Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 6, No. 9, September 2021

��������������������������������������������������������

ANALISIS PENGARUH BI RATE, INFLASI, DAN KURS RUPIAH TERHADAP SAHAM PERBANKAN LQ45 2014-2017

 

Wiwit Teguh Wijaya Setia Budi

Universitas Bakrie Jakarta, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Dalam perdagangan saham, sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang menjadi perhatian investor dan pemangku kepentingan. Faktor makro yang dianggap dapat mempengaruhi saham sektor perbankan diantaranya adalah BI rate. inflasi, dan kurs rupiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh BI rate, inflasi dan kurs rupiah terhadap harga saham emiten sektor perbankan indeks LQ 45 periode 2014-2017. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 4 (empat) emiten perbankan yang tetap berada di indeks LQ 45 selama periode 2014-2017. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Hasil penelitian menunjukkan: terdapat pengaruh yang signifikan dari BI Rate terhadap harga saham emiten sektor perbankan indeks LQ 45 periode 2014-2017. Inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham emiten sektor perbankan indeks LQ 45 periode 2014-2017. Kurs Rupiah per Dolar AS pada periode 2014-2017 memiliki pengaruh terhadap harga saham BBCA dan BBNI dan tidak berpengaruh terhadap harga saham BBRI dan BMRI.

 

Kata Kunci: harga saham; bi rate; inflasi; kurs rupiah; LQ 45

 

Abstract

In stock exchange, banking sector had attention from investors and stakeholders. Macro factors that are considered to have an effect on banking stock prices are BI rate, inflation, and exchange rate. This study aims to determine the effect of BI interest rates, inflation and the exchange rate of Rupiah per US Dollar on the stock prices of issuers in the banking sector index LQ 45 for the period 2014-2017. The sample in this study used 4 bank emiten that remained in the LQ 45 index during the 2014-2017 period. Data analysis method used in this study uses panel data regression analysis, with a significance level of 0.05 or 5%. The results showed: there was a significant influence of BI interest rates on the stock prices of issuers in the banking sector index LQ 45 for the 2014-2017 period. Inflation does not have a significant effect on the share prices of listed companies in the LQ 45 banking sector in the 2014-2017 period. The exchange rate of Rupiah per US Dollar in the 2014-2017 period had an influence on BBCA and BBNI stock prices and had no effect on BBRI and BMRI stock prices.

 

Keywords: stock price; BI rate; inflation; IDR to USD exchange rates; LQ 45

 

Received: 2021-08-20; Accepted: 2021-09-05; Published: 2021-09-20

 

Pendahuluan

Pasar saham adalah salah satu sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan modal, selain itu pasar saham adalah tempat bagi pemilik modal menanamkan dananya dalam bentuk saham di suatu perusahaan. Setelah saham suatu perusahaan berada di pasar saham baik melalui skema Initial Public Offering (IPO) maupun skema lainya seperti backdoor listing maka nilai saham dari perusahaan tersebut akan bergerak sesuai dengan permintaan dan penjualan dari saham tersebut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham adalah faktor makro ekonomi seperti BI Rate, inflasi dan kurs rupiah. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi perekonomian secara umum dan dianggap dapat mempengaruhi harga saham dari perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek.

Menurut (Basir & Fakhrudin, 2012), pasar modal dapat digunakan sebagai alternatif pendanaan/pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan selain perbankan. Peran tersebut semakin signifikan tatkala potensi ekonomi terus tumbuh dan berkembang sehingga perusahaan-perusahaan membutuhkan pendanaan untuk membiayai investasi dan perluasan usaha dan upaya untuk menangkap peluang-peluang bisnis.

Pemilik modal atau investor akan melihat kinerja perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk menjual atau membeli saham sebuah perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham Perseroan tersebut disamping faktor eksternal lainya.

Menurut (Rossy, 2018) sektor perbankan memberikan pengaruh yang sangat vital dalam perekonomian. Isu-isu terkait perbankan akan sangat mempengaruhi ekonomi secara makro, bahkan dalam beberapa kasus ekonomi perbankan dapat berpengaruh sistemik terhadap pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Kebijakan-kebijakan pemerintah dan regulator untuk menstimulus maupun menstabilkan perekonomian dapat mempengaruhi kondisi perbankan secara umum seperti kebijakan tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi kinerja perbankan nasional dimana kebijakan suku bunga bank �sentral atau BI rate di atur oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral di Indonesia.

Saat ini dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang maju, masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi-informasi yang berkaitan dengan makro ekonomi seperti BI rates, inflasi, dan kurs rupiah mudahnya akses tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham emiten khususnya index LQ 45. Menurut Bank Indonesia inflasi adalah kenaikan harga barang yang dapat mempengaruhi atau meluas terhadap harga barang lainya secara umum dan terus menerus (www.bi.go.id).

Menurut (Putri, Militina, & Michael, 2020) menyatakan bahwa nilai tukar/ exchange rate adalah nilai harga mata uang sebuah negara dibandingkan atau diukur dengan mata uang negara lainya. Menurut (Boediono, 2014) dalam (Wulandari, Sukadana, & Widnyana, 2019) inflasi adalah kecendrungan kenaikan harga umum secara terus menerus. Menurut (Rahardi, 2019) dalam (Rahadi & Stevanus, 2020) kurs rupiah dapat memberikan pengaruh terhadap return saham. Menurut (Hadi, 2013) emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum. Yaitu kegiatan penawaran efek yang dilakukan untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaanya (mencatatkan sahamnya di bursa efek). Informasi-informasi tersebut yang selanjutnya diolah oleh masyarakat dan investor sehingga didapatkan keputusan investasi termasuk pembelian saham maupun penjualan dari saham yang dipegangnya disebabkan oleh pengaruh masa depan dengan melihat faktor-faktor ekonomi makro tersebut. Menurut penelitian dari (Jamil & Ullah, 2013) faktor kurs dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh (Lee & Zhao, 2014) memperlihatkan adanya pengaruh faktor ekonomi makro terhadap harga saham perusahaan.

Pada penelitian ini dipilih sektor perbankan indeks LQ 45. Indeks LQ 45 merupakan indeks dimana perusahaan-perusahaan dengan aset besar termasuk perusahaan perbankan terdaftar. Dalam indeks ini jumlah saham yang diperdagangkan bernilai besar sehingga akan sangat minim permainan harga saham atau dapat dikatakan saham perbankan Indeks LQ 45 mencerminkan kondisi fundamental perusahaan. Perbankan sendiri merupakan faktor penopang perekonomian nasional dimana proses transaksi mata uang dan perekonomian terjadi, disisi lain saham-saham perbankan dengan aset terbesar yang terdaftar di Indeks LQ 45 memiliki pengaruh sistemik terhadap kondisi perekonomian nasional. Dari berbagai penjabaran diatas maka pada penelitian ini dipilih judul �Analisis Pengaruh BI Rate, Inflasi, dan Kurs Rupiah per Dolar AS Terhadap Harga Saham Emiten Sektor Perbankan Indeks LQ45 Periode 2014-2017�.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berjenis penelitian peristiwa (event study) atau studi peristiwa, penelitian peristiwa adalah penelitian yang menitik beratkan pada peristiwa yang terjadi dan pengaruhnya terhadap pasar yang informasinya dipublikasikan terhadap masyarakat (Jogiyanto, 2017).

Penelitian ini menggunakan data sekunder untuk mendapatkan data. Data yang digunakan berupa data yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder yang dimaksud adalah data terkait informasi mengenai harga saham sebagai variabel (Y) dan BI Rate (X1), inflasi (X2), kurs Rupiah per Dolar AS (X3).

Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari keterbukaan informasi perusahaan yang dapat diakses pada website bursa efek (idx.co.id), website Bank Indonesia.� Selain itu sumber data pada penelitian ini diperoleh dari jurnal, baik jurnal nasional maupun internasional, serta penelitian terdahulu.

 

Hasil dan Pembahasan

1.      Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji distribusi nilai residual pada model regresi normal atau tidak normal. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:

 

Tabel 1

Uji Normalitas

Series Residual

Included observations: 192

 

 

Jarque Bera

7.95805

Probability

 0.01870

 

 

 

 

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai Jarque-Bera sebesar 7.95 atau lebih besar dari dua, sedangkan probabilitas yang diperoleh bernilai lebih kecil dari α = 5% yaitu sebesar 0.018 Hasil tersebut menunjukan bahwa data penelitian ini berdistribusi normal.

2.      Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara residual satu observasi dengan observasi lainnya.� Dari hasil uji diperoleh hasil uji Durbin Watson menunjukan nilai sebesar 1.89 lebih besar dari 1.5 dan sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam penelitian ini.

3.      Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadi atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya dalam suatu model regresi. Berikut merupakan hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini:

Tabel 2

Uji White

Heteroskedasticity Test: White

 

    Prob. Chi-Square

0.963

 

Dari hasil uji dapat dilihat bahwa probabilitas Chi-Square sebesar 0, 963 lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

4.      Uji Multikolinieritas

Untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas dapat digunakan uji mulikolinieritas (Sugiyono, 2017). Pada model regresi yang baik, korelasi antar variabel independen sebaiknya dihindari.

 

Tabel 3

Uji Variance Inflation Factors

Variance Inflation Factors

Included observations: 192

 

 

 

 

 

Centered

Variable

VIF

 

 

 

 

C

 NA

X1

 2.085108

X2

 2.090303

X3

 1.244606

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat hubungan atau nilai koefisien antar variabel independen menunjukkan nilai koefisien dari variabel independen mempunyai nilai di bawah variance inflation factor (VIF) yaitu lebih kecil dari 10. Hal tersebut berarti bahwa ketiga variabel ini terbebas dari masalah multikolinearitas.

5.      Uji t dengan Metode Ordinary Least Square (OLS)

Metode OLS ini adalah estimasi dengan menggabungkan semua data-data time series dan cross section untuk melakukan estimasi parameter. Dalam pendekatan ols ini dimensi individu maupun dimensi waktu tidak diperhatikan oleh karena itu perilaku data objek tiap-tiap perusahaan dalam berbagai kurun waktu diasumsikan sama. Berikut merupakan hasil pengolahan data dengan metode OLS menggunakan program e-views 9:

 

Tabel 4

Hasil Penelitian OLS

OLS

BBCA

BBRI

BMRI

BBNI

Constant (coef)

6.090

8.695

12.333

14.247

(t statistic)

(2.341)

(2.899)

(3.457)

(3.551)

Suku Bunga (coef)

-0.118

-0.109

-0.113

-0.119

(t statistic)

(-7.537)

(-6.023)

(-5.256)

(-4.903)

Inflasi (coef)

-0.003

0.009

0.022

0.010

(t statistic)

(-0.270)

(0.635)

(1.290)

(0.572)

Kurs Rupiah (coef)

0.451

-0.026

-0.326

-0.512

(t statistic)

(1.664)

(-0.085)

(-0.877)

(-1.225)

 

6.      Uji t dengan Data Panel

Regresi data panel merupakan suatu metode pengolahan data yang menggabungkan antara data runtut waktu time series dengan data seksi silang cross section. Data-data objek yang runtut dalam beberapa periode disebut data time series. (contohnya harga saham, kurs mata uang, atau inflasi), sedangkan data cross section merupakan data objek pada suatu saat yang bersinggungan dengan data time series (Winarno, 2017).

Untuk menentukan nilai t dengan metode data panel proses mengolah data dapat dipilih beberapa model diantaranya adalah: common effect approach dan fixed effect approach yang termasuk dalam Ordinary Least Square (OLS) dan (GLS) (Widarjono, 2018).

 

 

Tabel 5

Hasil Penelitian Data Panel

Common Effect

Fixed Effect

Constant (coef)

10.341

10.341

Suku Bunga (coef)

-0.115

-0.115

(t statistic)

-2.236

-11.318

Inflasi

0.009

0.009

(t statistic)

0.238

1.205

Kurs Rupiah

-0.103

-0.103

(t statistic)

-0.116

-0.591

 

Dari hasil uji t dapat dilihat tingkat BI Rate mempengaruhi harga saham secara signifikan dengan arah negatif sedangkan inflasi tidak signifikan dengan arah positif, dan kurs rupiah mempengaruhi harga saham perbankan indeks LQ 45 dengan arah negatif.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa:

a.    Variabel X1 yaitu BI Rate mempengaruhi harga saham seluruh perbankan pada indeks LQ 45 dengan arah negatif.

b.   Variabel X2 yaitu Inflasi mempengaruhi harga saham rata-rata perbankan pada indeks LQ 45 dengan arah positif.

c.    Variabel X3 yaitu Kurs Rupiah mempengaruhi harga saham rata-rata perbankan pada indeks LQ 45 dengan arah negatif.

 

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan (arah positif maupun negatif) diantara variabel bebas yaitu tingkat BI Rate, Inflasi, dan Kurs Rupiah per Dolar AS terhadap variabel terikat yaitu harga saham perusahaan pada indeks perbankan LQ 45 periode 2014-2017 maka peneliti melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t metode OLS serta data panel yang diolah dengan menggunakan program eviews 9.

Pemilihan saham LQ 45 dalam penelitan ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang diharapkan murni dari perilaku pasar dikarenakan saham-saham yang terdaftar dalam indeks LQ 45 cukup likuid atau diperdagangkan dalam jumlah yang besar sehingga meminimalisir aksi jual beli saham sesaat atau dalam istilah saham gorengan, dimana sekelompok investor melakukan aksi jual ataupun beli dalam jumlah tertentu untuk meningkatkan performa saham namun disisi lain fundamental saham maupun aset perseroan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Jumlah saham beredar yang tinggi dengan tingkat aktivitas jual beli saham harian yang besar pada saham-saham indeks LQ 45 dapat mengurangi resiko terjadinya UMA/unusual market activity dan aksi insider trading yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini.

Dari hasil penelitian menggunakan data panel yang telah penulis lakukan diperoleh data-data yang memberikan informasi bahwa BI Rate memiliki pengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap harga saham perbankan indeks LQ 45 periode 2014-2017. Sedangkan inflasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan dengan arah positif dan kurs Rupiah memiliki pengaruh yang tidak signifikan dengan arah negatif terhadap harga saham perbankan yang terdaftar pada indeks LQ 45 Periode 2014-2017. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dimana diperoleh hasil bahwa BI Rate sebagai salah satu faktor makro ekonomi dapat mempengaruhi kinerja saham perbankan (Andriyani & Armereo, 2016).

Hasil uji t (parsial) penelitian ini BI Rate memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham seluruh perbankan dalam indeks LQ 45, hal tersebut disebabkan oleh tersedianya akses informasi yang mudah bagi investor. Akses informasi suku bunga tersebut selanjutnya memberikan stimulan kepada investor ataupun pemegang saham untuk melakukan aksi jual atau beli saham sesuai dengan prospek emiten/ perusahaan publik di masa yang akan datang. Aksi jual dan beli saham oleh para investor tersebutlah yang pada akhirnya mempengaruhi fluktuasi harga saham. Arah negatif pada hasil penelitian memiliki arti bahwa nilai BI Rate berkebalikan dengan harga saham perbankan yang dipengaruhinya. Harga saham dari keseluruhan perbankan pada indeks LQ 45 di penelitan ini meningkat secara signifikan dipengaruhi oleh penurunan BI Rate.

Pada periode 2014-2017 regulator yang mengatur kebijakan suku bunga yaitu BI melakukan penurunan suku bunga yang cukup signifikan dimana pada tahun 2014 tercatat sebesar 7.75% menjadi sebesar 4.25% pada periode 2017. Perubahan suku bunga oleh regulator tersebut cukup mempengaruhi kinerja saham perbankan. Suku bunga dasar yang tinggi sebesar 7.75% dapat mempengaruhi kemampuan perbankan dalam menyalurkan pembiayaan kepada debitur dikarenakan debitur akan terbenani bunga yang cukup tinggi. Di sisi lain suku bunga tinggi juga dapat membebani kinerja perbankan dikarenakan dana pihak ketiga yang disimpan oleh kresitur atau nasabah memiliki imbal hasil bunga yang tinggi.� Dengan adanya kebijakan penurunan suku bunga yang telah ditetapkan oleh regulator, perbankan selanjutnya memiliki kemampuan yang lebih banyak untuk menarik dana pihak ketiga maupun menyalurkan pembiayaan sehingga kinerja perbankan dapat bertumbuh secara cepat sehingga memberikan dampak positif kepada harga saham perbankan.

Dari penjabaran tersebut apabila investor ingin memperoleh return dari peningkatan harga saham perbankan makan dapat dicermati regulasi suku bunga dari bank sentral. Suku bunga bank sentral memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap peningkatan harga saham apabila mengalami pelonggaran dari nilai suku bunga tinggi ke suku bunga rendah sehingga investor dapat membeli saham perbankan apabila terdapat penurunan suku bunga dari tinggi ke rendah. Namun perlu telaah lebih lanjut bagaimana pengaruh terhadap harga saham perbankan apabila terdapat penurunan terhadap suku bunga yang sudah rendah.

Hasil penelitian pengaruh inflasi terhadap harga saham perbankan indeks LQ 45 pada penelitian ini tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Mgammal, 2012) dimana terdapat pengaruh dari inflasi. Tidak adanya pengaruh yang signifikan inflasi terhadap harga saham perbankan indeks LQ 45 pada penelitian disebabkan oleh faktor nilai inflasi yang cenderung stabil karena dijaga oleh pemerintah pada rentang tertentu sehingga tidak ada perubahan inflasi yang berarti secara tahunan. Hal tersebut dapat terlithat pada periode 2014-2017 tidak ada fluktuasi yang signifikan dari nilai inflasi sehingga tidak ada pengaruh terhadap harga saham perbankan indeks LQ 45 periode 2014-2017. Di sisi lain pada penelitan ini terdapat perbedaan antara bank swasta yaitu BBCA dengan bank BUMN yang tercatat di indeks LQ 45, perbedaan tersebut terkait arah harga saham terhadap inflasi dimana harga saham BBCA memiliki arah yang berlawanan atau negatif sedangkan bank BUMN searah atau positif namun nilai pengaruhnya tidak signifikan. Bagi� investor dengan nilai inflasi yang terjaga di rentang 3-5% maka pengaruh terhadap harga saham perbankan indeks LQ 45 tidak signifikan sehingga dengan rentang tersebut maka inflasi bukan merupakan faktor utama yang dijadikan patokan untuk membeli atau menjual saham perbankan pada indeks LQ 45. Disisi lain arah positif atau negatif memiliki arti bahwa untuk arah positif apabila terdapat peningkatan nilai inflasi maka harga saham dapat meningkat dan untuk arah negatif apabila terdapat peningkatan inflasi maka harga saham akan menurun.

Hasil penelitian pengaruh kurs Rupiah per Dolar AS terhadap harga saham perbankan indeks LQ 45, mengiterpretasikan adanya pengaruh nilai kurs rupiah per Dolar AS terhadap saham perbankan indeks LQ 45 Periode 2014-2017. Hal tersebut juga terlihat pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Suriani, Kumar, Jamil, & Muneer, 2015) dan (Suriani et al., 2015) dimana exchange rates memiliki pengaruh terhadap harga saham. Pada penelitian ini kurs Rupiah per Dolar As memiliki pengaruh terhadap harga saham BBCA dengan arah positif dan BBNI dengan arah negatif. Pengaruh positif tersebut berarti bahwa harga saham BBCA pada periode 2014-2017 meningkat seiring dengan peningkatan harga Dolar. Pada saham BBNI hasil penelitian menunjukan arah negatif yang berarti adanya penurunan harga saham BBNI pada periode 2014-2017 ketika harga dolar mengalami peningkatan. Pada penelitian ini pengaruh exchange rate pada BMRI dan BBRI memiliki arah negatif namun nilainya tidak terlalu signifikan.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan hasil analisis nilai harga saham perbankan pada indeks LQ 45 dipengaruhi oleh tingkat BI Rate dengan arah negatif atau terjadinya penurunan suku bunga berpengaruh positif terhadap harga saham perbankan indeks LQ 45 periode 2014-2017. Inflasi pada penelitian memiliki arah positif namun tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham indeks LQ 45 periode 2014-2017. Kurs Rupiah per Dolar AS berpengaruh dengan arah positif terhadap saham BBCA, dan berpengaruh negatif terhadap harga saham BBNI, sedangkan terhadap saham BBRI dan BMRI tidak berpengaruh dan memiliki arah negarif atau berlawanan dengan peningkatan harga Dolar terhadap Rupiah.


BIBLIOGRAFI

 

Andriyani, Ima, & Armereo, Crystha. (2016). Pengaruh suku bunga, inflasi, nilai buku terhadap harga saham perusahaan indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Orasi Bisnis: Jurnal Ilmiah Administrasi Niaga, 15(1). Google Scholar

 

Basir, Saleh, & Fakhrudin, Hendy M. (2005). Aksi Korporasi (Strategi untuk meningkatkan nilai saham melalui aksi korporasi). Jakarta: Salemba Empat. Google Scholar

 

Hadi, Nor. (2013). Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen Keuangan Pasar Modal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Google Scholar

 

Jamil, Maheen, & Ullah, Naeem. (2013). Impact of foreign exchange rate on stock prices. Journal of Business and Management, 7(3), 45�51. Google Scholar

 

Jogiyanto, Hartono. (2010). Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. BPFE. Yogyakarta. Google Scholar

 

Lee, Jung Wan, & Zhao, Tianyuan Frederic. (2014). Dynamic relationship between stock prices and exchange rates: Evidence from Chinese stock markets. Journal of Asian Finance, Economics and Business, 1(1), 5�14. Google Scholar

 

Mgammal, Mahfoudh Hussein Hussein. (2012). The effect of inflation, interest rates and exchange rates on stock prices comparative study among two GCC countries. International Journal of Finance and Accounting, 1(6), 179�189. Google Scholar

 

Putri, Lionintan Andini, Militina, Theresia, & Michael, Michael. (2020). Pengaruh Nilai Neraca Perdagangan Internasional Indonesia Terhadap Kurs Rupiah. Jurnal Ilmu Ekonomi Mulawarman (JIEM), 5(2). Google Scholar

 

Rahadi, Dedi Rianto, & Stevanus, Yosua. (2020). Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Milenial Terhadap Instumen Investasi Masa Depan: Studi Literatur. INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis Dan Manajemen Indonesia, 3(2), 162�177. Google Scholar

 

Rossy, Tiur Novi. (2018). Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Rupiah dan Tingkat Inflasi terhadap Harga Saham pada Sub Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI). JOM FISIP, 5(1). Google Scholar

 

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

 

Suriani, Seri, Kumar, M. Dileep, Jamil, Farhan, & Muneer, Saqib. (2015). Impact of exchange rate on stock market. International Journal of Economics and Financial Issues, 5(1S). Google Scholar

 

Widarjono, Agus. (2009). Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia. Google Scholar

 

Winarno, Wing Wahyu. (2017). Analisis ekonometrika dan statistika dengan eviews. Google Scholar

 

Wulandari, Ni Made Luisiana, Sukadana, I. Wayan, & Widnyana, I. Wayan. (2019). Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Automotive And Component Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Values, 1(1), 41�47. Google Scholar

 

Copyright holder:

Wiwit Teguh Wijaya Setia Budi (2021)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: