Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6,
No. 10, Oktober 2021
�
RESPON MIKRO ORGANISME
LOKAL BONGGOL PISANG TERHADAP PRODUKSI KACANG PANJANG (VIGNA UNGUICULATA)
Sofyan Samad, Helda Sabban, Hayun
Abdullah, Sugeng Haryanto, Shubzan
Anandi Mahmud, Jusmin Hairil
Faculty
of Agriculture, Khairun University,
North Maluku, Indonesia
Email:� [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Kacang panjang adalah sayuran meningkatkan kecerdasan. Tujuan mengetahui respon mikro organisme lokal (MOL) bonggol pisang terhadap produksi tanaman kacang panjang. Tempat di kelurahan Fitu Kecamatan Ternate Selatan dari bulan September - Oktober 2019. Bahan benih kacang
panjang, air kelapa, mikro ordanisme lokal (MOL) bonggol pisang, air cucian beras, gula. Rancangan acak kelompok 1 faktor dan 3 ulangan. Perlakuan dengan 5 taraf pupuk MOL bonggol pisang yaitu tanpa MOL bonggol pisang per lite air (B0)., MOL bonggol
pisang 400 ml��� per lite air (B1)., MOL bonggol pisang 800 ml per lite air (B2)., MOL bonggol pisang 1200 ml per lite air (B3). MOL bonggol pisang 1400 ml per lite air (B4). Hasil analisis ragam menunjukkan pupuk organik cair mikro
organisme lokal (MOL) bonggol pisang pada dosis 1400 ml
(B4) menhasilkan tinggi tanaman 17 cm dan 14 helai hal ini terjadi
pada umur 14 HST. Demikian
juga komponen jumlah bunga terbentuk 5 bunga panen pertama
dan 5 bunga panen kedua, jumlah polong
terbentuk 8 polong panen pertama dan 8 polong panen kedua.
Komponen panjang polong 82 cm panen pertama dan panjang polong 83 cm panen kedua. Sedangkan diameter polong 4 mm panen pertama dan diameter polong 5 mm panen kedua. Komponen
bobot polong 387 g panen pertama dan 437 g panen kedua. Pupuk
organik cair mikro organisme lokal bonggol pisang sangat baik untuk digunakan
peningkatkan produksi tanaman kacang panjang dan tanaman hortikultura lainnya.
Kata Kunci: MOL bonggol
pisang; produksi; kacang panjang
Abstract
Long beans are a vegetable
that increases intelligence. The goal is to determine the response of local
micro-organisms (MOL) of banana weevils to the production of long bean plants.
Place in Fitu village of South Ternate Subdistrict
from September - October 2019. Long bean seed ingredients, coconut water, local
micro ordanism (MOL) banana weevil, rice laundry
water, sugar. Random design of groups of 1 factor and 3 repeats. Treatment with
5 levels of mol fertilizer banana weevil is without MOL weevil banana per lite
water (B0)., MOL weevil banana 400 ml per lite water (B1)., MOL weevil banana
800 ml per lite water (B2)., MOL weevil banana 1200 ml per lite water (B3).,
MOL weevil banana 1400 ml per lite water (B4). The results of the variety
analysis showed the liquid organic fertilizer of local micro-organisms (MOL)
banana weevil at a dose of 1400 ml (B4) resulted in a plant height of 17 cm and
14 strands of this occurred at the age of 14 HST. Likewise
the component of the number of flowers formed 5 first harvest flowers and 5
second harvest flowers, the number of pods formed 8 first harvest pods and 8
second harvest pods. The long component of the pod is 82 cm the first harvest
and the length of the pod is 83 cm of the second harvest. While the diameter of
the pod is 4 mm the first harvest and the diameter of the pod is 5 mm the
second harvest. The component weights the first 387 g of the pod and the second
437 g of the harvest. The liquid organic fertilizer of local micro-organisms of
banana weevils is excellent for use to increase the production of long bean
plants and other horticultural plants.
Keywords:� MOL banana
weevil; production; long beans
Received: 2021-09-20; Accepted: 2021-10-05; Published: 2021-10-20
Pendahuluan
Kacang panjang (vigna unguiculata) tanaman legume yang menghasilkan polong dan
merupakan sayuran masyarakat yang memiliki vitamin, mineral sebagai sumber
protein nabati untuk meningkatkan kecerdasan. Morfologi kancang panjang
merupakan tanaman semak, menjalar dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang
tegak, silindris,berwarna hijau, daun majemuk berseling. Memeliki akar tunggal,
bunga berwana hijau keputihan, putik bertangkai berwarna kuning dan� polong bewarna hijau (Khalida, 2018).
Permintaan masyarakat akan sayuran kacang panjang meningkat� dan untuk mewujudkan kebutuhan akan sayuran
maka dilakukan penganeka ragaman budidaya untuk meningkatkan produksi kacang
panjang yaitu dengan mengunakan MOL bonggol pisang sehingga sayuran kacang
panjang tersedia di pasaran. Kacang panjang tumbuh� 0-800 meter dari permukaan laut (dpl) (Zaevi, Napitupulu, & Astuti, 2014). Kacang
panjang merambat yang dibudidayakan. Memiliki Akar bersimbiosis dengan bakteri
Rhizobium sp (Samad, Mahmud, & Maricar, 2020). Budidayakan
musim hujan. Parit bedengan� untuk
membuang (Kem, 2017).
MOL bonggol pisang sebagai pupuk organik
cair merupakan alternatif untuk meningkatkan produksi. Bonggol pisang
mengandung mikrobia pengurai bagian luar dan dalam. Sumatera Selatan
sentra produksi pisang di Indonesia (Sunnara & Khastrifah, 2009).
Bonggol pisang pupuk organik untuk�
tanaman (Rukmana, 2001).
Bonggol pisang sebagai sumber mikroorganisme pengurai atau dekomposer� (Waluyo, 2008).
Pupuk organik bonggol pisang merupakan pupuk ramah lingkungan (Rini, 2011).
Selain itu� sebagai pengurai bahan
organik cair bonggol pisang yaitu jenis Bacillus� sp., Aeromonas sp.,� Aspergillus nigger (Suhastyo, 2011).
Pupuk ditambahkan ikan dalam pupuk�
meningkatkan hasil tanaman� (Zulia & Zulfahmi, 2017).
Dekomposisi menjadi� organik dan berfungsi
sebagai nutrisi tanaman (Panudju, 2011).
Unsur� P dalam bonggol pisang� berguna untuk pembungaan dan pembentukan buah
(Setianingsih, 2009).
Tujuan penelitian� mengetahui respon
pemupukan bonggol pisang terhadap buah kacang panjang. Pada penelitian
terdahulu menunjukan bahwa penggunan MOL bonggol pisang pada dosis 20 ml /
1 liter air berpengaruh pada variabel
tinggi tanaman dan berat 100 biji (Chaniago Noverina, Purba W.D, 2017).
Metode Penelitian
Tempat
Fitu Ternate Selatan dari bulan September - Oktober 2019. Bahan benih kacang
panjang, air kelapa, bonggol pisang, air cucian beras, gula. Rancangan acak kelompok 1 faktor pemupukan dan 3 ulangan. Faktor tersebut adalah sebagai berikut: Tanpa MOL bongol pisang per lite
air (B0)., pemupukan bonggol
pisang 400 ml��� per lite air (B1)., MOL bonggol pisang 800 ml per lite air (B2)., MOL bongol pisang 1200 ml per lite air (B3)., MOL bonggol pisang 1400 ml per lite air (B4). Cara membuatpupuk organik cair bonggol pisang: langkah pertama MOL bonggol pisang dipotong kecil kemudian dihaluskan dengan blender, masukan air cucian beras 12liter, air kelapa 12
liter, dan 1 kg gula halus masukan
kedalam ember dan diaduk secara merata, tutup ember. dibuka dan diaduk setip pagi
dan sore. bertujuan� untuk membuang gas-gas yang tebentuk
dan menurunkan tempratur larutan, biarkan campuran bahan-bahan tersebut dalam ember selama 15 hari agar proses fermentasi berlansung dengan baik setelah
melewati waktu tersebut� dan� MOL bonggol pisang sudah terbentuk� dan� siap� untuk digunakan.
Pengolahan
tanah mencangkul, menghancurkan tanah sedalam 25 cm kemudian buat bedengan dan drainase. Memili benih kacang panjang
yang bermutu, ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan. Waktu tanam awal musim
hujan dan kering asal air tanah tersedia. Penyulaman dilakukan ababila ada tanaman mati,
penyiraman pagi dan sore.
Setelah tanaman tumbuh dan berumur 14 HST dapat dipasang ajir. Penyiangan dilakukan bila ada gulma.
Pemupukan dengan cara penyemprotan. Panen tanaman berumur
30 HST 36 HST dan seterusnya. Parameter tinggi, jumlah daun, bunga, polong,
panjang, diameter dan bobot
polong, di analisis of
variance dan� (BNT
α 0,05).
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
Tinggi tanaman (cm) pada umur 14 HST. Mikro organisme lokal (MOL) bonggol
pisang tidak pengaruh. Secara visual histogram disajikan Gambar 1.
Gambar 1
Histogram Mikro Organisme
(MOL)� Bonggol Pisang Terhadap Tinggi
Tanaman Kacang Panjang Pada Umur 14 HST
Gambar 1. menunjukkan perlakuan� B4
cenderung memberikan pertumbuhan lebih baik dari yang lain. Daun
(helai).� MOL bonggol pisang tidak
pengaruh pada� jumlah daun kacang panjang
14 HST. Histogram jumlah daun kacang panjang disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2
Histogram Mikro Organisme
Lokal (MOL)� Bonggol Pisang Terhadap
Jumlah Daun Kacang Panjang Pada Umur 14 HST.
Gambar 2 menunjukkan perbedaan pertumbuhan umur 14�� HST perlakuan B4 cenderung memberikan jumlah
daun yang banyak. Jumlah Bunga (helai).
Bunga kacang panjang panen pertama dan panen kedua dan data disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1
Jumlah Bunga Kacang
Panjang Panen Pertama Dan Panen Kedua
Perlakuan |
Rataan |
|
��� Panen 1 |
��� Panen 2 |
|
�Tanpa MOL bonggol pisang�� (B0) |
1,00 a |
1,00 a |
MOL bonggol� pisang 400 ml�� (B1) |
2,00 b |
2,00 b |
MOL bonggol� pisang 800 ml�� (B2) |
3,00 bc |
3,00 c |
MOL bonggol� pisang 1200
ml (B3) |
3,00bc |
4,00 c |
MOL bonggol� pisang 1400 ml (B4) |
5,00 d |
5,00 d |
�BNT α
0,05 |
1,03 |
1,84 |
Keterangan: Huruf� berbeda
berarti berbeda BNT α
0, 05.
Sidik ragam
menunjukan dosis 1400 ml
(B4) menghasilkan 5 bunga, panen pertama dan 5 bunga panen kedua
dan berbeda dengan perlakuan lain (Tabel 1) MOL bonggol pisang berpengaruh pada jumlah polong kacang
panjang panen pertama,� panen kedua dan datanya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2
Polong Kacang
Panjang Panen Pertama, Panen Kedua
Perlakuan |
Rataan jumlah
Polong |
|
��� Panen 1 |
��� Panen 2 |
|
�Tanpa MOL bonggol pisang (B0) |
3,00a |
2,00 a |
MOL bonggol� pisang 400 ml�� (B1) |
4,00 b |
3,00 b |
MOL bonggol� pisang 800 ml�� (B2) |
6,00 c |
5,00 c |
MOL bonggol� pisang 1200
ml (B3) |
7,00 d |
6,00 d |
MOL bonggol� pisang 1400 ml (B4) |
8,00 e |
8,00 e |
BNT α 0, 05 |
1,31 |
1,24 |
Keterangan: Huruf� berbeda
berarti berbeda BNT α
0, 05
Perlakuan
B4 menghasilkan 8 polong panen pertama, panen kedua 8 polong
dan berbeda dengan perlakuan lainnya (Tabel 2). MOL bonggol pisang perlakuan (B4) ada pengaruh pada panjang polong panen pertama,
panen kedua dan data rataan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3
Panjang Polongg Panen
Pertama Dan Panen Kedua
Perlakuan |
Rataan panjang polong (cm) |
|
��� Panen 1 |
��� Panen 2 |
|
�Tanpa MOL bonggol pisang (B0) |
70,00 a |
58,00a |
MOL bonggol� pisang 400 ml�� (B1) |
77,00 b |
61,00 a |
MOL bonggol� pisang 800 ml�� (B2) |
80,00c |
67,00 b |
MOL bonggol� pisang 1200 ml (B3) |
81,00 c |
75,00 c |
MOL bonggol� pisang 1400 ml (B4) |
82,00 c |
83,00d |
BNT α 0, 05 |
2,94 |
4,08 |
Keterangan: Huruf� berbeda
berarti berbeda BNT α
0, 05.
Perlakuan
B4 menghasilkan panjang polong panen pertama
82 cm dan panen kedua 83 cm
berbeda dengan perlakuan lainnya (Tabel 3). Diameter polong
(mm).� MOL bonggol
pisang berpengaruh pada diameter polong
panen pertama dan panen kedua dan data rataan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4
Rataan Diameter Polong
Panen Pertama Dan Panen Kedua
Perlakuan |
Rataan diameter polong
(mm) |
|
������ Panen
1 |
��� Panen
2 |
|
�Tanpa MOL bonggol pisang�� (B0) |
3,00 b |
4,00 a |
MOL bonggol� pisang 400 ml�� (B1) |
3,00 b |
4,00 b |
MOL bonggol� pisang 800 ml�� (B2) |
3,00b |
4,00 b |
MOL bonggol� pisang 1200
ml (B3) |
3,00 b |
4,00 b |
MOL bonggol� pisang 1400 ml (B4) |
4,00 c |
5,00 c |
BNT α 0, 05 |
0,43 |
0,43 |
���������� Keterangan: Huruf� berbeda berarti berbeda BNT α 0, 05.
Perlakuan
B4 menghasilkan diameter polong
4 mm pada panen pertama,
diameter polong 5 mm panen kedua dan berbeda dengan perlakuan lainnya. Bobot Polong (g). MOL bonggol pisang berpengaruh pada bobot polong kacang panjang
pada panen pertama, panen kedua dan data rataan bobot polong� disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5
Rataan Bobot
Polong Panen Pertama Dan Panen Kedua
Perlakuan |
Rataan bobot polong (g) |
|
������ Panen
1 |
��� Panen
2 |
|
�Tanpa MOL bonggol pisang�� (B0) |
71,00 a |
24,00a |
MOL bonggol� pisang 400 ml�� (B1) |
199,00b |
156,00b |
MOL bonggol� pisang 800 ml�� (B2) |
239,00bc |
180,00bc |
MOL bonggol� pisang 1200
ml (B3) |
281,00c |
253,00c |
MOL bonggol� pisang 1400 ml (B4) |
387,00d |
437,00 d |
BNT α 0, 05 |
64,29 |
96,25 |
Keterangan: Huruf� berbeda
berarti berbeda BNT α
0, 05
Sidik ragam� perlakuan
B4 menghasilkan bobot polong terberat 387 g�� panen pertama dan panen ke dua menghasilkan
bobot 437 g dan berbeda� dengan perlakuan lannya (Tabel 5).
B. Pembahasan
Pertumbuhan merupakan
perkembagan sel meristem (Pane & Marwazi, 2020).
Selain itu� perpanjangan sel (Suwahyono, 2011).
Tempat tumbuh mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Sarief, 1986).� Pertumbuhan vase fegetatif akar kacang panjang belum mampu melakukan
penyerapan�� unsur hara yang diberikan. Respon MOL bonggol pisang pada dosis yang tinggi memberikan nilai tertinggi bagi komponen tinggi tanaman dan jumlah daun. Klorofil daun berperan menangkap
cahaya matahari dan fotosintesis terbentuk nutrisi untuk kebutuhan
tanaman (Song, 2012).��
Dosis pupuk
organik cair mikro organisme lokal (MOL) bonggol pisang 1400
ml (B4) menberikan hasil tertinggi untuk semua komponen pengamatan. Komponen tinggi tanaman mencapai 17 cm umur 14 HST
(Gambar 1), jumlah daun 14 helai umur 14 HST (Gambar 2). Jumlah bunga, polong
merupakan variabel pertumbuhan gereratif kacang panjang dan terbentuk 5 bunga panen pertama dan 5 bunga panen kedua
(Tabel 1). Penyerbukan bunga jantan, betina
terbentuk 8 polong panen pertama dan 8 polong panen kedua
(Tabel 2). Panjang polong
82 cm panen pertama dan 83
cm panen kedua (Tabel 3) sedangkan diameter polong 4 mm panen pertama dan 5 mm panen kedua (Tabel 4). Bobot polong 387 g panen pertama dan 437 g panen kedua (Tabel
5). Penggunan MOL bonggol
pisang pada dosis 20 ml / 1 liter
air berpengaruh pada variabel
tinggi tanaman umur 6 MST dan berat 100 biji (Chaniago Noverina, Purba W.D, 2017)
dan hasil penelitian MOL bonggol pisang� dosis 45 ml/liter air / petak� memberikan� berat polong 399 g (Yulianingsih, 2020).
Bobot merupakan
hasil ahir tanaman (Parman, 2007).
Fotosintesis daun meningkat� berpengaruh pada peningkatan bobot polong (BAHUWA, 2014).
Unsur hara dalam tanah� tersedia mempengaruhi pembesaran polong dan produksi mengkat. Selain itu pertumbuhan, perkembangan� meningkat dapat menggatkan bobot polong tanaman kacang panjang (Pamungkas & Adiguna, 2020).� Hasil penelitian ini mikro organisme
local (MOL) bonggol pisang mencukupi
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Kesimpulan
Hasil analisis ragam
menunjukkan pupuk organik cair mikro
organisme lokal (MOL) bonggol pisang pada dosis 1400 ml
(B4) menhasilkan tinggi tanaman 17 cm dan 14 helai hal ini terjadi
pada umur 14 HST. Demikian
juga komponen jumlah bunga terbentuk 5 bunga panen pertama
dan 5 bunga panen kedua, jumlah polong
terbentuk 8 polong panen pertama dan 8 polong panen kedua.
Komponen panjang polong 82 cm panen pertama dan panjang polong 83 cm panen kedua. Sedangkan diameter polong 4 mm panen pertama dan diameter polong 5 mm panen kedua. Komponen
bobot polong 387 g panen pertama dan 437 g panen kedua. Pupuk
organik cair mikro organisme lokal bonggol pisang sangat baik untuk digunakan
peningkatkan produksi tanaman kacang panjang dan tanaman hortikultura lainnya.
BIBLIOGRAFI
Bahuwa, Suryani. (2014). Pertumbuhan Dan
Hasil Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Menggunakan Air Cucian Beras Dan Jarak
Tanam. Skripsi, 1(613410108).Google Scholar
Chaniago Noverina, Purba W.D, Utama. A.
(2017). Jurnal Penelitian Pertanian Bernas. Jurnal Penelitian Pertanian
Bernas, 13(1).
Kem, Sothorn. (2017). Commercialisation
Of Smallholder Agriculture In Cambodia: Impact Of The Cassava Boom On Rural
Livelihoods And Agrarian Change. Google Scholar
Khalida, Wirdiyanah. (2018). Karakterisasi
Morfologi Galur Kacang Panjang (Vigna Unguiculata Var. Sesquipedalis. L)
Hasilpersilangan Ub715a Dengan Hitam Putih. University Of Muhammadiyah
Malang. Google Scholar
Pamungkas, Saktiyono Sigit Tri, &
Adiguna, Yoga. (2020). Aplikasi Limbah Cair Tebu Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Pada Fase Pre Nursery. Biofarm:
Jurnal Ilmiah Pertanian, 16(2). Google Scholar
Pane, Erwin, & Marwazi, Marwan. (2020).
Trials Of Local Microorganism Composition (Mol) Toward Growth And Production
Plant Lettuce (Lactuca Sativa). Budapest International Research In Exact
Sciences (Birex) Journal, 2(1), 44�51. Google Scholar
Panudju, T. I. (2011). Pedoman Teknis
Pengembangan Rumah Kompos. Tahun. Google Scholar
Parman, Sarjana. (2007). Pengaruh Pemberian
Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kentang (Solanum Tuberosum
L.). Anatomi Fisiologi, 15(2), 21�31. Google Scholar
Rini, Ayu. (2011). Cara Membuat Pupuk
Organik Untuk Tanaman Buah Dan Bunga Yang Ramah Lingkungan. Pustaka Mina. Google Scholar
Rukmana, Rahmad. (2001). Aneka Olahan
Limbah: Tanaman Pisang, Jambu Mete, Rosella. Yogyakarta: Kanisius,
10�11. Google Scholar
Samad, Sofyan, Mahmud, Shubzan A., &
Maricar, Farida. (2020). Response Of Ss Multipurpose Liquid Fertilizer To
Growth And Production Of Petsai Plants (Brassica Chinensis L.). 5th
International Conference On Food, Agriculture And Natural Resources (Fanres
2019), 13�16. Atlantis Press. Google Scholar
Sarief, E. Saifuddin. (1986). Kesuburan Dan
Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung, 182. Google Scholar
Setianingsih, Retno. (2009). Kajian
Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Mikroorganisme Lokal (Mol) Dalam Priming, Umur
Bibit Dan Peningkatan Daya Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)(Uji Coba
Penerapan System Of Rice Intensification (Sri)). Uns (Sebelas Maret
University). Google Scholar
Song, Ai Nio. (2012). Evolusi Fotosintesis
Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains, 12(1), 28�34. Google Scholar
Suhastyo, A. A. (2011). Studi Mikrobiologi
Dan Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal Yang Digunakan Pada Budidaya Padi Metode
Sri (System Of Rice Intensification). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Google Scholar
Sunnara, R., & Khastrifah, I. (2009). Sukses
Besar Dengan Kelapa. Banten. Talenta Pustaka Indonesia. Google Scholar
Suwahyono, Untung. (2011). Petunujk
Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif & Efisien. Penebar
Swadaya Grup. Google Scholar
Waluyo, K. (2008). Budidaya Pisang. Epsilon
Grup. Bandung. Google Scholar
Yulianingsih, Ratri Ratri. (2020). Peran
Mol Bonggol Pisang Pada Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna Sinensis L). Piper,
16(30). Google Scholar
Zaevi, Bastianus, Napitupulu, Marisi, &
Astuti, Puji. (2014). Respon Tanaman Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.)
Terhadap Pemberian Pupuk Npk Pelangi Dan Pupuk Organik Cair Nasa. Agrifor:
Jurnal Ilmu Pertanian Dan Kehutanan, 13(1), 19�32. Google Scholar
Zulia, Cik, & Zulfahmi, Anggi. (2017).
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Bio-7 Dan Pupuk Npk Alam Tani Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.). Bernas:
Jurnal Penelitian Pertanian, 13(1), 7�13. Google Scholar
Copyright holder: Sofyan Samad, Helda Sabban, Hayun Abdullah, Sugeng
Haryanto, Shubzan A. Mahmud, Jusmin
Hairil (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |