Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol.
6, Spesial Issue No.
1, November 2021
� ���������
ANALISIS
KESUKSESAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI PREDIKSI CUACA WEATHER RESEARCH AND FORECASTING DALAM MENDUKUNG PROYEK TEKNOLOGI
MODIFIKASI CUACA
Hendra Arisman, Budi Hartono
Universitas
Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Indonesia
Email:� [email protected], [email protected]
Abstrak
Setiap proyek
yang dijalankan selalu didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai guna mencapai
tujuan akhir dari proyek tersebut.
Proyek teknologi modifikasi cuaca (TMC) merupakan sebuah proyek yang unik dimana proyek ini
bertujuan untuk meningkatkan intensitas curah hujan ataupun
mempercepat proses hujan di
suatu tempat. Sistem informasi Weather Research
and Forecasting (WRF) merupakan salah satu sarana yang digunakan guna mendukung proyek TMC dengan menyediakan data informasi prediksi cuaca yang dibutuhkan. Mengingat pentingnya peran sistem WRF dalam proyek TMC ini sehingga dirasa
perlu dilakukan evaluasi guna mengetahui
keberhasilan implementasi dari sistem WRF tersebut. Penelitian ini melakukan evaluasi
implementasi sistem informasi WRF diukur dari tingkat kepuasan
dan net benefit yang dirasakan pengguna
sistem di lingkungan unit kerja Balai Besar
Teknnologi Modifikasi Cuaca pada intansi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Penelitian ini menggunakan Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean yang dimodifikasi dengan menghilangkan konstruk penggunaan (use). Penelitian ini digunakan untuk
menguji apakah kualitas sistem (system quality),
kualitas informasi
(information quality), dan kualitas pelayanan (service quality) berpengaruh
positif terhadap kepuasan pengguna sistem (user satisfaction), serta
menguji apakah kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan dan kepuasan pengguna berpengaruh positif terhadap net benefit. Penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis hasil kuesioner yang terkumpul dari 52 responden pengguna sistem WRF BBTMC-BPPT. Metode analisis yang digunakan adalah metode Structural Equation Modeling - Partial Least Square
(SEM - PLS) dengan menggunakan
software Smart PLS. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepuasan pengguna sistem dipengaruhi secara signifikan oleh kualitas informasi dan kualitas sistem. Sedangkan net benefits dipengaruhi
secara signifikan oleh kepuasan pengguna dan kualitas pelayanan. Oleh karena itu, perlu
adanya perhatian serius dari unit kerja BBTMC-BPPT untuk meningkatkan kualitas informasi dan kualitas sistem WRF agar dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap proyek TMC.
Kata Kunci: sistem informasi WRF; TMC; SEM-PLS; DeLone � McLean; net benefit
Abstract
Every project is always supported by adequate
facilities and infrastructure to achieve the ultimate goal of the project. The
weather modification technology (TMC) project is a unique project that this
project aims to increase the intensity of rainfall or accelerate the process of
rain in a place. The information system of Weather Research and Forecasting
(WRF) is one of the tools used to support the TMC project by providing the
required weather data information. Given the importance of the role of the WRF
system in this TMC project, it is deemed necessary to conduct an evaluation to
determine the success of the implementation of the WRF system. This study evaluates
the implementation of the WRF information system measured by the level of
satisfaction and net benefits felt by system users in the work unit of the
Center for Weather Modification Technology at the Agency for the Assessment and
Application of Technology. This study uses the DeLone
and McLean Information System Success Model which is modified by eliminating
the use construct. This study is used to test whether system quality,
information quality, and service quality have a positive effect on system user satisfaction,
as well as to test whether system quality, information quality, service quality
and user satisfaction has a positive effect on net benefits. This research was
conducted by analyzing the results of questionnaires collected from 52
respondents using the WRF BBTMC-BPPT system. The analytical method used is
Structural Equation Modeling - Partial Least Square (SEM - PLS) method using
Smart PLS software. The results of the analysis show that user satisfaction is
significantly influenced by information quality and system quality. Meanwhile,
net benefits are significantly influenced by user satisfaction and service
quality. Therefore, there needs to be serious attention from the BBTMC work
unit to improve the quality of information and the quality of the WRF system so
that it can have a significant impact on the TMC project.
Keywords: WRF information system; TMC; SEM-PLS; Delone-McLean; net benefit
Received: 2021-10-20; Accepted:
2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Teknologi
Modifikasi Cuaca (TMC) adalah suatu bentuk
intervensi manusia terhadap sistem awan dengan tujuan
mengkondisikan cuaca berperilaku sesuai dengan yang dibutuhkan yang umumnya bertujuan untuk meningkatkan intensitas curah hujan ataupun mempercepat
proses hujan di suatu tempat (Wirahma et al, 2014). Penerapan TMC di Indonesia telah dilakukan semenjak tahun 1977 atas gagasan dari Presiden
Soeharto dan difasilitasi
oleh Prof. Dr. Ing BJ Habibie melalui advance teknologi
yang menjadi embrio lahirnya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 1978. TMC telah dilakukan di Indonesia dengan berbagai tujuan yakni diantaranya penambahan curah hujan guna mengatasi
kekeringan, pengisian air waduk guna keperluan
irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pengurangan curah hujan guna mengatasi
banjir di suatu daerah, dan pengurangan kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan dan lahan.
Dalam
setiap kegiatan penerapan TMC terdapat berbagai macam advance technology yang dapat digunakan untuk membantu kegiatan operasional dilapangan antara lain:
1.
Sistem
informasi Weather
Research and Forecasting (WRF) yang digunakan untuk memprediksi cuaca dari aspek
curah hujan, temperature, kelembapan udara, tekanan, angin dan lain sebagainya.
2.
Inovasi
Artificial Intelligence dalam upaya mitigasi
bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berupa machine learning untuk
memprediksi tinggi muka air lahan gambut yang dapat digunakan sebagai decision support system yang membantu user dalam menentukan kapan waktu yang tepat dilaksanakannya penerapan TMC untuk mitigasi karhutla.
3.
Sistem
Monitoring Online Kandungan Air Lahan
Gambut Indonesia (SMOKIES) sebagai
Early Warning System Karhutla kebakaran lahan gambut.
4.
Cloud
to Ground Lightning for Severe Weather Early Warning System
digunakan untuk observasi cuaca khususnya memprediksi adanya petir.
5.
Radar
Rainfall Observation for Early Warning System
(RAINBOWS) guna mendeteksi butir air yang ada di awan dan mendeteksi tipe awan vertikal.
Bagi
organisasi terkait dalam penelitian ini adalah Balai
Besar Teknologi Modifikasi Cuaca-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT), sistem informasi WRF cukup penting penggunaannya karena berfungsi sebagai alat bantu untuk pencapaian tujuan organisasi melalui penyediaan informasi prediksi cuaca. Sebagai suatu sistem informasi
yang telah diimplementasikan
dan masih terus digunakan dalam setiap kegiatan TMC, analisis pemanfaatan sistem informasi WRF di lingkungan BBTMC dipandang sangat
perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan implementasi sistem informasi WRF dalam mendukung pelaksanaan proyek TMC dimana menurut Delone and McLean kesuksesan implementasi suatu SI dapat diukur dari
kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas layanan, kepuasan pengguna dan net benefit
dari SI tersebut. Untuk itu penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas sistem (System
Quality), kualitas pelayanan
(Service Quality), kualitas informasi (Information Quality), dan kepuasan pengguna (User Satisfaction) dari
sistem informasi model prediksi cuaca WRF terhadap net benefit
proyek TMC.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai sarana untuk memperoleh data primer. Kuesioner berisikan demografi responden dan pertanyaan berdasarkan variabel yang diukur. Variabel yang diukur adalah kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas layanan, kepuasan pengguna dan manfaat bersih. Tanggapan dari responden bersifat kuantitatif dan diukur dengan menggunakan skala Likert.� Kuesioner yang diisi dan dikembalikan oleh responden kemudian diolah lebih lanjut. Data diolah dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) yang merupakan bagian dari Structural Equation Modeling (SEM). Sedangkan software yang dipergunakan dalam menganalisis data yaitu SmartPLS.
Model penelitian yang digunakan yakni mengadopsi model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean dengan beberapa modifikasi untuk mengevaluasi keberhasilan implementasi Sistem Informasi sistem informasi WRF dalam mendukung pelaksanaan proyek TMC. Model penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1
Model penelitian (Kostruksi Hipotesis)
Keterangan:
H1: Kualitas informasi berpengaruh terhadap kepuasan pengguna.
H2: Kualitas sistem berpengaruh terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction).
H3: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pengguna.
H4: Kualitas informasi berpengaruh terhadap net benefit
H5: Kualitas sistem berpengaruh terhadap net benefit.
H6: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap net benefit.
H7: Kepuasan pengguna (User Satisfaction) berpengaruh terhadap net benefit.
Untuk mencegah timbulnya berbagai tafsiran terhadap variabel-variabel yang digunakan maka harus didefinisikan
terlebih dahulu variabel-variabel tersebut. Secara umum variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Informasi (X1)
Mengukur kualitas output dari sistem informasi itu sendiri menyangkut nilai, manfaat, relevansi dan urgensi dari informasi yang dihasilkan (DeLone & McLean, 1992).
2. Kualitas Sistem
(X2)
Digunakan untuk mengukur kualitas sistem teknologi informasi itu sendiri.
Kualitas sistem yakni kombinasi kualitas dari perangkat
keras (hardware) dan perangkat
lunak (software) yang digunakan
dalam sistem informasi tersebut. Fokusnya terletak pada performa dari sistem,
yang menunjukkan seberapa baik kemampuan hardware, software,
kebijakan, mekanisme dan sistem informasi dapat memberikan informasi sesuai kebutuhan pengguna (DeLone & McLean, 1992).
3. Kualitas Layanan
(X3)
Merupakan seluruh dukungan yang diberikan oleh penyedia layanan kepada pengguna sistem (DeLone & McLean, 2003).
4. Kepuasan Pengguna
(Y1)
Merupakan respon pemakai terhadap penggunaan keluaran sistem informasi (DeLone & McLean, 1992).
5. Net Benefit (Y2)
Hasil bersih atau keutungan yang dirasakan oleh organisasi atau perusahaan setelah menerapkan sistem informasi tersebut (DeLone & McLean, 2003).
Adapun tahapan penelitian
yang dilakukan guna penelitian ini agar berjalan dengan baik dan tetap fokus pada tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Observasi Lingkungan
Kerja
Penelitian dimulai dengan pengumpulan data terkait lingkungan kerja BBTMC-BPPT dengan melakukan studi literatur melalui jurnal-jurnal yang dierbitkan
oleh BBTMC-BPPT dan juga wawancara dengan beberapa pegawai BBTMC-BPPT terkait pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca.
2. Perumusan Masalah
Menentukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai masalah yang akan dibahas dalam
penelitian dan menentukan ruang lingkup pembahasannya.
3. Identifikasi Variabel
Mengidentifikasi variabel-variabel
yang berpotensi mempengaruhi
kesuksesan penerapan sistem informasi prediksi cuaca weather research
and forecasting dalam mendukung
pelaksanaan proyek TMC.
4. Membuat Model Penelitian
Pembuatan model penelitian
yang didasarkan pada studi literatur dan menentukan variabel independen dan dependen yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian ini.
5. Merancang Instrumen
Penelitian
Instrumen penelitian dirancang sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini.
6. Pengambilan Data
Data diperoleh dengan
melakukan survei menggunakan kuisioner untuk mendapatkan penilaian dari user terhadap sistem informasi prediksi cuaca weather research and forecasting.
7. Pengolahan dan Analsis
Data
Pengolahan data menggunakan alat bantu penelitian berupa software Smart PLS guna melakukan pengujian structural
equation model-partial least square (SEM-PLS) untuk
mencari pengaruh antar variabel.
8. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada rumusan
masalah yang berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta dijadikan dasar pemberian saran kepada unit kerja BBTMC-BPPT guna pengembangan sistem informasi prediksi cuaca weather research and forecasting yang lebih baik.
Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pegawai BBTMC-BPPT dan metode
sampling yang digunakan adalah
purposive sampling dimana responden
dalam penelitian ini telah ditentukan
yakni pegawai BBTMC yang pernah menggunakan sistem informasi WRF dalam pelaksanaan TMC baik pegawai dibidang
penerapan teknologi, pelayanan teknologi maupun pada bagian umum.
Menurut (Hair et al., 2017) ukuran sampel yang
digunakan dalam penelitian dengan metode SEM-PLS harus didasari oleh aturan jumlah minimal sampel harus sama dengan
atau lebih besar dari:
1. 10 kali jumlah
indikator formatif terbanyak yang digunakan untuk mengukur suatu konstruk, atau
2. 10 kali jumlah
jalur struktural terbanyak yang ditujukan pada konstruksi tertentu pada model structural
Berdasarkan teori tersebut, jumlah sampel secara keseluruhan
yang semestinya digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
50 sampel atau responden. Hal ini dikarenakan jumlah indikator formatif terbesar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
5 indikator.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil
survei, penelitian ini mendapat 52 tanggapan responden yang kemudian diolah menggunakan metode structural
equation model-partial least square (SEM-PLS) dengan
bantuan software SmartPLS.
Pengolahan data dibagi menjadi 2 bagian yakni evaluasi model pengukuran (Outer Model) dan evaluasi
model struktural (Inner Model).
A. Analisis Model Pengukuran (Outer Model)
Analisis model pengukuran
(Outer Model) dilakukan guna
memberikan gambaran hubungan antara indikator dengan variabel laten atau konstruknya. Pengukuran yang digunakan untuk menilai outer model yakni pengujian validitas konvergen, validitas diskriminan, dan reliabitas.
1.
Uji Validitas
Konvergen
Uji validitas
konvergen dari model pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai berdasarkan standardized
factor loading yang menunjukkan nilai besarnya korelasi dari setiap
indikator dengan variabel latennya. Nilai factor
loading yang melebihi 0,70 dinyatakan
sebagai suatu nilai atau ukuran
yang ideal atau valid sebagai
indikator yang mengukur variabel latennya (Hair, Risher, Sarstedt, & Ringle, 2019).
Semakin tinggi nilai factor loading semakin
penting peranan loading dalam menginterprestasi matrik faktor.
Adapun hasil
pengujian validitas konvergen dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Nilai factor loading
Variabel Laten |
Variabel Manifest/Indikator |
Factor Loading |
Kualitas Informasi (X1) |
1. Kelengkapan (X1.1) |
0.802 |
2. Keandalan (X1.2) |
0.862 |
|
3. Kesesuaian (X1.3) |
0.86 |
|
4. Ketepatan (X1.4) |
0.784 |
|
Kualitas Sistem (X2) |
1. Waktu Respon (X2.2) |
0.728 |
2. Ketepat Waktuan (X2.2) |
0.744 |
|
3. Kemudahan Akses (X2.3) |
0.849 |
|
4. Tampilan Antar Muka (X2.4) |
0.823 |
|
5. Kemudahan Mempelajari (X2.5) |
0.728 |
|
Kualitas Layanan (X3) |
1. Kecepatan Penanganan Masalah (X3.1) |
0.836 |
2. Kepedulian Pengembangan (X3.2) |
0.893 |
|
3.Perhatian Individu (X3.3) |
0.755 |
|
Kepuasan Pengguna (Y1) |
1. Memenuhi Harapan
(Y1.1) |
0.773 |
2. Kinerja (Y1.2) |
0.887 |
|
3. Efektif dan Efisien (Y1.3) |
0.925 |
|
4. Menambah Pengetahuan (Y1.4) |
0.826 |
|
Net Benefit (Y2) |
1. Produktivitas (Y2.1) |
0.883 |
2. Profitabilitas (Y2.2) |
0.91 |
Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa factor loading telah
memenuhi standar nilai validitas konvergen atau dapat disebutkan bahwa indikator-indikator yang digunakan tersebut valid secara konvergen untuk membentuk dimensi konstruknya.
2.
Uji Validitas
Diskriminan
Uji validitas
diskriminan bertujuan untuk menguji apakah
indikator-indikator yang digunakan
untuk merefleksikan suatu konstruk tidak berkorelasi tinggi dengan indikator-indikator
dari konstruk yang lain. Validitas diskriminan dari suatu model pengukuran reflektif dinilai berdasarkan cross
loading pengukuran antar
konstruk. Jika hasil korelasi konstruk dengan item pengukuran konstruk itu sendiri
lebih besar daripada dengan item pengukuran konstruk lainnya, maka menunjukkan
bahwa konstruk tersebut memprediksi ukuran pada dimensi indikatornya lebih baik daripada ukuran
dengan dimensi indikator pada konstruk lainnya. Metode untuk mencari validitas
diskriminan adalah dengan membandingkan nilai akar kuadrat
pada Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya (latent variable correlation). Nilai kuadrat AVE penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2
Nilai
Kuadrat AVE
Variabel |
Kepuasan Pengguna |
Kualitas Informasi |
Kualitas Layanan
|
Kualitas Sistem
|
Net Benefit |
Kepuasan Pengguna |
0.854 |
|
|
|
|
Kualitas Informasi |
0.64 |
0.828 |
|
|
|
Kualitas Layanan |
0.571 |
0.525 |
0.83 |
|
|
Kualitas Sistem |
0.681 |
0.636 |
0.653 |
0.776 |
|
Net Benefit |
0.602 |
0.594 |
0.618 |
0.542 |
0.897 |
Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan
bahwa nilai kuadrat AVE (nilai yang bersusun diagonal) pada masing-masing konstruk
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
dengan nilainya dengan konstruk yang lain sehingga dapat disimpulkan model memiliki validitas diskriminan yang baik.
3.
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan dua metode yakni Cronbach�s alpha
dan composite reliability dimana berdasarkan rule of thumb, nilai
dari cronbach�s
alpha dan composite reliability harus lebih besar dari
0,7 (Hair et al., 2019).
Nilai cronbach�s alpha dan composite
reliability dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3
Hasil Uji Reability
Variabel |
Cronbach�s
Alpha |
Composite Reliability |
Kepuasan
Pengguna |
0.876 |
0.915 |
Kualitas
Informasi |
0.846 |
0.897 |
Kualitas
Layanan |
0.772 |
0.869 |
Kualitas
Sistem |
0.834 |
0.883 |
Net Benefit |
0.757 |
0.891 |
Berdasarkan
Tabel 3 terlihat bahwa seluruh variabel
laten yang digunakan dalam penelitian ini mendapat nilai lebih besar dari
0,7 sehingga dapat disimpulkan model variabel laten
yang digunakan dianggap reliabel, sehingga hasil analisis yang tersaji berdasarkan hasil uji validitas dan reabilitas dapat dilanjutkan untuk pengukuran model struktural (inner
model).
B. Analisis Model Struktural (Inner Model)
Analisis
model struktural (inner model) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel laten yang satu dengan variabel
laten yang lainnya yang telah
dihipotesiskan dalam model penelitian. Analisis pada model struktural dilakukan dengan melihat nilai kolinearitas (VIF), koefisien determinasi (R2)
dan relevansi prediktif (Q2).
1.
Nilai Kolinearitas
(VIF)
Nilai kolinearitas atau Variance
Inflation Factor (VIF) digunakan untuk
mengevaluasi multikolinearitas.
Nilai VIF yang ideal adalah kurang
dari 3 (Hair et al., 2019).
Nilai VIF lebih dari 3 menunjukkan adanya multikolinearitas yang dapat menyebabkan bias dalam persamaan regresi. Nilai VIF inner
model ditunjukkan pada Tabel
4.
Tabel 4
Nilai VIF pada
Inner Model
Variabel |
Kepuasan Pengguna |
Net Benefit |
Kepuasan Pengguna |
|
2.222 |
Kualitas Informasi |
1.739 |
1.963 |
Kualitas Layanan |
1.807 |
1.863 |
Kualitas Sistem |
2.197 |
2.511 |
Berdasarkan Tabel
4 menunjukkan bahwa tidak adanya multikolinearitas
yang dapat menyebabkan bias
dalam inner model yang digunakan.
2.
Koefisien
Determinasi (R2)
Nilai R2 menunjukkan varians yang dapat dijelaskan dalam suatu konstruk/variabel dependen karena pengaruh prediktornya. Tabel 5 menunjukkan nilai R2.
Tabel 5
Nilai R2
Variabel Dependen |
R2 |
Kepuasan Pengguna |
0.55 |
Net Benefit |
0.512 |
Tabel 5 menunjukkan
nilai R2 pada variabel
dependen kepuasan pengguna (Y1) diperoleh nilai sebesar 0,55 dimana hasil ini
menunjukkan bahwa variabel-variabel prediktornya yakni variabel independen kualitas informasi, kualitas sistem dan kualitas layanan dapat menjelaskan
variabel dependen Kepuasan Pengguna sebesar 55% sedangkan sisanya 45% dijelaskan oleh faktor atau variabel
lain di luar model penelitian
ini. Di samping itu, nilai R2 pada variabel dependen net benefit
(Y2) diperoleh nilai yakni 0,512 dimana hasil ini menunjukkan
bahwa variabel-variabel prediktornya yakni variabel kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, dan kepuasan pengguna dapat menjelaskan variabel net
benefit sebesar 51,2% sedangkan
sisanya 48,8% dijelaskan oleh
faktor atau variabel lainnya di luar model penelitian ini.
3.
Relevansi
Prediktif (Q2)
Pengujian relevansi
prediktif (Q2) bertujuan
guna menentukan seberapa baik nilai
relevansi prediksi antara variabel laten endogen terhadap variabel laten eksogennya (variabel prediktornya). Model dapat dikatakan mempunyai relevansi prediktif bila nilai Q2 yang diperoleh lebih dari 0, sedangkan nilai Q2 kurang dari 0 menunjukkan bahwa model kurang memiliki relevansi prediktif (Hair et al., 2019).
Nilai relevansi prediktif
(Q2) ditunjukkan pada Tabel
6.
Tabel 6
Nilai Q2
Variabel Dependen |
Q Square |
Kepuasan Pengguna |
0.351 |
Net Benefit |
0.328 |
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa model penelitian yang digunakan yakni semua variabel dependen mempunyai nilai Q2 yang lebih besar dari 0 sehingga
pengukuran prediksi variabel yang dilakukan oleh model
telah dianggap relevan.
C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis
yang dirumuskan dalam model
penelitian ini diinterpretasikan berpengaruh signifikan (menolak H0)
apabila t hitung ≥
1,982 dan juga P Value ≤ 0,05. Sebaliknya hipotesis diinterpretasikan berpengaruh tidak signifikan (gagal menolak H0) jika t hitung ≤ 1,982 dan P Value ≥ 0,05. Tabel 7 menunjukkan hasil path coefficient dan nilai
signifikansi setelah dilakukan proses bootstrapping.
Tabel 7
Path Coefficient
dan Nilai Signifikansi
HIPOTESIS |
Path/Jalur |
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standar Deviation (STDEV) |
T Statistics/O/STDEV| |
P Values |
Interpretasi |
|
Dari |
Ke |
|||||||
H1 |
Kualitas Informasi (X1) |
Kepuasan Pengguna (Y1) |
0,318 |
0,316 |
0,144 |
2,207 |
0.028 |
Signifikan |
H2 |
Kualitas Sistem (X2) |
Kepuasan Pengguna (Y1) |
0,376 |
0,375 |
0,163 |
2,309 |
0.021 |
Signifikan |
H3 |
Kualitas Pelayanan (X3) |
Kepuasan Pengguna (Y1) |
0,159 |
0,175 |
0,133 |
1.192 |
0.234 |
Tidak Signifikan |
H4 |
Kualitas Informasi (X1) |
Net Benefit (Y2) |
0,268 |
0,262 |
0,171 |
1.572 |
0.117 |
Tidak Signifikan |
H5 |
Kualitas Sistem (X2) |
Net Benefit (Y2) |
0,355 |
0,346 |
0,158 |
2,253 |
0.025 |
Signifikan |
H6 |
Kualitas Pelayanan (X3) |
Net Benefit (Y2) |
0,355 |
0,346 |
0,158 |
2.253 |
0.025 |
Signifikan |
H7 |
Kepuasan Pengguna (Y1) |
Net Benefit (Y2) |
0,247 |
0,263 |
0,186 |
2,431 |
0.028 |
Signifikan |
Hasil pengujian
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis
1: Kualitas informasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna. Keputusan: Menolak H0,
terdapat cukup bukti bahwa kualitas
informasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pengguna. Semakin baik kualitas informasi
dari sistem WRF maka akan semakin
meningkatkan kepuasan pengguna sistem WRF. Sebaliknya semakin rendah kualitas informasi dari WRF maka akan menurunkan
kepuasan pengguna. Kualitas informasi adalah kualitas keluaran (output) yang berupa
informasi atau data yang dihasilkan oleh sistem WRF. Korelasi positif diantara kedua konstruk tersebut menggambarkan keterikatan antara kualitas informasi yang dihasilkan dengan tingkat kepuasan yang diperoleh pengguna sistem informasi.
Hipotesis
2: Kualitas sistem berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction) Keputusan: Menolak H0, terdapat cukup bukti bahwa
kualitas sistem berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction) sistem
informasi WRF. Semakin baik atau tinggi
kualitas sistem dari WRF maka akan
semakin meningkatkan kepuasan pengguna WRF. Sebaliknya bila semakin rendah kualitas sistem dari WRF maka akan
menurunkan kepuasan pengguna sistem WRF. Kecepatan waktu respon, ketepat waktuan, kemudahan akses, tampilan antarmuka (user interface) dan kemudahan
mempelajari sistem WRF telah memberikan pengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna. Pengguna WRF merasa terbantu dalam menyelesaikan tugas dengan menggunakan
sistem WRF. Hasil penelitian
ini sesuai dengan model kesuksesan sistem informasi dari (DeLone & McLean, 2003)
yang menjelaskan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu sistem informasi
adalah kualitas sistem. Kualitas sistem yang baik akan mempengaruhi kepuasan pengguna. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Hanmer, 2004),
(Livari, 2005),
(Rold�n & Leal, 2003),
(Rai, Lang, & Welker, 2002)
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas sistem dan kepuasan pengguna.
Hipotesis
3: Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna. Keputusan: Gagal menolak H0, tidak terdapat cukup bukti bahwa kualitas
pelayanan telah memberikan pengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna. Responden merasa masih kurangnya perhatian dari pengembang sistem guna mengajarkan pegawai baru ataupun
pegawai lama untuk memahami WRF, kurangnya fokus terhadap pengembangan sistem WRF secara berkala, serta masih kurangnya
respon dari pengembang sistem terhadap keluhan ataupun masukkan dari pengguna sistem
WRF.
Hipotesis
4: Kualitas informasi berpengaruh signifikan terhadap net benefit. Keputusan: Gagal menolak H0, tidak terdapat cukup bukti bahwa kualitas
informasi berpengaruh signifikan terhadap net benefit. Semakin tingginya kualitas informasi yang ada pada WRF akan meningkatkan net benefit dari
proyek TMC. Kelengkapan
data yang tersedia pada sistem,
keakuratan informasi,
format yang mudah dipahami,
informasi yang selalu diperbaharui dan informasi yang relevan masih dirasakan
kurang dalam mendukung pelaksanaan proyek TMC. Hasil pengujian secara tidak langsung
menunjukkan bahwa kualitas informasi memberikan pengaruh signifikan terhadap net benefit melalui kepuasan pengguna sehingga peningkatan kualitas informasi akan meningkatkan net benefit apabila
kepuasan pengguna meningkat.
Hipotesis
5: Kualitas sistem berpengaruh signifikan terhadap net benefit. Keputusan: Gagal
menolak H0, tidak
terdapat cukup bukti bahwa kualitas
sistem memberikan pengaruh signifikan terhadap net benefit. Net benefit adalah manfaat yang didapatkan baik oleh pengguna maupun oleh instansi terkait dalam hal ini
instansi BBTMC-BPPT. Kualitas sistem yang tercermin dalam indikator pengukurnya tidak secara langsung
mempengaruhi produktifitas
dan profitabilitas proyek
TMC dimana hasil pengujian secara tidak langsung menunjukkan bahwa kualitas sistem memberikan pengaruh positif terhadap net benefit
melalui kepuasan pengguna. Hal ini menyatakan bahwa dengan meningkatkan kualitas sistem dari WRF maka dapat
meningkatkan kepuasan penggunanya sehingga akan memberikan dampak signifikan pada net
benefit proyek TMC. Hasil penelitian ini sejalan dengan model kesuksesan sistem informasi (DeLone & McLean, 2003)
yang menyatakan bahwa kualitas sistem memberikan pengaruh terhadap net benefit melalui
kepuasan pengguna.
Hipotesis
6: Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap net benefit Keputusan: Menolak
H0, terdapat cukup
bukti bahwa kualitas pelayanan memberikan pengaruh signifikan terhadap net benefit. Pelayanan yang diberikan oleh tim pengembang sistem WRF telah memberikan kontribusi dalam hal pengembangan
dan penerapan teknologi guna mendukung suksesnya proyek TMC.
Hipotesis
7: Kepuasan pengguna (User
Satisfaction) berpengaruh signifikan
terhadap net benefit. Keputusan: Menolak H0, terdapat cukup bukti bahwa
Kepuasan pengguna (User
Satisfaction) berpengaruh signifikan
terhadap net benefit. Semakin
tinggi kepuasan pengguna WRF akan semakin meningkatkan net
benefit instansi BBTMC -BPPT. Kualitas
sistem dan kualitas informasi menyeluruh dapat meningkatkan job
performance pengguna WRF. Hasil penelitian ini mendukung model kesuksesan sistem informasi (DeLone & McLean, 2003)
yang telah membuktikan bahwa kepuasan pengguna berpengaruh terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi. Ketika para pengguna puas terhadap
sistem informasi dan mengintegrasikan sistem informasi ke rutinitas
mereka, maka sistem informasi menjadi efektif dan berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
Prioritas kebijakan
yang perlu dilakukan guna peningkatan net benefit
proyek TMC terkait penerapan sistem informasi WRF yakni:
1. Peningkatan kepuasan
pengguna terutama terkait kualitas informasi dan kualitas sistem WRF.
2. Indikator yang menjadi
prioritas perhatian pada konstruk kualitas informasi adalah keandalan karena memiliki korelasi paling tinggi, dimana informasi prediksi cuaca yang dihasilkan oleh sistem informasi WRF harus selalu dapat
diandalkan dan dipercaya
oleh user.
3. Indikator kemudahan
akses menjadi prioritas perhatian pada kualitas sistem WRF dimana sistem informasi
WRF harus dapat dengan mudah diakses
oleh user dimanapun dan kapanpun
bila diperlukan.
Kesimpulan
DeLone, William H., & McLean, Ephraim R. (1992).
Information systems success: The quest for the dependent variable. Information
Systems Research, 3(1), 60�95. Google Scholar
DeLone, William H., & McLean, Ephraim
R. (2003). The DeLone and McLean model of information systems success: a
ten-year update. Journal of Management Information Systems, 19(4),
9�30. Google Scholar
Hair, Joseph F., Hult, G. Tomas M., Ringle,
Christian M., Sarstedt, Marko, Richter, Nicole F., & Hauff, Sven. (2017). Partial
Least Squares Strukturgleichungsmodellierung: Eine anwendungsorientierte
Einf�hrung. Vahlen. Google Scholar
Hair, Joseph F., Risher, Jeffrey J.,
Sarstedt, Marko, & Ringle, Christian M. (2019). When to use and how to
report the results of PLS-SEM. European Business Review. Google Scholar
Hanmer, Lyn. (2004). Assessment of Success
of a Computerised Hospital Information System in a Public Sector Hospital in
South Africa. MEDINFO. IOS Press. Februari, 12. Google Scholar
Livari, Juhani. (2005). An Empirical Test
of The DeLone-McLean Model of Information System Success, Dataabase for Advance
in Information System (DFA). ISSN: 1532-0936. Volume 36. ProQuest Company.
Google Scholar
Rai, Arun, Lang, Sandra S., & Welker,
Robert B. (2002). Assessing the validity of IS success models: An empirical
test and theoretical analysis. Information Systems Research, 13(1),
50�69. Google Scholar
Rold�n, Jos� L., & Leal, Antonio.
(2003). A Validation Test of an Adaptation of the DeLone and McLean�s Model in
the Spanish EIS Field. In Critical reflections on information systems: A
systemic approach (pp. 66�84). IGI Global. Google Scholar
Wirahma, Samba, Seto, Tri Handoko, &
Athoillah, Ibnu. (2014). Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk
Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 15(1),
39. https://doi.org/10.29122/jstmc.v15i1.2656. Google Scholar
Copyright holder: Hendra Arisman, Budi Hartono (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |