Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN
: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol.
1, No. 3 November 2016
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI BAYI USIA <6
BULAN
Desi
Evitasari
STIKES YPIB Majalengka
email: [email protected]
Abstrak
Pemberian
makanan pendamping ASI, merupakan bentuk perilaku dalam upaya meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan balita sesuai usianya. Pemberian MP-ASI pada bayi sesuai
standar lebih dari 6 bulan di UPTD Puskesmas Sumberjaya tahun 2015 sebesar
33,3% belum optimal. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku pemberian makanan pendamping ASI bayi usia <6
bulan pada ibu batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun
2016.Penelitian ini menggunakan metode analytic
dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini seluruh ibu dan bayi
usia 6-24 bulan sebanyak 145 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 59
respoonden yang diambil menggunakan teknik accidental random sampling. Data yang digunakan adalah data primer diambil
menggunakan instrumen kuesioner. Analisis data univariat menggunakan distribusi
frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square (α = 0,05). Hasil penelitian diketahui
bahwa lebih dari setengahnya perilaku pemberian
makanan pendamping ASI dini (66,1%), kurang dari setengahnya pengetahuan kurang
(47,5%), lebih dari setengahnya tidak bekerja (52,5%), kurang dari setengahnya
pendapatan rendah (35,6%). Disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan (ρ=
0,045), pekerjaan (ρ=0,027), dan pendapatan (ρ=0,038) dengan perilaku pemberian makanan
pendamping ASI bayi usia <6 bulan pada ibu batita di UPTD Puskesmas
Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016. Saran
diajukan bagi petugas
kesehatan agar meningkatkan cakupan pemberian MP-ASI pada bayi usia >6 bulan
melalui promosi dan sosialisasi MP-ASI dengan kader posyandu, dan mengembangkan
media KIE. Bagi ibu agar memberikan ASI eksklusif dengan pemberian MP-ASI saat
bayi 6 bulan, aktif mengikuti penyuluhan, tetap memberikan ASI saat bekerja,
dan menghindari pemberian susu formula untuk meningkatkan gizi bayi.
Kata Kunci : Makanan Pendamping ASI, Bayi Usia < 6 bulan, Ibu Batita
Pendahuluan
Kesehatan merupakan aspek yang
penting dalam menunjang program pembangunan. Pembangunan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 46).
Upaya pemerintah yang nyata guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah satunya difokuskan terhadap
kesehatan bayi. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan
untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Dikarenakan
bayi merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan
maupun serangan penyakit (Kemenkes RI, 2014:87).�
Kesehatan
bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam
kondisi optimal. Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa
indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan
bayi dan balita. Pelayanan kesehatan pada bayi salah satunya pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) (Kemenkes RI, 2014 : 93).
Pemberian
Makanan pendamping ASI diberikan untuk meningkatkan gizi bayi terutama waktu
bayi berumur 6 bulan, karena ASI sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi
bayi, dengan demikian bayi memerlukan energi tambahan (Prabantini, 2010 : 47).�
Cakupan
pemberian MP-ASI balita lebih dari 6 bulan secara nasional tahun 2013 sebesar
54,3%, menurun pada tahun 2014 sebesar 52,3%. Berdasarkan provinsi di Indonesia
tahun 2014 tertinggi di Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7% sedangkan terendah di
Provinsi Jawa Barat sebesar 21,8 % (Kemenkes RI, 2015 : 5.20).
Pemberian
MP-ASI di Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebanyak 12.248 dari 17.764 orang
(68,93%) diberikan sesuai standar lebih dari 6 bulan belum mencapai target
(80%). Persentase pemberian MP-ASI tertinggi di Puskesmas Majalengka sebesar
92,58%, sedangkan di Puskesmas Sumberjaya�
hanya sebanyak 759 dari 967 (78,49%) (Dinkes Kab Majalengka, 2015).
Rendahnya
pemberian MP-ASI perlu ditangani, diantaranya melalui program perbaikan gizi
yang diupayakan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan mutu MP-ASI.
Selama ini sudah dilakukan pemberian MP-ASI kepada bayi dan anak dari keluarga
miskin, secara umum terdapat dua jenis MP-ASI yaitu hasil pengolahan pabrik dan
yang diolah di rumah tangga (Kemenkes RI, 2011 : 3).
Bayi
usia 6 (enam) bulan ke atas harus diberi Makanan Pendamping ASI selain formula
lanjutan, sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya
(Permenkes RI, No 39, 2013). Salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh
kembang bayi dan anak usia 0-24 bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu MP-ASI
dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan. Agar tujuan dari pemberian MP ASI
dapat tercapai, maka pemberiannya harus disesuaikan dengan kemampuan bayi untuk
mencerna makanan (Kemenkes RI, 2010 : 35).
Pemberian
MP ASI yang tepat setelah bayi berusia 6 buIan memberikan banyak manfaat bagi
bayi. Pada saat bayi berusia 6 buIan, sistem dan enzim pencernaan sudah relatif
sempurna untuk mencerna makanan, mendapat imunitas yang cukup selama menyusui
dan mulainya stimulasi motorik bayi (Nugroho, 2011 : 32). Maka makanan
pendamping ASI seharusnya diberikan setelah bayi berumur 6 bulan karena dapat
memberikan manfaat yang besar pada ibu yang memiliki bayi memegang peranan
penting untuk mencegah pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat.
Selain itu pihak petugas kesehatan juga perlu menggalakkan pendidikan kesehatan
pada ibu agar makanan pendamping ASI dapat diberikan secara tepat (Kodrat, 2010
: 5).
Dampak
pemberian MP-ASI dini kurang dari 6 buIan yaitu bayi lebih sering menderita
diare, mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, terjadi malnutrisi/gangguan
pertumbuhan anak, produksi ASI menurun dan tingginya solute load dari MP-ASI yang diberikan, sehingga dapat menimbulkan
hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal (Soetjiningsih, 2010 : 26). Pemberian
MP ASI dini, dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap bayi Nugroho (2011 :
32). Risiko pemberian MP ASI dini yaitu gangguan saluran pencernaan, reaksi
alergi, mengurangi penyerapan zat besi, terserang penyakit infeksi, mengurangi
penyerapan zat besi, obesitas dan berisiko mengalami invaginasi
Perilaku
ibu memegang peranan penting dalam pemberian makanan pendamping ASI yang tepat.
Pemberian makanan tambahan merupakan bentuk perilaku kesehatan, menurut Green
perilaku salah satunya ditentukan oleh faktor pengetahuan, pekerjaan dan
pendapatan (Notoatmodjo, 2011). Pengetahuan
ibu tentang pentingnya MP-ASI masih rendah, tata laksana rumah sakit yang salah
dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Beberapa rumah sakit
memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu
memproduksi ASI (Aprillia, 2012 : 2).
Pada aspek sosio
ekonomi, semua ibu yang bekerja baik dirumah maupun luar rumah, keduanya akan
tetap meninggalkan anak- anaknya untuk sebagian besar waktu, sehingga
memberikan makanan pengganti ASI (Niven, 2010 : 253). Keadaan sosial ekonomi
keluarga sangat berpengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI yang baik
kepada anak. Keadaan sosial ekonomi keluarga yang rendah menyebabkan keluarga
tidak mampu menyediakan MP-ASI yang memadai bagi anak. (Joyomartono, 2010 :
26).
Hasil
penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian
Makanan Pendamping ASI di Posyandu Mawar I Desa Karangrejo ditemukan ada
hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI (p 0,020) (Kristianto, 2013). Sedangkan
hasil penelitian mengenai hubungan status pekerjaan dan tingkat pendapatan
keluarga dengan perilaku ibu dalam memberikan makanan Pendamping ASI di Desa
Beji Lor Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang ditemukan ada hubungan antara
status pekerjaan (p 0.002) dan
pendapatan keluarga (p 0.009) dengan
perilaku dalam memberikan MP-ASI. (Agustina, 2013)
Pemberian
MP-ASI di UPTD Puskesmas Sumberjaya tahun 2014 dari 967 balita sebanyak 759
(78,49%) sesuai standar > 6 bulan, dan sebanyak 208 balita (21,51%)
terlalu dini <6 bulan.� Dari hasil
studi pendahuluan di UPTD Puskesmas Sumberjaya pada tahun 2015 terhadap 15
balita diperoleh sebanyak 10 orang (66,7%) memperoleh MP-ASI sejak usia <6
bulan dan hanya 5 orang (33,3%) memberikan MP-ASI sesuai standar. Diantaranya
dari 10 bayi dengan MP-ASI dini terdapat 7 ibu (70,0%) kurang tahu pola
pemberian MP-ASI yang benar, 6 ibu (60,0%) karena alasan bekerja dan 5 ibu
(50,0%) rendahnya sosial ekonomi (pendapatan). Sehingga pemberian MP-ASI yang
kurang sesuai di UPTD Puskesmas Sumberjaya salah satunya berkaitan dengan
faktor pengetahuan, pekerjaan, dan pendapatan.��
Berdasarkan
latar belakang tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul �Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian Makanan
Pendamping ASI Bayi Usia <6 Bulan pada Ibu Batita di UPTD Puskesmas
Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016�.
�
Metode
Penelitian
Desain
penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional atau potong lintang. Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan cara pendekatan,
observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point time approach). (Notoatmodjo, 2012
: 37) Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi
usia 6-24 bulan yang tercatat di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka
bulan April tahun 2016 sebanyak 145 orang. Sampel penelitian ini adalah
sebagian ibu yang mempunyai bayi usia 6-24 bulan yang berkunjung di UPTD
Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka periode penelitian bulan April Tahun
2016 sebanyak 59 responden.
Pengukuran instrument penelitian ini menggunakan uji validitas dan
reliabilitas untuk mengukur kepercayaan instrumen pertanyaan pengetahuan
tentang MP-ASI yang dilakukan pengujian terhadap 20 responden di UPTD Puskesmas
Leuwimunding pada bulan April 2016.
Teknik
analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis Univariat dan
analisis Bivariat, Analisis univariat pada penelitian ini menggunakan teknik proporsional
dalam bentuk �persentase. Menurut Notoatmodjo (2012 : 182) analisis
univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini menggunakan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel dihitung dengan rumus� :
Keterangan :
P = Proporsi
f� = Jumlah
frekuensi kategori sampel
N = Jumlah populasi
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012 : 183). Uji yang dipakai
adalah uji chi square dengan alpha = 0,05 dengan rumus :
Hasil
dan Pembahasan
Analisis
Univariat
a.
Gambaran Perilaku
Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi Usia <6 bulan pada Ibu Batita di UPTD
Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016
Hasil
penelitian diketahui bahwa ibu batita yang memberikan makanan pendamping ASI
dini pada bayi usia <6 bulan lebih dari setengahnya sebanyak 39 orang
(66,1%), sedangkan ibu batita yang memberikan makanan pendamping ASI sesuai
pada bayi usia 6 bulan kurang dari setengahnya sebanyak 20 orang (33,9%). Hal
ini berarti lebih dari setengahnya perilaku pemberian makanan pendamping ASI
bayi usia <6 bulan pada ibu batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten
Majalengka Tahun 2016 termasuk kategori MP-ASI dini. Keadaan ini berdasarkan
hasil observasi diperoleh bahwa sebagian besar ibu kurang mengetahui tentang
pemberian MP-ASI yang benar, kemungkinan rata-rata pendidikan rendah di wilayah
binaan UPTD Puskesmas Sumberjaya adalah setingkat SD dan SMP (32%). Maka
rendahnya pendidikan ibu menggambarkan pemahaman dan wawasannya yang rendah.
Sehingga mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan MP-ASI yang tidak sesuai
< 6 bulan, termasuk MP ASI dini, sedangkan sesuai standar MP ASI diberikan
saat bayi berumur 6 bulan.
b.
Gambaran Pengetahuan Ibu
Batita tentang MP-ASI di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun
2016
Hasil
penelitian diperoleh bahwa ibu batita yang kurang memiliki pengetahuan MP-ASI
kurang dari setengahnya sebanyak 28 orang (47,5%), kategori cukup sebagian
kecil sebanyak 11 orang (18,6%), sedangkan kategori baik kurang dari
setengahnya sebanyak 20 orang (33,9%). Sehingga kurang dari setengahnya
pengetahuan ibu batita tentang MP-ASI di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten
Majalengka Tahun 2016 termasuk kategori kurang. Keadaan ini disebabkan masih
banyaknya ibu yang berpendidikan rendah, kemuningkinan pemahamannya rendah pula
dalam menerima informasi mengenai MP-ASI. Selain itu sebagian ibu kurang aktif
dalam melakukan kunjungan neonatus, yang akibatnya ibu tidak memperoleh
kesempatan dalam menerima konseling tentang pemberian MP-ASI dari petugas
kesehatan, sedangkan sumber informasi tentang MP-ASI yang ada di lingkungannya
kurang akurat yang berdampak semakin besarnya peluang bagi ibu untuk memberikan
MP-ASI yang kurang tepat saat usia bayi <6 bulan.
c.
Gambaran Pekerjaan Ibu Batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka
Tahun 2016
Hasil
penelitian didapatkan bahwa ibu batita yang tidak bekerja lebih dari
setengahnya sebanyak 31 orang (52,5%), sedangkan yang bekerja kurang dari
setengahnya sebanyak 28 orang (47,5%), sehingga lebih dari setengahnya ibu batita
di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016 termasuk kategori
tidak bekerja. Kemungkinan disebabkan ibu memilih untuk menjadi ibu rumah
tangga semenjak perkawinannya, dan memilih berhenti bekerja setelah kehamilan
dan melahirkan untuk mengurusi bayinya. Sedangkan pada ibu yang bekerja
cenderung lebih sibuk dapat mempengaruhi proses pemberian ASI dengan memberikan
MP-ASI dini, jika tanpa adanya upaya ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif.
d.
Gambaran Pendapatan Ibu
Batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016
Hasil
penelitian diketahui bahwa ibu batita yang memiliki pendapatan rendah kurang
dari setengahnya sebanyak 21 orang (35,6%), sedangkan yang memiliki pendapatan
tinggi lebih dari setengahnya sebanyak 38 orang (64,4%). Maka kurang dari
setengahnya pendapatan ibu batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten
Majalengka Tahun 2016 termasuk kategori rendah. Keadaan ini berdasarkan hasil
observasi selain kemungkinan banyaknya ibu yang tidak bekerja di wilayah binaan.
Selain itu juga disebabkan rendahnya pendidikan suami yang tergolong pekerja kasar
sebagai buruh pabrik atau penggarap pertanian dan perkebunan, secara ekonomi
pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaannnya di bawah rata-rata UMK Majalengka
Rp. 1.409.360 tergolong rendah.
Analisis
Bivariat
a.
Hubungan antara
Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi Usia <6
Bulan pada Ibu Batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun
2016
Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
pemberian makanan pendamping ASI bayi usia <6 bulan pada ibu batita di UPTD
Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016 (ρ 0,045). Hubungan ini dari hasil observasi kemungkinan
terkait dengan tingkat pemahaman ibu dari pengetahuan dan kebiasaan keluarga
dalam memberikan MP-ASI saat bayi usia 4 bulan. Sehingga ibu yang
berpengetahuan rendah di wilayah binaan memiliki kecenderungan lebih tinggi
untuk memberikan MP-ASI dini karena tidak mengetahuinya dibandingkan ibu yang
berpengetahuan baik. Sehingga pengetahuan menentukan terhadap perilaku
pemberian MP-ASI, terkait dengan informasi yang diperolehnya dengan
interpretasi semakin kurang tingkat pengetahuan ibu akan seamakin tidak tepat
pemberian MP-ASI dini < 6 bulan.
b.
Hubungan antara
Pekerjaan dengan Perilaku Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi Usia <6
Bulan pada Ibu Batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun
2016
Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku pemberian
makanan pendamping ASI bayi usia <6 bulan pada ibu batita di UPTD Puskesmas
Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016 (ρ
0,027). Hubungan ini kemungkinan terkait dengan kesempatan waktu ibu dan
rendahnya wawasan dalam mengurusi anak. Sehingga dengan luasnya kesempatan
memberikan peluang bagi ibu untuk mencoba memberikan makanan tambahan, seperti
di saat ibu sakit atau sedang malas menyusui. Hasil yang diperoleh di wilayah
binaan sebagian besar ibu yang tidak bekerja justru lebih tinggi memberikan
MP-ASI dini dibandingkan ibu yang bekerja karena wawasannya rendah.� Sedangkan pada ibu yang bekerja cenderung
menerima informasi yang lebih luas dari interaksi sosialnya, sehingga menunjang
terhadap upaya pemberian MP-ASI yang tepat saat bayia berusia >6
bulan.
c.
Hubungan antara
Pendapatan dengan Perilaku Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi Usia <6
Bulan pada Ibu Batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun
2016
Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku pemberian
makanan pendamping ASI bayi usia <6 bulan pada ibu batita di UPTD Puskesmas
Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016 (ρ
0,038). Hubungan ini terkait dengan rendahnya konsumsi makanan ibu yang
mempengaruhi produksi ASI terutama yang pendapatannya rendah cenderung kurang
mampu membeli makanan bergizi.� Sedangkan
di wilayah binaan sebagian besar ibu berpendapatan rendah maka kemungkinan
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk memberikan MP-ASI dini.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
pemberian makanan pendamping ASI bayi usia <6 bulan pada ibu batita di UPTD
Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016 dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :
1.
Lebih dari
setengahnya perilaku pemberian makanan pendamping ASI bayi usia <6 bulan
pada ibu batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016
termasuk kategori MP-ASI dini
2.
Kurang dari
setengahnya pengetahuan ibu batita tentang MP-ASI di UPTD Puskesmas Sumberjaya
Kabupaten Majalengka Tahun 2016 termasuk kategori kurang.
3.
Lebih dari
setengahnya pekerjaan ibu batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten
Majalengka Tahun 2016 termasuk kategori tidak bekerja.
4.
Kurang dari
setengahnya pendapatan ibu batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten
Majalengka Tahun 2016 termasuk kategori rendah.
5.
Ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku pemberian makanan pendamping ASI bayi usia
<6 bulan pada ibu batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka
Tahun 2016.
6.
Ada hubungan
antara pekerjaan dengan perilaku pemberian makanan pendamping ASI bayi usia
<6 bulan pada ibu batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka
Tahun 2016.
7.
Ada hubungan
antara pendapatan dengan perilaku pemberian makanan pendamping ASI bayi usia
<6 bulan pada ibu batita di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka
Tahun 2016.
BIBLIOGRAFI
Adriani, M, Wirjatmadi, B. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Agustina, Hasna. 2013. Hubungan
Status Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Perilaku Ibu dalam
Memberikan Makanan Pendamping ASI Rumahan pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Desa
Beji Lor Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Surakarta : STIKES Aisyiyah.
Tersedia : http://digilib.stikes-aisyiyah.ac.id Akses 11 Jan 2016 02:42:08 GMT.
Almatsier,
Sunita. 2012. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Cetakan Kesembilan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Aprillia, Yessie. 2012. Hipnostetri: Rileks, Nyaman, dan
Aman Saat Hamil & Melahirkan. Jakarta :
GagasMedia
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arini, Hidajati. 2012. Seorang
Ibu Harus Menyusui, Yogyakarta : FlashBooks
BKKBN. 2011. Analisis Lanjut
Tahun 2011. Jakarta : Pusat Litbang KB BKKBN. �
Dinkes Kab Majalengka. 2015. Profil
Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2014. Majalengka Dinkes Kab.
Majalengka.
Effendy,
Nasrul. 2012. Dasar � Dasar Keperawatan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Hartono, Andri. 2013. Petunjuk
Praktis Ibu. Untuk Menyusui. Jakarta: Yayasan Essentia Medika.
Kemenkes RI. 2014. Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta : Kemenkes RI.
_______. 2011. Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak. Jakarta:
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat.
Meilani,
Niken dkk. 2013. Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta : Fitramaya
Meliono. 2011. Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.
Neil Niven. 2010. Psikologi
Kesehatan Keperawatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain.
Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta.
_______. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT
Rineke Cipta
Nugroho,
Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk
Mahasiswa Kebidanan.� Cetakan ke-2.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam dan
Ferry Efendi. 2011. Pendidikan dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Permenkes RI No 39 Tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi Dan Produk Bayi Lainnya. Jakarta : Lembaran
Negara.
PP Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI� Eksklusif. Jakarta :
Lembaran Negara.
Sari, Dewi Ratna. 2012. Hubungan
Status Pekerjaan Ibu dan Tingkat Pendapatan Ibu dengan Pemberian MP-ASI di Desa
Bulusulur Kabupaten Wonogiri.�
Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.� Tersedia :
http://eprints.ums.ac.id Akses 21 Dec 2015 6:06:12 GMT.
Saryono. 2011. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.
SK Gub No 560/Kep.1581-Bangsos/2015 tentang UMK di Provinsi Jawa Barat.
Soekanto, Soerjono. 2010. Pengantar
Sosiologi. Jakarta : Rajawali Press.
Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Taufiqurrahman.
2012. Hubungan antara Pendidikan dan
Pengetahuan Ibu Balita dengan Pola Pemberian MP-ASI Pada Anak Usia 6-24 Bulan
di Kelurahan Karang Baru Selaparang Mataram Nusa Tenggara Barat. Mataram :
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes. Tersedia : http://ejournal.persagi.org Akses :
12 Dec 2015 12:41:21 GMT.
Undang-Undang RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta : Lembaran Negara Kemenkes RI.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Lembaran Negara Depdiknas.
Utami,
Roesli. 2010. Mengenal ASI Eksklusif.
Jakarta : PT : Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara
Wawan dan Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
Yuniastuti, Ari. 2010. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.