Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7,
No. 1, Januari 2022
� ���������
REKOMENDASI PEDOMAN
PENCEGAHAN COVID-19
PADA KASUS SANGAT TERINFEKSI DI INDONESIA
Hafiyyan
Dinan Ardiansyah, Nabilah Shafiyyah Rahmayati
Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia
Email:� [email protected],
[email protected]
Abstrak
Kasus pertama positif
COVID-19 terkonfirmasi di Indonesia diumumkan langsung oleh Presiden RI, Bapak
Joko Widodo. Dikatakannya, terdapat 2 WNI yang tertular virus Corona karena
kontak pada 14 Februari 2020 di Jakarta. Kondisi saat ini per-Agustus 2021
kasus positif yang terkonfirmasi di Indonesia mencapai jumlah 3,87 juta orang
dengan jumlah meninggal dunia sebanyak 119 ribu orang. Vaksin sudah masuk ke
Indonesia tetapi masih belum sepenuhnya didistribusikan untuk seluruh
masyarakat. Selain vaksin tindakan pencegahan lainnya masih sangat dibutuhkan. Sehingga, bagi warga
yang belum terpapar atau terinfeksi perlu lebih diperhatikan pencegahannya,
tidak menimbulkan cluster baru dan penyebaran virus lebih luas. Berbagai strategi
pencegahan dan intervensi non-obat merupakan kebutuhan bagi seluruh lapisan
masyarakat yang nantinya bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Metode yang digunakan pada jurnal ini adalah mencari dan
mengumpulkan data tentang COVID-19, preventif, kasus, dan lainnya. Hasil yang didapatkan adalah
metode-metode preventif untuk COVID-19. Misalnya, pembatasan sosial skala besar,
pemakaian masker, sering mencuci tangan, penggunaan sanitasi tangan, penggunaan
disinfektan dan konsumsi makanan bergizi dan herbal. Semua tindakan tersebut
akan berdampak besar pada berbagai aspek masyarakat. Kajian ini dirancang
dengan tujuan utama merekomendasikan masyarakat terutama yang belum terpapar,
untuk menghadapi pandemi ini dan dampak selanjutnya yang akan dibahas lebih
lanjut dalam makalah ini.
Kata Kunci: covid-19; Indonesia; strategi pencegahan; restriksi sosial
Abstract
The first confirmed positive case
of COVID-19 in Indonesia was announced directly by the President of the
Republic of Indonesia, Joko Widodo. He said, there were 2 Indonesian citizens
who positive with Corona virus due to
contact on February 14, 2020 in Jakarta. The current condition as of August
2021 confirmed positive cases in Indonesia reached 3.87 million people with 119
thousand deaths. The vaccine has entered Indonesia but is still not fully
distributed to the entire community. In addition to vaccines, other preventive
measures are still very much needed. Various prevention strategies and non-drug interventions
are a necessity for all levels of society which will benefit themselves and
others. The method used in this journal is to find and collect data about
COVID-19, prevention, cases, and others. The results obtained are methods of
prevention for COVID-19. For example, social activities, use of masks, frequent
hand washing, use of hand sanitation, use of disinfectants and consumption of
nutritious and herbal foods. All of these actions will have a major impact on. various aspects of society. This study was designed with
the main aim of recommending the public, especially those who have not been
exposed, to deal with this pandemic and its subsequent impacts which will be
discussed further in this paper.
Keywords: covid-19; Indonesia; prevention strategies; social restrictions
Received: 2021-12-20;
Accepted: 2022-01-05; Published: 2022-01-15
Pendahuluan
COVID-19
berasal dari Wuhan, Hubei di China pada akhir Desember 2019. Setelahnya, virus
ini telah menyebar di lebih dari 210 negara dan wilayah (Oey-Gardiner & Abdullah, 2021). Merupakan penyakit yang menyerang sistem
pernafasan dan disebarkan oleh Coronavirus 2 atau bisa disebut SARS-CoV-2
virus. Gejala pasien yang muncul menyerupai penyakit flu seperti, batuk kering,
sakit tenggorokan, demam tinggi, anosmia dan masalah pernapasan lainnya.
Penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 disebut COVID-19. COVID-19 ini dapat
menular dari manusia ke manusia dengan cepat sehingga menjadi epidemi yang
mengakibatkan krisis kesehatan global sampai saat ini. COVID-19, yang berasal
dari zoonosis. Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang ditularkan oleh hewan
pada manusia (Murdiati & Sendow, 2006). Pandemi COVID-19 ditetapkan sebagai bencana
global paling krusial dalam hal kesehatan dan juga merupakan tantangan terbesar
yang dihadapi umat manusia sejak Perang Dunia 2. Akibat dari kondisi tersebut
juga akan menghadirkan tantangan utama bagi sistem pelayanan kesehatan dan
kebijakan kesehatan masyarakat yaitu diterapkan di seluruh dunia, karena
memerlukan pengobatan baru dan strategi pencegahan untuk beradaptasi dengan
efek pandemi ini.
Data WHO
terbaru terkait COVID-19 terdapat lebih dari 208 juta orang yang terkonfirmasi
dengan lebih dari 4 juta kasus kematian dengan jumlah kasus baru terus
meningkat yaitu 105 ribu orang per-Agustus 2021 (WHO, 2020). Sementara di Indonesia terdapat 3,8 juta kasus yang terkonfirmasi dengan 119 ribu kasus
kematian dan kasus baru sebanyak 17 ribu kasus. Penyebab tingginya angka kasus
ini selain karena cepatnya penyebaran virus ini juga karena tingginya aktivitas
dari aspek sosial, ekonomi dan agama di Indonesia. Dampak dari situasi ini
adalah warga di Indonesia masih melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Tujuannya
untuk kelangsungan aspek ekonomi bagi kehidupan mereka.
Akibat dari
kegiatan ini, pemerintah membuat aturan normal baru. Berbagai strategi
pencegahan dianjurkan dari pemerintah, terutama bagi warga yang belum terpapar
dan yang belum tertular, seperti larangan sosial berskala besar, penggunaan
sanitasi tangan, sering mencuci tangan, penggunaan disinfektan, mengonsumsi
makanan bergizi dan vitamin yang berasal dari buah-buahan atau tanaman herbal,
penggunaan masker dan alat pelindung diri, dan yang terakhir diberlakukan
aturan karantina wilayah total jika diperlukan.
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
A.
Semua
Tentang COVID-19 dan Transmisinya
Kejadian awal
wabah COVID-19 bermula ketika seorang pasien pneumonia diduga terinfeksi dan
ada kaitannya dengan pasar ikan di kota Wuhan China pada akhir Desember 2019 (Zheng et al., 2020), yaitu
pasar adalah perdagangan jual beli satwa liar dan eksotik seperti kelelawar,
katak, ular, burung, trenggiling dan lain-lain. Virus SARS-CoV-2 berkaitan
dengan pasar ini karena virus tersebut berasal dari kelelawar. Berdasarkan
analisis filogenetik, total panjang genom SARS-COV-2 mirip dengan genom
kelelawar SARS-CoV, 88% identik, yang diasumsikan kemungkinan menjadi sumber
utama virus COVID-19 (Mashuri, Delima, & Rusny, 2020). Di
sisi lain, terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan adanya kemiripan pada
genom SARS-CoV yang berasal dari trenggiling, 91% identik.
Gambar 1
Etiologi SARS-CoV-2 (Panyod, Ho, & Sheen, 2020)
Profil
Coronavirus 2 ini sangat menular dan dapat ditularkan melalui droplet dan
kontak dekat. Jenis penularan dari virus COVID-19 antara lain penularan aerosol
dari manusia ke manusia, penularan virus terjadi karena kontak dekat dengan
orang yang telah tertular dan terpapar seseorang akibat batuk, bersin, dan
droplet cairan atau aerosol dari pernapasan. Aerosol dari respirasi ini dapat
menembus tubuh manusia (sistem pernafasan) melalui penghirupan melalui hidung
atau mulut (Phan, 2020);
(Althaus, Probst, Hauser, & Riou, 2020). Ada
laporan bahwa Virus COVID-19 dapat menginfeksi seseorang pada jarak sekitar 1,8
meter. Virus ini dapat bertahan selama 2 jam hingga beberapa hari sejak batuk
dan bersin sehingga droplet cairan akan menempel pada permukaan benda atau
tanah. Proses infeksi dimulai dari menyentuh benda atau permukaan yang terkena
virus.
Model infeksi
sel sangat mirip dengan SARS-CoV. Sasaran utama dari infeksi virus ini adalah
paru-paru dan dapat menempel pada reseptor sel paru. (Hernaningsih, 2021) melaporkan bahwa
pembelahan proteolitik yang terjadi pada protein SARS-CoV-S pada posisi
(S2') memediasi fusi membran dan infektivitas virus. Spektrum klinis individu
yang terinfeksi COVID-19 berkisar dari gejala ringan atau tidak spesifik hingga
gejala penyakit pernapasan akut seperti demam, batuk, kelelahan, sesak napas,
pneumonia, dan kegagalan sistem pernapasan yang sangat mirip dengan penyakit
virus corona lainnya (Backer, Klinkenberg, & Wallinga, 2020). Ada
juga laporan dari pasien dewasa dan anak-anak yang terinfeksi COVID-19. Data
yang dikumpulkan dari tiga rangkaian kasus besar menunjukkan hasil sebagai
berikut; Sebagian besar pasien dewasa menunjukkan gejala demam (92,8%), batuk
(69,8%), kesulitan bernapas (34,5%), mialgia (27,7%), sakit kepala (7,2%),
diare (6,1%), dan sakit tenggorokan (5,1%). Di sisi lain, pada pasien anak,
gejala yang muncul adalah demam, kelelahan, batuk, hidung tersumbat, pilek,
diare dan sakit kepala. Saat virus menginfeksi, tanda-tanda lain seperti
dispnea, sianosis, gejala sistemik yang terganggu lainnya termasuk malaise atau
kegelisahan, nafsu makan yang buruk juga dapat muncul. Dalam keadaan yang parah,
pasien yang lebih muda mungkin menunjukkan gagal napas.
B.
Dampak
Wabah Covid 19 Dari Berbagai Aspek
Banyaknya
penderita yang mati akibat peristiwa pandemi ini juga berdampak besar terhadap
kelangsungan hidup. COVID-19 telah mempengaruhi perekonomian secara global,
termasuk Indonesia. Untuk membatasi dan mengurangi penyebaran virus secara luas
di masyarakat, sebagian besar negara yang terkena dampak telah memutuskan untuk
menerapkan pembatasan sosial skala besar. Penerbangan internasional dan
domestik serta semua jenis transportasi bisnis telah dibatalkan. Karena batasan
sosial, semua transportasi dibatasi atau dihentikan untuk sementara waktu
kecuali transportasi untuk keperluan komoditas.
Pandemi COVID-19
telah melanda hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Semua
institusi pendidikan, komersial, olah raga dan spiritual atau keagamaan ditutup (Setiawan, 2020). Di
sektor industri yang paling menderita karena banyak yang tutup atau dihentikan
sementara akibat kejadian ini. Orang-orang yang bekerja di industri pariwisata
dan transportasi juga menghadapi kesulitan. Laju produksi
sudah sangat rendah. Perekonomian di negara berkembang saat ini menghadapi
ancaman inflasi tinggi dan meningkatnya pengangguran akibat kurangnya angka
produktivitas. Selain itu, lebih banyak pengeluaran akan digunakan untuk
bantuan medis dan rehabilitasi korban COVID-19 dan keluarga pasien.
Indonesia
menjadi sorotan di seluruh negeri terkait tingginya tingkat penularan COVID-19.
Pemerintah mengatakan pandemi ini menyerang semua sektor, terutama sektor
ekonomi. Banyak perusahaan di Indonesia mengandalkan sektor bisnis di
sekitarnya, termasuk dari luar negeri. Pasalnya, perekonomian di Indonesia
masih terkait dengan perekonomian global baik dari segi penawaran maupun
permintaan. Data yang dikumpulkan di sektor industri mengalami penurunan
sebesar 30% diikuti oleh perdagangan yang turun sebesar 18% dan kemudian
pertanian sebesar 11%. Karena semua angka penurunan drastis dari beberapa
sektor akan berdampak pada tenaga kerja di Indonesia. Sebanyak 3,8 juta pekerja
di wilayah Indonesia telah terkena dampak ekonomi dan sosial dari pandemi ini.
C.
Strategi
Tindakan Pencegahan
COVID-19 masih
menjadi ancaman global seperti halnya Indonesia sendiri, dimana setiap hari
masih banyak kasus positif dan membutuhkan respon cepat yang melibatkan seluruh
warga negara. Pemerintah harus bertanggung jawab dalam memberikan informasi
yang akurat dan tegas untuk membantu warga menghadapi pandemi ini. Selain itu,
warga juga harus mengikuti arahan dari pemerintah agar pandemi tidak menyebar.
Untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, beberapa strategi yang dapat
menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia yang belum atau belum terpapar.
Tujuannya untuk tindakan preventif agar tidak tertular dan kemungkinan angka
konfirmasi kasus menurun.
1.
Batasan Sosial Skala Besar
Hal
pertama yang harus kita lakukan selama pandemi ini adalah membuat jarak aman.
COVID-19 menyebar dan ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung
dan dekat. Dengan demikian, penyebaran penyakit pernafasan selama pertemuan
massal merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dengan potensi
penyebaran penyakit menular ini. Kunci utama untuk mengurangi penyebaran
COVID-19 adalah jarak sosial, yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
kontak antara orang yang terinfeksi dan orang lain yang tidak terinfeksi.
Penerapan
aturan pembatasan sosial tersebut dapat menimbulkan masalah, terutama bila
tindakan tersebut berdampak signifikan terhadap norma sosial, misalnya penduduk
Indonesia sebagian besar adalah etnis Jawa, dimana budaya Jawa memiliki taraf
sosial yang sangat tinggi. Contoh dari budaya ini adalah membuat mereka
bersalaman saat bertemu kerabat, mengadakan arisan keluarga atau kerabat, serta
acara atau kegiatan yang melibatkan banyak orang. Budaya ini dapat mempengaruhi
jarak aman yang harus diterapkan.
Selanjutnya
dampak pada norma agama karena penduduk Indonesia memiliki agama yang beragam
dan mayoritas adalah orang-orang yang taat pada agamanya, sehingga biasanya
mereka melaksanakan ritual peribadatan di tempat ibadah masing-masing dengan
melibatkan orang banyak. Terakhir, dampak
terhadap aspek ekonomi yaitu penduduk Indonesia pada khususnya memiliki
pekerjaan yang dituntut untuk dapat berinteraksi dengan orang lain.
Maka,
langkah strategis yang direkomendasikan ini, yaitu pembatasan wilayah berskala
besar yang akan memangkas penyebaran COVID-19 dan menurunkan angka kasus
positif terkonfirmasi di wilayah Indonesia akan berdampak signifikan terhadap
populasi. Memang strategi ini akan menimbulkan dilema bagi warga negara, namun
langkah ini paling baik terutama bagi masyarakat yang belum tertular dan belum
terpapar.
2. Penggunaan
Disinfektan
Hal
kedua yang harus dilakukan adalah menggunakan disinfektan dimanapun atau
kapanpun dibutuhkan, terutama permukaan yang sering disentuh. Permukaan suatu
benda merupakan tempat paling rawan penularan COVID-19, dari satu penularan ke
penularan lainnya. Tergantung pada sifat permukaan, pH, suhu dan kelembaban
relatif lingkungan, variasi waktu persistensi virus ini dari 1-9 hari. Area
permukaan yang berisiko tinggi terpapar atau terinfestasi virus ini harus
sering dirawat dengan disinfektan terbaik. karakteristik disinfektan yang ideal
adalah memiliki waktu kontak yang rendah dengan aktivitas antivirus yang
signifikan.
Secara
umum senyawa amonium, hidrogen peroksida, gugus alkohol (etanol, isopropil
alkohol, fenol), aldehida, asam hipoklorit, asam sitrat konjugat dengan ion
perak, natrium hipoklorit, natrium bikarbonat, dll merupakan bahan utama yang
dapat merespon aktivitas virus. Kelompok alkohol, etanol (78-95%) dan
isopropanol (70-100%) telah digunakan sebagai disinfektan yang efektif.
3. Penggunaan
Sanitasi Tangan
Hal
ketiga yang harus kita lakukan dalam pandemi ini adalah membawa sanitasi tangan
kemanapun. Penularan dari manusia ke manusia adalah cara penularan utama dari
wabah infeksi virus ini. Penularan COVID-19 ditularkan melalui droplet, batuk,
kontaminasi tangan/permukaan, dll. Namun, pencegahan penularan dari orang ke orang
dapat dikurangi dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan air atau
mendisinfeksi tangan dengan pembersih berbasis alkohol seperti yang
direkomendasikan oleh WHO. Sebuah laporan dari WHO menunjukkan bahwa
peningkatan penerapan praktik kebersihan tangan dapat mengurangi penularan
hingga 50%. Alkohol digunakan sebagai agen desinfektan yang umum dari zaman
kuno. Sifat disinfektan potensial alkohol bergantung pada kekuatan dan jenis
alkohol yang digunakan.
Namun di
sisi lain, penggunaan sanitasi tangan yang mengandung racun secara terus
menerus dan meningkat dapat mengakibatkan kematian; dapat dikonsumsi secara
tidak sengaja, penyerapan melalui kontak kulit dan sebagai cara bunuh diri.
Penggunaan sanitasi tangan berbahan dasar ethanol memiliki tingkat toksisitas
sistemik yang minimal. Mirip dengan etanol, ISO-propil alkohol memiliki
beberapa dampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sehingga
masyarakat perlu cermat dan bijak dalam memilih sanitasi tangan.
Menurut
rekomendasi WHO, Hidrogen peroksida dalam konsentrasi rendah aman bagi
kesehatan manusia dan berdampak rendah terhadap lingkungan. Perlu diperhatikan
kembali oleh warga, penggunaan sanitasi tangan pada anak harus diawasi oleh
orang tua karena tingkat toksisitas sanitasi tangan pada anak cukup tinggi jika
tertelan.
4. Penggunaan
masker dan perlindungan pribadi lainnya
Pencegahan
efektif lainnya dari penyebaran COVID-19 adalah penggunaan masker. Menurut WHO
menjelaskan COVID-19 dapat ditularkan melalui udara, droplet (Nugroho
et al., 2020).
Penularan infeksi terjadi dalam jarak pendek 1 meter dengan seseorang
didiagnosis sindrom pernafasan seperti batuk dan bersin. Droplet dengan
diameter> 5-10 mm berpotensi menempel pada mukosa mulut dan hidung kemudian
menginvasi lapisan epitel saluran pernafasan bagian atas dan saluran cerna.
Bukti penelitian telah menunjukkan dan melaporkan bahwa penggunaan masker
pelindung dapat membantu mengurangi penularan tuberkulosis hingga 50%
dibandingkan pasien tanpa masker.
Penggunaan
sarung tangan. Penularan melalui tangan yang terkontaminasi berkontribusi besar
terhadap penyebaran infeksi COVID-19. Analisis
menunjukkan bahwa frekuensi orang menyentuh wajah dan objek umum pada interval
waktu rata-rata 3,6 dan 3,3 kali per jam. Penggunaan sarung tangan nitril lebih
banyak diminati dibandingkan sarung tangan lateks karena tahan beberapa bahan
kimia, termasuk disinfektan tertentu seperti klorin.
Penggunaan
pelindung wajah. Adanya lendir di mata menjadikannya tempat yang bagus untuk
kelangsungan hidup virus. Oleh karena itu, disarankan oleh WHO untuk
menggunakan kaca pelindung transparan. Pelindung wajah yang baik dihasilkan
dari bahan acetate, propionate, dan polycarbonate yang memiliki kejernihan
visual serta kualitas optik yang baik.
5. Gizi seimbang pada masa
pandemi
Kementerian Kesehatan RI
mengeluarkan paduan gizi seimbang pada masa pandemic COVID-19. Makanan bergizi
seimbang sangat penting agar dapat meningkatkan imun tubuh. Makanan yang
dianjurkan untuk di makan berupa makanan pokok (sumber karbohidrat), lauk pauk
(protein) serta sayuran dan buah (sumber vitamin, mineral dan serat). Anjuran
lain dari pencegahan COVID-19 adalah mencuci sayur dan buah dengan bersih, memasak
lauk dengan matang dan mengurangi gula serta garam.
Konsumsi vitamin,
khususnya vitamin C merupakan salah satu intervensi farmakologis untuk
COVID-19. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pemberian vitamin C
iV 15g/hari seama 4 hari dapat menurunkan mortalitas komplikasi seperti ARDS
dan syok pada pasien COVID-19 (Truwit
et al., 2019). Selain itu, pemberian
vitamin C oral (6 g/hari) dapat mengurangi risiko infeksi atau mengatasi
gejala. Vitamin D juga membantu menguragi komplikasi terkait pneumonia dan
badai sikokin darin infeksi COVID-19 (Khan et al., 2020).
Selain asupan bergizi
seimbang, rutin berolahraga juga diperlukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh
dan sistem metabolisme. Istirahat yang cukup dan pikiran yang bahagia dapat
menurunkan hormon stress tubuh sehingga dapat meningkatan metabolisme.
Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah sekurang-kurangnya 30 menit secara rtin
3-5x seminggu.
6. Vaksinasi
Vaksinasi adalah proses di
dalam tubuh, dimana seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari
suatu penyakit sehingga apabila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut
maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan, biasanya dengan
pemberian vaksin. Menurut WHO terdapat 13 vaksin yang dapat digunakan untuk pencegahan
COVID-19. Contoh vaksin tersebut adalah Pfizer (sejak 31 Desember 2020), SII
dan AstraZeneca (sejak 16 Februari), Janssen (sejak 12 Maret 2021). Selanjutnya
ada Moderna (sejak April 2021), Sinoparm (7 May 2021) dan Sinovac (sejak 1 Juni
2021). Setelah vaksin terbukti aman dan efektif, vaksin harus
disahkan oleh regulator nasional, diproduksi dengan standar yang ketat, dan
didistribusikan. Per-9 September 2021 suda 70 juta orang mendapatkan vaksinasi
ke-1 dan 40juta orang sudah vaksinasi ke-2 dari target sasaran 208 juta orang.
Vaksinasi dapat
menghasilkan perlindungan terhadap penyakit dari hasil pengembangan respon imun
terhaadap virus COVID-19. Vaksinasi merupakan langkah
pengurangan risiko dari penyakit COVID-19 dan melawan virus jika terpapar. Vaksinasi juga
dapat melindungi orang-orang di sekitar, karena jika terlindungi dari
infeksi dan penyakit dapat tidak menulari orang lain. Hal ini sangat penting untuk
melindungi orang-orang yang berisiko tinggi terkena penyakit parah akibat
COVID-19, seperti tenaga kesehatan, orang dewasa yang lebih tua atau lanjut usia, dan
orang-orang dengan kondisi medis lainnya.
Vaksinasi merupakan
pencegahan agar tidak memiliki gejala yang lebih parah dan kematian. Vaksinasi
bukan obat yang jika diminum akan menghilangkan COVID-19. Selama 14 hari
pertama, perlindungan dari vaksin masih belum signifikan dan akan meningkat
secara bertahap.
Kesimpulan
Althaus, Christian L., Probst, Daniel, Hauser,
Anthony, & Riou, Julien L. (2020). Time is of the essence: containment of
the SARS-CoV-2 epidemic in Switzerland from February to May 2020. MedRxiv.
Google Scholar
Backer, Jantien A., Klinkenberg, Don, &
Wallinga, Jacco. (2020). Incubation period of 2019 novel coronavirus
(2019-nCoV) infections among travellers from Wuhan, China, 20�28 January 2020. Eurosurveillance,
25(5), 2000062. Google Scholar
Hernaningsih, Yetti. (2021). Aspek
Laboratorium Covid-19. Airlangga University Press. Google Scholar
Khan, Shahzar, Faisal, Shah, Jan, H.,
Usman, Hazrat, Zainab, Rimsha, Taj, Faqeer, Amrani, Rahma, & Tayyeb,
Muhammad. (2020). COVID-19: a brief overview on the role of vitamins
specifically vitamin C as immune modulators and in prevention and treatment of
SARS-Cov-2 infections. Biomed J Sci Tech Res, 28(3), 21580�21586. Google Scholar
Mashuri, Masri, Delima, Enggar Mareth,
& Rusny, Rusny. (2020). Turnitin Buku: Everything About Corona Mulai
dari Sejarah, Genom virus SARS-COV-2, analisis filogenetik, Mutasi Virus,
Keragaman Genetik, Epidemiologi COVID 19, Sumber Infeksi, Faktor Risiko,
Karakteristik Klinis, daftar obat, sampai tindakan pencegahan penyebaran virus
SARS-CoV-2. Dr. Alauddin University Press. Google Scholar
Murdiati, Tri Budhi, & Sendow,
Indrawati. (2006). Zoonosis yang ditularkan melalui pangan. Wartazoa, 16(1),
14�20. Google Scholar
Nugroho, Wahyu Dwi, Cahyani, Wulandari
Indah, Tobing, Alanish Shahnia, Istiqomah, Nur, Cahyasari, Intan, Indrastuti,
Murdewi, Sugondo, Priyo, & Isworo, Atyanti. (2020). Literature Review:
Transmisi Covid-19 dari Manusia ke Manusia di Asia. Journal of Bionursing,
2(2), 101�112. Google Scholar
Oey-Gardiner, Mayling, & Abdullah, M.
Amin. (2021). Ragam Perspektif Dampak Covid-19. Yayasan Pustaka Obor
Indonesia. Google Scholar
Panyod, Suraphan, Ho, Chi Tang, &
Sheen, Lee Yan. (2020). Dietary therapy and herbal medicine for COVID-19
prevention: A review and perspective. Journal of Traditional and
Complementary Medicine, 10(4), 420�427. Google Scholar
Phan, Tung. (2020). Genetic diversity and
evolution of SARS-CoV-2. Infection, Genetics and Evolution, 81,
104260. Google Scholar
Setiawan, Heri Cahyo Bagus. (2020). Redesign
Bisnis Pasca Pandemi Covid-19: Prespektif UMKM, BUMDes & Usaha Ekonomi
Pesantren. Mukmin Publishing. Google Scholar
Truwit, Jonathon D., Hite, R. Duncan,
Morris, Peter E., DeWilde, Christine, Priday, Anna, Fisher, Bernard, Thacker,
Leroy R., Natarajan, Ramesh, Brophy, Donald F., & Sculthorpe, Robin.
(2019). Effect of vitamin C infusion on organ failure and biomarkers of
inflammation and vascular injury in patients with sepsis and severe acute
respiratory failure: the CITRIS-ALI randomized clinical trial. Jama, 322(13),
1261�1270. Google Scholar
WHO. (2020). WHO Coronavirus Disease.
Zheng, Changcheng, Wang, Jinquan, Guo, Hui,
Lu, Zhaohui, Ma, Yan, Zhu, Yuyou, Xia, Daqing, Wang, Yinzhong, He, Hongliang,
& Zhou, Jian. (2020). Risk-adapted treatment strategy for COVID-19
patients. International Journal of Infectious Diseases, 94,
74�77. Google Scholar
Copyright holder: Hafiyyan Dinan
Ardiansyah, Nabilah Shafiyyah Rahmayati (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |