narasi dengan media gambar tanpa adanya intervensi, hasil pembelajaran sudah mengalami peningkatan, namun masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Pada siklus I ini, masih mengalami hambatan. Hambatan tersebut antara lain, masih ada sebagian siswa yang belum dapat mengembangkan ide/gagasan yang terdapat pada kalimat utama setiap paragraf, siswa belum dapat merangkai kata menjadi kalimat yang sesuai dengan pengalaman dan imajinasinya. Sebagian siswa masih melakukan kesalahan dalam menyusun kalimat yang padu dan runtun.
Setelah guru memberi motivasi, memediasi, memfasilitasi dan arahan kepada siswa, maka diperoleh hasil tes akhir siswa dalam Siklus I menunjukkan adanya kenaikan.
Untuk merefleksi keberhasilan proses dan produk tindakan kelas pada siklus II, maka peneliti dan para observer mengadakan diskusi. Dari diskusi tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses tindakan kelas siklus II sudah sesuai dengan indikator keberhasilan proses tindakan. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan media gambar 100 % dapat memicu dan memacu siswa dalam upaya peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi. Respons siswa pun sangat positif. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kemampuan dalam hal ini yakni skor yang siswa raih begitu meningkat sangat signifikan. Dalam siklus ini aktifitas belajar siswa lebih aktif, kreatif, eksploratif, produktif dan siswa tampak lebih antusias.
Media gambar memiliki andil besar pada pembelajaran membuat paragraf narasi karena dengan media pembelajaran tersebut siswa menjadi lebih tertarik dan termotivasi untuk mengembangkan daya imajinasinya. Dengan kata lain media gambar dapat membantu siswa dalam pembelajaran membuat paragraf narasi.
Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan diatas peneliti mendapati beberapa kesimpulan sebagaimana yang tertulis sebagai berikut:
Pada kondisi prasiklus penelitian ini dijumpai adanya permasalahan rendahnya kemampuan menulis paragraf narasi, Siswa merasa kesulitan mengembagkan gagasan/ide pokok ke dalam gagasan penjelas, siswa kesulitan merangkai kata menjadi kalimat sesuai pengalaman apa yang telah dilaminya, dan siswa merasa kesulitan menuangkan pengalaman pribadinya ke dalam rangkaian kalimat yang padu dan runtut;
Pembelajaran menulis paragraaf narasi masih bertumpu pada pembelajaran klasik konversional dengan menggunakan media pembelajaran yang belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir kreatif dan produktif;
Dalam Siklus I, pembelajaran menulis paragraf narasi dengan media gambar tanpa adanya intervensi, hasil pembelajaran sudah mengalami peningkatan, namun masih belum sesuai dengan yang diharapkan;
Setelah guru memberi motivasi, memediasi, memfasilitasi dan arahan kepada siswa, maka diperoleh hasil tes akhir siswa dalam Siklus I menunjukkan adanya kenaikan;
Dalam Siklus II ini hasil pembelajaran telah mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari kategori cukup menjadi baik, Selain itu dalam siklus ini aktifitas belajar siswa lebih aktif dan kreatif serta produktif;
Hasil tes akhir dari Siklus I ke Siklus II, mengalami peningkatan dari 64,86 menjadi 80,98. Peningkatan nilai pada Siklus I ke Siklus II sebesar 18,06. Pada Siklus II, dari 42 siswa, 4 siswa (9,52%) sudah mendapat nilai dengan kategori amat baik, dan 38 siswa (90,48%) memperoleh nilai dengan kategori baik selanjutnya yang mengembirakan tidak ada siswa yang mendapat nilai dengan kategori kurang;
Media gambar memiliki andil besar pada pembelajaran membuat paragraf narasi karena dengan media pembelajaran tersebut siswa menjadi lebih tertarik dan termotivasi untuk mengembangkan daya imajinasinya. Dengan kata lain media gambar dapat membantu siswa dalam pembelajaran membuat paragraf narasi;
Hopskin dalam Sukidin, Basrowi & Suranto. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia.
Tarigan & Guntur, H. 1987. Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: angkasa.
Karsana, A.1986. Buku materi pokok keterampilan menulis. Jakarta: Karunika.
.