Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Spesial Issue No.
1, November 2021
� ���������
REPRESENTASI ANIES DAN GANJAR PADA BURSA CALON PRESIDEN INDONESIA 2024
DALAM BERITA ONLINE OKEZONE.COM
Nuri Hermawan
Universitas Airlangga, Indonesia
Email:� [email protected]
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkap representasi nama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo
sebagai tokoh yang sering disebut-sebut dan unggul dalam beberapa survei
sebagai calon Presiden Indonesia tahun 2024. Menggunakan sumber dari data
bahasa yang muncul pada berita dalam jaringan okezone.com, penelitian
ini menggunakan metode analisis wacana kritis dengan bantuan linguistik korpus
atau Corpus-Assisted Critical Discourse Analysis. Pendekatan pada penelitian
ini menggunakan pendekatan corpus-driven dan corpus-based yang bertujuan untuk
membantu pemilihan sumber data, pengumpulan data, dan identifikasi topik berita
yang menggambarkan bagaimana dua sosok kandidat terkuat yang muncul pada bursa
Pilpres 2024. Selanjutnya, teknik linguistik korpus yang digunakan pada
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kompilasi korpus yang meliputi
frekuensi, kata kunci, kelompok, kolokasi, dan konkordansi. Analisis kritis
terhadap data diungkapkan dengan melihat representasi dua nama tokoh yang
muncul dan sengaja diciptakan oleh media okezone.com. Representasi
kandidat Pilpres 2024 tersebut dilakukan dengan menggunakan tipe-tipe wacana
yang dilatarbelakangi arah penggiringan opini pada media okezone.com.
Dari representasi dua nama kandidat yang sering muncul ditarik kesimpulan bahwa
keduanya merupakan sosok yang pantas maju pada kontestasi Pilpres 2024. Namun,
sosok Anies digambarkan sebagai figur yang maju dengan jalan yang tenang,
sedang Ganjar digambarkan figur yang punya ambisi dan sudah memetakan langkah
menuju Pilpres 2024.
Kata Kunci: representasi; pilpres 2024; analisis wacana kritis; CACDA
Abstract
This study aims to reveal the
representation of the names of Anies Baswedan and Ganjar Pranowo as figures who are often mentioned and excel in
several surveys as candidates for President of Indonesia in 2024. Using the
source of language data that appears on news in the okezone.com network, this
study uses the method critical discourse analysis with the help of corpus
linguistics or Corpus-Assisted Critical Discourse Analysis. The approach in
this study uses a corpus-driven and corpus-based approach which aims to assist
in selecting data sources, collecting data, and identifying news topics that
describe how the two strongest candidate figures emerged in the 2024
presidential election. Furthermore, the corpus linguistic technique used in
This study aims to analyze the compilation of the corpus which includes
frequency, keywords, groups, collocations, and concordance. Critical analysis
of the data is revealed by looking at the representations of two names of
characters that appeared and were deliberately created by okezone.com media.
The representation of the candidates for the 2024 presidential election was
carried out using types of discourse that were motivated by the direction of
leading opinion on the media okezone.com. From the representation of the two
candidate names that often appear, it can be concluded that both of them are
worthy figures in the 2024 presidential election contestation. However, Anies is described as a figure who advances with a calm
path, while Ganjar is described as a figure who has
ambition and has already mapped out steps towards the 2024 presidential
election.
Keywords: representation;
the 2024 presidential election; critical discourse analysis; CACDA
Received: 2021-10-20; Accepted:
2021-11-05; Published: 2021-11-18
Pendahuluan
Sebagai salah
satu negara yang menganut sistem demokrasi, pemilihan presiden merupakan
peristiwa politik yang sangat penting di Indonesia. Iklim demokrasi dan bentuk
pemerintahan presidensial menjadikan presiden sebagai pemangku kekuasaan
tertinggi dalam menentukan beragam kebijakan di pemerintahan. Tercatat, sejak
runtuhnya orde baru dan bergulirnya reformasi tahun 1998, pemilihan presiden di Indonesia
terjadi 5 tahun sekali menjadi semakin menarik untuk diamati. Mengingat, dengan
atmosfer politik yang lebih demokratis, pemilihan presiden pun dilakukan secara
langsung oleh rakyat. Tidak jarang pemilihan presiden yang berlangsung sangat
erat pengaruhnya dengan peran media sebagai penyampai informasi. Terlebih di
era keterbukaan seperti saat ini, media memegang peranan penting dalam
menggiring opini publik untuk menentukan siapa yang tepat menjadi pemimpinnya
selama lima tahun mendatang.
Tahun 2024
meski terbilang masih lama, namun aura kontestasi akbar Pemilihan Presiden
(pilpres) yang bakal berlangsung pada tahun tersebut sudah terasa mulai saat
ini. Bahkan usai pilpres tahun 2019 lalu, media sudah dihebohkan dengan
nama-nama calon presiden yang bakal melanjutkan kepemimpinan Presiden Joko
Widodo. Salah satu media itu adalah laman berita dalam jaringan okezone.com. Dari sumber https://management.okezone.com/
dijelaskan bahwa okezone.com resmi
diluncurkan (Commercial Launch) sebagai portal berita pada 1 Maret 2007.
Lahirnya okezone.com menjadi
cikal-bakal bisnis online pertama milik PT Media Nusantara Citra Tbk (MNC),
sebuah perusahan media terintegrasi yang terbesar di Indonesia dan Asia
Tenggara.� Bahkan, mulai Juni 2019, okezone.com menduduki peringkat ke-2
untuk kategori portal berita terpopuler di Indonesia. Prestasi ini tercipta
karena semakin banyak pengunjung situs yang mengakses okezone.com setiap harinya. Untuk itu, sangat menarik jika penelitian
ini mengulas seberapa besar penggambaran calon presiden yang digambarkan oleh
media tersebut. Sebab itulah penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
bagaimana perspektif media dalam jaringan okezone.com
terhadap kandidat presiden 2024. Pemilihan media daring sebagai sumber data
karena penyebarannya yang sangat luas. Tidak hanya itu media daring juga
memungkinkan penulis melakukan penelitian terhadap teks yang jumlahnya sangat
banyak dengan metode analisis data secara ekstensif. Bahkan, ada lima puluh
ribu kata lebih yang berhasil dihimpun dari berita yang muncul terkait bursa
nama calon presiden 2024 dari tahun 2019 hingga saat ini.� Selanjutnya, dengan analisis yang ekstensif,
pada penelitian ini dapat ditemukan analisis data dengan cakupan yang sangat
luas tanpa harus menganalisis data tersebut satu per satu.
Salah satu
metode yang dapat menganalisis data dengan cakupan yang luas adalah linguistik
korpus (corpus linguistics). Mengutip pernyataan (Williams, 2006) menjelaskan
bahwa Linguistik korpus merupakan metode yang dapat menganalisis data dalam
jumlah yang besar dengan menggunakan teknologi komputer sebagai alat bantunya.
Namun, untuk melakukan analisis selanjutnya terhadap data secara mendalam,
metode ini saja tidak cukup. Oleh sebab itu, diperlukan metode lain yang dapat
menganalisis data secara mendalam. Salah satu metode analisis yang mendalam dan
bisa digunakan pada penelitian ini adalah analisis wacana dan analisis wacana
kritis. Metode analisis wacana kritis menggunakan data linguistik dengan
menempatkan bahasa sebagai produk dari dunia sosial atau praktik wacana yang
terjadi di ranah sosial.
Selanjutnya,
dalam penelitian ini juga menggunakan metode gabungan, salah satu metode
gabungan yang dapat digunakan untuk menganalisis data dengan jumlah yang banyak
dan dengan kedalaman analisis yaitu Corpus Assisted Critical Discourse Analysis
(CACDA). Prinsip dari metode ini adalah membandingkan fitur-fitur yang ada di
dalam teks, tipe-tipe wacana tertentu, dan mengintegrasikannya ke dalam teknik
analisis yang dikembangkan dengan korpus linguistik. Selanjutnya, pada tahap
analisis difokuskan dengan menggunakan analisis wacana kritis atau AWK. Pada
tahap ini kata-kata yang telah dianalisis dalam korpus linguistik menjadi bahan
penting untuk melihat seberapa jauh bahasa digunakan dan masuk dalam ruang
konteks sosial dan politik yang membentuk teks serta mensiratkan dominasi
ideologi tertentu.
Lain halnya
dengan prinsip CACDA, secara umum menjelaskan bahwa CACDA bekerja dengan
menggabungkan dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif dalam penelitian ini hadir melalui metode korpus yang di dalamnya
akan digunakan untuk menganalisis data dalam jumlah besar. Data dalam jumlah
besar ini, selanjutnya akan dianalisis dengan cara menghitung frekuensi
kemunculan dan kuantitas kata-kata yang hadir di dalam konstruksi tertentu.
Data kuantitatif ini sangat penting untuk membuktikan sebuah makna, konstruksi
realitas yang dibangun oleh wacana yang dapat dibuktikan secara kuantitas. Hal
tersebut tentu untuk menghindari pendekatan yang bersifat intuitif atau berdasarkan
perasaan dan anggapan penulis saja. Selanjutnya, pendekatan kualitatif pada
riset ini digunakan untuk menganalisis data kuantitatif tersebut. Pendekatan
ini dapat digunakan untuk memperoleh kedalaman pemahaman mengenai makna,
konstruksi realitas, dan lain-lain secara kritis serta mendalam.
Mengutip
pernyataan (Hardt-Mautner, 2009) dan (Baker, 2010) bahwa dengan
analisis data yang luas dan sekaligus mendalam, penelitian akan mendapatkan
cara bagaimana sebuah wacana dibangun melalui konstruksi kebahasaan. Untuk
itulah, keuntungan yang dapat diperoleh dari metode CACDA penelitian dapat
menganalisis data secara ekstensif sekaligus mendalam. Sebuah wacana yang
muncul dalam pemberitaan akan memiliki makna tertentu, sesuai dengan cara
wacana tersebut dikonstruksi dalam pemberitaan yang terus-menerus. Selain
hal-hal itu, dalam penelitian kita dapat melihat bagaimana sebuah wacana
bermakna tertentu berdasarkan data korpus yang banyak.
Pemberitaan
media yang mengulas tentang tokoh politik tertentu dan beberapa hal yang telah
lakukan dapat dianalisis dengan data korpus yang luas dan analisis tingkat
berikutnya secara mendalam. Misalnya, pemberitaan tentang calon presiden 2024
yang sudah beredar banyak pada media, dalam data yang sangat luas akan menghasilkan
kecenderungan ideologis tertentu dari media yang memberitakannya atau
kecenderungan representasi tertentu tentang sosok tersebut. Ideologi dalam hal
ini dapat dipahami sebagai sebuah cara media untuk menggiring seseorang atau
sekelompok orang atau publik melihat seseorang, kelompok lain, atau dunianya.
Menurut (Adolphs, 2006) menjelaskan
bahwa korpus linguistik sering didiskusikan sebagai linguistik yang berlawanan
dengan linguistik Chomskyan, yang terfokus pada kompetensi bahasa dan intuisi
penutur asli sebagai basis untuk teori linguistiknya. Tidak hanya itu, (Adolphs, 2006)
juga menjelaskan ada beberapa keuntungan yang
didapatkan dengan menganalisis teks elektronik. Pertama, penggunaan analisis
teks elektronik merupakan proses yang dapat direplikasi. Kedua, analisis teks
elektronik menghindarkan peneliti dari analisis yang intuitif. Ketiga, analisis
teks elektronik memungkinkan peneliti untuk memanipulasi data bahasa di dalam
banyak cara untuk disesuaikan dengan tujuan penelitian. Keempat, sekali
menyortir data dengan cara yang dapat diakses, kita dapat melakukan analisis
lebih lanjut terhadap data tersebut. Kelima, analisis data elektronik dapat
dilakukan pada level yang berbeda-beda. Keenam, analisis teks elektronik dapat
dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Dari paparan
pengantar di atas, salah satu hal yang menarik untuk dianalisis dengan
menggunakan metode ini adalah pemberitaan tentang Anies Baswedan dan Ganjar
Pranowo yang namanya kerap masuk pada beberapa lembaga survei untuk bisa
memenangkan Pilpres 2024. Kecenderungan bahasa yang muncul di dalam pemberitaan
tentang kedua sosok akan memunculkan dengan menunjukkan sebuah pola makna
tertentu di dalam analisis CACDA. Melalui analisis ini akan dapat dilihat
bagaimana sosok Anies dan Ganjar tersebut direpresentasikan, kata-kata apa saja
yang paling sering muncul, medan makna apa yang muncul dengan konstruksi bahasa
yang ada, dan seperti apa arah media menggiring opini publik.
Metode Penelitian
Ada dua metode
gabungan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu analisis wacana kritis (CDA)
dan linguistik korpus. Patington dan Haarman (2004) menjelaskan bahwa metode penelitian ini
dikenal sebagai Corpus-Assisted Critical Discourse Analysis atau CACDA. Pada dasarnya,
seperti yang dijelaskan (Baker, 2010) metode ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif untuk menganalisis data. Selanjutnya, pada tataran AWK metode
penelitian ini mencakup tiga struktur sebagaimana dijelaskan oleh
(N
Fairclough, 1995) yaitu mikro, meso, dan makro. Pada struktur mikro
akan difokuskan pada pengolahan teks elektronik berupa leksikal dan koherensi
dengan menggunakan metode korpus linguistik. Media dari okezone.com akan menjadi kajian pada tataran meso dan makro karena
berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi berita serta ideologi
dari media tersebut. Kemudian, sebagai kajian dalam tataran makro, konteks
peristiwa yang menjadi topik utama pada teks berita yang dihimpun sejak isu
nama-nama tokoh yang masuk bursa Pilpres 2024 mulai mencuat. Yakni, tercatat
dalam periode 2019 pertengahan hingga saat ini.
Menurut (Hardt-Mautner,
2009),
dan (Norman
Fairclough, 2013)
menjelaskan beberapa langkah yang dapat diikuti oleh para peneliti dalam studi
analisis CACDA. Langkah pertama adalah merancang pertanyaan penelitian. Langkah
berikutnya adalah membangun dan menyusun korpus yang sesuai. Pada langkah ini
mencakup prosedur yang berbeda, seperti mendapatkan
hak cipta teks, dan mengatur korpus. Langkah ketiga adalah menginvestigasi
konteks dengan membaca sejarah, politik, dan budaya dari topik yang sedang
diteliti. Pada langkah ini juga mencakup surfing literatur yang ada dan membaca
beberapa studi yang memanfaatkan kedua metode tersebut. Selanjutnya adalah
menemukan paket perangkat lunak CL yang sesuai untuk menjalankan korpus.
Langkah kelima adalah membuat daftar frekuensi dan kata kunci, memeriksa
frekuensi relatif terhadap topik yang dibahas, serta kata kunci statistik yang
signifikan dan terkait langsung dengan topik ini. Kemudian, memeriksa daftar
kolokasi dan gugus untuk beberapa pola leksikal yang telah ditemukan pada
langkah sebelumnya. Langkah berikutnya adalah membuat analisis konkordansi
kualitatif untuk beberapa pola leksikal yang ditemukan pada langkah sebelumnya.
Setelah itu, daftar yang dibuat pada langkah 5-7 diamati dan dipelajari untuk
menemukan item yang tampaknya berkelompok menjadi seperangkat semantik.
Selanjutnya, data dianalisis dalam konteks yang lebih luas berdasarkan makna
leksikal dan jenis koherensinya.
Hasil dan Pembahasan
Pada tahap analisis teks, penelitian ini
menggunakan beberapa operasi software linguistik korpus yang relevan, antara
lain wordlist (daftar kata), frequence (frekuensi), kolokasi, dan konkordansi.
Melalui aplikasi AntCont, didapat salah satu hasilnya seperti yang ditampilkan
dalam gambar tangkapan layar seperti berikut:
Tampak pada gambar tangkapan layar di
atas kata yang memiliki makna leksikal dengan frekuensi yang tinggi� atau di atas tiga ratus� adalah pilpres (447), anies (397), presiden
(392), survei (373), politik (356), dan ganjar (320). Dari data tersebut nampak
nama Anies lebih unggul dibandingkan dengan nama Ganjar. Meski selisih tidak
begitu banyak, pada data tersebut bisa ditarik beberapa kesimpulan bahwa secara
tidak langsung okezone.com memberikan
ruang lebih besar kepada sosok Gubernur DKI Jakarta ketimbang Gubernur Jawa
Tengah. Namun, kondisi Anies sebagai yang berada pada pusat pemerintahan negara
ini dan dengan segala banyak dinamika isu yang sering muncul dipermukaan publik
juga menjadi alasan tersendiri nama Anies lebih banyak muncul dibandingkan
Ganjar yang notabene memimpin wilayah di daerah. Dari frekuensi ini belum bisa
disimpulkan ke arah mana media okezone.com
menggiring opini publik, mengingat kondisi keduanya berada pada tataran
yang tidak sama.
Selanjutnya, penelusuran lebih jauh
untuk mendapatkan konteks yang lebih luas dengan menggunakan konkordansi yang diperluas
(extended concordance) ditemukan bahwa penggambaran kedua sosok tersebut� dengan leksikon yang berkolokasi dengan kedua
nama tersebut kemudian diklasifikasi berdasarkan prosodi semantiknya (positif,
negatif, dan netral). Semantic Prosody atau Prosodi Semantik, juga bagian dari
prosodi wacana. Perannya menggambarkan cara di mana kata-kata tertentu yang
tampaknya netral dapat dipersepsikan dengan asosiasi positif atau negatif
melalui kemunculan yang sering dengan kolokasi tertentu.
Diciptakan dalam analogi dengan prosodi linguistik, dipopulerkan oleh Bill
Louw. Berikut adalah tangkapan layar dari penggambaran kedua sosok
tersebut� dengan leksikon yang
berkolokasi.
Setelah setiap korpus dikonfirmasi
dengan metadata yang berupa topik berita, ditemukan persentase representasi
antara Anies dan Ganjar yang kurang lebih sama. Baik dari sisi pemberitaan
negatif, positif, maupun netral. Namun, ada yang menarik saat
identifikasi representasi keduanya. Meski digambarkan sebagai sosok yang sangat
tepat untuk maju pada kontestasi Pipres 2024, okezone.com menggambarkan sosok Anies dengan gaya yang lebih
cenderung tenang. Meski Anies punya arah untuk maju pada Pilpres 2024, Anies
digambarkan sebagai sosok yang realistis, meyakinkan, figur yang kuat, ahli, kemampuan
yang cakap, fokus, layak, potensial, sosok yang leading, intelektual, fokus
bekerja, dan diperhitungkan.� Lain halnya
dengan Ganjar, meski ia juga dinilai tepat sebagai tokoh yang masuk pada bursa
Pilpres 2024, Ganjar digambarkan sebagai sosok yang punya ambisi, berani,
kelewatan (kemajon), berkarakter, lues, tak tahu diri, terlalu genit, dan
mendahului. Penggambaran keduanya tentu tidak bisa lepas dari posisi keduanya
saat ini. Anies sebagai figur yang berasal dari lingkungan non partai sedikit punya
leluasa untuk melanggengkan langkahnya tanpa ada hambatan dari internal.
Sedangkan Ganjar, sebagai kader partai dia harus memiliki mekanisme yang tentu
dalam beberapa kesempatan tidak menguntungkan posisi Ganjar saat ini.
Analisis kualitatif terhadap hasil
konkordansi yang diperluas berdasarkan prosodi semantik leksikon dan koherensi
yang menggambarkan kedua sosok pada setiap topik beritanya menunjukkan beberapa
karakter yang digunakan okezone.com
dalam pemberitaannya. Analisis kritis menunjukkan bahwa Anies sebagai tokoh
yang digadang-gadang maju pada Pilpres 2024 nampak tenang, mulus, dan tanpa ada
hambatan. Hal itu, tidak terlepas dari posisi Anies saat ini yang tidak
terlibat pada partai besar manapun. Sedangkan Ganjar, sebagai sosok yang
digambarkan juga layak maju pada Pilpres 2024 dengan segala bentuk hambatan dan
banyak kritikan. Kata mendahului dan tak tahu diri sudah cukup mewakili
bagaimana sosok Ganjar sebagai kader salah satu partai terbesar di republik ini
harus mengikuti mekanisme yang sudah ditentukan partai.
Melalui analisis meso dan makro
ditemukan bahwa representasi Anies dan Ganjar tidak bisa lepas dari prinsip
ideologi okezone.com sendiri. Secara
latar belakang, sebagai anak usaha dari MNC Group milik salah satu pengusaha
ternama di Indonesia yang juga sempat mendirikan partai dan ikut kontestasi
pemilu pada tahun 2019, tentu memberikan gambaran tersendiri pada kontestasi
pemilu 2024 mendatang. Itu sebabnya gambaran netral masih mendominasi
pemberitaan yang mengulas sosok kedua figur tersebut (Stefanowitsch & Gries, 2003). Hal
itu mengingat, partai yang dimiliki oleh pemilik MNC Group tidak ikut pada
lingkaran penguasa saat ini dan hal tersebut menjadi sebuah kemungkinan bahwa
tidak adanya dampak yang signifikan terhadap kepentingan media meski kedua
figur nanti apakah akan benar-benar maju atau justru ada sosok baru yang saat
ini belum terekam media sama sekali.
Kesimpulan
Pada
penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis wacana kritis yang
dibantu dengan linguistik korpus dapat mengungkapkan representasi Anies dan
Ganjar sebagai sosok kandidat yang masuk pada bursa Pilpres 2024 dalam media okezone.com. Analisis kuantitatif dan
kualitatif yang difasilitasi linguistik korpus menunjukkan kedua tokoh tersebut
dilakukan dengan menggunakan tipe-tipe wacana yang dilatarbelakangi posisi
media yang dimiliki oleh pengusaha yang tidak terlibat pada lingkaran
pemerintahan. Dari penelitian ini tampak bahwa penggunaan CACDA merupakan
sebuah metode yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih valid karena dapat lebih merepresentasikan realitas. Penelitian
tentang representasi figur dan tokoh penting seperti kepala negara dapat
dilakukan dengan media yang lebih beragam dan tidak hanya pada satu sumber saja
untuk mendapatkan temuan yang lebih menarik karena data yang digunakan akan
lebih besar.
Adolphs, Svenja. (2006). Introducing electronic
text analysis: A practical guide for language and literary studies.
Routledge. Google Scholar
Baker, Paul. (2010). Sociolinguistics
and corpus linguistics. Edinburgh University Press. Google Scholar
Fairclough, N. (1995). Media Discourse.
London: Edward Arnold Garrett (Eds.). Approaches to Media Discourse.
Oxford: Blackwell. Google Scholar
Fairclough, Norman. (2013). Critical
discourse analysis: The critical study of language. Routledge. Google Scholar
Hardt-Mautner, Gerlinde. (2009). �Only
Connect�. Critical Discourse Analysis and Corpus Linguistics. UCREL
Lancaster. Google Scholar
Stefanowitsch, Anatol, & Gries, Stefan
Th. (2003). Collostructions: Investigating the interaction of words and
constructions. International Journal of Corpus Linguistics, 8(2),
209�243. Google Scholar
Williams, Geoffrey. (2006). Michael Hoey.
Lexical Priming: A New Theory of Words and Language. London: Routledge. 2005.
xiii+ 202 pages. ISBN 0-415-32863-2. International Journal of Lexicography,
19(3), 327�335. Google Scholar
Copyright holder: Nuri Hermawan (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |
�������������������������������������������������������������