Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 6, No. 9, September 2021
SIMULASI� JARINGAN PIPA DISTRIBUSI UNTUK MENGOPTIMALKAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM CIREBON RAYA, JAWA BARAT, INDONESIA
Adam Safitri, Slamet Imam Wahyudi, Soedarsono
Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon (STTC) Jawa Barat, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang Jawa Tengah, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan curah hujan tinggi juga masih terdapat permasalahan pemenuhan akses air bersih yang belum menjangkau seluruh masyarakat. Pemerintah Republik Indonesia telah berupaya memenuhi kebutuhan air bersih melalui program-program air bersih dan sanitasi baik perdesaan maupun perkotaan dalam hal ini pemerintah membentuk badan usaha milik daerah sebagai operator pelayanan air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibentuk oleh masing-masing kabupaten/kota yang tersebar di Indonesia. Ketersediaan sistem air minum sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memberikan simulasi jaringan pipa distribusi guna mengoptimalkan sistem penyediaan air minum. Metodologi penelitian yang dapat disajikan pada proses penelitian ini meliputi data perencanaan yang berkaitan dengan jumah penduduk, data keruangan wilayah, serta pengelolaan air bersih dalam hal ini Perumda Air Minum Tirta Jati yang ditunjuk sebagai operator pelayanan air bersih di Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Epanet akan memprediksi arah dan debit aliran di tiap pipa, zona layanan Mundu yang meliputi 5 Kecamatan dengan jumlah penduduk sebesar 196,651jiwa. Proyeksi jumlah pertumbuhan Sambungan Rumah (SR) sebesar 6,555 dan hidran umum (HU) sebesar 1,091 unit. Total kebutuhan air domestik dan non domestik sebesar 117.99 l/dt dengan tingkat kebocoran sebesar 20%, Analisa jaringan ditribusi dengan program Epanet 2.0 memerlukan data elevasi sistem pengaliran, jumlah penduduk yang akan dilayanani dan peta jaringan pipa, sehingga pada simulasi yang dilakukan untuk sistem penyediaan air minum Zona Mundu pada tahun 2033 dari total kebutuhan domestik dan non domestik sebesar 693.87 l/dt dengan sisitem perpompaan.
Kata Kunci: simulasi hidrolis; jaringan pipa distribusi; air minum; epanet 2.0
Abstract
Indonesia, which is an archipelagic country with high rainfall, is also still looking for access to clean water that has not yet reached the entire community. The Government of the Republic of Indonesia has made efforts to meet the need for clean water through clean water and sanitation programs, both in rural and urban areas, in this case the government of regional-owned enterprises as operators of clean water services. Regional Drinking Water Company is a Regional Owned Enterprise (BUMD) formed by each district/city spread across Indonesia. the availability of a drinking water system is very influential on regional economic growth, as well as improving the quality of life of the community and the environment. This research aims to provide a simulation of the distribution pipeline network in order to optimize the drinking water supply system. The research methodology that can be presented in this research process includes planning data relating to population, regional spatial data, and clean water management, in this case the Tirta Jati Drinking Water Company which is appointed as the operator of clean water services in Cirebon Regency. The results show that the Epanet program will predict the direction and flow of flow in each pipe, the Mundu service zone which covers 5 sub-districts with a population of 196,651 people. The projected number of house connections (SR) growth is 6,555 and public hydrants (HU) are 1,091 units. The total domestic and non-domestic air demand is 117.99 l/sec with a leakage rate of 20%. Analysis of the distribution network with the Epanet 2.0 program requires data on the elevation of the drainage system, the number of residents to be served and a map of the pipeline network, so that the simulation is carried out for the provision of water systems. Mundu Zone drinking in 2033 of the total domestic and non-domestic needs of 693.87 l/sec with a pumping system.
Keywords: hydraulic simulation; distribution pipe network; fresh water; epanet 2.0
Received: 2021-08-20; Accepted: 2021-09-05; Published: 2021-09-20
Pendahuluan
Pelayanan air bersih menjadi tantangan terbesar abad ini dimana kebutuhan akan air bersih semakin meningkat setiap tahunnya (Youse & Naja, 2018). Dapat kita ketahui jumlah keberadaan air dibumi yang jumlahnya 70% air dan 30 % daratan, dan dari 70% air dibumi 97% nya adalah air laut dan sisanya 3% merupakan air tawar yang diperebutkan manusia dan mahluk hidup lainya (Gessler & Walski, 1985). Dalam pemanfaatan sumber daya air yang terbatas ini diperlukan pengelolaan yang komprehensif agar tercapainya akses air bersih yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat diberbagai negara diduina (Aydin, Mays, & Schmitt, 2014). Di Indonesia yang merupakan Negara kepulauan dengan curah hujan tinggi juga masih terdapat permasalahan pemenuhan akses air bersih yang belum menjangkau seluruh masyarakat (Matematika, 2015). Pemerintah republic Indonesia telah berupaya memenuhi kebutuhan air bersih melalui program-program air bersih dan sanitasi baik perdesaan maupun perkotaan dalam hal ini pemerintah membentuk badan usaha milik daerah sebagai operator pelayanan air bersih (Kasus et al., 2018). Perusahaan Daerah Air Minum adalah badan usaha milik daerah yang dibentuk oleh masing-masing kabupaten/kota yang tersebar di Indonesia. sebagai operator pelayanan air bersih PDAM dalam pengelolaannya tidak semua menggunakan teknologi yang memadai sehingga tidak semua PDAM mampu melayani masyarakat (Safitri, Wahyudi, & Soedarsono, 2020). Penggunaan teknologi simulasi distribusi pelayanan air minum yang dapat direncanakan untuk kebutuhan akses air bersih melalui program aplikasi system hidrolik pada jaringan perpipaan EPAnet2.0 (Sivakumar, Prasad, & Chandramouli, 2016). simulasi hidrolik mampu menampilkan nilai-nilai penting pada sebuah perencanaan jaringan perpipaan seperti menampilkan kehilangan tekanan, tekanan aliran, kecepatan aliran, debit aliran dan lain-lain. Sehingga pada proses perencanaan dari mulai sumber air baku hingga model pengaliran dapat di simulasikan dengan terukur untuk mencapai titik optimal pelayanan air bersih. Simulasi pada penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat dimana PDAM sebagai operator merencanakan optimalisasi pelayanan air bersih di kecamatan sumber. Demografi kecamatan mundu yang merupakan wilayah perbatasan dengan kotamadya.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizak dan Hrudrey bahwa penggunaan aplikasi system hidrolik pada jaringan perpipaan yaitu EPAnet sangat membantu dalam mengupayakan perencanaan yang optimal seiring dengan keterbatasan sumber air baku dan pendanaan yang dialokasikan oleh PDAM (Rizak & Hrudey, 2008). Perencanaan di wilayah ini merupakan kawasan permukiman padat penduduk, kasawasan industi, maupun Pembangkait Listrik Tenaga Uap sehingga perencanaannya harus optimal agar terpenuhinya pelayanan air bersih. Dari data yang terdapat di lapangan kondisi topografi cenederung landai dan dapat disimpulkan pola pengairan menggunakan pompa distribusi. System perpompaan (Agathokleous & Christodoulou, 2016) dapat disimulasikan kedalam program EPAnet yang menyesuiakan dengan speseifikasi perpompaan secara detail. Simulasi EPAnet juga dapat memberikan informasi yang terkait dengan optimalisasi dengan pengaturan pada panjang pipa, diameter pipe, dan elevasi serta data-data lainnya yang menunjang untuk perencanaan jaringan perpipaan (Farina, Creaco, & Franchini, 2014). Asumsi kebutuhan air bersih pada tiap wilayah memiliki perbedaan yang tertuang pada peraturan dimana untuk daerah wilayah kota status pemakaiannya lebih tinggi dari wilayah pedesaan sehingga kategori untuk kecamatan mundu masuk kedalam wilayah perkotaan dan wilayah strategis. Perhitungan kebutuhan air pada suatu wilayah berkaitan dengan jumlah penduduk yang sesuai dengan data BPS serta kebutuhan air bersih yang bersumber dari peraturan. Dari segi kualitas air bersih PDAM sebagai operator pelayanan air bersih harus sesuai dengan permenkes dari mulai proses produksi, distrbusi, hingga konsumsi kepada masyarakat.
Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang dapat disajikan pada proses penelitian ini meliputi data perencanaan yang berkaitan dengan jumah penduduk, data keruangan wilayah, serta pengelolaan air bersih dalam hal ini Perumda Air Minum Tirta Jati yang ditunjuk sebagai operator pelayanan air bersih di Kabupaten Cirebon. Analisis data primer dan data sekunder yang ada akan dilakukan simulasi menggunakan EPAnet untuk mendapatkan nilai variable berupa satuan tekanan,kehilangan tekanan, Aliran Dalam pipa yang dapat disimulasikan sesuai dengan kriteria perencanaan (Seyoum & Tanyimboh, 2016). Penggunaan aplikasi hidrolika yang tersedia sangat bervariasi dan beragam adapula yang berlisensi dengan harga yang sangat mahal oleh karena itu pada penelitan ini dalam mencapai tujuannya mengunakan aplikasi yang lengkap serta tidak membutuhkan lisensi sehingga dalam penggunaannya aplikasi hidrolika EPAnet 2.0 dapat mensimulasikan jaringan perpipaan. Untuk mendapatkan nilai dari penggunaan aplikasi hidrolika pada penelitian ini memerlukan perpaduan antara aplikasi hidrolika EPAnet 2.0 dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis Qgis 2.18 sehingga pada simulasi jaringan perpipaan menggabungkan kedua aplikasi secara bersamaan untuk mendapatkan data hasil simulasi (Edwards, Koval, Lendt, & Ginther, 2009).
Hasil dan Pembahasan
Pada pembahasan penelitian simulasi jaringan pipa system penyediaan air minum zona Mundu meliputi Kecamatan Mundu, Astanajapura, dan Pangenan Kabupaten Cirebon dengan jumlah 32 Desa serta jumlah penduduk pada rencana penyediaan air minum zona mundu sebanyak 196.651 jiwa
Tabel 1
Jumlah Penduduk dan Proyeksi hingga 15 Tahun
No |
Wilayah Pelayanan |
Jumlah Penduduk (Jiwa) |
|
Jumlah Penduduk (Jiwa) |
Pn = P0 (1 + r)n |
||
2018 |
2033 |
||
I |
Kecamatan Mundu |
73,018 |
95,422 |
II |
Kecamatan Astanajapura |
79,283 |
103,609 |
III |
Kecamatan Pangenan |
44,350 |
57,958 |
|
Jumlah |
196,651 |
256,988 |
Tabel 2
Kriteria Perencanaan Air Bersih
Jumlah Penduduk |
Jenis Kota |
Jumlah Kebutuhan Air (liter/orang/hari) |
|
> 2.000.000 |
Metropolitan |
> 210 |
|
1.000.000 - 2.000.000 |
Metropolitan |
150-210 |
|
500.000-1.000.000 |
Besar |
120-150 |
|
100.000-500.000 |
Besar |
100-150 |
|
20.000-100.000 |
Sedang |
90-100 |
|
3.000-20.000 |
Kecil |
60-100 |
Pada tabel 1 diatas zona Mundu meliputi 3 kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling banyak adalah kecamatan Astanajapura dengan jumlah penduduk sebesar 79, 283 jiwa dan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah kecamatan Pangenan dengan jumlah penduduknya sebesar 44,350 jiwa sehinga dapat diproyeksikan hingga 15 tahun kedepan terhitung dari Tahun 2018 s.d 2033 zona mundu jumlah penduduknya sebesar 256,998 jiwa. Dalam kriteria perencanaan air bersih dengan jumlah penduduk sebesar 256,998 jiwa yang masuk dalam kategori kota Besar dengan asumsi jumlah kebutuhan air sebesar 120-150 (liter/orang/hari).� PDAM Tirta Jati sebagai operator pelayanan air bersih dapat mengoptimalisasikan pelayanan sehingga dapat menjamin kebutuhan dan akses air bersih sehari hari serta menyehatkan masyarakat dari sanitasi yang buruk.
Penentuan dimensi pipa untuk pelayanan zona Mundu harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan seperti perhitungan kebutuhan air puncak dengan faktor yang disesuaikan dengan jaringan pipa seperti jaringan pipa transmis, jaringan pipa distribusi dan jaringan pipa pembagi. Material pipa sangat menentukan dalam menjaga pelayanan yang berkelanjutan dan berstandar SNI seperti pipa HDPE, PVC, ataupun GIP karena sangat berpengaruh pada kekuatan pipa dalam hal ini kekuatan pipa pada tekanan yang tinggi akibat dari sistem perpompaan maupun sistem gravitasi sehingga jaringan perpipaan yang terpendam di dalam tanah bisa kuat dan tahan lama. Debit yang diperhitungkan haruslah sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan baik sumber itu berasal dari mata air maupun dari air permukaan yang diolah sehingga terpenuhinya akses air bersih di zona mundu serta mendapatkan kualitas air yang bersih dari pelayanan PDAM Tirta Jati sebagai operator untuk melayani masyarakat.
Tabel 3
Kriteria Pipa transmisi dan Distribusi
NO |
URAIAN |
KRITERIA |
1 |
Debit Perencanaan |
Kebutuhan Air Jam Puncak Qpeak = Faktor Peak x Qrata2 |
2 |
Faktor Jam Puncak - Pipa Distrubusi Utama - Pipa Distribusi Pembaw - Pipa Distribusi Pembagi |
1,15 � 3 1,15 � 1,7 2 3 |
3 |
Kecapatan Aliran Air Dalam Pipa - Kecapatan Minimum - Kecepatan Maksimum a). Pipa PVC atau ACP b). Pipa Baja atau DCIP |
0,3 � 0,6 m/detik
3,0 � 4,5 m/detik 6 m/detik |
4 |
Tekanan Air Dalam Pipa - Tekanan Minimum (Tersier) - Tekanan Maksimum Pipa PVC atau ACP Pipa Baja atau DCIP Pipa PE 100 Pipa PE 80 |
(0,5 � 1,0) atm/bar pada titik jangkauan pelayanan terjauh
6 � 8 atm 10 atm 12,4 Mpa 9 Mpa |
5 |
Volume Efektif Reservoir Distribusi |
15% - 25% Q.max.day |
6 |
Kapasitas Unit Air Baku |
130% Qr |
7 |
Kapasitas Unit Produksi |
110 % - 120% Qr |
8 |
Kapasitas Unit Distribusi |
115% - 300% Qr |
Tabel 4
Perhitungan kebutuhan air tahun proyeksi
Uraian |
Satuan |
Tahun proyeksi |
||||
2018 |
2023 |
2028 |
2033 |
|||
Jumlah penduduk |
jiwa |
�������� 196,651 |
���������� 214,998 |
�������������� 235,057 |
256,988 |
|
Pelayanan penduduk |
% |
���������������� 100 |
����������������� 100 |
�������������������� 100 |
������������ 100 |
|
|
jiwa |
�������� 196,651 |
���������� 214,998 |
�������������� 235,057 |
256,988 |
|
Pelayanan SR |
% |
������������������ 20 |
������������ �������50 |
���������������������� 70 |
�������������� 90 |
|
|
jiwa |
����������� 39,330 |
���������� 107,499 |
�������������� 164,540 |
231,289 |
|
|
jiwa/sb |
�������������������� 6 |
��������������������� 6 |
������������������������ 6 |
���������������� 6 |
|
Jumlah Sambungan |
Unit |
����������� 6,555 |
����������� 17,917 |
���������������� 27,423 |
������� 38,548 |
|
Pemakaian Air |
Lt/org/hr |
����������� 120 |
����������������� 120 |
�������������������� 120 |
����������� 120 |
|
|
�Lt/sb/hr |
������������� �720 |
����� ������������720 |
�������������������� 720 |
������������ 720 |
|
|
�Lt/det |
������������ 54.63 |
������������ 149.30 |
�������������� 228.53 |
������� 321.23 |
|
Total Domestik |
�Lt/det |
������������ 54.63 |
������������ 149.30 |
�������������� 228.53 |
� ������321.23 |
|
Total Non Domestik |
% |
20 |
20 |
20 |
20 |
|
|
�Lt/det |
������������ 10.93 |
�������������� 29.86 |
���������������� 45.71 |
��������� 64.25 |
|
Total Kebutuhan Air |
�Lt/det |
������������ 65.55 |
������������ 179.17 |
�������������� 274.23 |
������� 385.48 |
|
Kehilangan Air |
% |
������������������ 20 |
������������������� 20 |
���������������������� 20 |
�������������� 20 |
|
|
�Lt/det |
������������ 13.11 |
�������������� 35.83 |
���������������� 54.85 |
��������� 77.10 |
|
Kebutuhan Air |
|
|
|
|
|
|
- Rata-rata |
�Lt/det |
������������� 78.66 |
������������ 215.00 |
���������������� 329.08 |
������� 462.58 |
|
- Harian Puncak |
Faktor |
����������������� 1.1 |
������������������ 1.1 |
��������������������� 1.1 |
������������� 1.1 |
|
|
�Lt/det |
������������� 86.53 |
������������ 236.50 |
���������������� 361.99 |
������� 508.84 |
|
|
m3/jam |
����������� 311.50 |
������������ 851.39 |
������������� 1,303.16 |
1,831.81 |
|
|
m3/hari |
�������� 7,475.88 |
������� 20,433.44 |
����������� 31,275.80 |
43,963.45 |
|
- Jam Puncak |
Faktor |
����������������� 1.5 |
������������������ 1.5 |
��������������������� 1.5 |
������������� 1.5 |
|
|
�Lt/det |
����������� 117.99 |
������������ 322.50 |
���������������� 493.62 |
������� 693.87 |
|
Kapasitas Air Baku |
Faktor |
��������������� 3.00 |
���������������� 3.00 |
�������������� �����3.00 |
����������� 3.00 |
|
|
Lt/det |
����������� 259.58 |
������������ 709.49 |
������������� 1,085.97 |
1,526.51 |
|
Minimum Reservoir Capacity |
Faktor |
0.20 |
���������������� 0.20 |
������������������� 0.20 |
����������� 0.20 |
|
|
m3 |
������� 1,495.18 |
������� ��4,086.69 |
����������� 6,255.16 |
���� 8,792.69 |
Aliran dalam pipa memiliki tiga macam energi yang bekerja didalamnya, yaitu:
Energi Ketinggian
Dimana h adalah ketinggian (meter)
Energi Tekanan��������� P/W
Dimana, �������������������� P= Tekanan (N/m2)
����������������������������������� W= Berat Jenis Air (N/m3)
Maka satuan dari energi Tekanan =�= meter
Energi tekanan biasanya disebut ketinggian tekanan (pressure head)
Energi Kecepatan
Dimana,���������������������� V2/2.g
����������������������������������� V= Kecepatan (m/detik)
G= Percepatan gravitasi (10m/detik2)
Energi total = energi kecepatan + energi ketinggian + energi tekanan
H =
Perhitungan Debit������ Q= 0.2785.C.D2.63.S0.54�����
����������������������������������� Q= debit aliran (m3/detik)
����������������������������������� C= Koefisien kekasaran pipa (fiber 120-130)
����������������������������������� D= diameter pipa (m)
����������������������������������� S= Kemiringan >Hf/Jarak
Perhitungan Kehilangan Tekanan headloss mayor hf = f
Perhitungan Kehilangan Tekanan headloss minor hlf =�
Dimana ��������� hlf = Headloss minor
����������������������� n = Jumlah fitting/valve yang diamaternya sama
����������������������� k = Koefisien gesek
Tabel 5
nilai koefisien kekasaran pipa Chw (Hazen-Wiliam )
Jenis Pipa |
Nilai "C" Perencanaan |
Asbes Cement (ACP) |
120 |
UPVC |
120 |
High HDPE |
130 |
Medium DPE |
130 |
Ductile (DCIP) |
110 |
PVC |
150 |
GIP |
110 |
Baja |
110 |
Pre-streesm |
120 |
EPANET 2.0 merupakan salah satu software jaringan distribusi yang dikembangkan oleh water supply and water resources division USEPA�s National Risk Management Research Laboratory. EPANET adalah sebuah program komputer yang menggambarkan simulasi hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir didalam jaringan pipa. EPANET adalah program komputer yang menggambarkan simulasi hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa. Jaringan itu sendiri terdiri dari Pipa, Node (titik koneksi pipa), pompa, katub, dan tangki air atau reservoir.
Gambar 1
Peta Area Wilayah Pelayanan Air Bersih Zona Mundu Yang Meliputi Kecamatan Mundu, Kecamatan Astanajapura Dan Kecamatan Pangenan
Gambar 2
Jaringan Pipa Distribusi Zona Mundu Dengan Diameter Pipa 300 Mm � 160 Mm Dengan Panjang Total 25.000 Meter.
Gambar 3
Simulasi Epanet Dengan Parameter Diameter Pipa Dan Titik Elevasi Pada Jaringan Pipa Distribusi
Gambar 4
Simulasi Epanet Dengan Parameter Panjang Pipa Dan Titik Elevasi Pada Jaringan Pipa Distribusi
Gambar 5
Simulasi Epanet Dengan Parameter Tekanan Dan Kecepatan Aliran Pada Jaringan Pipa Distribusi
Faktor yang mempengauhi perbedaan antara hasil simulasi model EPANET dengan pengukuran langsung pada simulasi pipa transmisi yaitu: Pengaruh faktor jenis pipa yang memengaruhi koefisien Hazen-Williams, Adanya kemungkinan terjadinya kebocoran pada jaringan pipa transmis yang mengakibatkan tekanan air pada saat pengukuran tekanan menjadi kecil (baik itu kebocoran halus maupun yang lumayan besar). Pengaruh dari katup udara yang terpasang pada jembatan pipa terlalu kecil sehingga proses pembuangan udara pada pipa tidak maksimal, kemungkinan setting katup pengatur tekanan jauh lebih kecil dari data pengaturan katup yang didapatkan.
Tabel 6
Simulasi Epanet dengan indikator jaringan perpipaan
Link ID |
Length m |
Diameter mm |
Roughness |
Flow LPS |
Velocity m/s |
Unit Headloss m/km |
Friction Factor |
Pipe 2 |
350 |
300 |
130 |
186.00 |
2.63 |
20.28 |
0.017 |
Pipe 3 |
350 |
300 |
130 |
185.00 |
2.62 |
20.08 |
0.017 |
Pipe 4 |
1200 |
300 |
130 |
100.00 |
1.41 |
6.43 |
0.019 |
Pipe 5 |
400 |
300 |
130 |
100.00 |
1.41 |
6.43 |
0.019 |
Pipe 6 |
100 |
300 |
130 |
98.00 |
1.39 |
6.19 |
0.019 |
Pipe 7 |
1075 |
300 |
130 |
83.00 |
1.17 |
4.55 |
0.019 |
Pipe 8 |
300 |
250 |
130 |
83.00 |
1.69 |
11.06 |
0.019 |
Pipe 9 |
1100 |
250 |
130 |
83.00 |
1.69 |
11.06 |
0.019 |
Pipe 10 |
1050 |
250 |
130 |
83.00 |
1.69 |
11.06 |
0.019 |
Pipe 11 |
500 |
250 |
130 |
83.00 |
1.69 |
11.06 |
0.019 |
Pipe 12 |
1150 |
250 |
130 |
53.00 |
1.08 |
4.82 |
0.020 |
Pipe 13 |
550 |
250 |
130 |
51.00 |
1.04 |
4.49 |
0.020 |
Pipe 14 |
900 |
250 |
130 |
50.00 |
1.02 |
4.33 |
0.020 |
Pipe 15 |
2250 |
250 |
130 |
50.00 |
1.02 |
4.33 |
0.020 |
Pipe 16 |
1750 |
250 |
130 |
50.00 |
1.02 |
4.33 |
0.020 |
Pipe 17 |
970 |
250 |
130 |
50.00 |
1.02 |
4.33 |
0.020 |
Pipe 18 |
550 |
250 |
130 |
50.00 |
1.02 |
4.33 |
0.020 |
Pipe 19 |
500 |
110 |
130 |
1.00 |
0.11 |
0.17 |
0.033 |
Pipe 20 |
2550 |
250 |
130 |
85.00 |
1.73 |
11.56 |
0.019 |
Pipe 21 |
250 |
250 |
130 |
70.00 |
1.43 |
8.07 |
0.019 |
Pipe 22 |
50 |
250 |
130 |
70.00 |
1.43 |
8.07 |
0.019 |
Pipe 23 |
350 |
250 |
130 |
70.00 |
1.43 |
8.07 |
0.019 |
Pipe 24 |
500 |
250 |
130 |
70.00 |
1.43 |
8.07 |
0.019 |
Pipe 25 |
1250 |
250 |
130 |
70.00 |
1.43 |
8.07 |
0.019 |
Pipe 26 |
500 |
110 |
130 |
1.00 |
0.11 |
0.17 |
0.033 |
Pipe 27 |
500 |
110 |
130 |
1.00 |
0.11 |
0.17 |
0.033 |
Pipe 28 |
1500 |
160 |
130 |
15.00 |
0.75 |
4.09 |
0.023 |
Pipe 29 |
1000 |
160 |
130 |
15.00 |
0.75 |
4.09 |
0.023 |
Pipe 30 |
500 |
160 |
130 |
15.00 |
0.75 |
4.09 |
0.023 |
Pipe 31 |
1000 |
160 |
100 |
30.00 |
1.49 |
24.01 |
0.034 |
Pipe 32 |
1000 |
110 |
130 |
1.00 |
0.11 |
0.17 |
0.033 |
Pipe 33 |
1550 |
110 |
130 |
2.00 |
0.21 |
0.61 |
0.030 |
Pipe 34 |
1000 |
160 |
130 |
15.00 |
0.75 |
4.09 |
0.023 |
Pipe 35 |
650 |
160 |
130 |
15.00 |
0.75 |
4.09 |
0.023 |
Pipe 36 |
200 |
160 |
130 |
15.00 |
0.75 |
4.09 |
0.023 |
Pipe 37 |
300 |
160 |
130 |
15.00 |
0.75 |
4.09 |
0.023 |
Pump 1 |
#N/A |
#N/A |
#N/A |
186.00 |
0.00 |
-91.91 |
0.000 |
Gambar 6
Grafik Kecepatan Aliran berdasarkan simulasi EPAnet Zona Mundu
Gambar 7
Grafik Tekanan berdasarkan simulasi EPAnet Zona Mundu
Tabel 7
Simulasi Epanet dengan indicator titik hubung jaringan pipa distribusi
Node ID |
Elevation m |
Base Demand LPS |
Demand LPS |
Head m |
Pressure m |
Junc 2 |
11 |
0 |
0.00 |
102.91 |
91.91 |
Junc 3 |
10 |
0 |
0.00 |
95.81 |
85.81 |
Junc 4 |
10 |
0 |
0.00 |
88.78 |
78.78 |
Junc 5 |
9 |
0 |
0.00 |
81.07 |
72.07 |
Junc 6 |
9 |
0 |
0.00 |
78.50 |
69.50 |
Junc 7 |
8 |
0 |
0.00 |
77.88 |
69.88 |
Junc 8 |
5 |
0 |
0.00 |
72.99 |
67.99 |
Junc 9 |
5 |
0 |
0.00 |
69.67 |
64.67 |
Junc 10 |
4 |
0 |
0.00 |
57.50 |
53.50 |
Junc 11 |
5 |
0 |
0.00 |
45.89 |
40.89 |
Junc 12 |
4 |
0 |
0.00 |
40.36 |
36.36 |
Junc 13 |
5 |
0 |
0.00 |
34.82 |
29.82 |
Junc 14 |
4 |
0 |
0.00 |
32.35 |
28.35 |
Junc 15 |
4 |
0 |
0.00 |
28.45 |
24.45 |
Junc 16 |
5 |
0 |
0.00 |
18.72 |
13.72 |
Junc 18 |
5 |
0 |
0.00 |
11.15 |
6.15 |
Junc 19 |
3 |
0 |
0.00 |
6.95 |
3.95 |
Junc 20 |
3 |
50 |
50.00 |
4.57 |
1.57 |
Junc 21 |
3 |
1 |
1.00 |
32.18 |
29.18 |
Junc 22 |
6 |
2 |
2.00 |
33.87 |
27.87 |
Junc 23 |
10 |
1 |
1.00 |
78.41 |
68.41 |
Junc 24 |
10 |
1 |
1.00 |
78.41 |
68.41 |
Junc 25 |
11 |
1 |
1.00 |
95.72 |
84.72 |
Junc 26 |
10 |
0 |
0.00 |
59.30 |
49.30 |
Junc 27 |
10 |
0 |
0.00 |
57.29 |
47.29 |
Junc 28 |
9 |
0 |
0.00 |
56.88 |
47.88 |
Junc 29 |
8 |
0 |
0.00 |
54.06 |
46.06 |
Junc 30 |
8 |
0 |
0.00 |
50.03 |
42.03 |
Junc 31 |
12 |
70 |
70.00 |
39.94 |
27.94 |
Junc 32 |
11 |
0 |
0.00 |
71.74 |
60.74 |
Junc 33 |
10 |
0 |
0.00 |
67.65 |
57.65 |
Junc 34 |
8 |
15 |
15.00 |
65.60 |
57.60 |
Junc 35 |
10 |
30 |
30.00 |
16.35 |
6.35 |
Junc 36 |
12 |
0 |
0.00 |
55.21 |
43.21 |
Junc 37 |
14 |
0 |
0.00 |
52.55 |
38.55 |
Junc 38 |
16 |
0 |
0.00 |
51.73 |
35.73 |
Junc 39 |
14 |
15 |
15.00 |
50.51 |
36.51 |
Resvr 1 |
11 |
#N/A |
-186.00 |
11.00 |
0.00 |
Dari hasil pembacaan tabel 7 simulasi yang terdapat pada link atau junc pada masing masing nomenklatur yang disesuaikan dengan penomoran pada aplikasi EPAnet menunjukan nilai kecepatan aliran tetinggi pada link 2 sebesar 2.63 m/s yang merupakan pipa distribusi utama dan nilai teknan tertinggi pada junc 23 yang merupakan titik awal jalur distribusi utama sebesar� 91.91 meter bila kita lihat pada kriteria rencana bahwasanya kecepatan minimum adalah 0,3 � 0,6 m/detik. Zona Mundu meliputi 3 kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling banyak adalah kecamatan Astanajapura dengan jumlah penduduk sebesar 79, 283 jiwa dan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah kecamatan Pangenan dengan jumlah penduduknya sebesar 44,350 jiwa. PDAM Tirta Jati sebagai operator pelayanan air bersih dapat mengoptimalisasikan pelayanan sehingga dapat menjamin kebutuhan dan akses air bersih sehari hari serta menyehatkan masyarakat dari sanitasi yang buruk.
EPANET adalah program komputer yang menggambarkan simulasi hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa. Jaringan itu sendiri terdiri dari Pipa, Node (titik koneksi pipa), pompa, katub, dan tangki air atau reservoir.
Perhitungan Kehilangan Tekanan headloss mayor hf = f
Perhitungan Kehilangan Tekanan headloss minor hlf = �
Dimana����������� hlf������� = Headloss minor
N�������� = Jumlah fitting/valve yang diamaternya sama
����������� K�������� = Koefisien gesek
Kesimpulan
Kebutuhan air bersih melalui program-program air bersih dan sanitasi baik perdesaan maupun perkotaan dalam hal ini pemerintah membentuk badan usaha milik daerah sebagai operator pelayanan air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum adalah badan usaha milik daerah yang dibentuk oleh masing-masing kabupaten/kota yang tersebar di Indonesia Ketersediaan sistem air minum sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, serta peningkatan kualitas hidup masyarakatdan lingkungan. Saat inipelayanan PDAM Tirta Jati.� Persyaratan kuantitas penyediaan air bersih adalah air baku tersedia dapat memenuhi kebutuhan jumlah penduduk yang dilayani, Sisa tekanan air di Konsumen paling rendah adalah 5 mka (meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m) dan paling tinggi adalah 8 atm atau setara dengan 80 m.� Untuk memprediksi kebutuhan air minum pada tahun yang akan datang, perlu dibantu dengan software. Program Epanet akan memprediksi arah dan debit aliran di tiap pipa, zona layanan Mundu yang meliputi 5 Kecamatan dengan jumlah penduduk sebesar 196,651jiwa.� Proyeksi jumlah pertumbuhan Sambungan Rumah (SR) sebesar 6,555 dan hidran umum (HU) sebesar 1,091 unit. Total kebutuhan air domestik dan non domestik sebesar 117.99 l/dt dengan tingkat kebocoran sebesar 20%, Analisa jaringan ditribusi dengan program Epanet 2.0 memerlukan data elevasi sistem pengaliran, jumlah penduduk yang akan dilayanani dan peta jaringan pipa sehingga pada simulasi yang dilakukan untuk sistem penyediaan air minum Zona Mundu pada tahun 2033 dari total kebutuhan domestik dan non domestik sebesar 693.87� l/dt dengan sisitem perpompaan.
BIBLIOGRAFI
Agathokleous, Agathoklis, & Christodoulou, Symeon. (2016). The Impact of Intermittent Water Supply Policies on Urban Water Distribution Networks. Procedia Engineering, 162, 204�211. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2016.11.041 Google Scholar
Aydin, Nazli Yonca, Mays, Larry, & Schmitt, Theo. (2014). Sustainability assessment of urban water distribution systems. Water Resources Management, 28(12), 4373�4384. https://doi.org/10.1007/s11269-014-0757-1 Google Scholar
Edwards, Jerry, Koval, Edward, Lendt, Brian, & Ginther, Paul. (2009). GIS and hydraulic model integration: Implementing cost-effective sustainable modeling solutions. Journal / American Water Works Association, 101(11), 34�42. Google Scholar
Farina, Giulia, Creaco, Enrico, & Franchini, Marco. (2014). Using EPANET for modelling water distribution systems with users along the pipes. Civil Engineering and Environmental Systems, 31(1), 36�50. https://doi.org/10.1080/10286608.2013.820279 Google Scholar
Gessler, J., & Walski, T. M. (1985). Water Distribution System Optimization. U.S. Army Engr., Waterways Experiment Station, Vicksburg, Tech. Repo(June), 172�181.
Kasus, Studi, Baru, Harapan, Samarinda, Kota, Nugroho, Searphin, Meicahayanti, Ika, & Nurdiana, Juli. (2018). Analisa Jaringan Perpipaan Distribusi Air Bersih. 39(1), 62�66. https://doi.org/10.14710/teknik.v39n1.15192 Google Scholar
Matematika, Peran. (2015). Air Dan Sanitasi : Dimana Posisi Indonesia ? 157�179. Google Scholar
Rizak, S., & Hrudey, Steve E. (2008). Drinking-water safety - challenges for community- managed systems. 33�42. Google Scholar
Safitri, A., Wahyudi, S. I., & Soedarsono. (2020). Simulation of Transmission of Drinking Water Sources to Reservoirs: Case Study PDAM Tirta Jati, Cirebon, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 498(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/498/1/012072
Seyoum, Alemtsehay G., & Tanyimboh, Tiku T. (2016). Investigation into the Pressure-Driven Extension of the EPANET Hydraulic Simulation Model for Water Distribution Systems. Water Resources Management, 30(14), 5351�5367. https://doi.org/10.1007/s11269-016-1492-6 Google Scholar
Sivakumar, P., Prasad, R. K., & Chandramouli, S. (2016). Uncertainty Analysis of Looped Water Distribution Networks Using Linked EPANET-GA Method. Water Resources Management, 30(1), 331�358. https://doi.org/10.1007/s11269-015-1165-x Google Scholar
Youse, Mahmood, & Naja, Hossein. (2018). Data in Brief Data on corrosion and scaling potential of drinking water resources using stability indices in Jolfa , East Azerbaijan , Iran. 16, 724�731. https://doi.org/10.1016/j.dib.2017.11.099 Google Scholar
Copyright holder: Adam Safitri, Slamet Imam Wahyudi, Soedarsono (2021)
|
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
|
This article is licensed under: |