�Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
�e-ISSN:
2548-1398
�Vol. 6, No. 10,
Oktober 2021
� ���������
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN DARING PADA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anissa Rizky Andriany, Ajheng Mulamukti Asih Pratiwi, Mahesti
Pertiwi
Fakultas Psikologi,
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Pandemi Covid 19 telah
membuat pemerintah
Indonesia mengambil kebijakan
untuk menerapkan pembelajaran secara daring
untuk menggantikan pembelajaran tatap muka, tanpa terkecuali
termasuk pada siswa berkebutuhan khusus. Kebijakan pembelajaran daring
pada siswa berkebutuhan khusus tentu berdampak
pada efektifitas pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana efektivitas pembelajaran daring
yang dilihat dari perspektif guru yang mengajar siswa berkebutuhan khusus. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan
data menggunakan instrumen google form dan wawancara
melalui zoom meeting kepada
41 responden yang bersedia dihubungi secara langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran daring yang sudah dilaksanakan kepada siswa berkebutuhan khusus belum cukup
mampu untuk menggantikan pembelajaran tatap muka. Ketidaksiapan
guru, siswa dan orangtua baik dari sisi
kemampuan menggunakan teknologi, koneksi jaringan internet yang kurang stabil, kesiapan orangtua dalam mendampingi siswa dalam belajar, serta belum mampunya
siswa berkebutuhan khusus untuk beradaptasi
dengan metode pembelajaran yang baru menjadi faktor yang membuat pembelajaran daring belum efektif dilaksanakan.�
Kata Kunci: pembelajaran
daring; anak berkebutuhan khusus; covid-19
Abstract
The Covid 19 pandemic has led
the Indonesian government to take a policy to implement online learning to
replace face-to-face learning, without exception including students with
special needs. Online learning policies in students with special needs
certainly have an impact on the effectiveness of learning. The study aims to
look at how the effectiveness of online learning is viewed from the perspective
of teachers teaching students with special needs. This research uses
qualitative descriptive methods. Data collection techniques using google form
instruments and interviews through zoom meetings to 41 respondents who are
willing to be contacted directly. The results showed that online learning that
has been implemented for students with special needs has not been able to
replace face-to-face learning. The unpreparedness of teachers, students, and
parents both in terms of the ability to use technology, a less stable internet
network connection, parental readiness in accompanying students in learning,
and the inability of students with special needs to be adapted to new learning
methods are factors that make online learning has not been effectively
implemented.
Keywords:
online learning; children with special needs; covid-19
Received: 2021-09-20; Accepted:
2021-10-05; Published: 2021-10-20
Pendahuluan
Pendidikan merupakan
sebuah proses pengembangan diri yang dilakukan secara berkelanjutan semasa hidup dalam
rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, pemahaman atau keterampilan seseorang (Yuliani et al., 2020).
Pendidikan juga merupakan perlindungan
bagi anak karena pendidikan merupakan proses untuk menciptakan kondisi anak-anak agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi pertumbuhan dan
perkembangannya yang wajar baik secara rohani,
jasmani dan sosial (Gultom, 2014)
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga
negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu yang diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Proses pendidikan
yang merupakan hak dan kewajiban seluruh anak bangsa harus
dilaksanakan tanpa memandang seseorang dari segi apapun,
seperti jenis kelamin, usia, maupun keadaan seseorang. Oleh karena itu, setiap warga
negara berhak memperoleh
proses pendidikan, termasuk
di dalamnya Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK).
Anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
belajar masing-masing anak (Pradipta et al., 2020). Hal ini sejalan dengan undang-undang Pendidikan Individu
dengan Disabilitas (Individuals
with Disabilities Education Act � IDEA) mengamanatkan
layanan untuk semua anak dengan
disabilitas (Friend & Yeo, 2011).
Hal ini mencakup penetapan evaluasi dan kelayakan pendidikan, pendidikan yang tepat serta Individual Educational Plan (IEP), serta pendidikan di lingkungan yang terbatas (Smith, D. D., & Tyler, 2010); (Taylor, R. L., Smiley, L., & Richards, 2009).
Pendidikan khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus harus diberikan dengan sebaik-baiknya. Misalnya kelainan perilaku dan hambatan emosional yang bisa diketahui apabila ia tidak mampu belajar bukan disebabkan faktor intelektual, tidak mampu melakukan hubungan baik dengan teman dan guru, bertingkah laku dan berperasaan tidak pada tempatnya, mereka selalu dalam keadaan pervasive atau ketakutan dalam suatu hal (Takdir Ilahi, 2013), hal ini di lakukan dalam rangka meningkatkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, pendidik harus mengetahui sepenuhnya nilai pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, keadaan dan karakteristik (kelebihan dan kekurangan) anak berkebutuhan khusus, serta penanganannya di kelas yang dapat dilakukan guru untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus (Lisinus & Sembiring, 2020).
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020 hingga saat ini telah membuat 1.410.134 jiwa terkonfirmasi positif (Hafni, 2021). Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia turut berdampak pada kehidupan masyarakat Indonesia. Rumitnya penanganan wabah ini membuat pemerintah menerapkan kebijakan yang sangat ketat untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, salah satunya adalah social distancing. Kebijakan social distancing, yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Penerapan kebijakan tersebut menimbulkan keresahan bagi masyarakat dan cukup memberikan dampak yang besar pada perekonomian hingga pendidikan. Selain itu, berbagai kebijakan diterapkan untuk mengadaptasi segala perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, sehingga tidak ada penurunan kinerja dalam berbagai bidang.
Pembelajaran jarak jauh menjadi alternatif
terbaik yang dapat dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung walaupun siswa berada di rumah. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet sebagai tempat menyalurkan ilmu pengetahuan (Syarifudin, 2020).
Pembelajaran daring atau jarak jauh sendiri
diyakini dapat membuat siswa memiliki
waktu yang banyak untuk belajar, dan siswa dapat belajar
kapanpun dan dimanapun. Ketersediaan aplikasi atau media, seperti google
classroom, video conference, telepon atau live chat, zoom meeting, atau grup whatsapp,
memudahkan guru untuk berinteraksi dengan siswa pada situasi pandemi seperti ini. Namun, tidak
semua sekolah berhasil melaksanakan sistem belajar daring sesuai dengan hasil
yang diharapkan, terutama
pada sekolah yang menampung
anak berkebutuhan khusus di dalamnya.
Pembelajaran secara daring tidak hanya diterapkan
pada peserta didik yang typical
(normal), melainkan juga dilakukan
pada peserta didik atypical
(berkebutuhan khusus), baik secara fisik,
mental-intelektual, sosial maupun emosional. Pembelajaran daring bagi siswa berkebutuhan khusus akan mengalami
banyak hambatan apabila tidak ada
kerjasama mulai dari orang tua dalam mendampingi pembelajaran di rumah dengan guru yang mengajar secara daring (Hamidaturrohmah, H., & Mulyani, 2020).
Kesiapan lembaga pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran daring turut menjadi masalah
tersendiri. Ketersediaan perangkat teknologi yang dimiliki oleh masing-masing lembaga
pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran, kemampuan pendidik maupun peserta didik menggunakan teknologi, keterbatasan perangkat teknologi yang dimiliki oleh masing-masing peserta
didik, akses internet yang belum stabil di tempat tinggal peserta didik maupun
pendidik, maupun kendala biaya karena
metode pembelajaran dilakukan secara daring tentunya akan berpengaruh
pada kualitas pembelajaran
daring, terkhusus pada lembaga
pendidikan yang menampung peserta didik berkebutuhan
khusus, seperti sekolah inklusi dan sekolah luar biasa.
Pelaksanaan pembelajaran secara daring pada masa pandemi
covid-19 menghadirkan permasalahan
tersendiri bagi guru, orang
tua, dan terutama bagi anak berkebutuhan
khusus. Anak berkebutuhan khusus sulit melaksanakan
pembelajaran secara online (Minsih, Nandang, & Kurniawan, 2021).
Pesatnya perkembangan teknologi serta penggunaan media sosial dan aplikasi yang digunakan sebagai media pembelajaran daring
turut menjadi faktor terhambatnya efektivitas pengajaran daring bagi siswa berkebutuhan
khusus. Adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan
lembaga pendidikan meninggalkan pembelajaran konvensional secara tatap muka dan mengganti dengan metode pembelajaran daring secara penuh, maka
terbuka ruang untuk meneliti bagaimana efektivitas pembelajaran daring yang dilaksanakan.
Sejauh
ini telah ada beberapa penelitian
yang dilakukan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran daring pada siswa berkebutuhan khusus yang dilakukan di masa pandemi
Covid-19. Penelitian (Syafarana & Chairani, 2020)
menyimpulkan bahwa pembelajaran daring tidak semudah pembelajaran di sekolah yang melakukan tatap muka. Banyak sekali tantangan yang guru hadapi seperti anak yang tidak memiliki keinginan untuk melakukan pembelajaran dan kurangnya konsentrasi anak berkebutuhan khusus saat melakukan
pembelajaran online. Di sisi lainnya, penelitian (Jannah, Wulandari, & Budi, 2020)
menjelaskan bahwa pembelajaran
daring membuat anak berkebutuhan khusus mendapat pengalaman baru dalam mengoperasikan
telepon seluler sebagai sarana belajar seperti anak lainya, yang dapat menumbuhkan kepercayaan diri mereka. Terkait dengan efektivitas pembelajaran online
pada anak berkebutuhan khusus belum banyak
yang meneliti. Akan tetapi,
ditemukan penelitian terkait efektivitas pembelajaran daring pada peserta didik typical. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan
oleh (Hikmat, Hermawan, Aldim, & Irwandi, 2020)
diketahui bahwa pembelajaran
daring hanya efektif untuk matakuliah teori dan praktikum saja, sementara untuk matakuliah praktikum dan matakuliah lapangan tidak efektif dilakukan secara daring.
Beberapa penelitian di atas
menjadi kajian yang menarik sebagai literatur sebelumnya yang memiliki perbedaan aspek dengan penelitian
yang dilakukan ini. Penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana efektivitas pembelajaran
daring (online) selama
pandemi Covid-19 berlangsung. Pentingnya penelitian ini karena memiliki
tujuan yang spesifik untuk mendeskripsikan bagaimana efektivitas pembelajaran daring dari persepsi pengajar selama pandemi agar dapat dirumuskan langkah lanjutan yang dapat mengatasi permasalahan proses pembelajaran
pada siswa berkebutuhan khusus.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah sebuah penelitian
yang menggunakan metode atau pendekatan studi kasus (Creswell & Creswell, 2017).
Penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena
lainnya (Sukmadinata, 2006). Jenis penelitian yang termasuk dalam kategori deskriptif adalah studi kasus dan penelitian survei.
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan subjek
penelitian adalah guru anak berkebutuhan khusus. Data diperoleh dari guru-guru ABK yang bersedia dimintai keterangannya terkait pengalaman mengajar selama pandemi berlangsung. Dengan kata lain, data dalam penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber.
Metode dalam penelitian terdiri dari kuantitatif
dan data kualitatif berdasarkan
jenis pertanyaan yang diberikan, yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup. Metode kuantitatif digunakan saat menghitung jumlah pilihan jawaban responden dengan cara tabulasi data dan presentase jawaban yang masuk. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisa jawaban dari pertanyaan terbuka yang diberikan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April � Mei
2021, melalui google form dan aplikasi zoom meeting ataupun
Whatsapp. Google
form digunakan oleh peneliti
untuk menghimpun data kuesioner serta ketersediaan guru-guru ABK dihubungi
secara langsung oleh peneliti. Google Form
atau Google Formulir adalah fitur di Google yang bertujuan untuk memudahkan membuat survei melalui internet (Sudaryo, Sofiati, Medidjati & Hadiana, 2019).
Sementara, zoom meeting dan whatsapp digunakan
oleh peneliti untuk mewawancarai guru abk yang telah mengisi google form sebelumnya serta menghindari resiko menyebarnya virus corona kepada pihak-pihak terkait.
Penelitian ini melibatkan 41 orang guru ABK yang berasal dari SLB, Sekolah Inklusi, ataupun Lembaga Terapi yang menjalani proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi Covid-19. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara random sampling dengan kriteria sebagai guru anak berkebutuhan khusus.
Aspek survei yang diberikan pada guru ABK dikaitkan
dengan pelaksanaan PJJ.
Kisi-kisi survei guru, yakni profil/latar
belakang guru, adanya PJJ selama pandemi dan sosialisasi PJJ dari sekolah (jadwal, waktu, durasi pelaksanaan
PJJ), tujuan pembelajaran,
media komunikasi yang digunakan,
sarana prasana pembelajaran, metode pembelajaran, materi dan pelaksanaan pembelajaran dalam PJJ, kemampuan guru dan siswa ABK dalam menggunakan teknologi, efisiensi waktu, kendala selama PJJ, serta saran dan harapan guru. Pertanyaan untuk responden guru ABK berjumlah 28 pertanyaan, terdiri dari 22 pertanyaan tertutup atau kategorial
dan sisanya merupakan pertanyaan terbuka. Analisa data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif bergantung pertanyaan yang diajukan. Analisa kuantitatif berdasarkan data persentase yang didapatkan. Sedangkan analisa kualitatif dilakukan berdasarkan jawaban responden.
Hasil dan Pembahasan
A.
Profil
Responden
Berdasarkan data yang masuk pada bulan April � Mei
2021, jumlah responden yang
mengisi kuesioner sebanyak 41 orang. Sebanyak 36
orang (87,8%) berjenis kelamin
perempuan dan 5 orang (12,2%) berjenis
kelamin laki-laki. Beberapa informasi terkait usia, latar
belakang pendidikan, jenjang ajar, jumlah siswa yang diajar, dan masa kerja dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1
Profil Responden
|
Frekuensi |
Persentase (%) |
Usia (dalam tahun) |
|
|
20 � 29 30 � 39 40 � 49 50 � 59 |
23 6 10 2 |
56,1% 24,4% 14,6% 4,9% |
Jenjang Pendidikan Terakhir |
|
|
D3 S1 S2 S3 |
1 34 5 1 |
2,4% 82,9% 12,2% 2,4% |
Juruan Pendidikan Terakhir |
|
|
Pendidikan Luar
Biasa (PLB) Psikologi Pendidikan Luar
Sekolah (PLS) Terapi Pendidikan Bahasa Inggris Lainnya |
19 15 2 1 1 3 |
46,3% 36,6% 4,9% 2,4% 2,4% 7,3% |
Jenjang Ajar |
|
|
SD SMP SMA Lainnya |
30 4 2 5 |
73,2% 9,8% 4,9% 12,2% |
Jumlah Siswa yang diajar |
|
|
< 4 orang 4 � 6 orang 7 � 9 orang > 10 orang |
18 16 2 5 |
43,9% 39% 4,9% 12,2% |
Masa Kerja |
|
|
< 3 tahun 3 � 5 tahun > 5 tahun |
21 3 17 |
51,2% 7,3% 41,5% |
Berdasarkan tabel
1, terlihat bahwa responden memiliki latar belakang dan kondisi yang beragam. Sebagian besar responden berada di usia 20 � 29 tahun, berlatar belakang Pendidikan S1 dengan jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan masa kerja di bawah 3 tahun. Jenjang pendidikan yang diajar responden sebagian besar berada pada tingkat Sekolah Dasar (SD), dengan jumlah siswa kurang
dari 4 siswa dalam 1 kelas. Selanjutnya, data mengenai gambaran kondisi siswa dan proses belajar mengajar selama pandemi dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2
Kondisi siswa dan proses belajar mengajar selama pandemi
|
Frekuensi |
Persentase (%) |
Kategori Siswa |
|
|
Tuna Rungu Tuna Wicara Tuna Grahita Kesulitan Belajar Lambat Belajar Autisme Lainnya |
5 1 4 5 5 16 5 |
12,2% 2,4% 9,8% 12,2% 12,2% 39% 12,2% |
Jumlah Pertemuan / Minggu |
|
|
1 kali 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali |
7 5 17 0 12 |
17,1% 12,2% 41,5% 0% 29,3% |
Durasi KBM / pertemuan |
|
|
30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 150 menit |
7 7 10 13 4 |
17,1% 17,1% 24,4% 31,7% 9,8% |
Aplikasi yang digunakan |
|
|
Aplikasi berbasis video
conference (zoom meeting, google meeting, dsb) Aplikasi berbasis non
video conference (whatsapp group, chat whatsapp, youtube, dsb) Gabungan aplikasi berbasis video conference dan non video
conference |
20 10 11 |
48,8% 24,4% 26,8% |
�����������
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa 39% responden mengajar siswa dengan masalah autisme. Sebanyak 41,5% responden mengajar sebanyak 3 kali seminggu dengan durasi 120 menit per pertemuan (31,7% responden). Sebanyak 48,8% responden mengajar dengan menggunakan aplikasi berbasis video
conference berupa zoom meeting, google meeting,
video call, dsb.
B.
Hasil
Survei Proses Pembelajaran
Jarak Jauh pada Guru Anak Berkebutuhan
Khusus
a. Ketercapaian tujuan
Pembelajaran
Pembelajaran diartikan
sebagai sebuah upaya yang sistematis dan sengaja untuk menciptakan
interaksi edukatif antara dua pihak,
yaitu peserta didik dan pendidik yang melakukan kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran daring dikatakan efektif
apabila tujuan dari pembelajaran dapat tercapai, baik secara pertemuan
tatap muka ataupun daring. Hasil pengisian kuesioner yang diisi oleh responden dapat dilihat dari grafik
1 berikut:
Grafik 1
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Dari Grafik
1 dapat dilihat sebanyak 28 responden merasa bahwa selama
daring, tujuan pembelajaran
tidak dapat tercapai. Sebanyak 19 responden merasa bahwa proses pembelajaran daring tidak dapat menggantikan
pertemuan tatap muka dalam kondisi
pandemi Covid-19.
Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan kepada responden, diketahui bahwa saat ini pembelajaran
daring adalah satu-satunya pilihan yang dapat menggantikan pertemuan tatap muka agar proses pembelajaran pada masa Pandemi
Covid-19 tetap berlangsung.
Ketercapaian tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai
apabila ada kerja sama dari
orang tua.
b. Sarana dan Prasarana
Pada pelaksanaan
pembelajaran daring, guru dan murid sangat bergantung pada perangkat teknologi informasi baik berupa komputer/laptop/telepon selular yang terhubung pada jaringan internet (Pakpahan & Fitriani, 2020).
Sarana pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap kelancaran proses pembelajaran daring. Selama pembelajaran meliputi: akses internet di tempat tinggal yang berpengaruh terhadap koneksi internet selama pembelajaran daring, fasilitas pertemuan daring yang disediakan sekolah, dan ketersediaan perangkat yang memadai yang dimiliki oleh siswa. Apabila sarana ini tidak
terpenuhi, maka proses pembelajaran daring tidak akan maksimal. Pertemuan daring yang dilakukan
pada masa pandemi ini, secara otomatis sangat mengandalkan jaringan internet
yang stabil. Keterbatasan akses internet tentu menjadi kendala saat pembelajaran daring berlangsung, karena dalam pembelajaran daring tidak hanya membutuhkan
kualitas suara yang jernih, tetapi juga kualitas video yang stabil agar dapat membantu siswa dalam memahami
materi yang diberikan.
Hasil pengisian kuesioner
oleh responden terkait sarana dan prasarana belajar daring dapat dilihat pada grafik 2 berikut:
Grafik
2
Sarana dan Prasarana
Dari grafik
2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak memiliki kendala dalam aspek
sarana dan prasarana. Hal ini dibuktikan oleh 38 responden menyatakan bahwa memiliki akses internet yang memadai. Tampak pula bahwa kualitas jaringan internet di tempat tinggal masing-masing responden cukup baik. Meskipun demikian, berdasarkan hasil wawancara ditemukan keluhan dari beberapa responden
yang merasa siswa mereka memiliki kendala internet selama pembelajaran daring,
sehingga mempengaruhi kelangsungan proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran daring di masa pandemi
Covid-19 diperlukan akses
internet yang stabil agar proses pembelajaran
berjalan dengan lancar.
Dalam hal
penyediaan fasilitas pertemuan daring, responden merasa bahwa masing-masing tempatnya bekerja telah mampu menyediakan
fasilitas pembelajaran
daring. Sebanyak 33 orang mengatakan
bahwa sekolah telah mampu mempersiapkan
fasilitas pertemuan daring dengan baik. Berdasarkan
hasil wawancara kepada beberapa responden, diketahui bahwa sekolah mereka
telah memfasilitasi pertemuan daring dengan menyediakan pelatihan penggunaan aplikasi yang digunakan seperti google
classroom, zoom meeting, google meeting, ataupun pembuatan media ajar yang interaktif
pada awal pandemi.
Sejalan dengan
hal tersebut, sebanyak 36 responden merasa bahwa aplikasi
yang digunakan selama pembelajaran daring mudah digunakan dan dapat membantu pendidik untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada masing-masing anak berkebutuhan khusus yang diajar. Kemudahan aplikasi tersebut tidak hanya dirasakan
oleh responden sebagai pendidik. Sebanyak 29 responden merasa bahwa peserta didik
yang diajar merasa nyaman untuk menggunakan
aplikasi belajarnya. Hal ini menandakan bahwa saat ini
peserta didik sudah mulai mampu
beradaptasi dengan metode pembelajaran daring yang dilakukan secara mendadak di awal pandemi, meskipun masih diperlukan pendampingan dari orang tua agar siswa tetap dapat fokus
saat proses belajar berlangsung.
Dalam ketersediaan
perangkat pembelajaran yang
dimiliki oleh peserta didik untuk melaksanakan
pembelajaan daring, sebanyak
33 responden mengakui bahwa peserta didik
memiliki perangkat yang memadai. Ketersediaan perangkat belajar, aplikasi yang mudah diakses serta kelancaran
koneksi internet yang dimiliki
oleh responden dan siswa, turut membuat kualitas
audio dan video menjadi lebih
jernih sehingga mampu mendukung proses pembelajaran selama pandemi Covid-19.
c. Kemampuan Guru dan Siswa Menggunakan Teknologi
Kemampuan guru dan siswa dalam menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran daring akan berpengaruh pada capaian tujuan pembelajaran. Kesiapan guru ataupun siswa dalam menggunakan
platform pembelajaran daring menjadi salah satu faktor pendukung efektivitas pembelajaran daring saat pandemi Covid-19. Kemampuan guru untuk menyiapkan materi pembelajaran yang menarik dan berbasis teknologi turut menjadi faktor
penting bagi keberhasilan pembelajaran daring.
Hasil pengisian kuesioner diperoleh data terkait kemampuan guru dan siswa mengunakan teknologi dapat dilihat pada grafik 3 berikut:
Grafik
3
Kemampuan
Guru dan Siswa Menggunakan Teknologi
Dari grafik
3 terlihat bahwa sebanyak 39 responden telah mampu menyiapkan
materi pembelajaran dengan sebaik-baiknya. 27 responden mengungkapkan bahwa materi yang telah mereka siapkan
sudah tersampaikan dengan baik kepada
siswa dan 29 responden mengungkapkan bahwa selama pembelajaran daring siswa lebih memiliki
kesempatan untuk bertanya.
Meskipun demikian,
jika melihat data pada grafik 3, diketahui bahwa sebanyak 35 responden masih menganggap siswa yang diajar masih mengalami
kesulitan dalam memahami materi selama proses pembelajaran jarak jauh. Selain
itu, sebanyak 23 responden merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan siswanya secara daring dibandingkan dengan pertemuan tatap muka langsung. Jika melihat data terkait interaksi antara guru dengan siswa, sebanyak
27 responden mengatakan hal ini menjadi
kendala selama pembelajaran daring. Artinya, kemampuan dalam menggunakan media pembelajaran, baik dari guru maupun siswa masih
belum baik dan ini menjadi hambatan
dalam proses pembelajaran
daring. Sebanyak 27 responden
turut mengungkapkan bahwa mereka merasa
para siswa mengalami kesulitan untuk menyampaikan hasil pekerjaan ataupun tuags secara daring dibandingkan saat pembelajaran tatap muka.
Hal ini
sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada sejumlah responden bahwa guru mengalami kesulitan untuk melakukan interaksi melalui video call secara langsung diwaktu yang bersamaan dengan pemberian materi. Responden juga mengungkapkan bahwa para siswa masih belum mampu
untuk mengoperasikan aplikasi yang digunakan tanpa pendampingan orangtua, sehingga proses pembelajaran masing sangat bergantung
pada ketersediaan waktu
orang tua. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara diketahui pula terdapat keluhan dari responden
bahwa tugas-tugas yang diberikan selama pembelajaran daring seringkali telambat dikumpulkan karena siswa menunggu
orang tua ataupun pendamping untuk dapat mengumpulkan tugas secara daring. Nampak bahwa kemampuan siswa bekebutuhan khusus dalam menggunakan
tekonologi masih terbatas, sehingga menjadi hambatan dalam pembelajaran daring
d. Efisiensi Waktu
Pengelolaan alokasi
waktu maupun jadwal pembelajaran daring harus diperhitungkan sebaik-baiknya penyelenggara pendidikan dalam hal ini adalah
guru. Jumlah jam pertemuan
yang selama ini dilakukan secara tatap muka harus
mampu digantikan dengan pembelajaran daring. Pengalokasian waktu dan penjadwalan yang baik akan membuat tujuan
pembelajaran tercapai. Pembelajaran daring
seharusnya membuat waktu para siswa lebih efisien dibandingkan
dengan pembelajaran tatap muka. Hasil pengisian kuesioner terkait efisiensi waktu dalam proses pembelajaran daring dapat dilihat pada grafik berikut:
�����
Grafik
4
Efisiensi
Waktu
Berdasarkan data pada grafik 4 dapat diketahui bahwa sebanyak 23 responden merasa bahwa waktu
pertemuan daring
lebih singkat daripada pertemuan tatap muka. Sementara
itu, sebanyak 24 responden mengungkapkan sekalipun pembelajaran dilakukan secara daring, mereka tetap menjadwalkan
waktu belajar dengan rutin. Meskipun
demikian, sekalipun pembelajaran dilakukan secara terjadwal, sebanyak 32 responden mengatakan bahwa pembelajaran daring tidak lebih efektif jika
dibandingkan dengan tatap muka.
Berdasarkkan hasil
wawancara, diketahui bahwa terdapat beberapa hal yang membuat responden merasa pembelajaran daring tidak lebih efektif
jika dibandingkn dengan tatap muka
antara lain: (1) kondisi siswa yang bervariasi dalam satu kelas,
(2) jumlah siswa yang diajar, (3) emosi / mood siswa yang cenderung berubah-ubah dan tidak dapat terprediksi, (4) kestabilan koneksi internet yang dimiliki oleh siswa, serta (5) komitmen dari orang tua untuk dapat bekerja
sama dengan baik dalam mendampingi
proses belajar siswa berkebutuhan khusus.
e. Pembelajaran Daring di Masa Mendatang
Dengan kondisi
pandemi yang belum jelas kapan berakhir,
membuat dunia pendidikan di
Indonesia harus berinovasi
agar proses pembelajaran tetap
dapat berlangsung demi kemajuan bangsa dan negara. Salah
satu bentuk inovasi yang dapat dilakuakan adalah memberlakukan pembelajaran daring
dalam proses pendidikan, meskipun kesiapan baik dari sisi
sarana dan prasarana ataupun sumberdaya manusia dalam pembelajaran
daring masing menjadi suatu
hambatan yang besar bagi lembaga pendidikan.
Hasil pengisian kuesioner
yang telah dilakukan terkait kemungkinan pembelajaran daring di masa mendatang
dapat dilihat dalam grafik berikut:
Grafik 5
Pembelajaran daring di masa mendatang
�����������������������
Dari grafik 5 dapat diketahui bahwa sebanyak 34 responden mengungkapkan bahwa pembelajaran daring tidak mampu menggantikan tatap muka. Hal ini sejalan dengan
hasil wawancara yang mengungkap bahwa pembelajaran daring berpotensi
pada turunnya kemampuan kognitif, perilaku dan juga sikap belajar dari
setiap siswa berkebutuhan khusus. Selain itu, dari
hasil wawancara juga terungkap bahwa dalam pembelajaran daring masih ditemukan kesulitan dalam proses mengelola kelas oleh para guru. Akibatnya, masih banyak siswa yang belum dapat mencapai
target pembelajaran, mengalami
penurunan hasil belajar, dan kecenderungan dari siswa untuk
mengabaikan aturan-aturan belajar yang disebabkan kurangnya kerjasama antara guru dan juga orang tua.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran jarak jauh yang sudah hampir 2 tahun dilaksanakan masih tetap menjadi
satu-satunya pilihan yang harus diambil oleh Lembaga
Pendidikan untuk memastikan
proses pembelajaran tetap berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa ada beberapa hal
yang perlu disiapkan agar pembelajaran daring menjadi lebih efektif, antara lain: (1) kesiapan orang tua dalam mendampingi
siswa berkebutuhan khusus dalam proses belajar, (2) kesiapan siswa untuk dapat
belajar secara daring, (3) kesiapan sumber daya manusia yang dimiliki setiap lembaga pendidikan untuk menjalani pembelajaran daring, (4) ketersediaan
aplikasi yang ramah pada anak berkebutuhan khusus, sehinga memudahkan siswa berkebutuhan khusus dalam proses belajar, (5) modifikasi kurikulum, sistem penugasan yang terstruktur dan mudah dilaksanakan oleh orang tua, serta (5) kemampuan guru dalam memanajemen kelas saat pembelajaran
daring agar interaksi dan komunikasi
antara guru dan siswa tetap terjalin dengan baik sekalipun
pembelajaran dilakukan secara daring.
Creswell, John W., & Creswell, J.
David. (2017). Research Design: Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods
Approaches. New York: Sage Publications. Google Scholar
Friend, James, & Yeo, Leslie Y. (2011).
Microscale Acoustofluidics: Microfluidics Driven Via Acoustics And Ultrasonics.
Reviews Of Modern Physics, 83(2), 647. Google Scholar
Gultom, Maidin. (2014). Perlindungan
Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia. Bandung:
Refika Aditama. Google Scholar
Hafni, Roswita. (2021). Dampak Pandemi
Covid-19 Terhadap Pendidikan Online. Seminar Nasional Teknologi Edukasi
Sosial Dan Humaniora, 1(1), 601�611. Google Scholar
Hamidaturrohmah, H., & Mulyani, T.
(2020). Strategi Pembelajaran Jarak Jauh Siswa Berkebutuhan Khusus Di Sd
Inklusi Era Pandemi Covid-19. Elementary: Islamic Teacher Journal, 8(2).
247-278. Google Scholar
Hikmat, Hikmat, Hermawan, Endang, Aldim,
Aldim, & Irwandi, Irwandi. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring Selama
Masa Pandemi Covid-19: Sebuah Survey Online. Lp2m. Google Scholar
Jannah, Rehan Nil, Wulandari, Nurul
Lathifa, & Budi, Setia. (2020). Pengalaman Belajar Daring Siswa
Berkebutuhan Khusus Pada Pandemi Covid-19 Di SD Inklusif. Elementary Islamic
Teacher Journal, 8(2), 359�376. Google Scholar
Lisinus, Rafael, & Sembiring, Pastiria.
(2020). Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus (Sebuah Perspektif Bimbingan Dan
Konseling). Medan: Yayasan Kita Menulis. Google Scholar
Minsih, Minsih, Nandang, Jatin Sri, &
Kurniawan, Wahyu. (2021). Problematika Pembelajaran Online Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Basicedu,
5(3), 1252�1258. Google Scholar
Pakpahan, Roida, & Fitriani, Yuni.
(2020). Analisa Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Di Tengah Pandemi Virus Corona Covid-19. Journal Of Information System,
Applied, Management, Accounting And Research, 4(2), 30�36. Google Scholar
Pradipta, Rizqi Fajar, Purnamawati, Frimha,
Efendi, Mohammad, Dewantoro, Dimas Arif, Huda, Abdul, & Jauhari, Muhammad
Nurrohman. (2020). The Role Of The Resource Center In The Implementation Of
Inclusion Education In Basic, Medium, And Higher Education Institutions: A Grounded
Theory Approach. 1st International Conference On Information Technology And
Education (Icite 2020), 490�496. Atlantis Press. Google Scholar
Smith, D. D., & Tyler, N. C. (2010). Introduction
To Special Education (7th Edition) (7th Ed.). Upper Saddle River, Nj:
Merrill. Google Scholar
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Tindakan. Bandung: Rosda Karya. Google Scholar
Syafarana, Ilona Aulia Nur, & Chairani,
Assyifa. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Pada Masa
Pandemi Covid�19 Di Sekolah Inklusif Sdn 12 Gedong. Jurnal Ortopedagogia,
6(2), 125�129. Google Scholar
Syarifudin, Albitar Septian. (2020).
Impelementasi Pembelajaran Daring Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Sebagai
Dampak Diterapkannya Social Distancing. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia Metalingua, 5(1), 31�34.
Https://Doi.Org/10.21107/Metalingua.V5i1.7072 Google Scholar
Takdir Ilahi, Mohammad. (2013). Pendidikan Inklusif Konsep Dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media, Yogyakarta. Google Scholar
Taylor, R. L., Smiley, L., & Richards,
S. B. (2009). Exceptional Students. New York: Mc. Graw-Hill. Google Scholar
Yuliani, Meda, Simarmata, Janner, Susanti,
Siti Saodah, Mahawati, Eni, Sudra, Rano Indradi, Dwiyanto, Heri, Irawan, Edi,
Ardiana, Dewa Putu Yudhi, Muttaqin, Muttaqin, & Yuniwati, Ika. (2020). Pembelajaran
Daring Untuk Pendidikan: Teori Dan Penerapan. Medan: Yayasan Kita Menulis. Google Scholar
Copyright holder: Anissa Rizky Andriany, Ajheng Mulamukti Asih Pratiwi, Mahesti Pertiwi (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |