����� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p-ISSN: 2541-0849

������ e-ISSN : 2548-1398

������ Vol. 3, No. 9 September 2018

 

 


KEEFEKTIFAN METODE RECIPROCAL LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK DITINJAU DARI MINAT MEMBACA KARYA SASTRA

 

Fathul Hidayati

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek antara kelompok siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning dan talking stick; perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek antara kelompok siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi dan rendah; dan interaksi antara metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain faktorial 2x2, dengan populasi seluruh siswa kelas X SMA Negeri di Kota Yogyakarta. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek dan angket minat membaca karya sastra. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian, ada perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek antara siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran reciprocal learning dan metode pembelajaran talking stick dari hasil statistik diperoleh Fh = 36,37 > Ft = 4,00; ada perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek antara siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi dan minat membaca karya sastra rendah dari hasil statistik diperoeh Fh = 16,50 > Ft = 4,00; ada interaksi antara metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek dari hasil statistik diperoleh Fh = 7,33 > Ft = 4,00. Simpulan penelitian ini ialah: metode pembelajaran reciprocal learning lebih baik daripada talking stick; minat membaca karya sastra tinggi lebih baik daripada minat membaca karya sastra rendah; serta ada interaksi antara metode pembelajaran dengan minat membaca karya sastra terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

 

 

Kata Kunci : Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek, Metode Reciprocal, Learning,                       Metode Talking Stick, Minat Membaca Karya Sastra.

 

Pendahuluan

Kemampuan mengapresiasi sastra terutama cerita pendek memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran karena terdapat dalam silabus baik pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendiikan (KTSP) maupun Kurikulum 2013. Pembelajaran sastra di SMA (Sekolah Menengah Atas) dalam BSNP (2006: 261) bertujuan untuk menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Kemampuan mengapresiasi cerita pendek perlu ditingkatkan karena kemampuan mengapresiasi cerita pendek penting dalam upaya mempersiapkan siswa agar memiliki kepekaan perasaan, penalaran, daya imajinasi, serta kepekaan terhadap masyarakat, lingkungan, dan budaya. Selain itu, kemapuan mengapresiasi cerita pendek merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan tujuan pendidikan untuk membentuk manusia seutuhnya. Kata kunci pemahaman tentang apresiasi yaitu membaca karya sastra secara langsung (Nurgiyantoro, 2011:456).

Proses apresiasi karya sastra terutama jenis cerita pendek biasanya berawal dari membaca karya sastra secara langsung, setelah itu baru dapat memahami, menanggapi bahkan menilai. Oleh karena itu, minat membaca terutama minat membaca karya sastra tentunya berperan penting guna menghasilkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang baik. Minat membaca terutama minat membaca karya sastra tentunya berperan penting guna menghasilkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang baik. Minat membaca karya sastra ini akan membuat siswa memiliki pengalaman bersastra dan tentu akan memberikan dampak pada kemampuan mengapresiasi karya sastra terutama cerita pendek.

Selain itu, pembelajaran apresiasi cerita pendek juga memerlukan pendekatan dan metode dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran apresiasi cerita pendek diantaranya adalah metode pembelajaran reciprocal learning dan metode pembelajaran talking stick. Metode pembelajaran tersebut termasuk dalam pendekatan kooperatif.

Pendekatan kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan yang berorientasi pada kerja sama antarsiswa (Andayani, 2015: 233). Penggunaan pendekatan kooperatif dikarenakan selama ini pembelajaran apresiasi cerita pendek belum banyak yang mengutamakan kerjasama antarsiswa untuk memudahkan proses pembelajaran.

Penggunaan kedua metode tersebut sudah banyak diteliti oleh peneliti lain, diataranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Komariah, Ramadhona, dan Silviyanti. (2015). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan metode reciprocal learning memiliki pengalaman yang positif. Siswa menjadi aktif dan kooperatif selamakegiatan pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2015) tentang penggunaan metode talking stick. Hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pengguaan metode talking stick juga efektif digunakan dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dengan adanya kenaikan rata-rata skor pretest ke skor posttest, yakni rata-rata skor posttest mengalami kenaikan lebih dari 5 poin dari skor rata-rata pretest.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas dapat disimpulkan bahwa kedua metode pembelajaran tersebut memang efektif digunakan dalam pembelajaran akan tetapi kedua penelitian tersebut belum membandingkan penggunaan kedua metode tersebut dalam sebuah pembelajaran yang sama. Penelitian ini lah yang akan membandingkan kedua metode tersebut, yakni reciprocal learning dan talking stick. Penelitian ini berusaha menunjukkan sejauh mana pengaruh kedua metode tersebut dan menunjukkan mana metode yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran terutama pembelajaran mengapresiasi cerita pendek.

Kemampuan menurut Chaplin (2000: 1), Wellek dan Warren (2014: 94) dapat didefinisikan sebagai perilaku, tanggapan, serta tindakan siswa untuk menunjukkan aktivitas. Apresiasi secara harpiah adalah penghargaan terhadap karya sastra (Winarni, 2014: 25). Waluyo (2011: 29) berpendapat sama dengan Aminudin (2009: 22) bahwa apresiasi terutama dalam karya sastra yakni memberikan penilaian dengan karya sastra dengan memperhatikan pengamatan, penilaian, dan memberikan penghargaan terhadap karya sastra. Sedangkan cerita pendek adalah cerita fiksi yang hanya terdiri dari beberapa halaman, atau sekitar seribuan kata (Nurgiyantoro, 2005: 287). Jadi, kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah kesanggupan seseorang untuk mengenal, menghargai, atau mengagumi, menginterpretasi atau memberi makna, mengerti atau memahami, menyenangi atau menikmati, dan memberi penilaian terhadap karya sastra bentuk cerita pendek.

Metode pembelajaran menurut Andayani (2015: 85), Sani (2014: 90), dan Sumantri (2001: 114) dapat diartikan sebagai perencanaan pembelajaran yang bersifat prosedural yakni berupa cara atau langkah operasional yang dilakukan untuk menyampaikan materi pembelajaran. Cara-cara atau langkah-langkah yang dilakukan dapat berbeda-beda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dengan kondisi yang berbeda pula.

Metode reciprocal learning menurut Silver dan Harvey. (2012: 169) adalah metode pemasangan peserta didik yang dirancang dengan mengingat prinsip-prinsip pembinaan yang efektif yaitu dengan membagi siswa ke dalam kelompok untuk membentuk kemitraan belajar yang berkomitmen dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Huda (2014: 216) mengungkapkan bahwa reciprocal learning ditujukan untuk mendorong siswa mengembangkan skill-skill yang dimiliki oleh pembaca dan pembelajar efektif, seperti merangkum, bertanya, mengklarifikasi, memprediksi, dan merespons apa yang dibaca.Berbeda dengan metode reciprocal learning, metode talking stick menurut Huda (2014: 224) dan Suprijono (2009: 109)adalah proses belajar mengajar secara berkelompok di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan kepada satu siswa kepada siswa lainnya.

Minat menurut Sutarno (2006: 27)minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang tersebut terhadap sesuatu. Rahim (2008: 28) minat membaca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Maksudnya orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapatkan bahan bacaan, kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Jadi, minat membaca karya sastra adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca karya sastra baik puisi, cerpen, novel dan lain sebagainya. Keinginan dan usaha tersebut diiringi dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca tersebut sehingga seseorang membaca karya sastra dengan kemauannya sendiri.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek antara kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran reciprocal learning dan metode pembelajaran talking stick. (2) Mengetahui perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek antara kelompok siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi dan kelompok siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. (3) Mengetahui interaksi antara metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

 

Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan desain faktorial 2x2.Populasi yang menjadi subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Sekota Yogyakarta dengan sampel ditentukan dengan teknik cluster random sampling untuk menentukan 2 sekolah yang akan dijadikan sampel yakni diperoleh SMA Negeri 10 dan SMA Negeri 11 Yogyakarta, dan menggunakan random sampling untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel.

Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu analisis data deskriptif dilakukan dengan menyajikan data melalui tabel distribusi frekuensi, dilanjutkan dengan perhitungan nilai sentral untuk melihat sebaran data dengan menghitung modus, median, mean, kemudian dapat dilihat variansi data dengan menggunakan range, varians, standar deviasi, dan koefisien variasi (Taniredja dan Mustafidah, 2012: 61). Selanjutnya dilakukan analisis data inferensial menggunakan teknik Analisis Varian Dua Jalan (ANAVA dua jalan) yang terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan sebagai syarat untuk uji hipotesis.

 

 

 

 

Hasil dan Pembahsan

Pada bagian ini akan dideskripsikan data-data distribusi frekuensi, hasil uji normalitas, da uji homogenitas. Berdasarkan data yang diperoleh diketahuai kelompok A1 memiliki nilai gain skor tertinggi kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 31,67, nilai terendah sebesar -1,67, dan memiliki rentang nilai -1,7-31,7.

Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 12,71, modus (Mo) sebesar 15, median (Me) sebesar 12,50, dan simpangan baku (s) sebesar 8,22. Kelompok A2 diketahui memiliki nilai gain skor tertinggi kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 18,33, nilai terendah sebesar -13,33, dan memiliki rentang nilai -13,3-18,3. Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 2,50, modus (Mo) sebesar 0, median (Me) sebesar 1,67, dan simpangan baku (s) sebesar 7,51.

Selanjutnya diketahui kelompok B1 memiliki nilai tertinggi kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 31,67, nilai terendah sebesar -13,33, dan memiliki rentang nilai -13,33-31,67. Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 11,04, modus sebesar 0, median sebesar 11,67, dan simpangan baku (s) sebesar 10,44. Kelompok B2 diketahui memiliki nilai tertinggi kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 31,67, nilai terendah sebesar -13,33, dan memiliki rentang nilai -13,33-31,67. Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 11,04, modus sebesar 0, median sebesar 11,67, dan simpangan baku (s) sebesar 10,44.

Kelompok A1B1 diketahui memiliki nilai tertinggi kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 31,67, nilai terendah sebesar 6,67, dan memiliki rentang nilai 6,67-31,67. Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 18,44 modus sebesar 15, median sebesar 19,17, dan simpangan baku (s) sebesar 6,22. Kelompok A1B2 diketahui memiliki nilai tertinggi kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 16,67, nilai terendah sebesar -1,67, dan memiliki rentang nilai -1,67-16,67. Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 6,98 modus sebesar 1,67, median sebesar 6,67, dan simpangan baku (s) sebesar 5,55.

Selanjutnya, kelompok A2B1 memiliki nilai tertinggi kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 18,33, nilai terendah sebesar -13,33, dan memiliki rentang nilai -13,33-18,33. Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 3,65 modus sebesar 0, median sebesar 3,33, dan simpangan baku (s) sebesar 8,35. Kelompok A2B2 memiliki nilai tertinggi kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 18,33, nilai terendah sebesar -8,33, dan memiliki rentang nilai -8,33-18,33. Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 1,35, modus sebesar 0, median sebesar 0, dan simpangan baku (s) sebesar 6,64.

Uji persyaratan pada penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians data. Hasil uji normalitas pada kelompok A1, A2, B1, dan B2 secara berturut-turut mendapati nilai Lo 0,081, 0,120, 0,092, 0,115 berada dibawah nilai Lt sebesar 0,16. Sementara pada kelompok A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2 secara berturut-turut memperoleh hasil 0,143, 0,177, 0,143, dan 0,123 berada di bawah nilai Lt sebesar 0,22.Selanjutnya dilakukan uji homogenitas dengan hasil homogen pada setiap kelompok, yaitu kelompok (1) A1:A2; (2) B1:B2; (3) A1B1:A2B1; (4) A1B2:A2B2; (5) A2B2:A1B1; (6) A2B1:A1BB2; (7) A2B2:A2B1; A1B2:A1B1; dan(9) A1B1 : A2B1 : A1B2 : A2B2 secara berturut-turut memiliki X2obs 0,25; 6,03; 0,78;0,19; 0,07; 2,43; 0,78; 0,19; dan 2,78 lebih kecil dari X_tabel 6,63.

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (H0) yang telah diajukan diterima, atau sebaliknya pada taraf kepercayaan tertentu hipotesis alternatif (H1) yang telah diajukan diterima. Pengujian hipotesis ini menggunakan teknik Analisisi Varaians Dua Jalan. Teknik analisis ini digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh baik karena adanya (1) perbedaan metode pembelajaran yang berlainan (reciprocal learning-talking stick), (2) perbidaan minat membaca karya sastra (tinggi-rendah), maupun (3) interaksi antara metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra.

Berdasarkan analisis varians dua jalan diperoleh Fhitung dari sumber varians metode (A) sebesar 36,37. Sementara itu Ftabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 60 pada taraf α = 0,05 diketahui sebesar 4,00. Berdasarkan perhitungan analisis varians dua jalan seperti yang terangkum pada tabel di atas diperoleh Fhitung dari sumber variansi minat membaca karya sastra (B) sebesar 16,50. Sementara Ftabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 60 pada taraf α = 0,05 diketahui sebesar 4,00. Berdasarkan perhitungan analisis varians dua jalan seperti yang terangkum pada tabel di atas diperoleh Fhitung dari sumber variansi interaksi (AxB) sebesar 7,33. Sementara Ftabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 60 pada taraf α = 0,05 diketahui sebesar 4,00.

Interaksi yang ada pada metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek akhirnya membuat penelitian ini dilanjutkan pada uji lanjut Tuckey. Uji sel pertama, pada kelompok A1B1 : A2B1. Hasil pengujian untuk uji tuckey diperoleh nilai Q = 5,32 dan nilai selisih rerata = 14,79 dengan n = 16. Uji sel kedua, pada kelompok A1B2 : A2B2. Hasil pengujian untuk uji tuckey diperoleh nilai Q =4,42 dan nilai selisih rerata = 5,63 dengan n = 16. Uji sel ketiga, pada kelompok A1BI: A2B2. Hasil pengujian untuk uji tuckey diperoleh Q = 4,65 dengan nilai selisih rerata = 17,08 dengan n= 16. Uji sel keempat, pada kelompok A2B1 : A2B2. Hasil pengujian untuk uji tuckey diperoleh Q = 5,45 dengan nilai selisih rerata 2,29 dengan n = 16. Uji sel kelima, pada kelompok A2B1:A1B2. Hasil pengujian tuckey diperoleh Q = 5,12 dengan nilai selisih rerata 3,33 dengan n = 16. Uji sel keenam, pada kelompokA1B2: A1B1. Hasil pengujian tuckey diperoleh Q = 4,26 dengan nilai selisih rerata 11,46 dengan n = 16.

Hasil analisis deskripsi data yang diperoleh menunjukkan nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning berbeda dengan nilai rata-rata gainskor kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang diajar dengan metode pembelajaran talking stick. Nilai rata-rata gainskor kemamapuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning adalah sebesar 12,71 sedangkan nilai rata-rata gainskor kemamapuan mengapresiasi cerita pendek yang diajar dengan metode pembelajaran talking stick adalah sebesar 2,50.

Hasil perhitungan ini didukung oleh hasil analisis inferensial yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang diajar dengan metode pembelajaran talking stick. Jika dilihat dari rata-rata pemerolehan nilai kedua metode pembelajaran tersebut, maka dapat dilihat bahwa metode pembelajaran reciprocal learning lebih tinggi daripada nilai metode pembelajaran talking stick. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini metode pembelajaran reciprocal learning memberikan pengaruh yang lebih baik daripada metode pembelajaran talking stick terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

Penelitian ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Arjanggi (2010: 97) yang mengemukakan bahwa metode pembelajaran tutor teman sebaya atau yang dapat disebut dengan reciprocal learning memiliki pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Metode tutor sebaya ini memiliki kontribusi sebesar 17,4 persen dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran aktif dapat dilakukan tanpa harus melibatkan banyak tenaga pengajar dan proses pembelajaran bisa dimaksimalkan dengan potensi yang ada, diantaranya melalui tutor teman sebaya atau yang biasa disebut pembelajaran timbal balik atau reciprocal learning.

Ching dan Hui (2013) menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif dan yang tidak menggunakannya. Siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatifmemiliki rata-rata nilai sebesar 88,1, sedangkan yang tidak menggunakannya mendapat nilai rata-rata 82,6 (Ching & Hui, 2013: 19). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memang baik digunakan dalam pembalajaran, termasuk di dalamnya adalah metode reciprocal learning dan talking stick. Akan tetapi, ada yang lebih baik dari kedua metode tersebut yaitu metode reciprocal learning. Seperti yang diungkapkan oleh Komariah (2015: 99) bahwa metode reciprocal learning dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman secara signifikan.

Hal ini ditunjukkan dengan perubahan siswa yang menjadi lebih aktif dan produktif saat menggunakan metode ini. Seperti yang diketahui bahwa kemampuan mengapresiasi cerita tidak dapat lepas dari kegiatan membaca, karena dengan membaca maka siswa dapat belajar mengapresiasi sebuah cerita dalam hal ini cerita pendek.

Selain dibedakan dengan penggunaan metode pembelajaran, ada juga yang tidak dibedakan dengan penggunaan metode pembelajaran tetapi dari sisi minat membaca karya sastra. Hal ini dibedakan berdasarkan siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi dan siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah.

Hasil analisis deskriptif mengindikasikan bahwa nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi adalah sebesar 11,04 sedangkan nilai rata-rata gainskor kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah adalah sebesar 4,17. Dilihat dari nilai rata-rata gainskor tersebut, nilai kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang memiiki minat membaca karya sastra tinggi lebih baik daripada nilai rata-rata gainskor siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat membaca karya sastra mempengaruhi kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

Hasil yang didapat dari penelitian ini diperkuat oleh penelitian Nasser (2013: 68) bahwa siswa yang mendapatkan perlakuan dalam program membaca memiliki nilai sebesar 0,50 sedangkan pada siswa tidak mendapatkan program membaca memiliki nilai 0,18. Hasil ini membuktikan bahwa kebiasaan membaca yang dilandasi oleh minat membaca dapat memberikan hasil yang baik dalam mempengaruhi prestasi akademik siswa.

Pentingnya minat membaca bagi kemampuan maupun prestasi akademik siswa, diperlukan peran serta orang tua dalam menunjang dan menggiatkan minat mmebaca siswa terutama minat membaca karya sastra khususnya di rumah. Randsell (2015: 33) mengungkapkan bahwa kegiatan membaca di rumah dapat semakin dimaksimalkan dengan menambah intensitas kegiatan membaca. Bagi keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, orang tua dapat menggunakan jasa perpustakaan umum untuk meningkatkan minat membaca anaknya. Dalam hal ini Randsell menekankan hal yang paling penting ialah dukungan penuh orang tua dalam meningkatkan minat membaca dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan menggiatkan kegiatan membaca di rumah. Dengan demikian, diharapkan hal tersebut dapat memberikan hasil yang positif terhadap prestasi akademik mapun pengetahuan serta wawasan yang dimiliki.

����������������

 

 

���

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan memperoleh simpulan sebagai berikut. (1) Ada perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran talking stick. (2) Ada perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi dengan siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. (3) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa.

Berdasarkan simpulan di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra berpengaruh terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.

 

Andayani. 2015. Problema dan Aksioma dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

 

Arjanggi, R dan Suprihatin, T. 2010. Metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya Meningkatkan Hasil Belajar Berdasar Regulasi-Diri. Makara of Social Sciences and Humanities Series. Vol. 14 (2). pp. 91-97.

 

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdiknas.

 

Chaplin, C. P. 2000. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemah Kartini Kartono. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

 

Ching, Y. P., dan Hui, Y. W. 2013. �The Cooperative Learning Effects on English Reading Comprehension and Learning Motivation of EFL Freshmen�. English Language Teaching. vol. 6 (3). pp. 13-27.

 

Febriyanti, D. I. 2015. The Use of Talking Stick to Improve Students Speaking Skill (A Classroom Action Research On X MIA-2 Students of SMA Negeri 1 Kesamben). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB.vol. 3 (2).

 

Huda, M. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: isu-isu Metodis dan Paradogmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Komariah, E., Ramadhona, P. A. C., dan Silviyanti, T. M. 2015. Improving Reading Comprehension through Reciprocal Teaching Method. Studies in English Language and Education. Vol. 2 (2). pp. 99-115.

 

Nasser, Ramzi. 2013. Teaching A Literacy Exercise: An Extracurricular Reading Program as an Intervention to Enrich Student Reading Habits in Qatar. International Journal of Education & Literacy Studies. Vol.1 (1). pp. 61-71.

 

Nurgiyantoro, B. 2011. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

 

______________.2005.SastraAnak,PengantarPemahamanDuniaAnak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Nurgiyantoro, B., Gunawan., dan Marzuki. 2009. Statistik Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

 

 

Rahim, F. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Ransdell, Sarah. 2015. Home Literacy, Summer School, and Kindergarten Readiness among Bilingual Preschoolers in Low-Income Families. International Journal of Education and Social Science. Vol. 2 (5). pp. 31-37.\

 

Sani, A. R. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Silver, Harvey, dkk. 2012. Strategi-Strategi Pengajaran. Jakarta Barat: PT. Indeks.

 

Sumantri, Mulyani dan Johar Permana. 2001. Metode Belajar Mengajar. Bandung : CV Maulana.

 

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.

 

Taniredja, T dan Mustafidah, H. 2012. Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta

 

Waluyo, H. J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press.

 

Wellek, R dan Warren A. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

 

Winarni, R. 2014. Kajian Sastra Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.