Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 10, Oktober 2021
EDUKASI DENGAN MEDIA BOOKLET DAN AUDIOVISUAL
TERHADAP PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN LUKA KAKI DIABETES
Gad Datak, Ester
Inung Sylvia, Dewi Puspitasari
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka
Raya, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected],
Abstrak
Luka kaki
diabetes merupakan masalah serius, karena sebagian besar penderita diabetes mellitus dirawat
karena mengalami luka diabetes dengan risiko amputasi yang tinggi. Pengetahuan tentang perawatan luka pada masyarakat perlu ditingkatkan terutama pada keluarga klien dengan luka
kaki dabetik agar keluarga dapat membantu dalam proses penyembuhan luka yang optimal. Media audiovisual dan booklet dapat menjadi media edukasi yang baik oleh petugas kesehatan. Penelitian
ini menggunakan jenis kuantitatif dengan desain penelitian
quasi eksperimen
(rancangan eksperimen semu) dengan rancangan
one gruop pretest posttest design yang dilaksanakan pada bulan Maret 2020. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling dengan jumlah 30 responden. Analisa data menggunakan
uji wilcoxon. Alat ukur
yang digunakan adalah kuesioner. Menunjukkan terdapat
peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi dengan media booklet dan audiovisual tentang perawatan luka kaki diabetes dengan p-value=0.000 <0.05 dan dilihat dari
nilai rata-rata selisih -6 point antara nilai rata-rata pretest dan posttest. Ada perbedaan
pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi dengan media booklet dan audiovisual tentang
perawatan luka kaki diabetes di Kota Palangka Raya.
Kata Kunci: pengetahuan; keluarga; luka kaki diabetes;
booklet; audiovisual
Abstract
Diabetes foot injury is a serious problem, because
most sufferers of diabetes mellitus are treated because they have diabetes
sores with a high risk of amputation. Knowledge about wound care in the
community needs to be improved, especially in the families of clients with diabetik foot injuries so that the family can assist in the
optimal wound healing process. Audiovisual media and booklets can be a good
educational media by health workers. This study uses a quantitative type with a research
quasi-experimental design quasi-experimental (design) with a one-group pretest
posttest design which was carried out in March 2020. Sampling used a purposive
sampling technique with a total of 30 respondents. Data analysis using Wilcoxon
test. The measuring instrument used was a questionnaire. Showing there was an
increase in knowledge before and after education with the media booklet and
audiovisual about the treatment of diabetic foot injuries with p-value= 0.000
<0.05 and seen from the average value of -6 points between the average value
pretest and posttest. There is a difference in knowledge before and after
education with the media booklet and audiovisual about the treatment of
diabetic foot injuries in Palangka Raya City.
Keywords: knowledge; family; diabetic
foot injury; booklet; audiovisual
Received: 2021-09-20; Accepted: 2021-10-05; Published: 2021-10-20
Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM)
adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat
penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para
pemimpin dunia. Prevalensi DM di Indonesia
mengalami peningkatan
yang signifikan yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Menderita penyakit DM dalam waktu yang lama dapat menyebabkan� masalah luka kaki karena sebagian besar
penderia DM dirawat karena mengalami luka diabetes dengan risiko amputasi yang
tinggi sebagai contoh tingkat kematian karena amputasi kaki diabetes sebanyak
39 � 80% setelah 5 tahun pasca amputasi, (Madanchi et al., 2013).
Studi pendahuluan yang dilakukan di
dapatkan di Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengan
pada bulan Januari 2020 didapatkan jumlah klien diabetes mellitus sekitar 1.393
orang pada tahun 2019 menunjukan masih banyak klien yang mengalami DM yang
artinya memiliki risiko komplikasi luka kaki diabetes. Jumlah klien komplikasi
luka kaki diabetes 3 bulan terakhir sekitar 24 orang dengan rata-rata klien
yang melakukan perawatan dalam sehari sekitar 2-3 orang. Kondisi luka klien
yang sudah buruk saat pertama datang ini diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan
klien dan keluarga dalam melakukan perawatan luka dan keterbatasan dalam
perawatan di pelayanan kesehatan. Keberhasilan diagnosa dan penyembuhan
pasien luka kronik integrasi antara tim interprofesional yang meliputi dokter,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan keluarga/pengasuh dalam penerapan
penyembuhan luka yang optimal oleh karena itu pengetahuan tentang perawatan
luka pada masyarakat perlu ditingkatkan terutama pada keluarga klien dengan luka
kaki dabetik agar keluarga dapat membantu dalam proses penyembuhan luka yang
optimal. Media audiovisual dan booklet merupakan media edukasi yang
baik oleh petugas kesehatan. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan pengetahuan sebelum
dan sesudah edukasi dengan media booklet
dan audiovisual tentang perawatan
luka kaki diabetes di Kota Palangka Raya.
Metode Penelitian
A. Responden
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling jenis
Purposive Sampling,
peneliti mengambil keluarga klien dengan ciri-ciri komplikasi luka kaki diabetes dan
keluarga klien yang sudah sembuh.� Pengambilan sampel untuk penelitian
menurut ketentuan WHO
minimal 30 responden yang dikemukakan
(Sugiyono, 2012).
Sehingga
dalam penelitian ini ditetapkan sampel sebesar 30 responden. Responden yang mengundurkan diri dalam kurun waktu
penelitian tidak termasuk menjadi responden.
B. Pengukuran
Instrumen penelitian ini menggunakan audiovisual (video) dan booklet
yang berisi materi tentang perawatan luka kaki diabetes serta kuesioner
sebagai instrumen pengumpulan data yang terdiri dari serangkaian pertanyaan
pengetahuan tentang perawatan luka kaki diabetes. Pengumpulan data berlangsung
selama 6 hari dengan kegiatan hari pertama yaitu kontrak waktu, menjelaskan kepada responden maksud dan tujuan penelitian, dan memberikan lembar persetujuan, kegiatan hari kedua
yaitu melakukan pretest dan edukasi kesehatan dengan media booklet dan audiovisual setelah
itu responden diminta untuk membaca
booklet dengan
mengisi lembar membaca di halaman akhir booklet kurang lebih 3 hari agar responden bisa memahami isi
booklet kemudian
dilakukan� posttest pada hari ke enam.
C. Analisis
Data
Penelitian ini menganalisis distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan, lama menderita DM dan berapa kali menderita luka kaki diabetes dan uji statistika
yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua kelompok yang berpasangan jika data tidak terdistribusi normal menggunkan Wilcoxon
test.�
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Tabel 1
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik
responden (n= 30)
Variabel |
Kategori |
Jumlah (N) |
Persentase
(%) |
Jenis Kelamin |
Laki � laki Perempuan |
13 17 |
43.3 56.7 |
|
Total |
30 |
100 |
Usia |
1-25 Tahun 26-45 Tahun >45 Tahun |
3 8 19 |
10 26.7 63.3 |
|
Total |
30 |
100 |
Hubungan Dengan
Pasien |
Saudara Kandung Suami/Istri Anak Kandung Orang lain |
2 19 6 3 |
6.7 63.3 20 10 |
|
Total |
30 |
100 |
Pekerjaan |
Tidak Bekerja Swasta PNS Wiraswasta Petani |
12 10 3 2 3 |
40 33.3 10 6.7 10 |
|
Total |
30 |
100 |
Pendidikan
Terakhir |
Tidak Sekolah SD SMP/MTS SMA/MA Perguruan Tinggi |
4 8 6 10 2 |
13.3 26.7 20 33.3 6.7 |
|
Total |
30 |
100 |
Lama Menderita
DM |
1-5 Tahun 6-20 Tahun >20 Tahun |
9 21 0 |
30 70 0 |
|
Total |
30 |
100 |
Berapa Kali
Menderita Luka Kaki Diabetes |
1 Kali >1 Kali |
24 6 |
80 20 |
|
Total |
30 |
100 |
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah seluruhnya adalah 30 responden. Mayoritas berjenis kelamin perempuan 17 (56.7%), mayoritas usia yaitu usia >45 tahun 19 (63.3), Karakteristik berdasarkan hubungan dengan pasien terbanyak adalah suami/istri 19 (63.3%). Karakteristik berdasarkan pekerjaan 18 (60%) bekerja, mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA/MA 10 (33.3%), jumlah lama menderita DM terbanyak 6-20 tahun 21 (70%), mayoritas mengalami 1 kali menderita luka kaki diabetes 24 (80%).
Tabel 2
Distribusi frekuensi pengetahuan tentang perawatan luka
kaki diabetes (n=30)
Variabel |
Hasil |
Pretest Minimal Maksimal SD Mean |
12 22 2.124 19.20 |
Posttest Minimal Maksimal SD Mean |
24 26 .805 25.20 |
Sumber: Data Primer 2020
Tabel 2. Nilai rata � rata
pengetahuan keluarga tentang perawatan luka kaki diabetes sebelum diberikan
edukasi kesehatan yaitu 19.20 meningkat menjadi 25.20 setelah diberikan edukasi
kesehatan. Dengan demikian dapat dilihat terjadinya peningkatan skor rata�rata
pengetahuan keluarga setelah pemberian edukasi kesehatan. Tabel diatas juga
didapatkan bahwa terjadi peningkatan nilai maksimal setelah diberikan edukasi
yaitu 26 dibandingkan dengan sebelum diberikan edukasi yaitu 22.
2. Analisa Bivariat
Tabel 3
Perbedaan pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah
edukasi dengan media booklet dan audiovisual (n=30)
Variabel |
Hasil
|
P Value |
Pretest Minimal Maksimal SD Mean Posttest Minimal Maksimal SD Mean Selisih |
12 22 2.124 19.20 24 26 .805 25.20 -6 |
.000 |
��������� *Uji Wilxocon test
Tabel 3 Terdapat perbadaan nilai
pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah dilakukan edukasi. Analisa bivariat
dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon
Signed Rank Tes dengan hasil adanya peningkatan rata-rata skor pengetahuan
sebelum dan sesudah perlakuan sebesar -6 dan Nnlai P value = 0,000.� Maka dapat
disimpulkan Ha diterima yang artinya ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan edukasi kesehatan dengan media booklet dan audiovisual tentang perawatan luka kaki diabetes di Kota Palangka
Raya.
B.
Pembahasan
1.
Pengetahuan
keluarga sebelum diberikan edukasi kesehatan dengan media booklet dan audiovisual �tentang perawatan luka kaki diabetes
Hasil penelitian yang didapatkan ada
beberapa responden yang memiliki pengetahuan di atas rata-rata dan masih ada
pula yang dibawah rata-rata tentang perawatan luka kaki diabetes. Pengetahuan
yang baik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni usia, semakin tua usia seseorang maka
perkembangan psikologi dan mental seseorang akan semakin baik (Notoadmodjo, 2014).
Mayoritas usia responden >45 tahun yaitu 19 (63.3%). Penelitian (Sundari, Harjanto, & Aulawi, 2009)
bahwa terdapat hubungan usia dengan pengetahuan karena pada kelompok usia
<50 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik dari pada usia >60
tahun.� Hal ini dapat dijelaskan bahwa
saat semakin cukup usia� tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja,
tetapi seperti yang dinyatakan Verner dan Davison bahwa adanya 6 faktor fisik
yang dapat menghambat proses belajar pada orang dewasa diantaranya gangguan penglihatan
dan pendengaran sehingga membuat penurunan pada suatu waktu dalam kekuatan
berfikir dan bekerja. Sehingga melalui pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya, pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, lingkungan dan faktor
intrinsik lainnya dapat membentuk pengetahuan seseorang dalam jangka waktu yang
lama dan akan tetap bertahan sampai tua.
Karakteristik tingkat pendidikan terbanyak
SMA/MA, sehingga dapat dikatakan pendidikan tinggi. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam pembentukan perilaku seseorang. (Notoadmodjo, 2012) mengatakan pengetahuan
yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi seberapa banyak informasi yang
diperolehnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Orang yang
berpendidikan lebih tinggi punya kesempatan yang luas untuk terpapar berbagai
informasi. Informasi adalah salah satu faktor pembentuk pengetahuan. Semakin
banyak memperoleh informasi, maka semakin baik pula pengetahuan yang dimiliki
seseorang, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperoleh, maka semakin
kurang pengetahuanya. Pengetahuan di bawah rata-rata dapat juga terjadi karena
responden masih belum mempunyai informasi yang cukup tentang bagaimana cara
melakukan perawatan luka kaki diabetes.
Pekerjaan terbanyak adalah 18 (60%)
responden bekerja. Hasil penelitian (Sentana & Surya, 2017)
bahwa pekerjaan akan mempengaruhi pengetahuan karena pekerjaan seseorang dapat
mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang diterima, informasi tersebut akan
membantu seseorang dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada. Sesuai dengan hasil yang didapat oleh peneliti bahwa
pekerjaan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pengetahuan pasien DM
tentang perawatan luka kaki. Karena ibu rumah tangga /orang yang tidak bekerja
kurang berinteraksi dengan tenaga medis memiliki pengetahuan tentang kesehatan
yang kurang.
2.
Pengetahuan
keluarga setelah diberikan edukasi kesehatan dengan media booklet dan
audiovisual� (video) tentang perawatan
luka kaki diabetes
Hasil penelitian setelah diberikan edukasi
tentang perawatan luka kaki diabetes nilai terendah yang diperoleh oleh
responden adalah 24 dan nilai tertinggi 26.��
Rata � rata nilai pengetahuan responden setelah diberikan edukasi adalah
25.20 dari hasil penelitian yang didapatkan menunjukan responden memiliki
peningkatan nilai rata-rata. Pengetahuan seseorang akan meningkat ketika
mendapatkan edukasi kesehatan mengenai perawatan luka kaki diabetes, semua
langkah-langkah pada perawatan luka kaki akan diketahui seperti: cara mencuci
luka, memilih topical terapi dan membalut luka. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Buzarudina, 2013) bahwa terdapat perubahan
nilai antara sebelum dilakukan edukasi pendidikan kesehatan dan setelah
dilakukan edukasi pendidikan kesehatan.
Edukasi kesehatan adalah kegiatan edukasi
kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan
bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 2013).
Metode edukasi dapat dilakukan perorangan, kelompok dan massa. Metode edukasi
kesehatan perorangan yang dapat digunakan edukasi kesehatan antara lain
bimbingan, edukasi dan wawancara (Notoatmodjo, 2012).
Media edukasi adalah sarana yang digunakan
untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator baik
melalui media cetak seperti booklet, leaflet, flip chart, atau poster ataupun melalui media elektronik
seperti televisi, radio, video, slide
dan film strip dan media papan (billboard)
(Notoatmodjo, 2012).
Hasil ini menunjukkan bahwa setelah diberikan edukasi kesehatan berupa edukasi
dengan didukung pengguanan media booklet
dan audiovisual (video) secara
perorangan (home visite). Dimana hal
tersebut memberikan keuntungan seperti meningkatkan pengertian yang lebih baik,
membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama, membantu memberikan konsep
pertama atau kesan yang benar, dan membuat responden lebih fokus karena
perorangan. sehingga responden mudah mendapatkan informasi, mengingat dan
menangkap pembelajaran dengan baik.
3.
Perbedaan
pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah edukasi dengan media booklet dan
audiovisual� tentang perawatan luka kaki
diabetes
Hasil analisis data didapatkan peningkatan
rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah perlakuan sebesar -6 dengan P value = 0,000 menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan edukasi
kesehatan dengan media booklet dan audiovisual tentang perawatan luka kaki
diabetes di Kota Palangka Raya. Sejalan dengan hasil penelitian Andriyanto (2017)
terdapat perbedaan pengetahuan perawatan kaki sebelum dan sesudah diberikan
edukasi tentang perawatan kaki diabetik.
Pada penelitian ini perlakuan hanya
diberikan pada satu kelompok saja, tanpa ada kelompok kontrol (pembanding)
dengan media yang lain, sehingga penelitian ini tidak dapat mengetahui sejauh
mana efektifitas edukasi kesehatan dengan menggunakan media booklet dan audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan. Pengetahuan kesehatan
seseorang dapat ditingkatkan dengan dilakukan edukasi kesehatan yaitu upaya
untuk mempengaruhi seseorang maupun kelompok seperti yang diharapkan oleh
peneliti atau pemberi edukasi. Pelaksanaan edukasi kesehatan diselingi dengan
adanya sesi tanya jawab dari responden terkait materi perawatan luka kaki
diabetes yang diberikan sehingga ada feedback
dari responden, hal ini membantu meningkatkan pengetahuan pada materi yang
diberikan. Proses membaca menghasilkan pengetahuan, proses yang dapat masuk
dalam otak manusia yaitu 10% proses dari hal-hal yang dibaca, 20% proses dari
hal-hal yang dilihat, 30% proses dari hal-hal yang didengar dan dilihat serta
50% dari yang dilihat dan didengar, sehingga seseorang mudah untuk memahami
pengetahuan yang didapat pada saat diberikan pendidikan kesehatan dengan
menggunakan media (Budioro, 2007).
Proses pembelajaran yang baik memerlukan sebuah media dan metode yang tepat
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien (Astuti, 2012).
Hal ini sejalan dengan pernyataan (Sanaky, 2013) yang menyatakan bahwa
media pembelajaran merupakan suatu alat, metode dan teknik yang digunakan untuk
lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi dalam proses pembelajaran.
Media yang digunakan dalam edukasi
kesehatan adalah media booklet dan audiovisual (video), media video
merupakan salah satu jenis media audiovisual.� Media audiovisual
adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan
dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal
dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran (Arsyad, 2011).
Media audiovisual sangat efektif
karena media ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu menimbulkan kesan ruang
dan waktu, penggambarannya bersifat 3 dimensional dapat menyampaikan realitas
yang sesungguhnya (Notoatmodjo, 2012).
Peningkatan skor pengetahuan pada penelitian ini didukung dengan adanya media
video dimana durasi video pada penelitian ini 11 menit, durasi video akan
mempengaruhi seseorang dalam ketertarikan dan menyerapan informasi. Penelitian (Kurniasari & Wardani, 2017) menunjukkan bahwa
pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pemberian media video karena video dapat
mencerminkan adanya penyerapan informasi yang lebih efektif dengan menggunakan
indera penglihatan dan pendengaran serta dapat meningkatkan pengetahuan
dibandingkan hanya menggunakan indera penglihatan.
Media pendidikan lain yang tidak kalah
menariknya adalah media booklet. Pada
penelitian ini booklet berjumlah 15
halaman, terbukti efektif untuk peningkatan booklet
dicetak di kertas yang tebal, ukurannya kecil dan adanya warna dan gambar yang
menarik sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana sehingga responden tidak jenuh
untuk membacanya. Sejelan dengan pendapat (Unoharzah HB, 2010) Booklet
merupakan media yang menarik karena dapat menstimulasi indra penglihatan
sehingga lebih mudah dalam penyampaian informasi dan dapat dibaca sewaktu-waktu
serta mudah untuk di bawa kemana-mana. Booklet
dan audiovisual dapat digunakan
sebagai alat untuk membantu kegiatan edukasi yang harus terus diberikan oleh
petugas kesehatan untuk klien mengingat kembali dan memonitor penyakitnya.
Penelitian sejenis dilakukan (Andriana, 2016) metode quasy eksperimen
dengan design one group pretest posttest. Sampel yang digunakan sebanyak 18
responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan analisis data
menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh
tingkat pengetahuan suami sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
media booklet dan audiovisual dalam perawatan tali pusat
dengan p value= 0.000.
Kesimpulan
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden perempuan, mayoritas usia >45 tahun, hubungan dengan pasien terbanyak
adalah suami/istri, berpendidikan SMA/MA, mayoritas responden bekerja, karakteristik berdasarkan lama menderita DM terbanyak lebih dari lima tahun dan paling banyak responden mengalami satu kali menderita luka kaki diabetes.
Ada peningkatan pengetahuan
keluarga sebelum dan sesudah diberikan edukasi kesehatan tentang perawatan luka kaki diabetes di Kota Palangka
Raya dengan P value = 0,000 dan selisih
nilai rata-rata -6 pada pretest dan posttest.
Ada perbedaan yang signifikan
sebelum dan sesudah diberikan edukasi kesehatan dengan media booklet
dan audiovisual tentang perawatan
luka kaki diabetes di Kota Palangka
Raya dengan P value = 0,000 < � 0,05.
Andriana, Nana. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media
Booklet Dan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Suami Dalam Perawatan Tali
Pusat Pada Bayi Baru Lahir Diruang Baitun Nisa 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang. Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Google Scholar
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Astuti, Siti Irene. (2012). Peran Sekolah dalam Pendidikan Karakter dengan
Pengembangan Model Pembelajaran Holistik dan Kontekstual. In Lembaga
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Yogyakarta.
Azwar, S. (2013). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta:
Pustaka Pelajar. Google Scholar
Budioro, B. (2007). Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat.
Semarang: Universitas Diponegoro. Google Scholar
Buzarudina, Frisa. (2013). Efektivitas penyuluhan kesehatan reproduksi
remaja terhadap tingkat pengetahuan siswa sman 6 kecamatan pontianak timur
tahun 2013. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 3(1). Google Scholar
Jannah, Muliatul. (2017). Tingkat Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Sadari
Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Pondok Pesantren Addainurriyah Ii
Semarang. Dinamika Kesehatan, 8(1), 257�265.
Google Scholar
Kurniasari, Lia, & Wardani, Ayu Ida. (2017). Pengaruh Media Video
Terhadap Pengetahuan Terhadap Pengetahuan Dalam Pencegahan Perilaku Seks
Pranikah Siswa SMP. In Prosiding Seminar Nasional.
Madanchi, et al, Madanchi, et al., Madanchi, et al., Madanchi, et al.,
Madanchi, et al., & Madanchi, et al. (2013). Who are diabetic foot
patients? A descriptive study on 873 patients. Journal of Diabetes and
Metabolic Disorder. Google Scholar
Notoadmodjo. (2012). Prinsip dasar ilmu kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo. (2014). Prinsip dasar ilmu kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama.
Sanaky, Hujair A. H. (2013). Media pembelajaran interaktif-inovatif. Yogyakarta:
Kaukaba Dipantara. Google Scholar
Sentana, I. Komang Agus Dharma, & Surya, Ida Bagus Ketut. (2017). Pengaruh
Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional terhadap Turnover Intetion.
Udayana University. Google Scholar
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND.
Bandung: Alfabet.
Sundari, A., Harjanto, D., & Aulawi, K. (2009). Gambaran Tingkat
Pengetahuan Tentang Ulkus Diabetik Dan Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. 4, pp. �181�190. Google Scholar
Unoharzah HB, Lamatenggau. (2010). Teknologi komunikasi dan informasi
pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Copyright
holder: Gad Datak, Ester Inung Sylvia, Dewi Puspitasari (2021) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article
is licensed under: |