����� �Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
������ e-ISSN : 2548-1398
������ Vol. 3, No 7 Juli 2018
UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU SMP NEGERI 33 BANDUNG DALAM MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN����������������������������� E-LEARNING EDMODO MELALUI SUPERVISI
MULTI METODE
Yoyo Sunaryo
Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kota
Bandung
Email: [email protected]
Abstrak
Proses
pembelajaran yang terjadi dilingkungan sekolah harus diarahkan untuk
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik, khususnya
meningkatakan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dipengaruhi proses
pembelajaran. Proses pembelajaran harus melibatkan komponen tujuan, media,
bahan, dan metode pembelajaran, alat penilaian, serta kemampuan guru dalam memamfaatkan
teknologi dan informasi untuk memperkaya serta membuat pembelajaran menjadi
lebih menarik minat belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran e-learning edmodo menggunakan
teknologi dan informasi. �Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan sekolah, yaitu melaksanakan pembinaan bagi sekelompok
guru di suatu sekolah, melalui beberapa siklus, mengunakan sistem spiral
refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang dimodifikasi.
Strategi/Metode/Teknik Pembinaan yang digunakan adalah supervisi
multi metode. Pada siklus 1 menggunakann Observasi-Refleksi-Rekomendasi, dan
Focused Group Discussion, sedangkan pada siklus 2 menggunakan IHT, metode
Delphi, serta Observasi-Refleksi-Rekomendasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
setelah dilaksanakan supervisi multi metode, kemampuan guru dalam melakukan
register ke edmodo, create group materi pelajaran yang diampu, add� folder pada library, membuat note dan
fitur-fitur pembelajaran yang akan digunakan, sudah menunjukkan adanya
peningkatan, dari siklus I ke Siklus II. Siklus II mengakhiri pembinaan, dengan
indikator keaktifan guru telah diatas 80.00% dan Skor guru minimal 80.00 sudah
diatas 85%, yaitu sebesar 100%.
Pendahuluan
����������� Proses
pembelajaran yang terjadi dilingkungan sekolah harus diarahkan untuk
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik, khususnya
meningkatakan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa akan meningkat jika
kompetensi pedagogik dan profesional guru meningkat. Selain itu, proses
pembelajaran harus melibatkan komponen: tujuan, media, bahan, dan metode
pembelajaran, serta alat penilaian (Arikunto, 2003). Jika salah satu komponen
tidak ada maka proses pembelajaran kurang berhasil (Sudjana, 2001). Namun pada
kenyataannya dilapangan guru selalu menggunakan metode pembelajaran biasa atau
konvensional yang lebih terfokus pada guru dan bersifat satu arah.
����������� Siswa
hanya mendengarkan penjelasan guru, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi
kurang efektif. Selain itu penggunaan metode konvensional menyebabkan siswa
tidak mampu berpikir lebih tinggi, karena kurang memperoleh latihan-latihan
untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi (kemampuan sosial), dan kemampuan
bernalar (Cony, 1989). Kondisi tersebut diperparah dengan adanya data, masih
banyak guru yang belum memamfaatkan teknologi dan informasi untuk memperkaya
serta membuat pembelajaran menjadi lebih menarik minat belajar siswa.
����������� Pada
saat ini teknologi dan informasi berkembang sangat pesat. Informasi akan dengan
mudahnya diperoleh dari media internet termasuk informasi media pembelajaran,
materi, model, dan metode pembelajaran. Jadi bisa dibanyangkan jika guru tidak
menguasai teknologi dan informasi maka guru tersebut, akan sangat ketinggalan
informasi global yang sangat berharga untuk meningkatkan kompetensi pedagogik
dan profesionalnya sebagai pendidik (Barbara et all, 2008; Marfuah, 2011; &
Retno, 2003).
����������� Salah
satu upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam teknologi dan informasi,
diantaranya meningkatkan kemampuan guru tersebut dalam membuat media
pembelajaran berbasis internet. Hal inilah yang mendorong peneliti telah
melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru SMP
Negeri 33 Bandung dalam membuat media pembelajaran E-Learning Edmodo melalui
supervisi multi metode.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Sekolah yaitu melaksanakan pembinaan bagi sekelompok guru
di suatu sekolah, melalui beberapa siklus, mengunakan
sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang dimodifikasi (Sukidin
dkk, 2002; Sumarno, 2005; & Wiriaatmadja, 1999), dengan tahapan mulai dari
merencanakan pembinaan setiap siklus, pelaksanan pembinaan setiap siklus,
observasi pelaksanaan dan refleksi pembinaan setiap siklus, yang dilakukan dari
siklus I sampai siklus II dan seterusnya sampai diperoleh rekomendasi kemampuan
guru pada siklus terakhir tuntas. Indikator�
ketuntasan apabila telah mencapai 85 % subjek daya serapnya� ≥ 70 % (Depdikbud RI, 1994, dalam
Sudjana, 2001 dan Arikunto, 2003).
1. Strategi/Metode/Teknik
Pembinaan �
Strategi/Metode/Teknik
Pembinaan yang digunakan pada siklus 1 adalah Observasi-Refleksi-Rekomendasi, Focused Group Discussion, sedangkan pada
siklus 2 adalah IHT, metode Delphi, Observasi-Refleksi-Rekomendasi.
a. Setting Penelitian
Secara garus besar, prosedur siklus dilakukan melalui kegiatan
perencanaan (plan), siklus (act), observasi (observe) dan refleksi (reflect).
Adapun prosedur pengembangan model siklus yang
dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Bagan 1 di bawah ini :������������������
����� Bagan 1. Prosedur Pengembangan Model Siklus (Kemmis
dalam� Hopkin, 1993, dikutip Sukidin,
2002).
����� Prosedur
penelitian tersebut dilaksanakan dalam lima tahapan yaitu :
1)
Rencana tindakan pembinaan, yaitu merumuskan
rencana pembinaan setiap kali akan�
melaksanakan pembinaan� serta
fokus yang akan diamati selama pelaksanaan pembinaan
2)
Penilaian terhadap keterampilan guru dalam
membuat materi pelajaran dalam bentuk power point
3)
Observasi pembinaan guru, adalah proses
mendokumentasikan pengaruh, kendala, tindakan pembinaan, serta persoalan yang
mungkin ada, pada saat pembinaan berlangsung. Observasi dibantu oleh observer
(rekan kepala sekolah) sehingga observasi akan menjadi efektif dan efisien,
observer mengobservasi peneliti dan guru selama pelaksanaan pembinaan,
penelitipun mengamati proses serta kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, serta
mencatat kendala-kendala yang dihadapi guru. Hasil observasi itu mendasari refleksi untuk siklus yang telah
dilakukan dan dijadikan pertimbangan untuk menyusun rencana siklus selajutnya
4)
Refleksi, yaitu menjelaskan setiap
efek-efeknya dan kegagalan pelaksanaan. Rekomendasi ini hasil kolaborasi
antara� guru, peneliti dan observer serta
dengan kepala sekolah, untuk mendiskusikan kelebihan dan kekurangan serta
pengaruhnya dalam kegiatan pembinaan pada setiap siklus selama penelitian
dilaksanakan Diskusi balikan, dilakukan antara�
guru, peneliti,� observer serta
dengan kepala sekolah, terhadap hasil observasi. Hasil diskusi balikan
merupakan refleksi dari hasil observasi yang kemudian di interpretasi dan
dijadikan rencana untuk memperbaiki�
kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus yang telah dilaksanakan,
untuk diterapkan pada siklus selanjutnya
b. Subyek dan Waktu
Penelitian
Subyek
penelitian dalam penelitian ini adalah guru di SMP Negeri 33 Bandung. Jumlah
guru yang diteliti sebanyak� 21 orang.
Penelitian dilaksanakan dari� tanggal� 12 Juni � 24 Juli 2017.
c.
Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka
dalam penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut: (1) rencana
pelaksanaan pembinaan;� (2) pedoman
observasi aktivitas guru; (3) daftar chek aktivitas guru; (4) Instrumen
evaluasi guru dalam membuat media pembelajara E-Learning Edmodo; (5) format
observasi pembinaan; (6) format diskusi balikan; dan (7) Daftar hadir guru
d. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh pada setiap tahapan
siklus diolah dan dinalisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1)�� Kategori Data
Kategori Data dalam penelitian ini adalah : tingkat penguasaan dan
keterampilan guru dalam menggunakan informasi dan tekonologi (internet) dalam
melaksanakan pembelajaran
2)�� Interpretasi Data
�
Indikator�
keberhasilan penelitian siklus ini adalah ketuntasan pembinaan dan daya
serap guru. Pembinaan telah tuntas bila telah tercapai 85 % guru mencapai daya
serap ≥ 70 % (Depdikbud RI, 1994 dalam Sudjana, 2001). Untuk menghitung
persentase diatas dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
����������������������
�������������
����������DSK = (∑guru yang memperoleh tingkat
penguasaan ≥ 70%) X 100 %
�������������������������������������������������� � ��������Jumlah guru
��������� 3) Validitas data
Agar data yang
diperoleh sahih dan andal, maka dilakukan teknik triangulasi, yaitu dengan
melakukan beberapa siklus antara lain:
� Melakukan
pengecekan ulang dari data yang telah terkumpul untuk kelengkapannya.
� Melakukan pengolahan dan analisis ulang dari data yang terkumpul. �
� Membuat
perangkat test
� Pembuatan
lembar observasi untuk guru dan instrumen lainnya.
��������� 4)� Pelaksanaan Siklus
� Menerapkan
pembinaan �
� Mengobservasi aktifitas guru dan peneliti selama pembinaan belangsung
� Melaksanakan refleksi terhadap guru dan peneliti selama pembinaan
� Bersama observer (rekan kepala sekolah) memberikan rekomendasi dari hasil
pembinaan setiap siklus
5)
Evaluasi
� Observasi
keaktifan guru dan peneliti selama pembinaan �
� Observasi
pelaksanaan pembinaan �
� Diskusi balikan antara guru dengan peneliti, observer dan kepala sekolah
setiap menyelesaikan proses pembinaan
6)
Analisis dan
Refleksi
���������� Langkah-langkah
dalam refleksi siklus terdiri atas :
�
Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
yang sudah dan belum terpecahkan serta yang muncul selama siklus berlangsung.
�
Menganalisis dan merinci
pembinaan� yang telah dilakukan dan
efektifitas pembinaan berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi peneliti dan
guru.
�
Menentukan siklus
selanjutnya berdarkan hasil analisis refleksi yang dilakukan secara kolaborasi
atara guru, peneliti, observer serta kepala sekolah
Hasil
dan Pembahsan�
1.
Persiapan dan Pelaksaan Pembinaan dari Siklus
I � II
Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembinaan menunjukkan bahwa
kemampuan guru pada siklus II lebih baik dan tinggi dibanding siklus I, dengan
demikian kegiatan pembinaan pada siklus II berupa kegiatan IHT telah berhasil
dengan baik meningkatkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran
E-Learning Edmodo.� Peneliti dalam
melakukan diskusi balikan, selalu memperhatikan kekurangan-kekurangan yang ada
sehingga disempurnakan pada siklus selanjutnya. Catatan lapangan (lembar
observasi) dan lembar diskusi balikan telah mencatat perubahan yang terjadi.
Perubahan yang terjadi tidak hanya dari cara hasil pembinaan, tetapi dilihat
juga dilihat dari proses pembinaannya, yaitu aktivitas guru. Aktivitas guru dan
perolehan skor guru, selama pembinaan dari siklus I sampai siklus II telah mengalami
perbaikan dan peningkatan.
2.
Perubahan Aktivitas Guru dari Siklus 1 �
Siklus II�����������������������������������������
Proses pembinaan pada siklus II telah memperlihatkan adanya peningkatan
aktivitas guru dibanding pada siklus I, mulai dari melakukan register ke
edmodo, melakukan create group materi pelajaran yang diampu, melakukan add
folder pada library, membuat note dan membuat fitur-fitur pembelajaran yang
akan digunakan. Aktifitas guru selama pembinaan pada siklus
II dapat dilihat dari Tabel 1 dibawah ini.
Berdasarkan
hasil observasi aktivitas guru selama penelitian dari siklus I sampai siklus
II, dapat dilihat pada Tabel� 1 dibawah
ini.
Tabel 1.� Aktivitas Guru Selama Pembinaan dari Siklus I
� siklus II
Jumlah Guru & Prosentase |
Aktivitas Guru Selama Pembinaan pada Siklus
I - II |
|||||||||
Terampil melakukan register ke
edmodo |
Terampil melakukan create group
materi pelajaran yang diampu |
Terampil melakukan add folder
pada library |
Terampil membuat note |
Terampil membuat fitur-fitur
pembelajaran yang akan digunakan |
||||||
I |
II |
I |
II |
I |
II |
I |
II |
I |
II |
|
Jumlah Guru |
14 |
19 |
13 |
17 |
12 |
16 |
13 |
17 |
14 |
18 |
Prosentase |
66.67 |
90.48 |
61.90 |
80.95 |
57.14 |
76.19 |
61.90 |
80.95 |
66.67 |
85.71 |
����������� Data
pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melakukan register ke
edmodo dengan terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan.
Pada�� siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 14 orang
(66.67%), dan pada siklus II berjumlah 19 orang (90.48%).
�������� Kemampuan
guru dalam� melakukan create group materi
pelajaran yang diampu dengan terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami
peningkatan. Pada�� siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 13 orang
(61.90%), dan pada siklus II berjumlah 17 orang (80.95%).�
Berdasarkan data pada Tabel 1
kemampuan guru dalam melakukan����������������������� add� folder pada library dengan terampil dari
siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 12 orang
(57.14%), dan pada siklus II berjumlah 16 orang (76.19%).
Kemampuan guru dalam membuat note dengan
terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 13 orang
(61.90%), dan pada siklus II berjumlah 17 orang (80.95%).
Berdasarkan data pada Tabel 1 kemampuan guru dalam membuat
fitur-fitur pembelajaran yang akan digunakan dengan terampil dari siklus I
sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada��
siklus I guru yang benar-benar terampil berjumlah 14 orang (66.67%), dan
pada siklus II berjumlah 18 orang (85.71%).
3.
Skor�
Guru dari Siklus I � II
Berdasarkan hasil skor
guru dalam membuat media pembelajaran E-Learning Edmodo selama pembinaan,
menunjukkan adanya peningkatan skor guru pada siklus II dibanding siklus I.
Peningkatan skor guru dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2� Skor Guru dari Siklus I � II
No |
Kode Guru |
Nilai |
|
Siklus I |
Siklus II |
||
1 |
AA |
60 |
70 |
2 |
AB |
50 |
60 |
3 |
AC |
80 |
90 |
4 |
AD |
70 |
80 |
5 |
AE |
80 |
90 |
6 |
AF |
60 |
70 |
7 |
AG |
70 |
80 |
8 |
AH |
50 |
60 |
9 |
AI |
80 |
90 |
10 |
AJ |
70 |
80 |
11 |
AK |
80 |
90 |
12 |
AL |
50 |
70 |
13 |
AM |
60 |
70 |
14 |
AN |
60 |
70 |
21 |
AO |
80 |
90 |
16 |
AP |
80 |
90 |
17 |
AQ |
70 |
80 |
18 |
AR |
80 |
90 |
19 |
AS |
60 |
70 |
20 |
AT |
70 |
80 |
21 |
AU |
50 |
60 |
|
Rata-rata |
67.14 |
77.62 |
|
DSK |
57.14% |
85.71% |
Berdasarkan
data pada Tabel 2, dapat dijelaskan:
1)
Pada Siklus I, skor tertinggi adalah 80.00,
terendah 50.00 dan� rata-ratanya adalah
67.14 serta jumlah guru yang mengalami ketuntasan belajarnya sebanyak 12 orang
(57.14%)
2)
Pada Siklus II, nilai rata-rata harian
tertinggi adalah 90.00, terendah 60.00 dan rata-ratanya adalah 77.62 serta
jumlah guru yang mengalami ketuntasan belajarnya sebanyak 18 orang (85.71%).
4.
Analisis Hasil Penelitian.
1)
Pengaruh Pembinaan Terhadap Peningkatan
Aktivitas Guru dari Siklus I � Siklus II
Hasil observasi proses pembinaan dari siklus I
sampai Siklus II, menggambarkan bahwa aktivitas guru menunjukan pola yang
aktif, serta antusias mengikuti setiap sesi pembinaan. Hampir semua guru
berperan aktif membuat media pembelajaran������������������� E-Learning Edmodo, mulai
dari melakukan register ke edmodo, melakukan create group materi pelajaran yang
diampu, melakukan add folder pada library, membuat note dan membuat fitur-fitur
pembelajaran yang akan digunakan. Walaupun pada awalnya banyak yang belum
terampil tetapi pada siklus II sudah menunjukkan kemajuan yang sangat pesat.
2)
Pengaruh Pembinaan terhadap Kemampuan dan
Keterampilan Guru dalam Membuat media pembelajaran E-Learning Edmodo.
Hasil observasi proses pembinaan dari siklus I
sampai siklus II, menggambarkan bahwa skor guru menunjukan adanya peningkatan.
Peningkatan itu menunjukkan bahwa setiap guru telah melaksanakan dan mengikuti
tahap-tahap jalannya kegiatan pembinaan, serta menunjukan bahwa hampir semua
guru berperan aktif mengikuti setiap sesi pembinaan yang dilakukan oleh
peneliti. Sehingga pada saat dilaksanakan pengukuran
kemampuan dan� keterampilan guru dalam
membuat media pembelajaran E-Learning Edmodo, pada
siklus II, sudah 85.71% guru memperoleh skor 70.00 ke atas.
Selain itu proses bimbingan dan arahan selama proses pembinaan yang
dilakukan sudah diupayakan intensif. Sehingga guru tidak mengalami kesulitan
dalam melaksanakan proses pembinaan dalam membuat media
pembelajaran E-Learning Edmodo
�����������
Kesimpulan
1) Hasil proses pembinaan pada siklus I,
menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam melakukan register ke edmodo, melakukan
create group materi pelajaran yang diampu, melakukan add folder pada library,
membuat note dan membuat fitur-fitur pembelajaran yang akan digunakan masih
perlu ditingkatkan, kemudian skor rata-rata hasil pembinaan guru, belum
memuaskan yaitu 67.14. Aktivitas guru dalam siklus I, perlu ditingkatkan dan
harus diperbaiki pada siklus II.
2)�� Hasil proses pembinaan
pada siklus II, menunjukkan bahwa aktivitas pembinaan guru dalam melakukan
register ke edmodo, melakukan create group materi pelajaran yang diampu,
melakukan add folder pada library, membuat note dan membuat fitur-fitur
pembelajaran yang akan digunakan sudah menunjukkan adanya peningkatan. Skor� rata-rata hasil pembinaan guru sudah
meningkat menjadi 77.62, siklus II mengakhiri pembinaan, dengan indikator
keaktifan guru telah diatas 70.00% dan Skor�
guru minimal 70.00 sudah diatas 85%, yaitu sebesar 85.71%.
3)�� Selama
proses pembinaan mulai siklus I sampai siklus II, peneliti berusaha memotivasi
setiap guru dan melaksanakan bimbingan serta arahan secara intensif dan adil,
supaya setiap guru berpartisifasi dalam mengikuti setiap sesi pembinaan, mulai
dari melakukan register ke edmodo, melakukan create group materi pelajaran yang
diampu, melakukan add folder pada library, membuat note dan membuat fitur-fitur
pembelajaran yang akan digunakan.
Rekomendasi
Model pembinaan ini, tidak hanya diterapkan di
SMP Negeri 33 Bandung, tetapi bisa diterapkan pada SMP lainnya baik negeri
maupun swasta. Sehingga peningkatan pembinaan dapat terjadi secara menyeluruh.
Bagi pengawas lainnya model pembinaan ini bisa
dijadikan salah satu model pembinaan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru dalam membuat media pembelajaran E-Learning
Edmodo dalam pembelajaran.
BIBLIOGRAFI
______________
2008. Metode dan Teknik Supervisi.
Jakarta: Dirjen PMPTK.
Arikunto, S. 2003.
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:
�Bumi Aksara.
Barbara, S., et all. 2008. Vienna E-Lecturing (VEL): learning how to learn selft-regulated in an
internet-based blanded learning setting. �International journal on e-learning. (Online) Tersedia:
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=9&did=2180113171&SrchMode=
1&sid=1&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQ
D&TS=1228466890&clientId=68516 (8 November 2008).
Cony, S. 1989. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Marfuah. M.T 2011. Edmodo: Social Network Berbasis Sekolah. Available: http://p4tkmatematika.org/2011/12/edmodo-social-network-berbasis-sekolah.
Retno. 2003. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Rajawali.
Sudjana, 2001. Penelitian dan
Penilaian Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru.
Sujana, dkk. 2011. Buku Kerja
Pengawas. Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Badan PSDM dan PMP. Jakarta: �Kementrian Pendidikan Nasional.
Sukidin. 2002. Manajemen Penelitian.
Jakarta: Insan
Cendikia.
Sumarno, U. 2005. Penelitian Siklus.
Makalah. UPI. Tidak diterbitkan.
Udin S.W. 1992. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Winkell, W.S. 1993. Psikologi
Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Wiriaatmadja, 1999. Penelitian
Tindakan dalam Bentuk Siklus Sebagai Upaya Meningkatkan Kemahiran Profesional
Dosen di Perguruan Tinggi. Jurnal Mimbar Penelitian. No 30/Juli. UPI.