Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN
: 2548-1398
Vol.
6, No. 11, November 2021
�
PENGARUH ORIENTASI
STRATEJIK, KEPEMIMPINAN, MODAL MANUSIA DAN ORIENTASI LAYANAN TERHADAP
KEUNGGULAN BERSAING UNTUK PENINGKATAN KINERJA ORGANISASI
I Wayan Ova Arantika, Mahfudz
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia
Email:� [email protected],
[email protected]
Abstrak
Dari data capaian target sektor pariwisata tahun 2015 � 2019, diketahui bahwa kunjungan wisatawan asing pada tahun 2019 tidak dapat mencapai target 20 juta dan hanya terealisasi 16,1 juta. Kemudian pada periode yang sama dari sisi bandara, PT. AP I dan PT. AP II juga belum dapat memenuhi target laba tahun berjalan karena jumlah penumpang yang dilayani tidak sesuai dengan penetapan target awal. Dari perspektif yang berbeda dimana masing-masing moda transportasi telah terjadi suatu persaingan baik dari sisi intra maupun antar moda, terlebih dalam kondisi era baru/ new normal pandemi COVID 19. Tranportasi udara memiliki tingkat pemenuhannya paling tinggi atas prosedur tambahan yang dibutuhkan sebelum proses keberangkatan namun hal ini berdampak terhadap waktu pelayanan yang dibutuhkan menjadi semakin lama sehingga mempengaruhi keunggulan bersaing sektor transportasi udara semakin tergerus jika dibandingkan dengan sektor transportasi lain didalam kondisi dan lokasi tertentu, misalnya yang sudah mulai nampak adalah persaingan antar moda transportasi di pulau jawa. Hal tersebut merupakan fenomena gap yang kemudian ditambahkan melalui research gap yang akan diteliti. Penelitian dilakukan terhadap karyawan di seluruh badan pengelola bandara di Indonesia, yaitu: PT. Angkasa Pura I (Persero), PT. Angkasa Pura II (Persero), Perum LPPNPI dan Unit Pelaksana Bandar Udara (UPBU) di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan. Sampel yang diambil sebanyak 113 responden. Sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner menggunakan skala Likert 7 poin untuk mengukur 38 item pertanyaan. Teknik analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel: orientasi strategis, kepemimpinan, human capital dan orientasi pelayanan memiliki efek langsung terhadap kinerja organisasi dan secara tidak langsung melalui variabel intervensi keunggulan bersaing. Manajemen bandara harus memperhatikan 5 variabel ini karena mempengaruhi kinerja organisasi.
Kata Kunci:�� orientasi strategis; kepemimpinan; modal manusia; orientasi layanan; keunggulan kompetitif; kinerja organisasi; Pemodelan Persamaan Struktural (SEM)
Abstract
From the data on the achievement of the tourism sector targets for
2015�2019, it is known that foreign tourist visits in 2019 could not reach the
target of 20 million and only 16.1 million were realized. Then, in the same
period from the airport side, PT. AP I and PT. AP II have also not been able to
meet the current year's profit target because the number of passengers served
is not in accordance with the initial target setting. From a different
perspective, where each mode of transportation has experienced competition both
from an intra and intermodal perspective, especially in the new normal era of
the COVID-19 pandemic, Air transportation has the highest level of fulfillment
of the additional procedures required before the departure process, but this
has an impact on the service time required to become longer, so that the
competitive advantage of the air transportation sector is increasingly eroded
when compared to other transportation sectors in certain conditions and
locations. For example, what has begun to appear is competition between transportation
modes on the island of Java. This is a phenomenon that occurs when there is a
research gap to be studied. The research was conducted on employees across
airport management entities in Indonesia, namely: PT. Angkasa
Pura I (Persero), PT. Angkasa Pura II (Persero),
PERUM LPPNPI and Airport Implementation Unit (UPBU) under the Directorate
General of Civil Aviation, Ministry of Transportation of the Republic of
Indonesia. As many as 113 respondents were sampled. Sampling
in this study was done using a random sampling technique. The data was
collected by means of a questionnaire using a 7-point Likert scale to measure
38 question items. The analysis technique used is Structural Equation Modeling
(SEM). The results of the analysis show that the development of the Airport
Business Excellence Model (ABEM) concept and implementation of airport managers
in Indonesia through the variables of strategic orientation, leadership, human
capital, and service orientation has a direct effect on organizational
performance and indirectly through the intervening variables of competitive
advantage. Airport management should pay attention to these 5 variables because
they affect organizational performance.
Keywords:� strategic
orientation; leadership; human capital; service orientation; competitive
advantage; organizational performance; Structural Equation Modeling (SEM)
Received: 2021-10-20; Accepted:
2021-11-05; Published: 2021-11-18
Pendahuluan
Kinerja Organisasi
adalah hasil pencapaian organisasi/perusahaan terhadap target yang telah ditetapkan sebelumnya (Dharmawan, Raharjo, & Kusumawardhani, 2018). Organisasi perlu merancang strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerjanya, hal tersebut memerlukan sebuah orientasi yang tertuju pada bagaimana strategi suatu organisasi dapat berjalan dengan tepat sasaran
guna memenangkan persaingan. Strategi yang sesuai dengan rencana mampu memberikan sebuah nilai bagi
organisasi dan menjadikan hal tersebut sebagai
bagian dari sebuah budaya organisasi.
Kepemimpinan didalam penelitian (Feng, Wang, Lawton, & Nanfeng, 2019) yang meneliti pemimpin dari sisi manusiawi
dan moderat membantu perusahaan untuk meningkatkan orientasi pelanggan ketahapan yang lebih baik yang selanjutnya berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Karyawan dibawah kepemimpinan manusiawi juga akan lebih tangguh dalam
menghadapi emosional negatif pelanggan atas apa yang mereka
terima terkait fasilitas atau mungkin pelayanan yang belum memuaskan. Dalam (Sukoco, Iwan dan Prameswari 2017)
menyebutkan bahwa Tangible aset berupa modal manusia yang dimiliki perusahaan bersifat pasif, artinya kinerja perusahaan akan berbeda ketika
sumber daya manusia yang mengelolanya juga berbeda serta nilai
tambah yang dihasilkan dari pelayanan terhadap pelanggan yang dihasilkanpun akan berbeda.
Didalam upaya peningkatan pencapaian kinerja organisasi memerlukan suatu strategi yang dituangkan kedalam orientasi stratejik. Ketika hal tersebut telah ditetapkan, organisasi perlu mengerahkan sumber daya untuk
mengimplementasikan secara maksimal sehingga memberikan dampak terhadap keunggulan bersaing. Sumberdaya organisasi yang diperlukan sesuai variabel penelitian yang relevan adalah dari sisi
kepemimpinan dengan dukungan modal manusia yang handal yang dapat memberikan pelayanan terbaik melalui orietasi layanan.
Permasalahan dari fenomena dalam
penelitian ini adalah pencapaian kunjungan wisatawan asing pada tahun 2019 tidak dapat mencapai
target 20 juta dan hanya terealisasi 16,1 juta serta dari sisi
bisnis penunjang pariwisata yaitu kebandar udaraan dimana PT. AP. I dan PT. AP II juga tidak
dapat memenuhi target RKA
2019. Dari perspektif yang berbeda
dimana masing-masing moda transportasi telah terjadi suatu persaingan
baik dari sisi intra maupun antar moda, terlebih
dalam kondisi era baru/ new normal pandemi COVID 19. Tranportasi udara memiliki tingkat pemenuhannya paling tinggi atas prosedur
tambahan yang dibutuhkan sebelum proses keberangkatan namun hal ini
berdampak terhadap waktu pelayanan yang dibutuhkan menjadi semakin lama sehingga mempengaruhi keunggulan bersaing sektor transportasi udara semakin tergerus jika dibandingkan dengan sektor transportasi
lain didalam kondisi dan lokasi tertentu, misalnya yang sudah mulai nampak adalah
persaingan antar moda transportasi di pulau jawa.
Penelitian ini termasuk kedalam
jenis penelitian dasar yang bertujuan untuk menghasilkan pokok pengetahuan dengan berusaha memahami bagaimana suatu masalah tertentu
yang terjadi didalam organisasi dapat diselesaikan hingga dapat berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan
untuk memahami fenomena dan masalah yang terjadi didalam berbagai konteks organisasi.
1.
Kinerja Organisasi
Bandara di seluruh dunia tidak lagi dianggap semata-mata fasilitas dan utilitas publik, tetapi organisasi layanan yang kompleks yang beroperasi dengan cara komersial (Gillen, 2011; Graham, 2009) dalam (Paraschi, Georgopoulos, & Kaldis, 2019). Konsekuensinya, diperlukan perspektif yang lebih luas terkait kinerja bandara, serta pengembangan praktik Performance Management (PM) yang dapat diandalkan. Di konteks ini, memahami bagaimana industri bandara telah berevolusi dalam pengembangan aspek PM adalah permasalahan yang tepat dan relevan.
2.
Pengaruh Orientasi Stratejik,
Kepemimpinan, Modal Manusia
Dan Orientasi Layanan Terhadap Keunggulan Bersaing Untuk Peningkatan Kinerja Organisasi
Tujuan utama dari strategi perusahaan adalah untuk jangka panjang perusahaan dan untuk mengembangkan suatu keunggulan dari pesaingnya. Keunggulan kompetitif tergantung pada persepsi pelanggan, perusahaan dapat menghasilkan produk superior tetapi selama pelanggan tidak menganggap demikian, perusahaan tidak mungkin mendapatkan suatu keuntungan yang dapat mengungguli kompetitornya. Maka dari itu perusahaan perlu adanya strategi untuk memperoleh suatu keunggulan bersaing, menurut (Zainol & Al Mamun, 2018) menyatakan bahwa keunggulan bersaing menjadi mediasi antara kompetensi untuk menangkap peluang bisnis, kompetensi pengorganisasian dan kompetensi akan komitmen, serta keunggulan bersaing sepenuhnya menjadi mediasi hubungan antara konseptual kompetensi terhadap peningkatan kinerja organisasi.
Pengetahuan yang terkait dengan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang orientasi stratejik akan dapat membantu organisasi dalam merumuskan dan implementasi strategi sehingga dapat semakin meningkatkan kinerja bisnis. Pemahaman tersebut juga dapat dijadikan suatu analisa, evaluasi dan alat ukur oleh manajemen apakah strategi yang ditetapkan sesuai dengan implementasinya (Choy & Mula, 2008). Orientasi Stratejik (kewirausahaan dan pasar) berdampak positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Masing-masing dari Orientasi Stratejik (Orientasi Kewirausahaan, Orientasi pasar dan Orientasi interaksi) memiliki hubungan positif antar semua indikator tersebut (Mohd & Mohd, 2017).
Terdapat pengaruh dari indikator-indikator dalam orientasi stratejik terhadap keunggunalan bersaing organisasi. Adapun indikator-indikator tersebut adalah: agresifitas, analisis, defensiveness, futurity, proactiveness dan riskiness. Juga disebutkan bahwa untuk merealisasikan keunggulan bersaing, dari hasil penelitian organisasi dapat lebih menerapkan strategi dari sisi futurity disbanding defensiveness (Hasan & Zu, 2014). Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi. Bahkan dapat dikatakan bahwa, mutu kepemimpinan memainkan peranan dominan dalam keberhasilan organisasi terhadap kinerja perusahaan (Winn & Ph, 2017). (Feng et al., 2019) Kepemimpinan manusiawi & moderat membantu perusahaan untuk memperbaiki orientasi pelanggan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Tanggung jawab pemimpin dan orientasi keunggulan bersaing cenderung meningkatkan kinerja keuangan melalui mekanisme gaya kepemimpinan yang baik sangat mungkin untuk mengidentifikasi lebih banyak peluang penghematan biaya melalui perencanaan dan daur ulang material (Menguc dan Ozanne 2005). Praktik sumber daya manusia berkinerja tinggi dalam organisasi akan berdampak terhadap kinerja yang semakin dinamis serta tumbuh lebih cepat jika dibandingkan dengan praktek sumberdaya manusia yang stabil. (Lam, Chen, & Takeuchi, 2009) menunjukkan bahwa dampak kinerja modal manusia pada kinerja organisasi dipengaruhi oleh kinerja pekerjaan karyawan dan motivasi untuk dicapai. Praktek modal manusia strategis meningkatkan kinerja individu dan organisasi, karyawan yang terlatih, termotivasi lebih berkomitmen dan bersedia untuk melakukan upaya ekstra serta memberikan kinerja yang unggul (Becker & Huselid, 2006).
Orientasi layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan karyawan dan nilai layanan yang diterima olah pelanggan. Berikutnya kepuasan karyawan berpengaruh positif terhadap nilai layanan dan orientasi pelanggan yang pada akhirnya berdampak positif terhadap kinerja organisasi. (Eren, 2013) Orientasi layanan memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepuasan kerja yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan dan akhirnya berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Orientasi layanan adalah strategi atau preferensi untuk merealisasikan keunggulan pelayanan (Service Excellence), hal ini melibatkan seluruh bagian didalam suatu organisasi untuk merealisasikan peningkatan nilai pelanggan didalam keunggulan bersaing. Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik suatu hipotesis:
H1= Keunggulan bersaing perpengaruh positif terhadap Kinerja Organisasi
H2= Orientasi stratejik perpengaruh positif terhadap Kinerja Organisasi
H3= Orientasi stratejik perpengaruh positif terhadap Keunggulan Bersaing
H4= Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap Kinerja Organisasi
H5= Dukungan kepemimpinan perpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing
H6= Modal Manusia berpengaruh positif Terhadap Kinerja Organisasi
H7= Modal manusia perpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing.
H8= Orientasi layanan berpengaruh positif terhadap Kinerja Organisasi
H9= Orientasi layanan berpengaruh positif Terhadap Keunggulan Bersaing
Berdasarkan sembilan hipotesis yang diajukan, dibuat model penelitian sebagai berikut untuk menganalisis fenomena gap terkait tidak tercapaianya target kunjungan wisatawan asing pada tahun 2019 dimana hanya terealisasi 16,1 juta dari target 20 juta kunjungan. Dari sisi bisnis penunjang pariwisata yaitu kebandar udaraan pada tahun yang sama PT. AP. I dan PT. AP II juga tidak dapat memenuhi target RKA 2019 dalam hal target laba tahun berjalan. Selain hal tersebut juga ingin mengetahui tentang persaingan antar moda transportasi terlebih dalam kondisi era baru/ new normal pandemi COVID 19.
Gambar 1
Model Penelitian
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan jenis data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan jenis data
yang dinyatakan dalam angka-angka, yang menunjukkan besarnya variabel yang
diteliti (Hartono, 2018). Teknis
pelaksanaan menggunakan kuesioner atas obyek penelitian dimana peneliti
menggunakan data primer. Distribusi kuesioner
penelitian dilakukan mulai November 2020 hingga Januari 2021. Sampel penelitian berdasarkan jumlah General Manager / Kepala
bandar udara serta pejabat terkait dari sisi operator dan regulator didalam pengoperasian bandara yaitu sebanyak
113 orang.
Pada pilihan pernyataan
tersebut diberi nilai dengan skala
penilaian sebagai berikut yaitu 7 = sangat setuju (SS); 6 = setuju (S); 5 = Agak setuju (AS); 4 = netral (N); 3 = Kurang Setuju
(KS); 2= tidak setuju (TS)
dan 1= sangat tidak setuju
(STS).
Pengolahan data primer yang diperoleh dari para responden penelitian menggunakan SEM (Structural
Equation Models) untuk mengetahui
hubungan antar variabel dan menganalisis faktor konfirmatori serta hubungan kausal antara faktor
yang dibangun dan yang telah
dikonfirmasi.
Hasil dan Pembahasan
A. Pengumpulan Data
Dari jumlah total 113 responden sebagian besar sesuai dengan target awal penelitian yang sasarannya adalah para operator bandara dan operator navigasi udara, prosentase tersebut adalah 55,75% berasal dari operator bandara dan 30,09% berasal dari operator navigasi penerbangan sedangkan proporsi regulator sebanyak 14,15%.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini menurut jabatan, gender, usia, dan tingkat pendidikan sebagai berikut:
Tabel 1
Karakteristik Responden
Karakteristik |
N = 113 |
Prosentase |
|
Jabatan |
|||
Direktur Teknis DJPU |
5 |
4.42 |
|
Kepala Kantor |
9 |
7.96 |
|
BOD |
5 |
4.42 |
|
Kepala Bandara |
19 |
16.81 |
|
General Manager |
20 |
17.7 |
|
Manager/Senior Manager |
32 |
28.32 |
|
Officer |
23 |
20.35 |
|
Gender |
|||
Laki-laki |
96 |
84.96 |
|
Perempuan |
17 |
15.04 |
|
Usia |
|||
20 s.d 29 |
14 |
12.39 |
|
30 s.d 39 |
43 |
38.05 |
|
40 s.d 49 |
29 |
25.66 |
|
50 s.d 59 |
27 |
23.89 |
|
Pendidikan |
|||
DIPLOMA III |
24 |
21.24 |
|
S1 |
56 |
49.56 |
|
S2 |
32 |
28.32 |
|
S3 |
1 |
0.88 |
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitas dilakukan pada data dengan responden sejumlah 113 orang dengan menggunakan bantuan program SPSS. Melalui pengujian Pearson test didapatkan hasil bahwa variabel orientasi stratejik, kepemimpinan, modal manusia, orientasi layanan, keunggulan bersaing dan kinerja organisasi dinyatakan signifikan karena seluruh nilai r hitung > r tabel, dimana r tabel pada df 107 = 1,98238.
Tabel 2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel |
Indikator |
Corrected
Item-Total Correlation |
Keterangan |
Orientasi Stratejik |
OS 1 |
0.844 |
Valid |
OS 2 |
0.858 |
Valid |
|
OS 3 |
0.790 |
Valid |
|
OS 4 |
0.874 |
Valid |
|
OS 5 |
0.865 |
Valid |
|
OS 6 |
0.893 |
Valid |
|
OS 7 |
0.812 |
Valid |
|
OS 8 |
0.870 |
Valid |
|
Kepemimpinan |
KP 1 |
0.856 |
Valid |
KP 2 |
0.870 |
Valid |
|
KP 3 |
0.809 |
Valid |
|
KP 4 |
0.877 |
Valid |
|
KP 5 |
0.894 |
Valid |
|
KP 6 |
0.896 |
Valid |
|
KP 7 |
0.692 |
Valid |
|
Modal Manusia |
MM 1 |
0.920 |
Valid |
MM 2 |
0.927 |
Valid |
|
MM 3 |
0.867 |
Valid |
|
MM 4 |
0.905 |
Valid |
|
MM 5 |
0.863 |
Valid |
|
MM 6 |
0.837 |
Valid |
|
Orientasi Layanan |
OL 1 |
0.943 |
Valid |
OL 2 |
0.933 |
Valid |
|
OL 3 |
0.868 |
Valid |
|
OL 4 |
0.906 |
Valid |
|
OL 5 |
0.864 |
Valid |
|
OL 6 |
0.898 |
Valid |
|
Keunggulan Bersaing |
KB 1 |
0.913 |
Valid |
KB 2 |
0.897 |
Valid |
|
KB 3 |
0.883 |
Valid |
|
KB 4 |
0.850 |
Valid |
|
KB 5 |
0.909 |
Valid |
|
Kinerja Organisasi |
KIN 1 |
0.814 |
Valid |
KIN 2 |
0.841 |
Valid |
|
KIN 3 |
0.834 |
Valid |
|
KIN 4 |
0.837 |
Valid |
|
KIN 5 |
0.901 |
Valid |
|
KIN 6 |
0.872 |
Valid |
Variabel |
r Hitung |
Keterangan |
Orientasi Stratejik |
0,945 |
Reliabel |
Kepemimpinan |
0,931 |
Reliabel |
Modal Manusia |
0,945 |
Reliabel |
Orientasi Layanan |
0,954 |
Reliabel |
Keunggulan Bersaing |
0,934 |
Reliabel |
Kinerja Organisasi |
0,922 |
Reliabel |
D. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory
Factor Analysis)
Confirmatory Factor Analysis ini merupakan tahap pengukuran terhadap indikator-indikator yang membentuk variabel laten dalam model penelitian. Variabel-variabel laten atau konstruk yang digunakan pada model penelitian ini terdiri dari 6 variabel laten dengan seluruh indikator berjumlah 38. Tujuan dari confirmatory factor analysis adalah untuk menguji unidimensionalitas dari indikator-indikator pembentuk masing-masing variabel laten.
1.
CFA Variabel Eksogen � Endogen Secara Individual
Hasil pengujian goodness of fit menunjukkan bahwa model masih dapat diterima meskipun terdapat beberapa keterbatasan. Sebagian besar indeks fit mendekati batas nilai cut-off, terutama indikator TLI, CFI dan RMSEA yang merupakan indikator yang direkomendasikan karena lebih reliable (Sharma & Mukherjee, et al, 2005).
Tabel 3
Hasil CFA Individual Konstruk
Variabel |
Chi
square/df |
GFI |
AGFI |
CFI |
TLI |
RMSEA |
OS |
1.037 |
0.961 |
0.931 |
0.999 |
0.999 |
0.018 |
KP |
1.047 |
0.966 |
0.931 |
0.999 |
0.998 |
0.020 |
MM |
2.116 |
0.945 |
0.872 |
0.984 |
0.973 |
0.100 |
OL |
1.156 |
0.971 |
0.933 |
0.998 |
0.997 |
0.037 |
KB |
0.700 |
0.987 |
0.962 |
1.000 |
1.070 |
0.000 |
KIN |
1.601 |
0.957 |
0.900 |
0.889 |
0.814 |
0.073 |
Cut
off |
1-3 |
≥
0.9 |
≥
0.9 |
≥
0.9 |
≥
0.9 |
≥
0.08 |
2. CFA Variabel Eksogen
Dikovarian
Hasil analisis faktor konfirmatori ini adalah pengukuran terhadap indikator-indikator yang membentuk variabel laten dalam model penelitian. Variabel-variabel laten atau konstruk eksogen terdiri dari 4 variabel laten dengan 27 observed variabel.
Tabel 4
Hasil Uji CFA Variabel Eksogen Dikovarian
Goodness
of Fit Indeks |
Cut-off
Value |
Hasil
Analisis |
Evaluasi Model |
Chi-Square (df=324) |
<366,9770 |
448,691 |
Marginal |
Probability |
≥0,05 |
0,000 |
Marginal |
CMIN/df |
≤2,00 |
1,811 |
Baik |
GFI |
≥0,90 |
0,794 |
Baik |
AGFI |
≥0,90 |
0,756 |
Marginal |
PGFI |
≥0,05 |
0,660 |
Baik |
IFI |
Mendekati 1.0 |
0,906 |
Baik |
TLI |
≥0,95 |
0,948 |
Baik |
CFI |
≥0,95 |
0,953 |
Baik |
PNFI |
≥0,05 |
0,749 |
Baik |
PCFI |
≥0,05 |
0,835 |
Baik |
RMSEA |
≤0,08 |
0,061 |
Baik |
Tabel 5
Standardized Regression
Weight CFA Konstruk Eksogen
Estimate |
S.E. |
C.R. |
P |
Label |
|||
os1 |
<-- |
OS |
1.000 |
||||
os2 |
<-- |
OS |
.902 |
.086 |
10.449 |
*** |
|
os3 |
<-- |
OS |
.775 |
.085 |
9.107 |
*** |
|
kp3 |
<-- |
KP |
1.000 |
||||
kp2 |
<-- |
KP |
1.197 |
.120 |
9.991 |
*** |
|
mm3 |
<-- |
MM |
1.000 |
||||
mm2 |
<-- |
MM |
1.226 |
.096 |
12.724 |
*** |
|
mm1 |
<-- |
MM |
1.199 |
.096 |
12.480 |
*** |
|
ol3 |
<-- |
OL |
.883 |
.074 |
11.950 |
*** |
|
ol2 |
<-- |
OL |
1.084 |
.068 |
15.904 |
*** |
|
os4 |
<-- |
OS |
.935 |
.084 |
11.090 |
*** |
|
kp4 |
<-- |
KP |
1.217 |
.121 |
10.071 |
*** |
|
mm4 |
<-- |
MM |
1.068 |
.092 |
11.622 |
*** |
|
os5 |
<-- |
OS |
1.059 |
.099 |
10.680 |
*** |
|
os6 |
<-- |
OS |
.964 |
.084 |
11.481 |
*** |
|
kp5 |
<-- |
KP |
1.397 |
.132 |
10.597 |
*** |
|
mm5 |
<-- |
MM |
1.109 |
.106 |
10.427 |
*** |
|
ol1 |
<-- |
OL |
1.140 |
.069 |
16.504 |
*** |
|
kp1 |
<-- |
KP |
1.298 |
.136 |
9.576 |
*** |
|
kp6 |
<-- |
KP |
1.262 |
.117 |
10.814 |
*** |
|
ol4 |
<-- |
OL |
1.000 |
||||
os7 |
<-- |
OS |
.923 |
.098 |
9.418 |
*** |
|
kp7 |
<-- |
KP |
.866 |
.130 |
6.656 |
*** |
|
mm6 |
<-- |
MM |
1.019 |
.108 |
9.406 |
*** |
|
ol5 |
<-- |
OL |
.953 |
.081 |
11.754 |
*** |
|
ol6 |
<-- |
OL |
.980 |
.074 |
13.295 |
*** |
|
os8 |
<-- |
OS |
.915 |
.084 |
10.918 |
*** |
Tabel 6
Uji Perbedaan Chi-Square untuk Variabel Eksogen
Free Model |
Constrain Model |
Beda Chi Square |
||||
Chi Square |
df |
Probabilitas |
Chi Square |
df |
Probabilitas |
|
448,691 |
318 |
0,000 |
586,758 |
324 |
0,000 |
138,067 |
Berdasarkan hasil uji beda Chi-Square variabel eksogen didapatkan hasil bahwa nilai Chi-Square pada free model sebesar 448,691 lebih kecil dari nilai Chi-Square pada constrain Model sebesar 586,758. Beda Chi-Square pada free model dan constrain model adalah sebesar 138,067. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya hubungan korelasi antara dua model tersebut sehingga validitas diskriminan dapat diterima (Bagozzi & Phillips, 1982).
3.
CFA Endogen Dikovarian
Hasil analisis faktor konfirmatori ini adalah pengukuran terhadap indikator-indikator yang membentuk variabel laten dalam model penelitian. Variabel-variabel laten atau konstruk endogen terdiri dari 2 variabel laten dengan 11 observed variabel.
Tabel 7
Standardized Regression Weight CFA Konstruk
Endogen
Goodness
of Fit Indeks |
Cut-off
Value |
Hasil
Analisis |
Evaluasi Model |
Chi-Square (df=44) |
<60,480 |
67,602 |
Marginal |
Probability |
≥0,05 |
0,010 |
Marginal |
CMINdf |
≤2,00 |
2,053 |
Marginal |
GFI |
≥0,90 |
0,908 |
Baik |
AGFI |
≥0,90 |
0,858 |
Baik |
PGFI |
≥0,05 |
0,588 |
Baik |
IFI |
Mendekati 1.0 |
0,952 |
Baik |
TLI |
≥0,95 |
0,967 |
Baik |
CFI |
≥0,95 |
0,974 |
Baik |
PNFI |
≥0,05 |
0,729 |
Baik |
PCFI |
≥0,05 |
0,761 |
Baik |
RMSEA |
≤0,08 |
0,071 |
Baik |
Tabel 8
Standardized Regression
Weight CFA Konstruk Endogen
Estimate |
S.E. |
C.R. |
P |
Label |
|||
kb1 |
<-- |
KB |
1.000 |
||||
kb2 |
<-- |
KB |
.977 |
.072 |
13.527 |
*** |
|
kb3 |
<-- |
KB |
1.009 |
.079 |
12.711 |
*** |
|
kb4 |
<-- |
KB |
.862 |
.076 |
11.358 |
*** |
|
kin5 |
<-- |
KIN |
1.000 |
||||
kin4 |
<-- |
KIN |
.968 |
.089 |
10.920 |
*** |
|
kin3 |
<-- |
KIN |
.927 |
.083 |
11.224 |
*** |
|
kin2 |
<-- |
KIN |
.918 |
.084 |
10.900 |
*** |
|
kin1 |
<-- |
KIN |
.860 |
.084 |
10.237 |
*** |
|
kb5 |
<-- |
KB |
.976 |
.070 |
13.937 |
*** |
|
kin6 |
<-- |
KIN |
.945 |
.075 |
12.679 |
*** |
Tabel 9
Uji Perbedaan Chi-Square untuk Variabel Endogen
Free Model |
Constrain Model |
Beda Chi Square |
||||
Chi Square |
df |
Probabilitas |
Chi Square |
df |
Probabilitas |
|
67,602 |
43 |
0,010 |
90,329 |
44 |
0,000 |
22,727 |
Berdasarkan hasil uji beda Chi-Square variabel endogen didapatkan hasil bahwa nilai Chi-Square pada free model sebesar 67,602 lebih kecil dari nilai Chi-Square pada constrain Model sebesar 90,329. Beda Chi-Square pada free model dan constrain model adalah sebesar 22,727. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya hubungan korelasi antara dua model tersebut sehingga validitas diskriminan dapat diterima.
4. Evaluasi Model Struktural
Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Model (SEM) secara full model, setelah dilakukan analisis terhadap tingkat unidimensionalitas dari indikator-indikator pembentuk variabel laten yang diuji dengan confirmatory factor analysis. Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM dilakukan dengan menguji kesesuaian dan uji statistik.
Gambar 2
Hasil Pengujian Structural Equation Model (SEM)
Tabel 10
Hasil Uji Kelayakan Model Structural Equation Model (SEM)
Goodness
of Fit Indeks |
Cut-off
Value |
Hasil
Analisis |
Evaluasi Model |
Chi-Square (df=650) |
< 710,4211 |
1002,667 |
Marginal |
Probability |
≥0,05 |
0,000 |
Marginal |
CMINdf |
≤2,00 |
1,543 |
Baik |
GFI |
≥0,90 |
0,719 |
Marginal |
AGFI |
≥0,90 |
0,680 |
Marginal |
PGFI |
≥0,05 |
0,631 |
Baik |
IFI |
Mendekati 1.0 |
0,912 |
Baik |
TLI |
≥0,95 |
0,904 |
Marginal |
CFI |
≥0,95 |
0,911 |
Marginal |
PNFI |
≥0,05 |
0,726 |
Baik |
PCFI |
≥0,05 |
0,842 |
Baik |
RMSEA |
≤0,08 |
0,070 |
Baik |
Tabel 11
Regression
Weight Structural Equation Model
Estimate |
S.E. |
C.R. |
P |
Label |
|||
KB |
<--- |
KP |
.237 |
.085 |
2.802 |
.005 |
|
KB |
<--- |
OS |
.303 |
.101 |
3.016 |
.003 |
|
KB |
<--- |
OL |
.228 |
.091 |
2.495 |
.013 |
|
KB |
<--- |
MM |
.266 |
.088 |
3.025 |
.002 |
|
KIN |
<--- |
KB |
.221 |
.098 |
2.248 |
.025 |
|
KIN |
<--- |
OS |
.229 |
.098 |
2.341 |
.019 |
|
KIN |
<--- |
KP |
.203 |
.083 |
2.453 |
.014 |
|
KIN |
<--- |
MM |
.256 |
.087 |
2.939 |
.003 |
|
KIN |
<--- |
OL |
.348 |
.093 |
3.745 |
*** |
|
kb2 |
<--- |
KB |
1.000 |
||||
kin2 |
<--- |
KIN |
1.066 |
.121 |
8.813 |
*** |
|
os3 |
<--- |
OS |
1.000 |
||||
kp3 |
<--- |
KP |
.836 |
.084 |
9.993 |
*** |
|
kp2 |
<--- |
KP |
1.000 |
||||
mm4 |
<--- |
MM |
1.000 |
||||
mm3 |
<--- |
MM |
.939 |
.080 |
11.737 |
*** |
|
mm2 |
<--- |
MM |
1.142 |
.072 |
15.829 |
*** |
|
ol3 |
<--- |
OL |
1.000 |
||||
ol2 |
<--- |
OL |
1.228 |
.092 |
13.297 |
*** |
|
ol1 |
<--- |
OL |
1.284 |
.095 |
13.508 |
*** |
|
os2 |
<--- |
OS |
1.167 |
.125 |
9.341 |
*** |
|
kp4 |
<--- |
KP |
1.018 |
.088 |
11.631 |
*** |
|
os4 |
<--- |
OS |
1.210 |
.124 |
9.786 |
*** |
|
kin3 |
<--- |
KIN |
1.075 |
.120 |
8.975 |
*** |
|
os5 |
<--- |
OS |
1.373 |
.144 |
9.521 |
*** |
|
kb3 |
<--- |
KB |
1.031 |
.086 |
11.974 |
*** |
|
kb4 |
<--- |
KB |
.885 |
.081 |
10.925 |
*** |
|
kin4 |
<--- |
KIN |
1.125 |
.127 |
8.844 |
*** |
|
mm5 |
<--- |
MM |
1.039 |
.086 |
12.050 |
*** |
|
kin5 |
<--- |
KIN |
1.164 |
.113 |
10.277 |
*** |
|
kp5 |
<--- |
KP |
1.168 |
.094 |
12.462 |
*** |
|
kp6 |
<--- |
KP |
1.054 |
.082 |
12.792 |
*** |
|
kb5 |
<--- |
KB |
.999 |
.077 |
13.042 |
*** |
|
ol4 |
<--- |
OL |
1.132 |
.094 |
12.009 |
*** |
|
kp1 |
<--- |
KP |
1.086 |
.100 |
10.913 |
*** |
|
kb1 |
<--- |
KB |
1.022 |
.076 |
13.506 |
*** |
|
mm1 |
<--- |
MM |
1.121 |
.072 |
15.504 |
*** |
|
os1 |
<--- |
OS |
1.294 |
.142 |
9.087 |
*** |
|
os6 |
<--- |
OS |
1.245 |
.124 |
10.032 |
*** |
|
kin1 |
<--- |
KIN |
1.000 |
||||
kin6 |
<--- |
KIN |
1.100 |
.113 |
9.725 |
*** |
|
os7 |
<--- |
OS |
1.195 |
.139 |
8.586 |
*** |
|
os8 |
<--- |
OS |
1.181 |
.122 |
9.639 |
*** |
|
kp7 |
<--- |
KP |
.726 |
.103 |
7.076 |
*** |
|
mm6 |
<--- |
MM |
.955 |
.090 |
10.557 |
*** |
|
ol5 |
<--- |
OL |
1.076 |
.102 |
10.523 |
*** |
|
ol6 |
<--- |
OL |
1.112 |
.095 |
11.689 |
*** |
E. Uji Hipotesis
1.
Pengaruh Keunggulan
bersaing terhadap Kinerja Organisasi
Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari CR variabel keunggulan bersaing terhadap kinerja organisasi adalah sebesar 2,248 dan dengan nilai probabilitas sebesar 0,025. Nilai probabilitas = 0,025 < 0,05, menandakan bahwa keunggulan bersaing mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Hal ini memperkuat penelitian dari (Li, Ragu-Nathan, Ragu-Nathan, & Rao, 2006); (Potjanajaruwit, 2018); (Zainol & Al Mamun, 2018).
2.
Pengaruh Orientasi Stratejik Terhadap Kinerja Organisasi
Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari CR variabel orientasi stratejik terhadap kinerja pengelola bandara adalah sebesar 2,341 dan dengan nilai probabilitas sebesar 0,019. Nilai probabilitas = 0,019 < 0,05, menandakan bahwa orientasi stratejik mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H2 diterima. Hal ini memperkuat penelitian dari (Choy & Mula, 2008); (Hasan & Zu, 2014); (Mohd & Mohd, 2017); (Dahlan & Al Shikhy, 2019).
3.
Pengaruh Orientasi Stratejik Terhadap Keunggulan Bersaing
Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari CR variabel orientasi stratejik terhadap keunggulan bersaing adalah sebesar 3,016 dan dengan nilai probabilitas sebesar 0,003. Nilai probabilitas = 0,003 < 0,05, menandakan bahwa orientasi stratejik mempunyai pengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H3 diterima. Hal ini memperkuat penelitian dari (Hasan & Zu, 2014); (Potjanajaruwit, 2018).
4. Pengaruh Kepemimpinan terhadap
Kinerja Organisasi
Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari CR variabel modal manusia terhadap kinerja pengelola bandara adalah sebesar 2,453 dan dengan nilai probabilitas sebesar 0,014. Nilai probabilitas = 0,014 < 0,05, menandakan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H4 diterima Hal ini memperkuat penelitian dari (Yukl, 2013); (Winn & Ph, 2017); (Feng et al., 2019); (Feng et al., 2019).
5. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap
Keunggulan Bersaing
Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari CR variabel modal manusia terhadap keunggulan bersaing adalah sebesar 2,802 dan dengan nilai probabilitas sebesar 0,005. Nilai probabilitas = 0,005 < 0,05, menandakan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H5 diterima. Hal ini memperkuat penelitian dari (Menguc & Ozanne, 2005); (Mahdi & Almsafir, 2014).
6. Pengaruh Modal Manusia Terhadap
Kinerja Organisasi.
Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari CR variabel orientasi layanan terhadap kinerja pengelola bandara adalah sebesar 2,939 dan dengan nilai probabilitas sebesar 0,003. Nilai probabilitas = 0,003 < 0,05, menandakan bahwa Modal manusia mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H6 diterima. Hal ini memperkuat penelitian dari (Ericksen, 2013); (Lam et al., 2009); (Guthrie, 2009); (Gittell, Seidner, & Wimbush, 2010); (Lu, Zhu, & Bao, 2015).
7. Pengaruh Modal Manusia Terhadap
Keunggulan Bersaing.
Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari CR variabel orientasi layanan terhadap keunggulan bersaing adalah sebesar 3,025 dan dengan nilai probabilitas
sebesar 0,002. Nilai probabilitas
= 0,002 < 0,05, menandakan bahwa
Modal manusia mempunyai pengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H7 diterima.
Hal ini memperkuat penelitian dari (Halawi, Aronson, & McCarthy, 2005);
(Becker & Huselid, 2006);
(Ong & Ismail, 2008);
(Sparrow, 2012);
(Mahdi & Almsafir, 2014).
8. Pengaruh Orientasi Layanan Terhadap
Kinerja Organisasi.
Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari CR variabel kepemimpinan terhadap kinerja pengelola bandara adalah sebesar 3,745 dan dengan nilai probabilitas
sebesar 0,000. Nilai probabilitas
= 0,000 < 0,05, menandakan bahwa
orientasi layanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H8
diterima. Hal ini memperkuat penelitian dari (Lytle & Timmerman, 2006);
(Yoon, Choi, & Park, 2007);
(Urban, 2009);
(Eren, 2013).
9. Pengaruh Orientasi Layanan Terhadap
Keunggulan Bersaing
Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari CR variabel kepemimpinan terhadap keunggulan bersaing adalah sebesar 2,495 dan dengan nilai probabilitas sebesar 0,013. Nilai probabilitas
= 0,013 < 0,05, menandakan bahwa
orientasi layanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H9
diterima. Hal ini memperkuat penelitian dari (Eren, 2013); (Lytle & Timmerman, 2006).
Kesimpulan
Organisasi
perlu menyesuaikan dan/atau menetapkan orientasi stratejik dengan kondisi bisnis dan persaingan terkini. Terlebih didalam masa pemberlakuan era baru/new normal akibat pandemi COVID-19 saat ini yang berdampak
dalam dan luas pada bisnis bandar udara. Orientasi stratejik seharusnya dilakukan analisa dan evaluasi secara berkelanjutan menyesuaikan kondisi internal dan
eksternal dimana dalam proses tersebut organisasi juga diharapkan dapat memperhatikan kebutuhan pelanggan dan
stakeholder didalam penetapan
strategi. Selanjutnya untuk
peningkatan efektifitas, penting bagi organisasi
untuk mengkomunikasikan hal tersebut kepada
karyawan untuk mendapatkan alokasikan sumberdaya yang tepat melalui optimalisasi kapabilitas internal. Terakhir adalah pentingnya organisasi memiliki strategi yang
jelas, spesifik dan terukur serta memastikan
output maksimalnya adalah berorientasi terhadap lingkungan. Hal ini krusial karena tujuan dari penetapan
suatu strategi adalah agar berdampak terhadap kinerja bisnis dan dapat diterima oleh lingkungan/masyarakat secara berkelanjutan.
Terkait kepemimpinan,
organisasi diharapkan dapat menerapkan suatu kepemimpinan stratejik yang efektif melalui penyesuaian dua hal yang bersumber
dari dalam diri pemimpin berupa
personaliti dan dari luar diri pemimpin
berupa pendekatan situasional lingkungan tugas. Dari sisi personaliti beberapa hal harus dapat
dipastikan oleh organisasi,
diantaranya: sisi kepribadian, motivasi, serta bakat dan kompetensi para leader yang dimilikinya.
Kemudian dari sisi situasional lingkungan kerjanya organisasi perlu memastikan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dari seorang pemimpin,
diantaranya: struktur organisasi yang memiliki ukuran, hierarki, formalisasi dan teknologi, karakteristik peran, karakteristik bawahan, lingkungan internal dan lingkungan
eksternal.
Modal manusia pengelola
bandara yang diperlukan untuk dapat meningkatkan
kinerja dan dapat merealisasikan suatu keunggulan kompetitif adalah Individu yang memiliki kemampuan merespon atau dapat
beradaptasi pada kebutuhan organisasi melalui: komitmen, budaya, skill, kreaifitas fleksibelitas,
attitude behavior dan innovative.
Selanjutnya hal
ini dapat dikatakan sebagai software yang harus terinstal disemua sisi organisasi,
baik dari sisi tools melalui penetapan dan implementasi orientasi stratejik, SDM nya yang diwakilkan oleh seluruh modal manusia termasuk didalamnya adalah para leader dan gaya kepemimpinan didalam organisasi harus benar-benar mendasari dan memiliki orientasi pelayanan. Artinya berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pelanggan melebihi ekspektasinya.
Keunggulan bersaing
yang berkelanjutan dapat dicapai saat organisasi
dapat memahami secara penuh terhadap
struktur pasar dengan memilih dan mengimplementasikan
strategi perusahaan yang efektif
sehingga dapat mengungguli para persaingannya. Disaat yang bersamaan samakin tinggi kinerja suatu organisasi
maka pesaing yang hadir akan semakin
banyak. Keunggulan bersaing bandar udara erat kaitannya dengan maskapai penerbangan dan dengan didukung oleh pelayanan navigasi tentunya. Atas hal inilah tentunya
pengelola bandara dapat mengidentifikasi
stakeholder kunci yang berpengaruh
terhadap suatu capaian keunggulan bersaing, hubungan yang saling mempengaruhi inilah yang selanjutnya perlu terus dibina
dan ditingkatkan serta kesadaran bersama bahwa hal yang sangat berberhubungan dan saling mempengaruhi tidak dapat dikerjakan secara parsial namun harus dilaksanakan
dengan semangat yang sama.
Selanjutnya
perlu kebijakan secara konfrehensif dari sisi pemerintah
didalam penetapan tata tranportasi antar moda nasional, bagaimana irisan-irisan yang memiliki dampak atas kondisi persaingan
antar moda saat ini. Kemudian
turunan dari hal tersebut adalah
dilihat dari sisi tatanan kebandaraan
nasional, apakah lokasi dan keberadaan bandara telah secara
ideal direncanakan sehingga
dapat berdampak positif terhadap keterpaduan intra dan antar moda transportasi. Namun Jika hal tersebut diatas telah direncanakan dengan baik dan memang maksud dan tujuan dari pemerintah
ingin meningkatkan daya saing antar
moda sebagai stimulus organisasi agar setelah adanya persaingan tentunya masing-masing organisasi
dapat melakukan pembenahan
menyeluruh karena masyarakat akan memilih tranportasi yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam manajemen pengelola bandara hal tersebut perlu
menjadi perhatian khususnya organisasi yang mengoperasikan bandara dalam pulau jawa
yang telah merasakan dampak atas kondisi
saat ini agar masa yang akan datang dapat
memiliki suatu keunggulan bersaing secara berkelanjutan. Terhadap dua kondisi tersebut,
atas hasil analisis data dalam penelitian ini dimana disimpulkan bahwa masing-masing variabel bebas berpengaruh positif signifikan secara langsung terhadap variabel terikat kinerja organisasi dan secara tidak langsung melalui variabel intervening keunggulan bersaing. Untuk itu organisasi
dapat menjadikan hasil dari penelitian
ini sebagai dasar kajian bahwa
dalam kondisi saat ini diperlukan
suatu upaya untuk mempertahankan kondisi unggul didalam persaingan baik intra maupun antar moda transportasi
melalui implementasi dan pendekatan indikator-indikator terkait yang relevan sehingga dapat memberikan dampak terhadap kinerja organisai secara berkelanjutan.
Strategi prioritas
kementerian pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan internasional dan domestik melalui peningkatan konektivitas udara dengan
strategi 3 A yang terdiri dari: Airlines,
Airport & Air Navigation Authorities telah
tepat. Namun strategi ini pula juga harus turut serta dijadikan
sebagai indikator kinerja dari lintas
kementerian yang mampu menggerakkan satuan kerja dibawahnya yaitu kementerian: Perhubungan, BUMN dan Pariwisata
& Ekonomi kreatif. Melalui temuan dari penelitian ini, dapat ditarik
kesimpulan awal terhadap rencana kementerian BUMN untuk melaksanakan holding perusahaan-perusahaan
dibawahnya yang memiliki keterkaitan dalam bidang pariwisata sepertinya memang perlu untuk dikaji
atau bahkan diimplementasikan tentunya dengan melakukan studi yang lebih mendalam.
Hasil analisis menunjukkan
bahwa variabel: orientasi strategis, kepemimpinan, human capital dan orientasi
pelayanan memiliki efek langsung terhadap
kinerja organisasi dan secara tidak langsung
melalui variabel intervensi keunggulan bersaing. Manajemen bandara harus memperhatikan
5 variabel ini karena mempengaruhi kinerja organisasi.
Bagozzi, & Phillips. (1982). Representing
and Testing Organizational Theories : A Holistic Construal. Google Scholar
Becker, Brian E., & Huselid, Mark A.
(2006). Strategic human resources management: Where do we go from here? Journal
of Management, 32(6), 898�925.
https://doi.org/10.1177/0149206306293668 Google Scholar
Choy, Samuel, & Mula, Joseph M. (2008).
The impact of strategic orientation dimensions on business performance: a case
study based on an international organisation. ANZAM 2008: Managing in the
Pacific Centur, (1), 1�9. Google Scholar
Dahlan, Muhammad, & Al Shikhy,
Abdulrahman I. (2019). The effect of strategic performance measures and market
orientation on a firm�s performance. Journal of Business and Retail
Management Research, 13(4), 168�77. Google Scholar
Dharmawan, Aditya, Raharjo, Susilo Toto,
& Kusumawardhani, Amie. (2018). Analisis Kinerja Bea Cukai Indonesia
Yang Dipengaruhi Oleh Budaya Organisasi , Partisipasi Stakeholder , Teknologi.
27(2), 110�122. Google Scholar
Dwi, Martina, Astri, Puji, & Susanto,
Antonius. (2017). Analisis Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia) Analisis
Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Kantor
Akuntan Publik di Indonesia). (January 2009). Google Scholar
Eren, Selim S. (2013). The effect of
service orientation on financial performance : The mediating role of job
satisfaction and customer satisfaction. 99, 665�672.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.10.537 Google Scholar
Ericksen, Jeff. (2013). High-Performance
Work Systems, Dynamic Workforce Alignment, And Firm Performance. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689�99.
https://doi.org/https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Google Scholar
Feng, Taiwen, Wang, Dan, Lawton, Alan,
& Nanfeng, Ben. (2019). Customer orientation and fi rm performance :
The joint moderating e ff ects of ethical leadership and competitive intensity.
Journal of Business Research, 100(March), 111�121.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.03.021 Google Scholar
Gittell, Jody Hoffer, Seidner, Rob, &
Wimbush, Julian. (2010). A relational model of how high-performance work
systems work. Organization Science, 21(2), 490�506. Google Scholar
Guthrie, Hugh. (2009). Competence and
competency-based training: What the literature says. National Centre for
Vocational Education Research, 1�32. Retrieved from
http://www.ncver.edu.au/publications/2153.html Google Scholar
Halawi, Leila A., Aronson, Jay E., &
McCarthy, Richard V. (2005). Resource-based view of knowledge management for
competitive advantage. The Electronic Journal of Knowledge Management, 3(2),
75. Google Scholar
Hartono, Jogiyanto. (2018). Strategi
Penilaian Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi. Google Scholar
Hasan, Prof, & Zu, Ali Al. (2014). The
Relationship between Strategic Orientation and Competitive Advantages.
(May). Google Scholar
Lam, Wing, Chen, Ziguang, & Takeuchi,
Norihiko. (2009). Perceived human resource management practices and intention
to leave of employees: The mediating role of organizational citizenship
behaviour in a Sino-Japanese joint venture. International Journal of Human
Resource Management, 20(11), 2250�2270. https://doi.org/10.1080/09585190903239641
Google Scholar
Li, Suhong, Ragu-Nathan, Bhanu,
Ragu-Nathan, T. S., & Rao, S. Subba. (2006). The impact of supply chain
management practices on competitive advantage and organizational performance. Omega,
34(2), 107�124. Google Scholar
Lu, Kangyin, Zhu, Jinxia, & Bao,
Haijun. (2015). High-performance human resource management and firm
performance: The mediating role of innovation in China. Industrial
Management & Data Systems, 115(2), 353.
https://doi.org/https://doi.org/10.1108/IMDS-10-2014-0317 Google Scholar
Lytle, Richard S., & Timmerman, John E.
(2006). Service orientation and performance: an organizational perspective. Journal
of Services Marketing, 20(2), 136�47.
https://doi.org/https://doi.org/10.1108/08876040610657066 Google Scholar
Mahdi, Omar Rabeea, & Almsafir, Mahmoud
Khalid. (2014). The role of strategic leadership in building sustainable
competitive advantage in the academic environment. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 129, 289�296. Google Scholar
Menguc, Bulent, & Ozanne, Lucie K.
(2005). Challenges of the �green imperative�: A natural resource-based approach
to the environmental orientation-business performance relationship. Journal
of Business Research, 58(4), 430�438. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2003.09.002
Google Scholar
Mohd, Wan, & Mohd, Wan. (2017). Strategic
Orientation and Performance of SMEs in Malaysia. (June).
https://doi.org/10.1177/2158244017712768 Google Scholar
Ong, Jeen Wei, & Ismail, Hishamuddin
Bin. (2008). Sustainable competitive advantage through information technology
competence: resource-based view on small and medium enterprises. Communications
of the IBIMA, 1(7), 62�70. Google Scholar
Paraschi, Elen Paraskevi, Georgopoulos,
Antonios, & Kaldis, Panagiotis. (2019). Airport Business Excellence Model:
A holistic performance management system. Tourism Management, 72,
352�372. https://doi.org/10.1016/j.tourman.2018.12.014 Google Scholar
Potjanajaruwit, Pisit. (2018). Competitive
advantage effects on firm performance: A Case study of startups in Thailand. Journal
of International Studies, 11(3), 104�111. Google Scholar
Sharma, Subhash, Mukherjee, Soumen, Kumar,
Ajith, & Dillon, William R. (2005). A simulation study to investigate the
use of cutoff values for assessing model fit in covariance structure models. Journal
of Business Research, 58(7), 935�943.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2003.10.007 Google Scholar
Sparrow, Paul. (2012). Human Resource
Management in Context: Strategy, Insights and Solutions. JSTOR. Google Scholar
Sukoco, IwanPrameswari, Dea. (2017). Human
Capital Approach To Increasing Productivity Of Human Iwan Sukoco * dan Dea
Prameswari **. 2(1), 93�104. Google Scholar
Urban, Wieslaw. (2009). Organizational
service orientation and its role in service performance formation: evidence
from Polish service industry. Measuring Business Excellence. Google Scholar
Winn, A., & Ph, D. (2017). Leadership
and Small Firm performance: The moderating effects of demographic
characteristics. 3(1), 2�19. Google Scholar
Yoon, Sung Joon, Choi, Dong Choon, &
Park, Jong Won. (2007). Service orientation: Its impact on business performance
in the medical service industry. The Service Industries Journal, 27(4),
371�388. Google Scholar
Yukl, Gary. (2013). Leadership in
Organization (Eighth Edi). Pearson.
Zainol, Noor Raihani, & Al Mamun,
Abdullah. (2018). Entrepreneurial competency, competitive advantage and
performance of informal women micro-entrepreneurs in Kelantan, Malaysia. Journal
of Enterprising Communities, 12(3), 299�321.
https://doi.org/10.1108/JEC-11-2017-0090 Google Scholar
Copyright holder: I Wayan
Ova Arantika, Mahfudz (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |