Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Spesial Issue No.
1, November 2021
� ���������
KELAYAKAN FINANSIAL ABON IKAN TUNA DI KOTA BONTANG
Said Abdusysyahid, Bambang Indratno Gunawan, Muhamad Syafril
Mulawarman University, Samarinda, Indonesia
Email:��� [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur nilai kelayakan usaha pengolahan abon ikan tuna
berdasarkan indikator R/C, Net Profit Margin (NPM), Titik Impas (Break
Event Point), Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) dan Return
on Investment (ROI), dilaksanakan di wilayah �Kota Bontang. Data dianalisis
dengan menggunakan 1) analisis deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan� gambaran umum wilayah
dan profil usaha pengolahan 2) Analisis kelayakan usaha ditinjau dari aspek
finansial, dengan menggunakan indikator efisiensi usaha (R/C), Titik Impas
(BEP), Net Profit Margin (NPM), Masa Pengembalian Investasi (Payback
Period) dan Return on Invesment (ROI). Hasil
penelitian menunjukkan� bahwa Nilai
finansial dari produktivitas ini sebesar Rp200.000 � Rp720.000, dengan
rata-rata Rp404.444 per hari per pengolah.�
Nilai efisiensi usaha (TR/TC) sebesar�
1,23 � 1,58, dengan rata-rata 1,41.�
Nilai TR/TC > 1, sehingga usaha sudah berada pada kondisi
efisien.� Nilai Net Profit Margin
usaha pengolahan abon ikan tuna di Kota Bontang sebesar 18,57% - 36,57%, dengan
rata-rata 28,53%.� Kondisi aktual usaha
pengolahan abon ikan tuna ditinjau dari jumlah penjualan, jumlah unit produksi
dan harga jual per unit, berada di atas kondisi BEP.� Nilai titik impas penjualan (BEP penjualan)
sebesar Rp2.548.960 - Rp4.436.008, dengan rata-rata per pengolah
Rp3.666.825.� Titik impas produksi
tercapai pada kisaran 116 kemasan � 149 kemasan, dengan rata-rata 137 kemasan per
pengolah.� Titik immpas dari harga jual
per kemasan/bungkus yaitu Rp5.019 � Rp22.180, dengan rata-rata Rp11.191 Usaha
pengolahan ini membutuhkan waktu untuk mengembalikan dana investasi selama 1,13
tahun � 42,53 tahun, dengan rata-rata 15,93 tahun.� Nilai ROI pada usaha pengolahan abon ikan
tuna sebesar 0,20% - 7,38%, dengan rata-rata 3,20%.
Kata Kunci: kelayakan
usaha; abon ikan tuna; pengolahan
Abstract
This study aims to measure
the feasibility value of a shredded tuna fish processing business based on
indicators of R/C, Net Profit Margin (NPM), Break Even Point (Break Event
Point), Payback Period and Return on Investment (ROI), carried out in Bontang City area. The data were analyzed using 1)
descriptive analysis which aims to describe the general description of the area
and the profile of the processing business 2) Business feasibility analysis in
terms of financial aspects, using indicators of business efficiency (R/C),
Break-even Point (BEP), Net Profit Margin (NPM), Payback Period and Return on
Investment (ROI). The results showed that the financial value of this
productivity was IDR 200,000 � IDR 720,000, with an average of IDR 404,444 per
day per processor. The value of business efficiency (TR/TC) is 1.23 � 1.58,
with an average of 1.41. TR/TC value > 1, so the business is in an efficient
condition. The value of the Net Profit Margin of shredded tuna processing
business in Bontang City is 18.57% - 36.57%, with an
average of 28.53%. The actual condition of the shredded tuna processing
business in terms of the number of sales, the number of production units and
the selling price per unit, is above the BEP condition. The break-even point
value (BEP of sales) is IDR 2,548,960 - IDR 4,436,008, with an average per
processor of IDR 3,666,825. The break-even point was reached in the range of
116 packages � 149 packages, with an average of 137 packages per processor. The
break-even point of the selling price per pack/package is IDR 5,019 � IDR
22,180, with an average of IDR 11,191 This processing business takes 1.13 years
� 42.53 years to return investment funds, with an average of 15 ,93 years. The
ROI value in the shredded tuna processing business is 0.20% - 7.38%, with an
average of 3.20%.
Keywords: business
feasibility; abon tuna fish; Processing
Received: 2021-10-20; Accepted:
2021-11-05; Published: 2021-11-18
Pendahuluan
Upaya untuk
meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut
adalah dengan mengembangkan produk bernilai tambah, baik olahan tradisional
maupun modern. Satu diantara pengolahan ikan yang banyak dilakukan kelompok
masyarakat, baik industri rumah tangga maupun UMKM adalah produk abon ikan Tuna
(Arman dan Ruslang, 2017).
Kota Bontang
memiliki sentra produksi pengolahan komoditi perikanan seperti terasi udang, nugget ikan dan abon ikan
tuna. Usaha pengolahan hasil
perikanan ini telah cukup lama dikelola oleh masyarakat lokal sebagai penghasilan
utama keluarga pengolah. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan pengolah hasil perikanan diantaranya abon ikan tuna dan terasi udang di wilayah masih bertahan menjalankan usaha ini, di antaranya adalah 1) Adanya ketersediaan bahan baku dari hasil
tangkapan ikan dan udang sepanjang tahun, 2) Supplier bahan baku adalah
nelayan yang berdomisili di
kota Bontang, umumnya adalah kepala keluarga dari pengolah, 3) Usaha pengolahan merupakan upaya pemanfaatan waktu luang oleh wanita nelayan untuk dapat meningkatkan
pendapatan keluarga, 4) pengolah telah memiliki skill khusus dalam pembuatan hasil olahan ikan seperti terasi dan abon ikan tuna, sehingga mampu menghasilkan produk olahan perikanan
dengan kualitas yang baik, 5) olahann hasil perikanan memiliki wilayah pemasaran baik di kota bonatang
mapun diluar Kota Bontang, kegiatan pemasaran olahan hasil perikanan melibatkan lembaga pemasaran, 6) Kota Bontang menjadi satu di antara kota wisata
bahari yang ada di
Kalimantan Timur, dan memiliki� souvernir yang khas, diantaranya olahan perikanan berupa terasi dan abon ikan tuna, 7) usaha pengolahan hasil perikanan ini telah
lama menjadi sasaran
program kerja bagi pemerintah, karena kegiatan ekonomi dari usaha ini
merupakan satu diantara upaya pemerintah untuk dapat meningkatkan ekonomi masyarakat lokal Kota Bontang, khususnya yang bergerak dibidang perikanan, dan pada akhirnya berdampak terhadap ekonomi daerah (Syafril dan Fidhiani, 2020).
Metode Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Kota Bontang yang merupakan sentra produksi abon ikan tuna di
Kalimantan Timur, Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif yang dipadukan dengan pendekatan
kualitatif.� Penelitian ini menggunakan 2
jenis data yaitu data primer (data utama penelitian) dan sata sekunder (data
pendukung penelitian).� Data primer
bersumber dari observasi langsung ke lokasi penelitian (sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, sumberdaya wilayah, sumberdaya teknologi), wawancara dengan
responden (pengolah, pemerintah). Data primer meliputi.
1. Identitas reponden
2. Kinerja usaha :
a. Biaya Produksi
b. Jumlah Produksi
c. Harga Jual Produk
d. Proses Produksi Abon Ikan Tuna
Data
sekunder merupakan data pendukung penelitian, yang diperoleh melalui tinjauan
sumber-sumber kepustakaan yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Jenis data ini diperoleh melalui tinjauan
kepustakaan.� Data sekunder dalam
penelitian ini meliputi :
1. Monografi wilayah (kelurahan dan kota)
2. Hasil-hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan
penelitian
Data
penelitian yang diperoleh, selanjutnya diproses melalui triangukasi data dan
dan metode.� Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan validitas data yang akan dianalisis, sehingga mampu menghasilkan
kesimpulan dan rekomendasi yang sesuai dengan kondii aktual.
Sampel
penelitian adalah pelaku usaha pengolahan abon ikan tuna yang masih aktif
melakukan kegiatan produksi, yang berada di Kota Bontang.
Terdapat 3 orang yang melakukan usaha pengolahan
abon ikan tuna. Dengan demikian jumlah
sampel penelitian adalah 3 orang pengolah. Pengambilan sampel menggunakan
metode sensus.� Semua anggota populasi
dijadikan sebagai anggota sampel.
Hasil dan Pembahasan
a)
Topografi
Wilayah Kota Bontang didominasi oleh permukaan tanah yang datar, landai, dan sedikit berbukit dengan ketinggian antara 0 � 106 m di atas permukaan laut. Mayoritas wilayah (48%) menempati
kawasan pinggir pantai yang relatif datar, sehingga relief Kota Bontang terlihat mendatar di wilayah pantai, dan bergerak membukit dan bergelombang dari bagian Selatan ke arah Barat.
Sebaran
Luas Kota Bontang berdasarkan
�Ketinggian di Wilayah Pesisir
No |
Kecamatan |
Desa/ Kelurahan |
Luas berdasarkan Kelas Ketinggian (Ha) |
||||
0�15
m |
15�25
m |
25�100
m |
100�500
m |
Jumlah |
|||
1 |
Bontang Utara |
Loktuan |
86 |
166 |
178 |
- |
430 |
Belimbing |
1.025 |
428 |
552 |
- |
2.005 |
||
Bontang Baru |
303 |
487 |
100 |
- |
890 |
||
Bontang Kuala |
579 |
6 |
- |
- |
585 |
||
J u m l a h |
1.993 |
1.087 |
830 |
- |
3.910 |
||
2 |
Bontang Selatan |
Satimpo |
486 |
782 |
8 |
- |
2.122 |
Tanjung Laut |
573 |
127 |
- |
- |
700 |
||
Berbas Tengah |
26 |
208 |
- |
- |
234 |
||
Berbas Pantai |
102 |
3 |
- |
- |
105 |
||
Bontang Lestari |
2.235 |
1.415 |
4.893 |
20 |
7.709 |
||
J
u m l a h |
3.442 |
2.535 |
4.901 |
20 |
10.870 |
||
K O T A��� B O N T A N G |
5.415 |
3.622 |
5.723 |
20 |
14.780 |
� Sumber: Badan Pusat
Statistik Kota Bontang
(2019)
b)
Klimatologi
Wilayah Kota Bontang memiliki iklim tropis yang sama dengan wilayah lainnya di Indonesia pada umumnya.
Wilayah Kota Bontang termasuk
daerah khatulistiwa dan dipengaruhi iklim tropis basah dengan
ciri-ciri khas hujan terjadi di sepanjang tahun dengan suhu rata-rata 24�-33�C. Oleh karena itu,
di wilayah ini hampir tidak memiliki perbedaan pergantian musim hujan dan kemarau. Angin musim barat pada umumnya terjadi pada bulan November-April
dan musim angin timur terjadi pada bulan Mei-Oktober.
c) Kependudukan
Penduduk Kota Bontang mengalami pertambahan setiap tahunnya.� Keberadaan dua perusahaan besar berskala nasional yakni PT Badak NGL dan PT Pupuk Kaltim Tbk
menjadi satu diantara pemicu terjadinya pertambahan penduduk tersebut.�� Pertambahan tersebut tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan
penduduk yakni kelahiran dan kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya
yakni migrasi. Jumlah penduduk Kota Bontang Tahun 2017 sudah mencapai 170.611 jiwa.� Pertumbuhan penduduk Kota Bontang dari tahun
2010 � 2017 18,04% (26.078 jiwa).� Pertumbuhan penduduk selama 1 tahun (2016/2017) sebesar 2,24% atau 3.743 jiwa.
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Kecamatan |
Jenis Kelamin |
Rasio Jenis Kelamin |
||
Laki-laki |
Perempuan |
Jumlah |
||
1. Bontang
Selatan |
34.733 |
32.061 |
66.794 |
108,33 |
2. Bontang
Utara |
36.106 |
32.707 |
68.813 |
110,39 |
3. Bontang Barat |
18.441 |
16.563 |
35.004 |
111,34 |
Bontang |
89.280 |
81.331 |
170.611 |
109,77 |
�� Sumber: BPS Kota Bontang (2018)
Tabel 3
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bontang
Kecamatan |
Jumlah Penduduk |
Laju Pertumbuhan per Tahun |
|||
2010 |
2016 |
2017 |
2010/2017 |
2016/2017 |
|
1. Bontang
Selatan |
57.771 |
65.551 |
66.794 |
15,62 |
1,90 |
2. Bontang
Utara |
61.717 |
67.883 |
68.813 |
11,50 |
1,37 |
3. Bontang
Barat |
25.045 |
33.434 |
35.004 |
39,76 |
4,70 |
Bontang |
144.533 |
166.868 |
170.611 |
18,04 |
2,24 |
�Sumber: BPS Kota Bontang (2018)
B. Potensi Sumberdaya
Perikanan
1.
Produksi
dan Nilai Produksi
Kota Bontang yang merupakan satu di antara 10 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Kalimantan
Timur, memiliki luas
wilayah 49.757 ha, terdiri dari
34.977 ha (70,3 %) wilayah laut dan 14.780 ha (29,7%)
wilayah daratan. Wilayah pesisir
dan laut yang terbentang pada
panjang garis pantai 24,4
km, berada pada posisi Alur
Laut Kepulauan Indonesia II
(ALKI II) Selat Makassar, sedangkan
wilayah daratan berada pada
poros jalan Trans
Kalimantan (Samarinda � Bontang
� Sangatta).� Potensi sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya (marikultur) yang dimiliki oleh wilayah ini dapat dikelompokkan menjadi sumberdaya alam di perairan pesisir dan laut, sumberdaya manusia (SDM) dan sumberdaya modal (kapital) sebagaimana ditampilkan oleh tabel dibawah ini.
Tabel 4
Potensi Sumberdaya Perikanan Kota Bontang
No |
Indikator Potensi |
Satuan |
Nilai |
A |
Ekosistem Perairan Pesisir dan Laut |
|
|
1 |
Hutan Mangrove |
Ha |
1.115,5 |
2 |
Gosong Pulau * |
Ha |
940 |
3 |
Padang Lamun (sea grass) |
Ha |
741 |
4 |
Terumbu Karang: |
Ha |
6.454 |
|
a.� Kondisi Baik |
Ha |
3.254 |
|
b.� Kondisi Rusak |
Ha |
3.200 |
5 |
Area Marikultur Ikan dan Rumput Laut |
Ha |
423 |
B |
Sumberdaya Manusia dan Kapital |
|
|
1 |
Jumlah RTP Laut |
|
3.181 |
2 |
Perahu/Kapal Perikanan |
|
1.347 |
|
a. Perahu tanpa motor |
unit |
117 |
|
b.� Motor Tempel |
Unit |
944 |
|
c.� Kapal Motor |
Unit |
487 |
3 |
Jumlah alat tangkap di laut |
Unit |
2.534 |
4 |
RTP Budidaya/Marikultur |
KK |
652 |
5 |
Jumlah Nelayan |
KK |
|
D |
Jumlah Produksi |
|
|
1 |
Perikanan Tangkap |
Ton |
20.773,6 |
2 |
Perikanan Budidaya |
Ton |
6.390,7 |
Keterangan: * Semua gosong pulau memiliki ekosistem hutan mangrove kecuali
����������������������� pulau beras basah
RTP: Rumah Tangga Perikanan
Sumber:� Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang (2016) dan
� ���������������BPS Kota Bontang
(2018)
Sentra produksi perikanan tangkap berada di wilayah Tanjung Laut Indah, Berbas Pantai, Tanjung Limau dan Loktuan.� Produksi perikanan budidaya laut (karamba tancap
dan apung) dan kolam meliputi kerapu, kakap, baronang, kuwe, mas, nila dan lele.� Namun demikian, jumlah produksi masih didominasi oleh komoditi rumput laut sebesar 98%.�� Sentra produksi perikanan budidaya berada di wilayah Bontang Kuala, Tanjung Laut Indah, Berbas Pantai, Gunung Elai, Loktuan, Sekambing, Guntung dan Kanaan.
Usaha marikultur
rumput laut maupun jenis ikan ekonomis penting perlu terus dikembangkan,
baik melalui intensifikasi (teknik budidaya dan pasca panen, penggunaan bibit unggul dan pakan) maupun ektensifikasi
(didalam dan luar perairan Kota Bontang melalui kerjasma antar pemda dan kelompok pembudidaya).
Jumlah produksi
perikanan tangkap maupun budidaya belum mampu memenuhi
permintaan untuk konsumsi komoditi ikan laut di Kota Bontang, Peningkatan jumlah produksi ini tidak
mampu mengimbangi peningkatan konsumsi ikan di
wilayah Kota Bontang, yang mengalami
peningkatan sebesar 46,43%.
C. Profil Usaha
Usaha pengolahan abon ikan tuna merupakan usaha turun
temurun yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Kota Bontang. Usaha ini
sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu oleh masyarakat pendatang dari
Sulawesi maupun masyarakat lokalnya.�
Jumlah masyarakat lokal yang menjadi pengolah abon ikan tuna adalah 10
orang.
Pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah abon ikan tuna ini diperoleh
dari keluarga, kerabat, teman-teman satu profesi maupun dari media surat kabar,
media elektronik dan penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah derah dalam hal
ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bontang.
Usaha pengolahan tini dilakukan secara individu oleh masyarakat, dan tidak
tergabung dalam satu kelompok usaha bersama (KUB) bidang perikanan, sebagaimana usaha perikanan
tangkap dan budidaya. Hal ini dikarenakan :
a)
Usaha
pengolahan abon ikan ini belum banyak ditekuni oleh masyarakat. Animo
masyarakat untuk memenkuni usaha ini relatif masih rendah.� Hal in dikarenakan bahan baku abon ikan ini yaitun
ikan tuna tidak tersedia sepanjang tahun.�
Kalaupun ada, tentu harga jualnyanya cukup tinggi.� Mengingat komoditi ikan ini termasuk komoidti
eikan ekonomis penting, yang diekspor ke mancanegara.
b)
Nelayan ikan
tuna, belum mampu secara maksimal mendukung pengolah abon ikan ini, untuk dapat
menyediakan bahan baku ikan tuna, dalam kondisi segar, dengan kualitas daging
yang sangat baik. Komoditi ikan tuna ynag memiliki teksntur daging yang baik, umumnya
dijual ke luar daerah atai ekspor dengan ahrga yang cukup tinggi. Hal ini
menjadi kendala bagi pengolahan untuk dapat memperoleh bahan baku yang
berkauliats denganb harga yang cukup terjangkau.
c)
Pengolah abon
ikan tuna adalah ibu rumah tangga nelayan, yang memiliki kegiatan domestik
rumah tangga. Pekerjaan sebagai pengolah hanyalah pekerjaan sampingan untuk
memanfaatkan waktu luang, memanfaatkan ikan tuna sebagai hasil tangkapan
nelayan dan memperkuat ekonomi keluarga.�
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arman dan
Ruslang (2017), bahwa Pengolahan abon ikan di kota Parepare yang dilakukan oleh
UMKM �Mekar� dengan melibatkan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai tenaga
borongan, yang memanfaatkan waktu serta kemampuan mereka untuk mendapatkan
nilai tambah terhadap ikan tuna yang cukup mudah diperoleh di pasar.
Proses produksi abon ikan tuna berlangsung selama 1 hari, dimulai dari
penyiapan bahan baku, pemasakan, pendinginan dan pengemasan.� Produk abon ikan tuna yang dihasilkan oleh
pengolah di kota bontang, dikemas dalam kemasan plastik, dengan ukuran berat
100 gram dan 250 gram.� Terdapat 3 model
siklus produksi dari 3 pengolah.�
Pengolah pertama memiliki 4 siklus produksi per minggu, pengolah kedua
memiliki 1 siklus produksi per minggu, dan pengolah ke tiga memiliki 1 siklus
produksi per 2 minggu.� Abon ikan tuna
yang dihasilkan oleh pengilah, dipasarkan didalam dan luar Kota Bontang seperti
Sangatta, Samarinda dan Balikpapan.�
Harga jual abon ikan tuna ditingkat produsen atau pengolah adalah
Rp.27.000 per kemasan 100 gram, Rp.22.000 � Rp.30.000 per kemasan 250 gram.
Pembukuan usaha yang digunakan oleh pengolah masih bersifat
sederhana.� Kegiatan transaksi, hanya
tercatat pada buku yang disertai dengan nota pembelian atau penjualan.� Pembukuan usaha belum menggunakan model
pembukuan usaha, yang informatif dan mudah dilakukan.
D. Lokasi Usaha
Usaha pengolahan abon ikan� tuna
terletak di kelurahan pesisir Kota Bontang.�
Kegiatan pembuatan atau pengolahan ikan tuna dilakukan di rumah dengan
memanfaatkan sarana prasarana rumah tangga yang dimiliki seperti bangunan
rumah, air bersih, listrik, dan kompor gas. Bahan baku utama berupa ikan
tuna diperoleh pelaku usaha dari pedagang pengumpul lokal yang berdomisili di Kota
Bontang. �Pedagang pengumpul ini memiliki
nelayan binaan, yang telah lama melakukan penangkapan ikan tuna di Selat
Makassar, dengan alat tangkap pancing. Lokasi usaha pedagang pengumpul ikan tuna adalah di
wilayah pemukiman masyarakat nelayan, yang terletak di sepanjang wilayah
pesisir� Kota Bontang.� Harga ikan tuna di tingkat pedagang pengumpul
lokal berkisar Rp.25.000 � Rp.30.000 per kilo gram.
E.
Identitas
Responden
1.
Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang
menentukan produktif atau tidaknya kinerja seseorang, tidak dapat dipungkiri
bahwa umur juga merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan
seseorang dalam menjalankan sebuah usaha, terlepas dari pengalaman ataupun
klasifikasi lainnya yang terdapat pada setiap individu, sehingga secara tidak
langsung umur dapat berpengaruh pada kondisi fisik dan mental seseorang. Pada umumnya seseorang yang masing berumur muda cenderung memiliki kinerja dan kemampuan yang lebih bagus serta lebih
prima dibandingkan dengan seseorang yang berumur lebih tua. Badan pusat statistik (2017), menyatakan usia produktif manusia berada pada kisaran usia 15-64 tahun. Pada tabel 1, dirincikan identitas umur dari responden yang di teliti.
Tabel
5
Umur Responden
No |
Kriteria umur (Tahun) |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
30 - 40 |
1 |
33,33 |
2 |
41 - 50 |
2 |
66,67 |
Jumlah |
3 |
100 |
���������������� Sumber:
Data Primer Diolah, 2021
Berdasarkan Tabel
di atas, diketahui bahwa umur responden pada penelitian ini berada pada kisaran 30-50 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa, seluruh pengolah abon ikan tuna berada pada usia
produktif.� Dengan demikian seluruh
pelaku usaha memiliki tingkat produktivitas yang layak dalam menjalankan usaha
ini.
2.
Pendidikan
Pendidikan merupakan
satu diantara yang harus ditempuh untuk mencapai kesuksesan, pendidikan memberi dampak atau hasil yang positif bagi setiap
orang yang melaksanakannya. Melalui
pendidikan seseorang mampu mengembangkan sebuah usaha. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kecerdasan, wawasan, bahkan hingga karakter dan sikap seseorang. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh responden pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 6
Tingkat Pendidikan Responden
No |
Tingkat Pendidikan |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
SMA/SMK/SMU/SLTA |
2 |
66,67 |
2 |
Sarjana |
1 |
33,33 |
Jumlah |
3 |
100 |
�
Sumber: Data
Primer Diolah, 2021
Berdasarkan data pada tabel di atas, diketetahui
bahwa tingkat pendidikan dari responden adalah Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan Sarjana.�
Dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi ini, akan memudahkan
responden pengolah untuk mengelola usaha secara efisien dan meningkatkan skala
usaha menjadi lebih berorientasi bisnis perikanan.� Usaha pengolahan abon ikan merupakan
minabisnis yang memiliki prospek baik dimasa mendatang untuk dikembang sebagai
matapencaharian utama masyarakat pesisir, sehingga menjadi instrument
tersendiri dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3.
Jumlah
Tanggungan
Jumlah tanggungan merupakan
parameter yang digunakan untuk
mengetahui banyaknya anggota keluarga yang ditanggung dan dinafkahi oleh kepala keluarga. Jumlah tanggungan yang
merupakan cerminan jumlah anggota keluarga pengolah, dapat menjadi faktor
pendorong bagi usaha ini.� Anggota
keluarga berperan sebagai tenaga kerja sukarela, pada usaha pengolahan abon
ikan tuna, sehingga efisiensi penggunaan biaya produksi dapat tercapai secara
maksimal.� Jumlah tanggungan dari responden yang diteliti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel
7
Jumlah Tangguan Keluarga Responden
1 |
0 - 2 |
2 |
66,67 |
2 |
3 - 5 |
1 |
33,33 |
Jumlah |
3 |
100 |
�� Sumber: Data
Primer Diolah, 2021
Berdasarkan tabel
di atas, diketahui jumlah tanggungan responden berada
pada kisaran 2 � 5 orang.
F.
Aspek �Ekonomi Usaha Pengolahan Abon Ikan Tuna
1. Biaya Investasi
Biaya investasi pada usaha pengolahan abon
ikan tuna merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh pengolah ketika memulai
usaha pengolahan biaya ini.� Biaya
investasi dikeluarkan pada tahun ke 0 usaha.�
Biaya investasi pada usaha pengolahan abon ikan tuna di Kota Bontang
dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu investasi tanah atau lahan, investasi bangunan
rumah produksi, investasi kendaraan atau alat transportasi dan investasi
peralatan produksi.� jumlah investasi
pada usaha ini berkisar Rp.106.973.000 � Rp.568.609.000. komponen biaya investasi terbesar adalah bangunan rumah produksi, yang
menyerap biaya investasi sebesar 42,07% - 60,28% dari total jumlah investasi.
Modal investasi usaha pengolahan abon ikan
tuna, bersumber dari keluarga dan modal sendiri. Kebutuhan biaya investasi investasi pada usaha pengolahan ini, secara
rinci ditampilkan pada tabel di bawah ini.
2.
Biaya Operasional
Biaya
operasional merupakan biaya produksi atau sejumlah korbanan dalam
bentyk uang yang harus dikeluarkan oleh pengolah abon
ikan tuna di Kota Bontang, pada saat melaksanakan proses produksi� Biaya operasional sering juga diistilahkan
sebagai modal kerja.� Biaya operasional
dalam usaha pengolahan ini terbagi menjadi 2 yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
Jumlah biaya
tetap yang dikeluarkan oleh pengolah abon ikan tuna, bersifat statis, dalam jangka
waktu tertentu, misalnya satu bulan, dan tidak dipengaruhi oleh jumlah abon
ikan yang akan di produksi. Jumlah biaya
variabel, bersifat dinamis, sangat ditentukan oleh jumlah abon ikan tuna yang akan
diproduksi oleh pengolah. Biaya tetap
meliputi biaya listrik, depresiasi dan biaya bensin pertalite.� Biaya variabel dikelompokkan menjadi 3 yaitu
biaya bahan baku ikan tuna, biaya bumbu, penyedap rasa dan
minyak goreng, dan biaya kemasan. Rekapitulasi
rata-rata biaya operasional ditampilkan pada tabel berikut.
Berdasarkan
tabel-tabel diatas, dapat diketahui bahwa, biaya operasional yang telah
dikeluarkan oleh 3 orang pengolah abon ikan tuna berjumlah Rp4.885.917 �
Rp13.701.306.� Struktur biaya produksi
usaha pengolahan abon ikan tuna terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Terdapat
perbedaan jumlah biaya operasional atau biaya produksi antar pengolah.� Perbedaan ini disebabkan oleh jumlah siklus
produksi per bulan. Pengolah ke 1 melakukan kegiatan
produksi abon ikan sebanyak 4 kali dalam seminggu, sehingga terdapat 16 siklus
produksi dalam 1 bulan.� Pengolah ke 2
melakukan kegiatan produksi setiap 2 minggu sekali, sehingga dalam 1 bulan
terdapat 2 siklus produksi, sedangkan pengolah ke 3, kegiatan produksi abon
ikan dilakukan setiap minggu, sehingga terdapat 4 siklus produksi dalam 1
bulan.� Pengolah ke 1 memiliki jumlah
siklus produksi yang lebih banyak, disebabkan produk abon ikan yang dihasilkan
te;ah dipasarkan ke luar Kota Bontang yaitu Samarida dan Balikpapan, sedangkan
pengolah ke 2 dan ke 3, produk dihasilkan hanya dipasarkan di dalam kota
Bontang, serta konsumen luar kota yang datang langsung ke lokasi produksi.
3.
Produksi, Penerimaan dan Keuntungan
Usaha
Kondisi usaha
pengolahan abon ikan tuna usaha diarahkan pada pencapaian kondisi ekonomi yang berorientasi
bisnis (mina bisnis).� Tujuan bisnis yang
telah lana dikelola ini adalah memperoleh keuntungan maksimal melalui
optimalisasi penggunaan input produksi.
Jumlah produksi
abon ikan tuna yang dihasilkan oleh masing-masing 3 orang pengolah berada pada
kisaran 200 bungkus � 800 bungkus per bulan, atau 50 kg � 224 kg per bulan
dengan rata-rata, 125 kg per bulan.�
Harga jual yang berada pada kisaran Rp22.000 � Rp30.000 per bungkus,
menghasilkan penerimaan sebesar Rp6.000.000 � Rp21.600.000, dengan rata-rata
Rp12.133.333 per pengolah.
Pendapatan atau
keuntungan atau laba bersih pada usaha pengolahan abon ikan tuna merupakan
selisih antara hasil penjualan produk dengan biaya operasional atau biaya
produksi per bulan.� Jumlah pendapatan
yang dihasilkan pada usaha ini sebesar Rp1.114.083 � Rp7.898.694, dengan
rata-rata Rp3.897.400.� perbedaan jumlah
produksi abon tuna antar pengolah, merupakan penyebab utama terjadinya
perbedaan pendapatan.� Pengolah ke 1
memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan pengolah ke 2 dan ke 3.� Hal ini menunjukkan jumlah produksi pengolah
ke 1 lebih besar yaitu 224 kg per bulan, sedangkan pengolah ke 2 dan ke 3 hanya
mampu menghasilkan abon ikan tuna sebanyak 50 kg dan 100 kg per
bulan. Rekapitulasi produksi, penerimaan dan pendapatan
ditampilkan pada tabel dibawah ini :
1.
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis
finansial usaha pengolahan abon ikan tuna di Kota Bontang, menggunakan
pendekatan kriteria investasi tidak terdiskonto.� Kriteria ini tidak memperhitungkan adanya perubahan
nilai uang dimasa kini dan masa mendatang. Analisis
kelayakan finansial hanya diuji berdasarkan masa
produksi selama 1 bulan. Indikator
kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah efisiensi usaha
(R/C), Net Profit Margin (NPM), Titik
Impas (Break Event Point), Masa
Pengembalian Investasi (Payback Period)
dan Return on Investment (ROI).
2.
Analisis Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha
pengolahan abon ikan tuna di Kota Bontang, dihitung dengan menggunanak
pendekatan rasio Jumlah penerimaan dari penjualan (Total Revenue efisensi usaha) dengan jumlah biaya produksi (Total Cost).� Nilai rasio penerimaan dan biaya produksi ini
sebesar 1,23 � 1,58, dengan rata-rata 1,41.�
Nilai TR/TC > 1, sehingga usaha sudah berada pada kondisi efisien.� Setiap Rp1.000.000 biaya operasional atau
biaya produksi yang telah dikorbankan pada usaha pengolahan abon ikan tuna
mampu menghasilkan penerimaan dari penjualan sebesar Rp1.230.000 � Rp1.580.000,
dengan rata-rata per pengolahan sebesar Rp1.410.000. selain
menghasilkan sejumlah penerimaan, usaha ini juga mampu menghasilkan laba bersih
atau keuntungan sebesar Rp.230.000 � Rp580.000, dengan rata-rata Rp.410.000.
Hasil penelitian
ini yang dilakukan oleh Arman dan Ruslang (2017) menunjukkan bahwa Pengolahan
abon ikan Tuna di kota Parepare yang dilakukan oleh UMKM �Mekar�, secara
finansial menguntungkan karena nilai efisiensi usaha (R/C) sebesar 1,65, dengan
jumlah pendapatan Rp 141.692.100.
Analisis ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan usaha pengolahan abon ikan dalam menghasilkan
laba bersih, yang didasarkan pada jumlah penjualan (omset) yang dihasilkan. Analisis
ini merupakan rasio antara laba bersih dengan jumlah penjualan abon ikan tuna. Analisis
Net Profit Margin merupakan bagian dari pengukuran profitabilitas usaha.
Nilai Net Profit Margin usaha pengolahan abon
ikan tuna di Kota Bontang sebesar 18,57% - 36,57%, dengan rata-rata
28,53%.� Nilai NPM yang dihasilkan
memberikan penafsiran bahwa setiap Rp1.000.000 penjualan abon ikan tuna mampu
menghasilkan laba bersih atau keuntungan bagi pelaku usahanya sebesar Rp185.681
� Rp365.680, dengan rata-rata per pelaku usaha Rp285.280. Nilai NPM sangat
dipengaruhi oleh jumlah penjualan yang mampu diperoleh oleh pelaku usaha, dalam
hal ini pengolah abon ikan di Kota Bontang. Semakin
besar nilai NPM, maka sebaik baik usaha tersebut menghasilkan keuntungan. Berdasarkan
nilai NPM, maka usaha pengolahan abon ikan berada pada kondisi yang baik dalam
menhasilkan keuntunga, pendapatan auatu laba bersih bagi pelaku usahanya.
Analisis titik
impas bertujuan untuk mengetahui kondisi aktual usaha pengolahan abon ikan
berdasarkan aspek penjualan, jumlah produksi abon ikan dan harga jual per unit
selama 1 bulan proses produksi.� Apabila
kondisi aktual usaha ini berada di atas nilai kondisi titik impas (BEP), maka
usaha ini dapat dinyatakan menguntungkan dan layak secara finansial.
Berdasarkan
aspek penjualan, nilai titik impas penjualan (BEP penjualan) sebesar
Rp2.548.960 - Rp4.436.008, dengan rata-rata per pengolah Rp3.666.825.� Kondisi penjualan aktual yang berada pada
kisaran nilai Rp6.000.000 � Rp21.600.000, dengan rata-rata Rp12.133.333 per
pengolah, berada diatas kondisi penjualan BEP, sehingga usaha layak secara
finansial dijalankan.
Berdasarkan
aspek jumlah produksi abon ikan tuna, titik impas produksi tercapai pada
kisaran 116 kemasan � 149 kemasan, dengan rata-rata 137 kemasan per
pengolah.� Jumlah produksi aktual berada
diatas kondisi BEP dari aspek produksi, yaitu 200 kemasan � 800 kemasan dengan
rata-rata 467 kemasan.
Berdasarkan aspek
harga jual per unit, kondisi BEP tercapai pada kisaran pada kisaran harga jual
per kemasan/bungkus yaitu Rp5.019 � Rp22.180, dengan rata-rata Rp11.191.� Harga jual aktual berada pada kisaran
Rp22.000 � Rp30.000, sehingga kondisi BEP berada dibawah kondisi aktual, dengan
demikian usaha layak dijalankan.
Analisis ini
bertujuan untuk mengukur lama waktu yang dibutuhkan oleh usaha pengolahan abon
ikan tuna di Kota Bontang, didalam mengembalikan seluruh biaya investasi yang
telah dikorbankan dalam usaha ini.
Usaha pengolahan
ini membutuhkan waktu untuk mengembalikan dana investasi selama 1,13 tahun �
42,53 tahun, dengan rata-rata 15,93 tahun.�
Lama pengembalian investasi sangat ditentukan oleh jumlah biaya
investasi yang telah dikorbankan oleh pengolah.�
Pengolah ke 2 telah mengorbankan biaya investasi yang besar yaitu
Rp568.609.000, sehingga memerlukan waktu yang sangat lama untuk mengembalikan
dana investasi tersebut, disisi lain, jumlah produksi abon ikan tuna yang
dihasilkan, relatif kecil.� Dengan
demikian usaha yang dilakukan oleh pengolah ke 2 tidak layak secara finansial,
sedangkan usaha yang dilakukan oleh pengolah ke 1 dan ke 2 layak secara, karena
payback period hanya berlangsung 1,1
tahun dan 4,13 tahun.
Analisis ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan modal investasi yang dikorbankan dalam usaha pengolahan
abon ikan tuna, didalam menghasilkan laba bersih atau pendapatan
atau keuntungan bagi para pelaku usaha ini.
Nilai ROI pada
usaha pengolahan abon ikan tuna sebesar 0,20% - 7,38%, dengan rata-rata 3,20%. Nilai ini
memberikan penafsiran bahwa, setiap
Rp1.000.000 modal investasi yang ditanamkan pada usaha ini, mampu menghasilkan
laba bersih, pendapatan atau keuntungan sebesar Rp1.959 � Rp73.838, dengan
rata-rata Rp31.995. Nilai ROI dalam rupiah per bulan adalah
Rp658.224 � Rp92.840. Nilai suku bunga deposito Bank BRI untuk tenor 1 bulan sampai 3 bulan dengan nominal simpanan di bawah Rp 100 juta, dan Rp 100 juta sampai Rp 2 miliar �adalah sebesar 2,75%, dengan demikian usaha
pengolahan abon ikan tuna yang dikelola oleh pengolah ke 2 tidak layak secara
finansial, namun pengolah ke 1 dan ke 3, dan secara rata-rata layak secara
finansial. Nilai ROI > suku bunga deposito per
bulan dari BRI ; 2,85%. Hasil analisis kelayakan finansial dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan, Usaha pengolahan abon ikan tuna, layak secara
finansial.� Nilai efisiensi usaha (TR/TC)
sebesar� 1,23 � 1,58, dengan rata-rata
1,41.� Nilai TR/TC > 1, sehingga usaha
sudah berada pada kondisi efisien.�
Setiap Rp1.000.000 biaya operasional atau biaya produksi yang telah
dikorbankan pada usaha pengolahan abon ikan tuna mampu
menghasilkan penerimaan dari penjualan sebesar Rp1.230.000 � Rp1.580.000,
dengan rata-rata per pengolah sebesar Rp1.410.000.
Nilai
Net Profit Margin usaha pengolahan
abon ikan tuna di Kota Bontang sebesar 18,57% - 36,57%, dengan rata-rata
28,53%. Nilai NPM yang dihasilkan memberikan penafsiran bahwa setiap Rp1.000.000
penjualan abon ikan tuna mampu menghasilkan laba bersih atau keuntungan bagi
pelaku usahanya sebesar Rp185.681 � Rp365.680, dengan rata-rata per pelaku
usaha Rp285.280.
Kondisi aktual
usaha pengolahan abon ikan tuna ditinjau dari jumlah penjualan,
jumlah unit produksi dan harga jual per unit, berada di atas kondisi BEP. �Nilai titik impas penjualan
(BEP penjualan) sebesar
Rp2.548.960 - Rp4.436.008, dengan rata-rata per pengolah Rp3.666.825. Titik impas produksi tercapai pada kisaran 116 kemasan � 149 kemasan, dengan rata-rata 137 kemasan per pengolah.� Titik immpas dari
harga jual per kemasan/bungkus yaitu Rp5.019 � Rp22.180, dengan
rata-rata Rp11.191.
Usaha
pengolahan ini membutuhkan waktu untuk mengembalikan dana investasi selama 1,13
tahun � 42,53 tahun, dengan rata-rata 15,93 tahun.� Nilai ROI pada usaha pengolahan abon ikan
tuna sebesar 0,20% - 7,38%, dengan rata-rata 3,20%.� Nilai ini memberikan penafsiran bahwa, setiap
Rp1.000.000 modal investasi yang ditanamkan pada usaha ini, mampu menghasilkan
laba bersih, pendapatan atau keuntungan sebesar Rp1.959 � Rp73.838, dengan
rata-rata Rp31.995.� Nilai ROI > 2,75%
(suku bunga deposito Bank BRI per 3 bulan).
Abidin, Z.��
(2018).� Buku Ajar �Manajemen
Agribisnis Perikanan.� Program Studi
Agribisnis Perikanan, FPIK, Universitas Brawijaya, Malang
Anjarsari, B.�
2010.� Pangan Hewani: Fisiologi
Pasca Mortem dan Teknologi, Graha Ilmu
Arman dan Ruslang T.� 2017.� Analisis Finansial Usaha Abon Ikan Tuna (Thunnus
Sp) Produksi UMKM Kota Parepare.� Jurnal Pendidikan
Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : 174-179
Astuti,D.R.D.� 2017.� Ekonomika Agribisnis
(Teori dan Kasus).� ISBN : 978-602-1175-33-0.� Rumah Buku Carabaca, Universitas Negeri
Makassar
Badan Pusat Statistik Kota Bontang.�
2019.� �Kota Bontang
Dalam Angka.
�
Botutihe,
N.A.� 2017.� Analisis Rasio Profitabilitas Laporan Laba
Rugi Pada Home Industri Cita Rasa Pagimana Kabupaten Banggai.� Jurnal EMOR Vol. 2, No. 2, hal.
33 � 46
Djamin, Z. 1992.
Perencanaan Dan Analisis Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta.
Dzulmawan, M., Laode Geo), Abdul Gafaruddin.� 2019.�
Analisis Nilai Tambah Pengolahan Abon Ikan Tuna di Kelurahan� Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari (Studi Kasus Industri Rumah Tangga Dzakiyah
Permata).� Jurnal Ilmiah Agribisnis (Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian).� 2019:4(2):29-34.�
Ekowati, T., D Sumarjono, A Setiadi.� 2020.� Buku Ajar Studi
Kelayakan dan Evaluasi Proyek.� Fakultas Peternakan Dan Pertanian Universitas
Diponegoro, Semarang
Fouren, Y. E., Dethan, Zainal Arifin Pua Geno.� 2018.�
Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Abon Ikan Skala Rumah Tangga di Kota
Kupang.� Jurnal Agromina Vol.1,
No.1, Juni 2018.� ISSN 2615-6393
Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi. Edisi ke-3.� Grasindo, Jakarta.
Jumingan, D.� 2006.�
Analisis Laporan Keuangan.� PT.
Bumi Aksara, Jakarta
Nurgiyantoro, B.,
Gunawan, Marzuki, 2015. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu Sosial. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta
Nurmala, Dewi Triana, Sutomo Mokodompit,
Alumi.� 2019.� Analisis Profitabilitas Usaha Pembuatan Abon Ikan Tuna ( Studi Kasus Pada
Usaha Wanita Mandiri ) di Kelurahan Sidoarjo Kecamatan Baolan Kabupaten
Tolitoli.� J. Agroland 26 (1) :14 - 20 ,
April 2019.� ISSN
: 0854-641X .� E-ISSN :2407-7607
Olivia, H.� 2019.� Penerapan Analisis Roi (Retrun On Investment)
Untuk Memprediksi Pendapatan Perusahaan.�
KITABAH: Volume 3. No. 2 Juli � Desember 2019
Sugiyono
(2015).� Metode Penelitian Kombinasi
(Mixed Methods).� Alfabeta, Bandung
Syafril, M.� Elly Purnamasari, Juliani, Heru Susilo.� 2012.�
Skema permodalan dan pola kemitraan untuk usaha perikanan rakyat dalam
upaya pengentasan kemiskinan di wilayah pesisir Kota Bontang, Provinsi Kalimantan
Timur.� Universitas Mulawarman, Samarinda
Syafril,
M, Dayang Diah Fidhiani.� 2020.� Kelayakan finansial usaha pengolahan terasi
udang rebon di kelurahan Bontang Kuala kota Bontang provinsi Kalimantan Timur.� Jurnal AGROMIX.� Volume 11 No 1
(2020), Halaman: 33-48.� p-ISSN:
2085-241X ; e-ISSN: 2599-3003.
Uyunun, Ernik Yuliana, Mala Nurilmala.� 2020.�
Analisis Prospektif Usaha Abon Ikan (Kasus: Cv Aroma Food Kota Banda
Aceh) PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan Vol.1 No.3: 123-134,
September 2020
Copyright holder: Said Abdusysyahid, Bambang Indratno Gunawan, Muhamad Syafril (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |