Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 11, November 2021
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KLINIK DAN PROFIL PENGOBATAN
DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN LAMA RAWAT PASIEN COVID-19 DI RUMAH SAKIT YARSI
JAKARTA
Ilham
Arief, Ros Sumarny, Yati
Sumiyati, Indra Kusuma
Universitas Pancasila, Universitas Yarsi, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Pandemi penyakit virus korona 2019 (COVID-19) masih belum berakhir dan masih belum ada pengobatan spesifik dan efektif untuk melawan virus SARS-CoV-2 ini. Untuk itu, sebagai salah satu upaya deteksi dini dan pengobatan segera, diperlukan adanya analisa hubungan perawatan dan pengobatan yang sudah dilakukan terhadap perbaikan nilai parameter-parameter klinis pada kesembuhan pasien COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa data hubungan karakteristik klinik berdasarkan tingkat keparahannya dan profil pengobatan terhadap parameter hematologi dan lama rawat pasien COVID-19 di Rumah Sakit Yarsi Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cohort dan pengambilan data retrospektif melalui rekam medis periode bulan Maret sampai dengan Oktober tahun 2020. Uji statistika menggunakan uji peringkat spearman dan uji tanda wilcoxon. Berdasarkan penelitian, 221 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dengan gejala tertingginya adalah batuk dan demam sebanyak 61,09% dan 47,96%. secara statistik, karakteristik klinis berdasarkan tingkat keparahannya memiliki hubungan bermakna dengan lama rawat pasien (p=0,187) dan memiliki hubungan bermakna pada parameter eosinofil, neutrofil, limfosit, laju endap darah, dan rasio neutrofil-limfosit (RNL) (p<0,05). Hubungan kelompok penggunaan obat tidak memiliki hubungan signifikan dengan lama rawat pasien (p= 0,361) dikarenakan mayoritas pasien bergejala ringan dan usia produktif yang memiliki imunitas masih baik sedangkan pada uji beda sebelum dan sesudah penggunaan obat terhadap parameter hematologi menunjukan hasil memiliki perbedaan bermakna pada parameter hematologi eosinofil (p<0,05). Karakteristik klinis berdasarkan tingkat keparahannya mempengaruhi sel imunitas dan lama rawat pasien serta penggunaan obat-obatan memberikan perbaikan pada nilai parameter hematologi.
Kata Kunci:�� covid-19; karakteristik klinik; profil pengobatan; hematologi; lama�� rawat
Abstract
In this current time, we still
face the 2019 coronavirus disease (COVID-19) pandemic and there is no specific
and effective treatment to fight the SARS-CoV-2 virus at this time. This research
was to analyse correlation data between clinical
characteristics and drug use profiles on hematology parameters and length of
stay for COVID-19 patients at Yarsi Hospital Jakarta.
The research was conducted in analytical-observational with cohort design and
retrospective study from medical records data from March to October 2020
period. Statistical analysis was performed using Spearman Rank test and
Wilcoxon signed test. Found 221 cases that met with inclusion criteria with
highest symptom is cough (61.09%) and fever (47.96%). Clinical characteristics
based on their severity have a significant correlation with patient length of
stay (p =0.187) and have significant correlation to eosinophils, neutrophils,
lymphocytes, sedimentation rate, and neutrophil-lymphocyte ratio (NLR)
(p<0.05). The correlation between the drug use group did not have a
significant correlation with the length of stay (P=0.361) because the majority
of patients with mild symptoms and productive age might still had good
immunity. Comparing before and after drug use on hematology parameters showed
that the results had significant differences in the hematology parameters of
eosinophils (p<0.05).� Clinical
characteristic based on severity have significant correlation with immunity
cell and length of stay. Drug use have given difference before and after use
for hematology parameters.��
Keywords: covid-19; clinical characteristics; drug use; hematology; length of stay
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Coronavirus
Disease atau yang dikenal dengan COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan
oleh Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit yang baru dan telah menyebar dengan
cepat dari Wuhan (Provinsi Hubei)
ke provinsi lain di Cina dan seluruh dunia termasuk Indonesia (Yang et al., 2020). Virus ini dapat menular dari manusia ke manusia
dan telah menyebar di China bahkan sampai menyebar ke 190 negara dan wilayah
lainnya sehingga pada tanggal 12 Maret 2020 WHO mengumumkan pandemi (Spiteri et al., 2020).
Gejala yang
paling umum pasien� yang terinfeksi
COVID-19 adalah demam dan batuk (Pormohammad Ali, Ghorbani Saied, 2020). Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2
memiliki kategori gejala ringan. Gejala sedang ke berat dapat melaju secara
cepat menjadi keadaan yang lebih buruk seperti gagal pernafasan akut, sindrom
distres pernafasan akut, asidosis metabolik, koagulopati dan syok sepsis (Liu et al., 2020).
Untuk mencegah
resiko keparahan kondisi pasien menjadi lebih berat, diperlukan adanya deteksi
dini dan pengobatan segera. Pemeriksaan hematologi dapat memainkan peran
penting dalam memberikan sejumlah penanda prognosis yang berguna bagi tim
klinis. Data hematologi tetap menjadi bagian penting dalam triase dan manajemen
parawatan pasien. Terlepas dari adanya pengujian RT-PCR, parameter hematologi
belum bisa dikaitkan dengan sensitifitas atau spesifisitasnya untuk diagnosis
COVID-19, namun nilai parameter hematologi tetap sebagai indikator rujukan
prognosis perawatan pasien COVID-19 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Metode Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cohort dan pengambilan
data retrospektif melalui rekam medis pasien
isolasi COVID-19 pada periode
bulan Maret sampai dengan Oktober
2020. Data-data dikumpulkan kemudian
diorganisasikan untuk dapat dihitung secara statistika. Uji hubungan menggunakan uji peringkat Spearman dan uji beda menggunakan uji tanda Wilcoxon.
Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah : semua pasien
di atas 12 tahun dengan diagnose terkonfirmasi
COVID-19 dengan atau tanpa penyakit penyerta, diberikan terapi obat, serta
dilakukan pemeriksaan laboratorium klinik. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah semua pasien yang pindah perawatan isolasi dari rumah
sakit lain, pasien dengan pulang
paksa atau meninggal dunia, dan pasien dengan data hasil laboratorium yang tidak lengkap.
Hasil Dan Pembahasan
Jumlah populasi sebanyak 363 orang pasien kemudian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh sebanyak 221 orang pasien. Demografi subyek penelitian ini terdiri atas jenis
kelamin, usia, dan tingkat keparahan gejala.
A.
Demografi Pasien
Tabel 1 menunjukan jenis kelamin laki-laki sebanyak 52,04% sedangkan� perempuan sebanyak 47,96%.� Pada kelompok usia menunjukan yang paling tinggi terkonfirmasi COVID-19 di usia 26 � 45 tahun 45,25%, kemudian usia 46- 65 tahun� 36,65%. Jenis kelamin laki-laki dan usia produktif memiliki resiko paling tinggi terpapar virus karena memiliki mobilitas lebih tinggi untuk bekerja di luar rumah, namun demikian pada usia produktif memiliki imunitas yang lebih baik sehingga kemungkinan besar untuk sembuh lebih tinggi (Cortis, 2020); (Davies et al., 2020).
Tabel 1
Demografi Pasien
No |
Variabel |
N |
% |
1. |
Jenis Kelamin |
|
|
a. Laki-Laki |
115 |
52,04% |
|
b. Perempuan |
106 |
47,96% |
|
2. |
Usia |
||
12 - 25 tahun |
34 |
15,38% |
|
26 - 45 tahun |
100 |
45,25% |
|
46 - 65 tahun |
81 |
36,65% |
|
> 65 tahun |
6 |
2,71% |
|
3. |
Tingkat
Keparahan Gejala |
||
Tanpa Gejala |
19 |
8,60% |
|
Ringan |
160 |
72,40% |
|
3. |
Tingkat
Keparahan Gejala |
||
Sedang |
38 |
17,19% |
|
Berat |
3 |
1,36% |
|
Kritis |
1 |
0,45% |
|
|
Jumlah |
221 |
|
Keterangan: N =
Jumlah Pasien
B.
Gejala Klinis dan Penyakit
Penyerta
Berdasarkan pengambilan data dari rekam medis, 10 (sepuluh) karakteristik klinis saat masuk rumah
sakit yang tertinggi, yaitu pada Tabel 2. sebagai berikut:
Tabel 2
Karakteristik Klinis Pasien Saat Masuk Rumah
Sakit
No. |
Variabel |
N=221 |
% |
1 |
Batuk |
135 |
61,09% |
2 |
Demam |
106 |
47,96% |
3 |
Sesak |
38 |
17,19% |
4 |
Anosmia |
37 |
16,74% |
5 |
Sakit Tenggorokan
|
36 |
16,29% |
6 |
Flu |
31 |
14,03% |
7 |
Mual |
30 |
13,57% |
8 |
Sakit Kepala
|
30 |
13,57% |
9 |
Ageusia |
17 |
7,69% |
10 |
Diare |
13 |
5,88% |
Keterangan: N = Jumlah Pasien
Gejala klinis saat masuk
Rumah Sakit diperoleh data sebanyak 135 orang
(61,09%) mengalami gejala batuk, 106 orang (47,96%) mengalami gejala demam, 38 orang (17,19%) mengalami
gejala sesak nafas, 37 orang (16,74%) mengalami
gejala anosmia, dan 36 orang (16,29%) mengalami gejala sakit pada tenggorokan.
Batuk merupakan
upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada dan refleks
fisiologis yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk
menjadi patologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk seperti itu sering merupakan
tanda suatu penyakit di dalam atau di luar paru dan kadang berupa gejala awal
dari suatu penyakit (Tamaweol, Ali, & Simanjuntak, 2016).
Virus SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor ACE2 menyebabkan inflamasi pada paru. Inflamasi
tersebut seringkali menimbulkan hiperplasia, metaplasia pada sel mukosa, dan
obstruksi jalan nafas sehingga berkontribusi menyebabkan batuk terus menerus (Azer, 2020).
Begitu pula dengan
demam yang merupakan respon fisiologis normal dalam tubuh dikarenakan adanya
perubahan set poin pada pengaturan suhu di hipotalamus. Perubahan set poin ini
terjadi karena ikatan virus SARS-CoV-2 dengan reseptor ACE2 menginduksi sitokin
untuk mengeluarkan TNFα, IFN-γ, IL 1, IL 4, IL 6 pada kadar yang
tepat akan mengaktifkan imunitas seluler dan imunitas non spesifik (Wahyuniati & Maulana, 2015).
Pada
Tabel 3 menunjukan penyakit penyerta yang banyak dialami oleh pasien terkonfirmasi COVID-19 di Rumah Sakit Yarsi
yaitu sebanyak 46 orang
(20,81%)� memiliki penyakit hipertensi, 16 orang (7,24%) memiliki
gangguan dispepsia, 15
orang (6,79%) memiliki penyakit
diabetes melitus. �
Tabel 3
Penyakit Penyerta Pasien
Penyakit Penyerta |
N |
% |
Hipertensi |
46 |
20,81% |
Dispepsia |
16 |
7,24% |
Diabetes Melitus Tipe 2 |
15 |
6,79% |
Pneumonia |
15 |
6,79% |
Gangguan Hati |
8 |
3,62% |
Dislipidemia |
6 |
2,71% |
Asma |
4 |
1,81% |
Gangguan Ginjal |
4 |
1,81% |
Penyakit Jantung Koroner |
2 |
0,90% |
Tuberkulosis |
2 |
0,90% |
Keterangan: N =
Jumlah Pasien
Karakteristik klinis di Rumah Sakit Yarsi memiliki
pola hampir sama dengan penelitian-penelitian
lainnya yaitu mengalami gejala demam dan batuk sebagai gejala klinis terbanyak. Menurut (Huang et al., 2020),
sebanyak 40 orang (98%) dari
41 orang mengalami demam,
31 orang (76%) mengalami batuk,
dan 18 orang (44%) mengalami mialgia
(16). Penelitian (Khamis et al., 2020),
Gejala
yang paling umum muncul saat onset penyakit adalah demam (84%; n = 53), batuk
(75%; n = 47) dan sesak napas (59%; n = 37).
Ikatan virus SARS-CoV-2 dengan reseptor ACE2 selain menurunkan fungsi antiinflamasi juga dapat meningkatkan jumlah Angiotensin
II yang dapat meningkatkan tekanan darah. Maka pasien penderita
hipertensi dengan status terkonfirmasi COVID-19 akan memperparah penyakit hipertensi yang dimiliki sebelumnya sehingga resiko kematian yang lebih besar dibandingkan
pasien tanpa penyakit penyerta (Zhou et al., 2020).
C.
Profil Pengobatan
Pasien terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Yarsi Jakarta memiliki gejala klinis lebih dari
satu sehingga memungkin adanya pemberian lebih dari satu obat
untuk menurunkan gejala. Pemberian obat-obatan sesuai pedoman tatalaksana COVID-19 yang
direkomendasikan oleh 5 (lima) perhimpunan
dokter spesialis,
Kementerian Kesehatan, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hasil� penelitian
menunjukan
penggunaan antivirus Oseltamivir dan Favipiravir
paling tinggi digunakan yaitu sebanyak 135 pasien (61,09%)
dan 42 pasien (19%) dari keseluruhan 221 pasien terkonfirmasi. Pada kelompok antibakteri menunjukan� penggunaan
Azitromisin paling banyak sebesar 196 pasien (88,69%). Penggunaan Vitamin C tertinggi yaitu sebesar 200 pasien (90,05%) dari keseluruhan pasien.
Studi retrospektif dari 99 pasien COVID-19 di RS Wuhan 76% menggunakan antivirus termasuk oseltamivir 75mg/ 12 jam per oral menunjukan bahwa 58% pasien belum dapat pulang saat evaluasi, 31% pasien boleh pulang dan 11 % pasien meninggal dunia (Tan et al., 2004). Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) merekomendasikan Oseltamivir sebagai antivirus COVID-19 yang utama adalah karena sudah diproduksi di dalam negeri sehingga mudah dan dapat segera dipakai untuk pengobatan COVID-19 (Burhan et al., 2020).
Azitromisin merupakan antibakteri makrolida yang memiliki efek antivirus dan imunomodulator berdasarkan hasil studi. Penggunaan azitromisin kombinasi dengan hidroksiklorokuin dapat menurunkan viral load pada pasien COVID-19 Azitromisin yang digunakan bersama hidroksiklorokuin atau klorokuin menunjukkan hasil yang baik, meskipun memunculkan risiko adanya peningkatan efek samping pemanjangan interval QT sehingga perlu pemantauan terhadap jantung dan penelitian lebih lanjut pada jumlah pasien COVID-19 yang lebih banyak (Donsu & Hasmono, 2020).
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan untuk menghambat kerusakan sel akibat radikal bebas oksigen (reactive oxygen species/ROS) dan nitrogen (Lobo, Patil, Phatak, & Chandra, 2010). Suatu studi di Tiongkok terhadap 50 pasien COVID-19 kategori sedang hingga berat menunjukkan bahwa pemberian dosis tinggi vitamin C intra vena antara 10-20 gram/hari dan diberikan selama 8-10 jam hasilnya indeks oksigenasi pasien membaik dan seluruh pasien dinyatakan sembuh (Feyaerts & Luyten, 2020).
Berdasarkan identifikasi ACE2 sebagai reseptor masuknya virus
SARS-CoV-2, terdapat hipotesis
bahwa peningkatan resiko COVID-19 yang parah merupakan fungsi dari peningkatan regulasi ACE2, seperti yang ditemukan pada penyakit penyerta diabetes, penyakit kardiovaskular. dan hipertensi.
Spike glikoprotein SARS-CoV-2 mampu
berikatan dengan reseptor ACE2. Patut dicatat bahwa, dalam sel endotel
arteri manusia, vitamin C dapat menghapus regulasi ACE2 yang diinduksi oleh
IL-7 (Holford et al., 2020).
D.
Hubungan Karakteristik Klinis Menurut Keparahan Gejalanya Terhadap Lama Rawat Pasien dan Parameter Hematologi
�Tabel 4 menunjukan nilai lama rawat pasien tanpa gejala
sekitar 6-12 hari, pasien dengan gejala
ringan 7-14 hari, dan pasien gejala sedang
8-17 hari. Hal ini menunjukan bahwa semakin berat gejala
maka semakin lama rata-rata
perawatan� pasien. Khusus pada gejala berat dan kritis yang memiliki lama rawat 6- 18 hari berbeda hasil
karena sudah masuk dalam perawatan
intensif, perawatan pada ruangan Intensive Care
Unit (ICU) yang memerlukan obat-obatan
efek segera berupa sediaan injeksi, anestesi, bantuan ventilator atau inhalasi, serta penanganan dari dokter spesialis anestesi, spesialis bedah, spesialis penyakit dalam dan spesialis lainnya yang diperlukan berkontribusi pada perbedaan lama rawat pasien COVID-19.
Hasil statistika
uji spearman diperoleh nilai p sebesar 0,005. Nilai p adalah indikator untuk menolak atau menerima hipotesis, sehingga nilai p
sebesar 0,005 interpretasinya adalah memiliki hubungan
bermakna antara karakteristik klinis berdasarkan keparahan
gejala dengan lama rawat pasien.
Koefisien korelasinya (r) merupakan indeks atau bilangan
yang digunakan untuk mengukur keeratan
(tinggi, rendah, atau tidak ada)
hubungan antar variabel. Tabel 4
menunjukkan
nilai koefisien korelasi positif
sebesar 0,187 memiliki interpretasi semakin tinggi tingkat keparahan gejalanya
maka lama rawat pasien akan semakin
lama.
Tabel 4
Hubungan Karakteristik Klinik menurut Keparahan Gejala terhadap Lama Rawat
Tingkat
Gejala |
N |
% |
Rata-Rata Lama
Rawat |
Koefisien Korelasi (r) |
p (Uji Spearman) |
Tanpa Gejala |
19 |
8,6 |
9,4 � 3,48 |
0,187 |
0,005 |
Ringan |
160 |
72,40 |
10,9 � 3,75 |
|
|
Sedang |
38 |
17,19 |
12,5 � 4,27 |
|
|
Berat+Kritis |
4 |
1,81 |
11,8 � 6,40 |
|
|
Total |
221 |
100,00 |
|
|
|
Tabel 5
Hubungan Karakteristi Klinik dengan Parameter
Hematologi
Parameter |
Nilai Rujukan |
Tanpa Gejala (N=19) |
Gejala Ringan (N=160) |
Gejala Sedang (N=38) |
Gejala Berat+Kritis (N=4) |
Koefisien Korelasi (r) |
p (Uji Spearman) |
|
|
Rata-Rata |
Rata-Rata |
Rata-Rata |
Rata-Rata |
||
Hemoglobin (g/dl) |
12,5-17,5 |
13,78 � 1,79 |
13,94 � 1,65 |
13,83 � 1,78 |
12,35 � 2,11 |
-0,05 |
0,461 |
Hematokrit (%) |
37-50 |
41,06 � 4,48 |
41,32 � 4,47 |
41,09 � 4,92 |
37,23 � 7,35 |
-0,03 |
0,622 |
Eritrosit
(juta/�L) |
4,45-5,84 |
4,97 � 0,53 |
4,95 � 0,57 |
4,98 � 0,69 |
4,28 � 0,84 |
-0,02 |
0,749 |
MCV (fl) |
82-98 |
82,75 � 6,06 |
83,75 � 5,14 |
83,13 � 7,62 |
86,93 � 2,12 |
0,056 |
0,406 |
MCH (pg) |
27-33 |
27,73 � 2,57 |
28,27 � 2,32 |
27,97 � 2,75 |
29,03 � 2,09 |
0,034 |
0,614 |
MCHC (g/dL) |
32-36 |
33,53 � 1,44 |
33,60 � 1,31 |
33,63 � 1,03 |
33,40 � 2,07 |
-0,032 |
0,638 |
RDW (%) |
11,5-14,5 |
13,27 � 1,39 |
12,89 � 1,22 |
13,19 � 1,28 |
12,28 � 0,68 |
0,035 |
0,605 |
Trombosit (ribu/�L) |
150-400 |
303,32 � 79,75 |
261,22 � 83,66 |
274,92 � 94,36 |
276,75 � 95,00 |
-0,028 |
0,678 |
Leukosit (ribu/�L) |
5,0-10,0 |
7,54 � 1,75 |
6,96 � 7,26 |
6,88 � 2,67 |
6,45 � 0,66 |
-0,054 |
0,421 |
Basofil (%) |
0,0-1,49 |
0,44 � 0,22 |
0,34 � 0,19 |
0,34 � 0,19 |
0,18 � 0,10 |
-0,143 |
0,034 |
Eosinofil (%) |
1,5-4,49 |
2,05 � 1,91 |
1,34 � 1,73 |
1,34 � 2,08 |
0,58 � 0,76 |
-0,184 |
0,006 |
Neutrofil (%) |
49,5-70,49 |
59,29 � 15,87 |
59,81 � 12,08 |
64,63 � 10,71 |
73,35 � 7,15 |
0,175 |
0,009 |
Limfosit (%) |
20-40 |
26,89 � 8,75 |
28,79 � 9,92 |
24,98 � 8,62 |
18,25 � 5,92 |
-0,170 |
0,011 |
Monosit (%) |
2,0-9,0 |
6,44 � 2,12 |
8,82 � 3,10 |
8,87 � 2,78 |
7,65 � 2,14 |
0,141 |
0,037 |
LED (mm) |
0-10,49 |
12,68 � 10,32 |
27,71 � 22,92 |
29,76 � 25,20 |
46,25 � 32,10 |
0,183 |
0,006 |
CRP (mg/dl) |
<0,8 |
13,04 � 25,27 |
13,52 � 17,31 |
11,94 � 15,78 |
26,01 � 16,73 |
0,086 |
0,243 |
RNL |
<3 |
2,35 � 0,99 |
2,47 � 1,38 |
2,99 � 1,33 |
4,54 � 2,24 |
0,194 |
0,004 |
Keterangan: MCV= Mean Corpuscular Volume, MCH= Mean Corpuscular Hemoglobin, MCHC= Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration,
RDW= Red cell Distribution Width, LED= Laju Endap Darah, CRP= C-Reactive
Protein, RNL= Rasio Neutrofil-Limfosit.
Tabel 5 menunjukkan
hubungan parameter
hematologi terhadap karakteristik klinis menurut tingkat keparahannya. Hasil penelitian menunjukkan COVID-19 mempengaruhi
sel-sel imunitas dimana terlihat jelas perbedaan nilai rata-rata mulai dari pasien
tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan kritis. Nilai rata-rata parameter leukosit,
basofil, eosinofil dan limfosit pada pasien tanpa gejala,
ringan, sedang, berat, dan kritis mengalami tren penurunan sedangkan nilai rata-rata
parameter neutrofil, monosit,
dan RNL mengalami
tren peningkatan. Pada
parameter LED dan CRP, rata-rata nilai hasil sudah berada di atas nilai rujukan dengan tren peningkatan.
Tabel 5 menunjukkan pula hasil statistik korelasi uji spearman
parameter hematologi terhadap karakteristik klinis menurut tingkat keparahannya. Berdasarkan nilai koefisien korelasi dan kebermaknaan hubungan, parameter hematologi yang
memiliki koefisien korelasi (r) positif dan bermakna (p < 0,05) yaitu neurofil, monosit, laju endap
darah (LED), rasio neutrofil-limfosit (RNL).
Parameter neutrofil, monosit, LED, dan RNL menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) positif memiliki
interpretasi semakin tinggi tingkat keparahan gejalanya maka tinggi nilai parameter
nya. Monosit masih dalam rentang nilai rujukan
normal sehingga yang lebih bermakna adalah parameter neutrofil, LED dan RNL.
Sedangkan parameter hematologi yang memiliki koefisien korelasi (r) �negatif dan bermakna (p < 0,05) yaitu eusinofil dan limfosit. Eusinofil dan limfosit menunjukkan nilai koefisien korelasi negatif memiliki interpretasi semakin tinggi tingkat keparahan gejalanya maka semakin menurun nilai nya.
Parameter lain seperti
hemoglobin, hematokrit, eritrosit,
MCV, MCH, MCHC, RDW, trombosit, leukosit dan CRP memiliki nilai p > 0,05 memiliki interpretasi tidak memiliki hubungan bermakna terhadap karakteristik klinik menurut tingkat keparahan
gejala. Hal ini dapat disebabkan perolehan nilai hasil parameter hematologi tersebut berada pada rentang nilai rujukan
dan tren nilai yang stabil pada setiap tingkatan gejala, sehingga secara statistik memiliki hubungan tidak bermakna.
Pada penelitian
ini tingkat keparahan gejala tertinggi berada pada gejala ringan sedangkan
kerusakan akut saluran pernafasan selama infeksi COVID-19 akan terlihat lebih
jelas pada gejala berat dan kritis sebagaimana pada penelitian Qin yang mendapatkan hasil hematologi nilai basofil, eosinofil, dan monosit dan limfosit lebih rendah. Sedangkan nilai leukosit, neutrofil dan rasio neutrofil-limfosit yang lebih tinggi pada kategori gejala yang berat. Sitokin proinflamasi yaitu TNF-α, IL-1 dan IL-6 serta
IL-8 dan penanda infeksi seperti prokalsitonin, ferritin
dan C-reactive protein juga didapatkan lebih tinggi pada kasus berat (Qin, Ziwei, Tao, Ke, & Shang, 2020).
E.
Hubungan Profil Pengobatan Terhadap Lama Rawat Pasien dan
Parameter Hematologi
�Tabel 6 menunjukan� hasil statistika hubungan
kelompok penggunaan obat terhadap lama rawat pasien diperoleh
nilai p sebesar 0,361 pada α = 5%, p>0,05 artinya memiliki hubungan tidak bermakna sehingga Kelompok Penggunaan Obat tidak memiliki
hubungan bermakna dengan lama rawat pasien.
Tabel 6
Hubungan Kelompok Penggunaan Obat terhadap Lama Rawat
Kelompok Obat |
N |
% |
Rata-Rata
Lama
Rawat |
Koefisien Korelasi (r) |
p (Uji Spearman) |
|
1 |
Antivirus, Antibiotik, Vitamin-Mineral, dan Terapi simptomatis |
174 |
78,73 |
11,0 � 3,65 |
-0,061 |
0,361 |
2 |
Antivirus, Vitamin-Mineral, dan Terapi simptomatis |
26 |
11,76 |
11,1 � 4,72 |
|
|
3 |
Antibiotik,
Vitamin-Mineral, dan Terapi simptomatis |
16 |
7,24 |
11,9 � 5,30 |
|
|
4 |
Vitamin-Mineral |
5 |
2,26 |
7,6 � 2,41 |
|
|
Total |
|
221 |
100,00 |
|
|
|
����
Pada penelitian ini mayoritas penggunaan obat pada pasien gejala ringan, usia produktif yang masih memiliki tingkat imunitas baik dan adanya pedoman hasil PCR negatif harus diukur
2 (dua) kali sebelum dinyatakan sembuh memberikan� kontribusi hubungan penggunaan obat yang diberikan� menjadi tidak bermakna secara statistik terhadap lama rawat pasien.
Untuk menguji bagaimana hubungan kelompok
penggunaan obat dengan parameter hematologi, perlu dilakukan uji beda sebelum penggunaan obat dengan setelah penggunaan obat. Pada penelitian ini dari 221 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, terdapat 47 sampel yang memiliki data hematologi sebelum diberikan pengobatan dan data hematologi sesudah diberikan obat atau sebelum
pasien dinyatakan sembuh. Parameter CRP tidak dimasukan ke dalam daftar uji dikarenakan hanya memiliki data sebelum diberikan obat dan tidak ada data setelah pemberian obat. Uji ini menggunakan uji Wilcoxon dikarenakan data memiliki distribusi tidak normal. Hasil penelitian ditunjukan pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7
Uji Sebelum dan Sesudah Penggunaan Obat terhadap Parameter Hematologi
Parameter |
Nilai Rujukan |
Rata-Rata Sebelum (N=47) |
Rata-Rata Sesudah (N=47) |
p (Uji Wilcoxon) |
Hemoglobin (g/dl) |
12,5-17,5 |
13,76 � 2,14 |
12,95 � 2,06 |
0,000 |
Hematokrit (%) |
37-50 |
40,91 � 5,69 |
39,06 � 5,51 |
0,001 |
Eritrosit (juta/�L) |
4,45-5,84 |
5,00 � 0,74 |
4,74 � 0,69 |
0,000 |
MCV (fl) |
82-98 |
82,44 � 7,34 |
81,83 � 11,38 |
0,362 |
MCH (pg) |
27-33 |
27,63 � 27,63 |
27,70 � 2,91 |
0,647 |
MCHC (g/dL) |
32-36 |
33,44 � 33,43 |
33,24 � 1,36 |
0,069 |
RDW (%) |
11,5-14,5 |
13,26 � 1,49 |
13,39 � 1,57 |
0,145 |
Trombosit (ribu/�L) |
150-400 |
253,68 � 104,05 |
363,47 � 142,36 |
0,000 |
Leukosit (ribu/�L) |
5,0-10,0 |
6,00 � 2,21 |
7,13 � 2,95 |
0,032 |
Basofil (%) |
0,0-1,49 |
0,30 � 0,18 |
0,42 � 0,26 |
0,003 |
Eosinofil (%) |
1,5-4,49 |
0,79 � 1,52 |
2,19 � 1,50 |
0,000 |
Neutrofil (%) |
49,5-70,49 |
65,76 � 9,91 |
62,76 � 9,77 |
0,142 |
Limfosit (%) |
20-40 |
24,95 � 24,95 |
26,01 � 7,99 |
0,461 |
Monosit (%) |
2,0-9,0 |
9,03 � 3,17 |
8,64 � 2,49 |
0,608 |
LED (mm) |
0-10,49 |
34,81 � 27,48 |
39,32 � 22,48 |
0,406 |
RNL |
<3 |
3,04 � 1,42 |
2,95 � 2,16 |
0,394 |
Keterangan: MCV= Mean Corpuscular Volume, MCH= Mean Corpuscular Hemoglobin,
MCHC= Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration, RDW=
Red cell Distribution Width, LED= Laju Endap Darah, CRP= C-Reactive Protein, RNL= Rasio Neutrofil-Limfosit.
Tabel 7 menunjukkan hasil beberapa parameter dengan nilai p < 0,05 adalah
Parameter Hemoglobin, Hematokrit,
Eritrosit, Trombosit, Leukosit, Basofil, dan Eosinofil memiliki perbedaan bermakna sebelum dan sesudah penggunaan� obat
sehingga interpretasinya
Parameter Hematologi Hemoglobin,
Hematokrit, Eritrosit, Trombosit, Leukosit, Basofil,
dan Eosinofil memiliki perbedaan sebelum dan sesudah Penggunaan Obat.
Dari semua parameter yang memiliki perbedaan bermakna tersebut, parameter eosinofil yang menunjukkan terjadi perbedaan yang lebih bermakna karena sebelum diberikan obat berada di luar nilai rujukan, kemudian setelah diberikan obat masuk pada nilai rujukan normal.
Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan obat-obatan untuk pasien COVID-19
dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang ditunjukan adanya perbedaan nilai bermakna pada parameter hematologi eosinofil sehingga diharapkan dapat menekan perkembangan virus SARS- Cov-2 di dalam tubuh pasien.
Kesimpulan���
Karakteristik klinis berdasarkan tingkat keparahan gejalanya memiliki hubungan bermakna dengan lama rawat pasien (P=0,187). Karakteristik klinis berdasarkan tingkat keparahan gejalanya memiliki hubungan bermakna pada parameter eosinofil, neutrofil, limfosit, laju endap darah, dan rasio neutrofil-limfosit (RNL) (p<0,05).
Hubungan kelompok penggunaan
obat tidak memiliki hubungan signifikan dengan lama rawat pasien (p= 0,361). Uji beda sebelum dan sesudah penggunaan obat terhadap parameter hematologi memiliki perbedaan bermakna pada parameter
hematologi eosinofil
(p<0,05).
Azer, S. A. (2020). COVID-19:
pathophysiology, diagnosis, complications and investigational therapeutics. New
Microbes and New Infections, 37(M), 100738.
https://doi.org/10.1016/j.nmni.2020.100738 Google Scholar
Burhan, E., Susanto, A. D., Nasution, S.
A., Ginanjar, E., Pitoyo, C. W., & Susilo, A. (2020). Pedoman Tatalaksana
Covid-19, edisi 2. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI. Google Scholar
Cortis, Dominic. (2020). On determining the
age distribution of covid-19 pandemic. Frontiers in Public Health, 8,
202. Google Scholar
Davies, Nicholas G., Klepac, Petra, Liu,
Yang, Prem, Kiesha, Jit, Mark, & Eggo, Rosalind M. (2020). Age-dependent
effects in the transmission and control of COVID-19 epidemics. Nature
Medicine, 26(8), 1205�1211. Google Scholar
Donsu, Yosefien Christania, & Hasmono,
Didik. (2020). Tinjauan Azitromisin Pada Penyakit Virus Korona 2019 (COVID-19).
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 17(2), 133�147. Google Scholar
Feyaerts, Adam F., & Luyten, Walter.
(2020). Vitamin C as prophylaxis and adjunctive medical treatment for COVID-19?
Nutrition, 79, 110948. Google Scholar
Holford, Patrick, Carr, Anitra C., Jovic,
Thomas H., Ali, Stephen R., Whitaker, Iain S., Marik, Paul E., & Smith, A.
David. (2020). Vitamin C�An adjunctive therapy for respiratory infection,
sepsis and COVID-19. Nutrients, 12(12), 3760. Google Scholar
Huang, Chaolin, Wang, Yeming, Li, Xingwang,
Ren, Lili, Zhao, Jianping, Hu, Yi, Zhang, Li, Fan, Guohui, Xu, Jiuyang, &
Gu, Xiaoying. (2020). Clinical features of patients infected with 2019 novel
coronavirus in Wuhan, China. The Lancet, 395(10223), 497�506. Google Scholar
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2011). Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pedoman Interpretasi
Data Klinik.
Khamis, Faryal, Al-Zakwani, Ibrahim, Al
Naamani, Hamed, Al Lawati, Sultan, Pandak, Nenad, Omar, Muna Ba, Al Bahrani,
Maher, Bulushi, Zakaryia A. L., Al Khalili, Huda, & Al Salmi, Issa. (2020).
Clinical characteristics and outcomes of the first 63 adult patients
hospitalized with COVID-19: an experience from Oman. Journal of Infection
and Public Health, 13(7), 906�913. Google Scholar
Liu, Jingyuan, Liu, Yao, Xiang, Pan, Pu,
Lin, Xiong, Haofeng, Li, Chuansheng, Zhang, Ming, Tan, Jianbo, Xu, Yanli, &
Song, Rui. (2020). Neutrophil-to-lymphocyte ratio predicts critical illness
patients with 2019 coronavirus disease in the early stage. Journal of
Translational Medicine, 18, 1�12. Google Scholar
Lobo, Vijaya, Patil, Avinash, Phatak, A.,
& Chandra, Naresh. (2010). Free radicals, antioxidants and functional
foods: Impact on human health. Pharmacognosy Reviews, 4(8), 118. Google Scholar
Pormohammad Ali, Ghorbani Saied, Et. a.
(2020). Clinical Characteristic, Laboratory Finding, radiographic sign and
outcome of 61.742 patient with confirmed COVID-19 infection : systemic
review and meta-ananlysis. Microbacterial Pathogenesis 147. 2020.
Dipublikasikan 15 Juli 2020.
Qin, Chuan, Ziwei, M. D. PhD Luoqi Zhou M.
D., Tao, Sheng Yang M. D. Yu, Ke, PhD Cuihong Xie M. D. PhD, & Shang, Ma M.
D. PhD Ke. (2020). Dysregulation of immune response in patients with COVID-19
in Wuhan, China; Clinical Infectious Diseases; Oxford Academic. Clinical
Infectious Diseases, 71(15), 762�8. Google Scholar
Spiteri, Gianfranco, Fielding, James,
Diercke, Michaela, Campese, Christine, Enouf, Vincent, Gaymard, Alexandre,
Bella, Antonino, Sognamiglio, Paola, Moros, Maria Jos� Sierra, & Riutort,
Antonio Nicolau. (2020). First cases of coronavirus disease 2019 (COVID-19) in
the WHO European Region, 24 January to 21 February 2020. Eurosurveillance,
25(9), 2000178.
Tamaweol, Divertt, Ali, Ramli H., &
Simanjuntak, Martin L. (2016). Gambaran Foto Toraks Pada Penderita Batuk Kronik
Di Bagian/Smf Radiologi Fk Unsrat/Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode
Juli � September 2015. E-CliniC, 4(1), 196�200. Google Scholar
Tan, Emily L. C., Ooi, Eng Eong, Lin, Chin
Yo, Tan, Hwee Cheng, Ling, Ai Ee, Lim, Bing, & Stanton, Lawrence W. (2004).
Inhibition of SARS coronavirus infection in vitro with clinically approved
antiviral drugs. Emerging Infectious Diseases, 10(4), 581. Google Scholar
Wahyuniati, Nur, & Maulana, Reza.
(2015). Peran Interleukin-10 Pada Infeksi Malaria. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, 15(2), 96�103. Google Scholar
Yang, Xiaobo, Yu, Yuan, Xu, Jiqian, Shu,
Huaqing, Liu, Hong, Wu, Yongran, Zhang, Lu, Yu, Zhui, Fang, Minghao, & Yu,
Ting. (2020). Clinical course and outcomes of critically ill patients with
SARS-CoV-2 pneumonia in Wuhan, China: a single-centered, retrospective,
observational study. The Lancet Respiratory Medicine, 8(5),
475�481. Google Scholar
Zhou, Yue, Yang, Qing, Chi, Jingwei, Dong,
Bingzi, Lv, Wenshan, Shen, Liyan, & Wang, Yangang. (2020). Comorbidities
and the risk of severe or fatal outcomes associated with coronavirus disease
2019: A systematic review and meta-analysis. International Journal of
Infectious Diseases, 99, 47�56. Google Scholar
�Copyright holder: Ilham Arief, Ros Sumarny, Yati Sumiyati, Indra Kusuma (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |