Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol.
6, Spesial Issue No.
1, November 2021
�
EFEKTIFITAS TEKNIK REBOZO
DALAM LAMA PERSALINAN KALA I FASE AKTIF PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA DI
WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA BULAN JANUARI S/D OKTOBER 2020
Ganda Agustina Hartati
Simbolon, Urhuhe Dena Siburian
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh hampir semua ibu bersalin, apabila nyeri persalinan tidak diatasi akan menyebabkan terjadinya partus lama. Teknik rebozo adalah cara nonfarmakologi untuk membantu mengelola rasa sakit selama persalinan. Rebozo adalah kain panjang yg biasa dipakai wanita meksiko untuk berkegiatan sehari-hari (memanggul, menggendong bayi, selimut dll). melilitkan rebozo ke sekeliling panggul dan bokong ibu hamil lalu menggoyangkannya selama kala I berlangsung. Ayunan dari rebozo dianggap mampu membuat sang ibu rileks serta membantu memposisikan bayi ke jalan lahir sehingga dapat mempercepat proses persalinan. Jenis penelitian ini adalah penelitian comparative dengan desain eksperimen semu. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Teknik Rebozo dalam ama persalinan Kala I fase aktif pada ibu primigravida yang berjumlah 14 orang untuk kelompok intervensi dan 14 orang kelompok kontrol. Penelitian dilakukan pada 6 Puskesmas di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian diperoleh seluruh responden dalam usia reproduksi (20 � 35 tahun) umumnya pendidikan SMA, Jenis pekerjaan umumnya PNS 57,4% dan Petani (71,4%), semua persalinan didampingi oleh suami. Hasil uji menggunakan uji independent t test nilai α = 0,00 (< 0,05), nilai mean rank kelompok intervensi (7,43) > kelompok kontrol (4.,00) yang menunjukkan ada perbedaan rata-rata lama persalinan kala I fase aktif sehingga teknik rebozo sangat efektif untuk mempercepat lama persalinan kala I fase aktif. Teknik rebozo sangat efektif untuk mengurangi nyeri persalinan dan mempercepat proses persalinan. Bidan diharapkan dapat menerapkan Teknik Rebozo menjadi salah salah bentuk asuhan persalinan kala I untuk mempercepat persalinan.
Kata Kunci: rebozo; lama persalinan
Abstract
Pain during labor is a
physiological condition that is generally experienced by almost all maternity
mothers, if labor pain is not overcome it will cause prolonged labor. The
rebozo technique is a non-pharmacological way to help manage pain during labour. Rebozo is a long cloth commonly used by Mexican
women for daily activities (carrying, carrying babies, blankets, etc.).
wrapping the rebozo around the pelvis and buttocks of pregnant women and then
rocking it during the first stage. The swing of the rebozo is considered to be
able to relax the mother and help position the baby into the birth canal so
that it can speed up the delivery process. This type of research is a
comparative study with a quasi-experimental design. The purpose of this study
was to determine the effectiveness of the Rebozo technique in the active phase
of the first stage of labor in primigravida mothers, which consisted of 14
people for the intervention group and 14 people for the control group. The
study was conducted at 6 Puskesmas in North Tapanuli Regency with consecutive sampling technique and
met the inclusion criteria. The results obtained that all respondents in
reproductive age (20-35 years) generally had high school education, the type of
work was generally civil servants 57.4% and farmers (71.4%), all deliveries
were accompanied by their husbands. The results of the test using the
independent t test, the value of = 0.00 (< 0.05), the mean rank of the
intervention group (7.43) > the control group (4.00) which shows there is a
difference in the average length of the first stage of labor active phase so
that the rebozo technique is very effective in accelerating the length of the
first stage of labor in the active phase. The rebozo technique is very effective
in reducing labor pain and speeding up the labor process. Midwives are expected
to be able to apply the Rebozo Technique as a form of first stage delivery care
to speed up delivery.
�
Keywords: rebozo;
labor time
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan menjadi salah satu unsur kesejahteraan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia yang tercantum dalam��
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus
diwujudkan. Kesehatan merupakan kebutuhan bagi semua manusia yang menjadi
indikator kualitas hidup. Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih
memerlukan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakatnya secara komprehensif,
adil dan merata. Perhatian Negara diharapkan menyelenggarakan upaya kesehatan
yang berhasil guna dan berdaya guna (Notoatmodjo, 2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2010 menunjukkan angka kejadian Sektio caesarea (SC) di
Indonesia sebesar 15,3% dari sampel 20.591 ibu yang melahirkan. World Health
Organization (WHO) menetapkan batasan maksimum proporsi persalinan secara SC
sebesar 10%.� Kecenderungan meningkatnya
proporsi persalinan seksio sesarea perlu mendapatkan perhatian karena tidak
adanya bukti kemanfaatan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Riskesdas, 2013).
Persalinan dengan SC memang
akan membuat ibu hamil terbebas dari rasa nyeri yang dialami selama bersalin.
Ada beberapa risiko atau komplikasi dari melahirkan secara SC diantaranya
adalah Infeksi, Perdarahan, terjadinya bekuan darah, reaksi anestesi, cedera
saat pembedahan.� Selain pada inbu, bisa
juga menimbulkan risiko pada bayi, seperti : gangguan pernafasan, kulit
tergores, dan rendahnya ikatan kasih sayang (bonding atacment ) serta inisiasi
menyusui dini yang diperoleh bayi baru lahir (Pane MDC, 2019).
Fenomena tingginya angka SC
juga terjadi di RSUD Tarutung. Hasil survey awal diperoleh jumlah persalinan
mulai Januari s/d September 2019 sebanyak 1.107 persalinan,� rata-rata perbulan 21 persalinan. Dari jumlah
tersebut diperoleh informasi persalinan SC sebanyak 917 (82%). Ini berarti
kasus persalinan dengan SC lebih banyak dibanding normal (18%). Berdasarkan
wawancara yang dilakukan di Ruang Kebidanan, tingginya angka SC tidak hanya disebabkan
oleh indikasi medis tapi juga indikasi non medis seperti permintaan sendiri
dikarenakan takut akan nyeri yang tidak tertahankan sewaktu persalinan.
Persalinan merupakan suatu
peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan�
dan memiliki arti yang berbeda pada setiap wanita. Bagi wanita yang
pertama kali melahirkan , proses persalinan mungkin dirasa menakutkan, dan
dengan belum adanya pengalaman akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang
berlebih (Rukiah, 2009).
Rasa nyeri adalah hal normal sebagai akibat dari kontraksi rahim juga tekanan/dorongan
kepala bayi pada jalan rahim, namun rasa nyeri bisa bertambah dan menjadi tidak
nyaman jika ditambah dengan rasa takut, khawatir atau kelelahan. Hal ini bisa
mempengaruhi ibu bersalin sehingga berpotensi merubah rasa sakit menjadi
"penderitaan" (Simbolon, Siburian, & SKM, 2021).
Salah satu cara mengurangi rasa sakit dari persalinan adalah dengan menggunakan
teknik Rebozo.
Teknik rebozo adalah cara
nonfarmakologi atau tanpa menggunakan obat (tradisional) untuk membantu
mengelola rasa sakit selama persalinan. Teknik ini berasal dari Meksiko dimana
wanita disana mempunyai tradisi menggunakan rebozo sebelum, selama dan setelah
kelahiran. Rebozo adalah kain panjang yg biasa dipakai wanita meksiko untuk
berkegiatan sehari - hari (memanggul, menggendong bayi, selimut dll).
melilitkan rebozo ke sekeliling panggul dan bokong ibu hamil, lalu
menggoyangkannya selama proses persalinan berlangsung. Ayunan dari rebozo
dianggap mampu membuat sang ibu rileks serta membantu memosisikan bayi ke jalur
lahir (Rebozo, 2016).
Teknik Rebozo biasanya
dilakukan pada ibu hamil setelah usia kehamilan 28 minggu, dapat juga
dilaksanakan selama persalinan. Pada fase awal persalinan, dan setelah memasuki
fase aktif, dilakukan dengan Teknik Shake The Apple Tree, merupakan salah satu
yang paling umum dilakukan pada pinggul wanita yang akan melahirkan, dengan
gerakan yang terkontrol untuk membantu mengayunkannya dari sisi ke sisi lain
sedikit demi sedikit. Menurut Elloianza dalam (Simbolon et al., 2021)
biasanya untuk praktisi yang membantu ibu dalam melakukan teknik rebozo
menggunakan posisi jongkok atau berdiri dengan sedikit menunduk.
Awal mulai persalinan,
penolong persalinan maupun pendampingnya mulai menarik kain dan
menggoyang-goyangkan bagian perut ibu secara lembut. Gerakan ini membantu ibu
merasa lebih nyaman. Lilitan yang tepat akan membuat ibu merasa seperti dipeluk
dan memicu keluarnya hormone oksitosin yang bisa membantu proses persalinan
lebih lancar. Tidak hanya sebatas kenyamanan saat persalinan, Rebozo juga
membantu memberikan ruang pelvic yang lebih luas untuk ibu sehingga bayi lebih
mudah menuruni panggul dan proses persalinan lebih cepat (Simbolon et al., 2021).
WHO telah menyatakan bahwa
kurangnya studi tentang praktik tradisional seharusnya tidak menjadi hambatan
dalam penerapan atau pengembangannya. Ada dua makalah yang diterbitkan dalam
jurnal peer-review tentang penggunaan rebozo selama persalinan. Yang pertama
adalah Studi kualitatif yang dilakukan Iversen dkk tahun 2017 di Denmark.
Respondennya adalah 17 ibu postpartum yang pernah menggunakan rebozo selama
persalinan. Sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka menggunakan rebozo
untuk malposisi janin karena bayi mereka tidak dalam posisi optimal. Hanya satu
dari 17 yang menggunakan rebozo untuk menghilangkan rasa sakit. Rebozo
dilakukan dengan posisi berdiri, tangan dan lutut dan berbaring. Secara
keseluruhan, reponden memiliki pengalaman positif saat menggunakan rebozo,
menciptakan sensasi yang mengurangi rasa sakit sehingga persalinan menjadi
lebih santai, pasangan dan bidan juga lebih aktif terlibat dalam proses
persalinannya. Hasil lainnya adalah sebelum tahun 2014, teknik Rebozo hanya
digunakan pada sekitar 2% dari persalinan normal yang direncanakan. Namun,
setelah tahun 2016, teknik rebozo digunakan dengan sekitar 9% wanita Denmark (Iversen et al., 2017)
Di Indonesia, teknik Rebozo
ini sudah mulai diperkenalkan oleh tim pengembang Hipnobirthing dan Prenatal
gentle birth. Lanny Kuswandy dan Yessie Aprilia dalam blog nya menyebutkan
bahwa teknik ini memberi manfaat dalam menambah kenyamanan ibu dan mempercepat
proses persalinan. Meskipun penelitian tentang Rebozo di Indonesia masih minim,
namun telah banyak bidan menerapkan teknik ini pada klien mereka.
Kabupaten Tapanuli Utara
terdiri dari 15 Kecamatan dengan 17 Puskesmas dan 1 Rumah Sakit sebagai pusat
rujukan untuk tingkat daerah. Sesuai dengan Permenkes No. 97 Tahun 2014 pasal
14 ayat 1 yang berbunyi bahwa persalinan harus dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara juga menerapkan peraturan
tersebut. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, ada 4 Puskesmas
yang memiliki karakteristik yang hampir sama (distribusi penduduk yang
heterogen,dan jarak tempuh ke pusat kota), sehingga peneliti menetapkan
Puskesmas ini menjadi lokasi penelitian, yaitu Puskesmas Hutabaginda, Puskesmas
Siatas Barita, Puskesmas Sipoholon dan Puskesmas Sitada-Tada. Masing-masing
Puskesmas dilaporkan jumlah persalinan rata-rata 15 persalinan setiap bulannya,
secara umum ibu primigravida merasa cemas, takut akan nyeri dan lamanya proses
persalinan, sehingga ada yang memilih persalinan dengan tindakan SC di Rumah
Sakit.
Melihat budaya masyarakat yang
terbiasa ke tukang pijat termasuk ibu hamil untuk mengatasi nyeri pinggang
diakhir kehamilan, peneliti berasumsi teknik Rebozo ini akan mudah diterima
oleh masyarakat, hal inilah yang menarik minat peneliti untuk melakukan
penelitian tentang efektifitas teknik Rebozo dalam intensitas nyeri dan lama
persalinan Kala I di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara pada bulan Januari hingga
Oktober 2020.�
Metode Penelitian
1. Metode pengumpulan data
1) ��Menjelang akhir kehamilan,
peneliti mendatangi ibu hamil primigravida untuk meminta kesediaan ibu menjadi
responden penelitian saat persalinannya sekaligus memperkenalkan teknik rebozo
pada ibu dan keluarga (suami) berupa penjelasan tentang teknik Rebozo dan� mengajarkan tentang teknik Rebozo sehingga
pendamping dapat mempraktekkan langsung pada ibu saat persalinannya nanti. Bila
ibu dan keluarga menyetujui perlakuan teknik rebozo� maka ibu ditetapkan sebagai kelompok ekperimen
dan meminta nomor kontak ibu dan bila sewaktu-waktu tanda2 persalinan telah ada
maka ibu hamil primigravida segera menghubungi peneliti agar
peneliti dapat mengetahui lama persalinan.
2) ��Ibu
hamil primigravida yang tidak bersedia dilakukan teknik rebozo saat
perealinannya nanti, namun bersedia dilakukan pengukuran lama dijadikan sebagai
kelompok kontrol,
3) ��Pengumpulan data dimulai pada
saat ibu mulai merasakan adanya tanda-tanda persalinan (mules yang semakin
sering, keluar lendir bercampur darah atau keluar air-air dari jalan lahir),
kelompok ekperimen dan kelompok kontrol mulai mengisi informed consent
penelitian dan mendapat penjelesan kembali mengenai prosedur teknik rebozo.
4) ��Bila
ibu sudah memasuki fase aktif (pembukaan sudah 4 cm), dilakukan pengukuran
untuk mengetahui lama persalinannnya, peneliti melakukan pengukuran kontraksi
uterus dengan menggunakan stopwatch dan mengisinya dalam lembar partograph,
untuk mengetahui pembukaan serviks dilakukan dengan pemeriksaan dalam pada
pasien lelu mengisinya dalam lembar partograph
5) ��Selanjutnya
setelah pembukaan serviks sudah diatas 6 cm, teknik rebozo mulai dilakukan
selama 2-5 menit yang awalnya dilaksanakan oleh peneliti, selanjutnya dilakukan
oleh suami saat terjadi kontraksi atau sesuai dengan keinginan ibu yang membuat
ibu merasa lebih nyaman hingga pembukaan 10 cm (lengkap).�
6) ��Diluar
kontraksi, ibu diminta untuk memberi tanda yang terdapat pada alat ukur VAS
sesuai dengan petunjuk yang telah disampaikan sebelumnya.
2.
Pengolahan
Data
Pengolahan
data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012):
1) ��Pemeriksaan data (editing)
Kegiatan
ini dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan kuesioner/data yang masuk.
Editing meliputi kegiatan memastikan bahwa setiap pernyataan dalam kuesioner
terisi semua, jelas atau terbaca, konsistensi jawaban, relevansi jawaban dengan
pernyataannya yang secara keseluruhan berkaitan dengan kemungkinan kesalahan.
2) ��Pengkodean data (coding)
Pengkodean
data merupakan proses penyusunan secara sistematis data mentah (data dalam
kuesioner) kedalam bentuk yang mudah dibaca oleh komputer. Data yang berbentuk
huruf kemudian diubah menjadi data yang berbentuk angka atau bilangan. Tujuan
pemberian kode adalah untuk memudahkan pada saat melakukan analisis data
sehingga dapat mempercepat pada saat entry data.
Pada
penelitian ini, ada varibael yang memerlukan coding dengan memberi kode pada
setiap butir kuesioner dan variabel penelitian. Tujuan dilakukan pemberian kode
agar memberikan kemudahan dalam pengolahan data. Selain itu dilakukan system
skoring untuk memudahkan peneliti menentukan lama dan kemajuan persalinan,
yaitu� :
a.
Kontraksi Uterus :
a)
Skor 3 , bila kontraksi uterus
> 3x 10 menit dengan durasi > 40 detik
b)
Skor 2, Bila kontraksi uterus
3 x/10 menit dengan durasi 20 - 40 detik
c)
Skor 1 bila kontraksi < 3
x/10 menit dengan durasi < 20 detik
b.
Pembukaan serviks
a)
Skor 3 , bila pembukaan
serviks > 1 cm/ jam
b)
Skor 2 , bila pembukaan
serviks� 1 cm/ jam
c)
Skor 1 , bila pembukaan
serviks < 1 cm/ jam
c.
Lama Persalinan pre test
a)
Skor 3 , bila lama persalinan
pre test < 2 jam
b)
Skor 2 , bila lama persalinan
pre test� 2 jam
c)
Skor 1 , bila lama persalinan
pre test > 2 jam
d.
Lama Persalinan post test
a)
Skor 3 , bila lama persalinan
post test < 4 jam
b)
Skor 2 , bila lama persalinan
post test� 4 jam
c)
Skor 1 , bila lama persalinan
post test >4 jam
3) ��Memasukkan data (data
entry/processing)
Memproses
data untuk dianalisis, pemrosesan data dilakukan dengan cara memasukkan data
dari masing-masing responden kedalam program atau software di komputer.
4) ��Pembersihan data (cleaning)
Pembersihan
data dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh data yang sudah dimasukkan telah
sesuai dengan yang sebenarnya. Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kesalahan-kesalahan kode
maupun ketidaklengkapan data.
3. Teknik analisis data
1)
�Analisa
Univariat
Untuk
melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variable dengan menggunakan
tabel distribusi frekuensi.�
2)
�Analisa
Bivariat
Analisis
bivariat yang digunakan untuk membuktikan perbedaan intensitas nyeri dan lama
persalinan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan penelitian/
perlakuan serta perbedaan intensitas nyeri dan lama persalinan pada kelompok
kontrol sebelum dan setelah dilakukan penelitian/ perlakuan. Sebelum dilakukan
analisa bivariat maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogentas ini bertujuan
untuk mengetahui apakah data dalam variabel x dan y bersifat homogen atau
tidak. Selain itu juga dilakukan uji normalitas data. Jika data hasil
penelitian berdistribusi normal maka analisa bivariat akan dilakukan dengan
Paired t Test. Namun, jika data tidak berdistribusi normal maka analisa
bivariat dilakukan menggunakan uji alternatif yaitu uji wilcoxon dan Mann
Whitney dengan taraf kepercayaaan 95 %. Sedangkan untuk membuktikan efektifitas
teknik Rebozo terhadap lama persalinan pada kelompok intervensi dan kontrol setelah
diberikan intervensi, penelitian ini menggunakan uji Independent sample� T-test. % (Arikunto, 2010) dan
(Hidayat, 2007).�
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Penelitian
Telah dilakukan penelitian tentang efektifitas teknik Rebozo dalam
intensitas nyeri dan lama persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin
primigravida di wilayah kabupaten Tapanuli Utara tahun 2020 terhitung mulai
bulan Februari dengan pengambilan data terakhir tanggal 29 Oktober 2020.
Responden penelitian terdidir dari kelompok intervensi yang diberi perlakuan
teknik rebozo dan kelompok kontrol berupa dukungan suami dan keluarga yang mana
setiap kelompok masing-masing berjumlah 14 orang, dengan sebaran sebagai
berikut sebagai berikut :
Grafik 1
Sebaran
Tempat Persalinan responden Penelitian Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol
Grafik diatas
menunjukkan sebaran tempat persalinan pada kelompok intervensi yang berwarna biru, sedangkan kelompok kontrol berwarna hijau. Kelompok intervensi lebih banyak diperoleh dari Puskemas Hutabaginda
dan Puskesmas Sipahutar
masing-masing 4 orang, sedangkan kelompok
kontrol lebih banyak dari Puskesmas
Sipahutar yaitu 5 orang.
Analisis Univariat
Analisis univariat
dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari setiap variabel pada kelompok intervendi dan kelompok kontrol. Variabel tersebut diantaranya karakteristik responden (usia, tingkat Pendidikan, jenis pekerjaan, dan bentuk dukungan suami), intensitas nyeri dan lama persaliann kala I fase aktif pada ibu bersalin primigravida. Sebaran
data dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
1) ��Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik responden
kelompok intervensi dan kelompok kontrol berdasarkan umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan bentuk dukungan suami
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden
No. |
Karakteristik Responden |
Jumlah |
|||
Kelompok Intervensi |
Kelompok Kontrol |
||||
n |
% |
N |
% |
||
A |
����������������������������������� Kelompok Umur (Tahun) |
||||
1. |
< 20 |
0 |
0 |
0 |
0 |
2. |
20 � 35 |
14 |
100 |
14 |
100 |
3. |
> 35 |
0 |
0 |
0 |
0 |
B |
Tingkat Pendidikan |
||||
1. |
SD |
1 |
7,1 |
0 |
0 |
2. |
SMP |
1 |
7,1 |
1 |
7,1 |
3. |
SMA |
8 |
57,4 |
12 |
85,8 |
4. |
PT |
4 |
28,4 |
1 |
7,1 |
C |
Jenis Pekerjaan |
||||
1. |
PNS |
8 |
57,4 |
0 |
0 |
2. |
Honorer |
2 |
14,2 |
0 |
0 |
3. |
Swasta |
1 |
7,1 |
4 |
28,6 |
4. |
Petani |
1 |
7,1 |
10 |
71,4 |
5. |
Ibu Rumah Tangga |
2 |
14,2 |
0 |
0 |
D |
Dukungan Suami |
||||
1. |
Rebozo |
8 |
57,4 |
0 |
0 |
2. |
Elus punggung |
1 |
7,1 |
2 |
14,3 |
3. |
Pijat kaki |
1 |
7,1 |
|
|
4. |
Beri semangat |
3 |
21,3 |
9 |
64,3 |
5. |
Beri makan dan minum |
1 |
7,1 |
1 |
7,1 |
6. |
Pijat punggung |
0 |
0 |
2 |
14,3 |
Dari hasil
penelitian diketahui bahwa semua responden
(100%) eksperimen maupun kelompok kontrol berada pada usia reproduksi sehat yaitu 20 � 35 tahun dan mayoritas tingkat pendidikan SMA pada kelompok intervensi 8 orang (57,4%) dan pada kelompok
kontrol 12 orang (85,8%). Dari jenis
pekerjaan kelompok intervensi mayoritas PNS yaitu 8 orang (57,4%) dan pada kelompok
kontrol mayoritas pekerjaan sebagai petani 10 orang (71,4%) dan mayoritas
responden bekerja sebagai petani yaitu 8 orang (57,2%).
Kelompok intervensi
datang ke Puskesmas untuk bersalin dengan didampingi oleh suami dan beberapa orang ikut juga mertua dan keluarga lain. Suami responden
memberi dukungan dengan bersedia melakukan teknik Rebozo pada ibu ada 8 orang (57,4 %). Pada kelompok kontrol tidak dilakukan teknik Rebozo, suami responden memberi dukungan kepada istri dengan memberi
semangat sebanyak 9 orang
(64,3%).
Kelompok intervensi
yang berjumlah 14 orang datang
ke Puskesmas untuk bersalin dengan didampingi oleh suami dan beberapa orang ikut juga mertua dan keluarga lain. Suami responden 57,4 % memberi dukungan dengan bersedia melakukan teknik Rebozo pada ibu. Ibu bersalin mayoritas dari Puskesmas Hutabaginda dan Sipahutar. Masing-masing berjumlah
4 orang (28,6%).
2) ��Lama dan Kemajuan
Kala I Fase Aktif Pada Responden
Tabel 2
Lama dan Kemajuan Kala I Fase Aktif Ibu Bersalin Primigravida Pada kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
No |
Kriteria
|
Responden |
|||||||
Kelompok
Intervensi |
Kelompok Kontrol |
||||||||
Sebelum |
Sesudah |
Sebelum |
Sesudah |
||||||
F |
% |
f |
% |
F |
% |
f |
% |
||
1 |
Cepat |
4 |
28,6 |
10 |
71,4 |
0 |
0 |
0 |
0 |
2 |
Normal |
4 |
28,6 |
4 |
28,6 |
10 |
71,4 |
9 |
64,3 |
3 |
Lambat |
6 |
42,8 |
0 |
0 |
4 |
28,6 |
5 |
35,7 |
Jumlah |
14 |
100 |
14 |
100 |
14 |
100 |
14 |
100 |
Tabel 5.3. menunjukkan
lama kala I pada kelompok intervensi
sebelum perlakuan rebozo
pada umumnya lambat yaitu 42,9%, sesudah intervensi umumnya menjadi cepat (71,4,1%). Sedangkan pada kelompok kontrol lama kala I umumnya
normal baik pada pretest (71,4%) dan post test (64,3%).
Analisis Bivariat
Analisis bivariat
digunakan untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri dan lama persalinan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan penelitian/ perlakuan serta perbedaan intensitas nyeri dan lama persalinan pada kelompok kontrol sebelum dan setelah dilakukan penelitian/ perlakuan.
1) Perlakuan Rebozo Terhadap Lama Persalinan Kala I Fase Aktif
Sebelum dilakukan
analisa bivariat maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogentas ini bertujuan untuk
mengetahui apakah data dalam variabel x dan y bersifat homogen atau tidak. Selain
itu juga dilakukan uji normalitas data.
Menurut (Cahyati, Nurachmah, & Hastono, 2013)
untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal ada 3 cara untuk
mengetahuinya yaitu: (1) dilihat dari grafik
histogram, bila bentuknya menyerupai lonceng (bel shape), berarti berdistribusi normal, (2)
menggunakan nilai skewness
dan standar errornya, bila nilai skewness dibagi standar errornya menghasilkan angka ≤ 2, maka distribusinya normal, (3) uji Shapiro-wilk karena metode ini
efektif dan valid digunakan
untuk sampel berjumlah kecil.
2) Perbedaan lama persalinan
Kala I fase aktif pada ibu primigravida sebelum dan sesudah perlakuan teknik rebozo
Perbedaan lama persalinan
kala I fase aktif pada ibu primigravida sebelum dan sesudah perlakuan teknik rebozo dengan menggunakan Paired t test yang sebelumnya
telah dilakukan uji normalitas data, terdapat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3
Perbedaan
lama persalinan kala I fase
aktif pada ibu primigravida
sebelum dan sesudah perlakuan teknik rebozo (n=14)
Kelompok Intervensi |
�� Lama Kala
I Fase Aktif |
Korelasi |
Sig |
Sig.(2-tailed) |
|||
Mean |
N |
Std Dev |
SE Mean |
|
|
|
|
Pre Test |
5,00 |
14 |
2,112 |
0,565 |
0,244 |
0,400 |
0,001 |
Post Test |
7,43 |
14 |
1,342 |
0,359 |
|
|
|
Tabel 3 dapat di ketahui bahwa rata rata lama kala I fase aktif pada pre test diperoleh 5, sedangkan pada post test diperoleh 7,43. Nilai standar deviasi pre test 2,112 dan post test 1,342. Standar error mean untuk pre test 0,565 dan post test 0,359. Karena rata � rata lama persalinan post test 7,43 > pre test 5, maka secara deskriftif ada perbedaan lama persalinan kala I antara pre test dan post test, yang artinya persalinan kala 1 fase aktif lebih cepat pada kelompok post test.
Uji hipotesis
1
Ho: Tidak Ada perbedaan lama persalinan kala I fase
aktif pada ibu primigravida
sebelum dan sesudah perlakuan teknik rebozo
Ha:
Ada perbedaan lama persalinan kala
I fase aktif pada ibu primigravida sebelum dan sesudah perlakuan teknik rebozo
Ho diterima bila α > 0,05
Ha diterima bila α < 0,05
Berdasarkan hasil uji analisis terlihat nilai Sig. (2-tailed) = 0,001 (α < 0,05), artinya Ha diterima, dan Ho ditolak, maka ada perbedaan rata-rata lama persalinan kala I fase aktif untuk pretest dan post test setelah diberikan teknik rebozo. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh teknik rebozo terhadap lama persalinan kala I fase aktif pada kelompok ekperimen.
Persalinan lama pada ibu primipara apabila persalinan terjadi lebih dari 8 jam untuk fase laten dan lebih dari 6 jam untuk fase aktif dan lebih dari 2 jam untuk kala II. Rata-rata pembukaan pada primipara adalam 1 cm/jam sedangkan pada multipara 1 cm/30 menit. Kontraksi uterus yang kuat apabila 3 x/10 menit dengan durasi 40 detik dalam 1 kontrakri (Cunningham, Leveno, Bloom, Spong, & Dashe, 2014). Dalam penelitian ini, lama persalinan dinilai dari 3 kriteria yaitu kontraksi uterus, pembukaan serviks dan lama persalinan kala I fase aktif.
Hasil penelitian tentnag pengaruh teknik rebozo terhadap lama persalinan kala I fase aktif pada kelompok ekperimen juga dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Durotun M dkk tentang Manfaat teknik Rebozo Terhadap Kemjuan persalinan yang dilakukan di PMB di Semarang, dengan hasil nilai median setelah dilakukan teknik Rebozo sebesar 10,0 dan kontrol sebesar 9,00. Uji statistic menggunakan Mann-Whitney Test diperoleh selisih p-value antara kelompok intervensi teknik Rebozo dan kontrol sebesar 0,018 < 0,05 maka Ha diterima artinya ada perbedaan efektifitas intervensi dan kontrol terhadap pembukaan serviks ibu bersalin kala I fase aktif, sehingga disimpulkan bahwa terdapat efektivitas pemberian teknik Rebozo terhadap pembukaan serviks dan penurunan kepada janin pada ibu bersalin kala I fase aktif dan teknik Rebozo sangat bermanfaat terhadap kemajuan persalinan (Munafiah, Astuti, Parada, & Demu, 2020).
1)
Perbedaan lama persalinan Kala I fase aktif pretes dan post test pada
kelompok kontrol
Perbedaan lama persalinan kala
I fase aktif pada ibu primigravida pre tes dan post tes tanpa perlakuan teknik
rebozo (kelompok kontrol)� dengan
menggunakan Paired t test yang
sebelumnya dilakukan uji normalitas data, dapat dilihat pada tabel dibawah ini
:
Tabel 4
Perbedaan
lama persalinan kala I fase aktif pada ibu
primigravida pre test dan post test pada kelompok kontrol
(n=14)
Kelompok Kontrol |
Lama Kala I Fase Aktif |
Korelasi |
Sig |
Sig.(2-tailed) |
|||
Mean |
N |
Std Dev |
SE Mean |
|
|
||
Pre Test |
4,14 |
14 |
0,949 |
0,254 |
0 |
0 |
0,583 |
Post Test |
4.00 |
14 |
0,00 |
0,000 |
|
|
|
Tabel di atas dapat di ketahui bahwa rata rata lama kala I fase aktif pada pre test diperoleh 4,14, sedangkan pada post test diperoleh 4. Nilai standar deviasi pre test 0,949 dan post test 0,00. Standar error mean untuk pre test 0,254 dan post test 0,00. Karena rata � rata lama persalinan pre test 4,14 > post test 4.00, maka secara deskriftif ada perbedaan lama persalinan kala I antara pre test dan post test yang mana persalinan sebelum rebozo lebih lama dibandingkan sesudah rebozo.
Uji hipotesis
2
Ho: Tidak Ada perbedaan lama persalinan kala I fase aktif pada ibu primigravida pre tes dan post test pada kelompok kontrol
Ha: Ada perbedaan lama persalinan kala I fase aktif aktif
pada ibu primigravida pre tes
dan post test pada kelompok
kontrol
Ho diterima bila α > 0,05
Ha diterima
bila α
< 0,05
������� Berdasarkan hasil uji analisis terlihat nilai Sig. (2-tailed)
= 0,583 (α > 0,05), artinya Ha ditolak, dan Ho diterima, maka tidak ada
perbedaan rata-rata lama persalinan
kala I fase aktif untuk pretest dan post test pada kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan tanpa perlakuan rebozo, tidak ada percepatan lama persalinan kala I fase aktif pada kelompok kontrol.
Untuk mempercepat kemajuan persalinan, peneliti memberikan intervensi teknik bersalin kepada ibu bersalin yang secara signifikan dimana pada kelompok intervensi kemajuan persalinan lebih cepat daripada kelompok kontrol. Karena itu peneliti merasa
intervensi perlu diberikan kepada ibu bersalin untuk
dapat mempercepat kemajuan persalinan. Beberapa penelitian yang melakukan intervensi kepada kelompok intervesi dan tidak melakukan intervensi kapada kelompok kontrol untuk melihat
pengaruh dalam mempercepat kemajuan persalinan.
Penelitian (AGMA, 2019) tentang pengaruh pelaksanaan pelvic
rocking dengan birth ball terhadap kemajuan
persalinan di Klinik Pratama Tanjung Deli Tua menggunakan teknik pelvic rocking
dengan birth
ball yaitu cara menambah ukuran rongga pelvis dengan menggoyang panggul di atas bola yang sangat efektif membantu merespon rasa sakit dan mengurangi lama persalinan kala I fase aktif. Kemajuan persalinan untuk status birth ball dilakukan
memiliki ratarata sebesar 143 menit dengan simpangan baku sebesar 49,63 sedangkan pada status birth ball tidak
dilakukan memiliki
rata-rata kemajuan persalinan
sebesar 281 menit dengan simpangan baku sebesar 81,27 dimana ratarata kemajuan persalinan untuk status birth ball dilakukan
dan tidak dilakukan adalah berbeda (two-tailed) dan lebih cepat sebesar
138,2 menit dibandingkan
status birth ball tidak
dilakukan dengan nilai p- value sebesar 0,00001
< 0,05. Kesimpulannya terdapat
pengaruh yang bermakna antara pelaksanaan pelvic rocking dengan
birth ball terhadap
kemajuan persalinan (AGMA, 2019).
Penelitian (Astuti & Noviyanti, 2015)
tentang Pengaruh
Hypnobirthing Terhadap Tingkat Nyeri Dan Kemajuan Persalinan Pada Ibu Bersalin Di Bpm Kota Cimahi, digunakan teknik hypnobirthing dimana ibu hamil
diajarkan untuk menenangkan pikiran dengan cara fokus
dan diikuti dengan self-hypnosis dengan
kalimat afirmasi dan sugesti untuk mencapai
kelahiran yang sehat, nyaman dan lancar. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai p tingkat nyeri adalah 0.001, yang artinya bahwa terdapat
pengaruh hypnobirthing yang signifikan
terhadap penurunan intensitas nyeri dan 0.038, yang artinya bahwa terdapat
pengaruh hypnobirthing yang signifikan
terhadap kemajuan persalinan. Kesimpulan menunjukkan
ada pengaruh hypnobirthing terhadap intensitas nyeri dan kemajuan persalinan (Astuti & Noviyanti, 2015).
Pijatan mempunyai tingkat efektivitas yang cukup tinggi dalam
menurunkan nyeri persalinan. pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang
merupakan pereda rasa sakit alami. Selain
itu teknik pijatan mampu mengendurkan
ketegangan dan membantu menurunkan emosi dengan merelaksasi dan menenangkan saraf, serta membantu menurunkan tekanan darah. Banyak bagian tubuh ibu bersalin
dapat dipijat, yaitu pada bagian kaki, punggung, bahu, tangan, belakang sarkum.� Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan tingkat intensitas nyeri pada kelompok kontrol pada pre test dan post test menunjukkan p = 0,051> 0,05 yang berarti
tidak terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol. Sedangkan perbandingan intensitas nyeri pada kelompok yang mendapatkan kombinasi teknik relaksasi dan pijatan pre test dan post test diperoleh hasil p = 0,001 <
0,05 yang berarti terdapat perbedaan yaitu adanya penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian kombinasi teknik relaksasi dan pijatan terhadap lama waktu persalinan dengan indikator pembukaan serviks (p = 0,000). Penerapan kombinasi teknik relaksasi dan pijatan dapat digunakan
sebagai bagian integral dalam memberikan asuhan dasar pertolongan
persalinan untuk membantu ibu mengurangi
nyeri persalinan dan mempercepat proses persalinan.
2)
�Pengaruh teknik rebozo terhadap lama persalinan kala I post ekperimen
dan post control
Untuk melihat apakah ada pengaruh
terapi rebozo terhadap lama
persalinan kala I fase aktif antara kelompok
intervensi yang mendapatkan
perlakuan rebozo dan kelompok
kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan, dilakukan dengan menggunakan uji Independent sample
test, yang dapat dilohat
pada tabel 5.9 dibawah ini:
Tabel 5
Perbedaan Lama Persalinan Kala
I Fase Aktif Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n=28)
Teknik Rebozo |
|
Lama Kala Fase Aktif |
Korelasi |
Sig |
Sig. 2 tailed |
||||
|
Mean |
N |
SD |
SE Mean |
|||||
Post Test Intervensi |
7,43 |
14 |
1,342 |
0,359 |
26 |
0,000 |
0,000 |
||
Post test Kontrol |
4.00 |
14 |
0,000 |
0,000 |
|
|
|
||
Berdasarkah hasil olah data uji independent sampel
t test, nilai rata-rata lama persalinan
kala I untuk ibu yang mendapat perlakuan teknik rebozo didapatkan sebesar 7,43 dan untuk ibu yang tidak dilakukan teknik rebozo sebesar 4. Nilai
mean rank intervensi teknik
rebozo (7,43) > kontrol (4.,00) yang berarti bahwa teknik
rebozo lebih efektif terhadap percepatan persalinan kala I fase aktif. Ini berarti dapat disimpulkan bahwa ibu yang menggunakan teknik rebozo ternyata lama persalinannya lebih cepat.
Uji hipotesis
3
Ho: Tidak
ada perbedaan lama persalinan kala I fase
aktif pada ibu primigravida
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Ha: Ada perbedaan lama persalinan kala I fase
aktif pada ibu primigravida
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Ho diterima bila α > 0,05
Ha diterima bila α < 0,05
Berdasarkan hasil
uji analisis terlihat nilai Sig. (2-tailed)
= 0,00 (α < 0,05), artinya Ha diterima, dan Ho ditolak, nilai mean rank intervensi (7,43) > kontrol (4.,00) yang
menunjukkan ada perbedaan rata-rata lama persalinan
kala I fase aktif setelah perlakuan teknik rebozo pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol, maka dapat disimpulkan
teknik rebozo efektif untuk mempercepat lama persalinan kala I fase aktif. Dalam penelitian
ini lama persalinan dinilai dalam 3 kategori yaitu Kontraksi uterus, pembukaan serviks, dan lama kala I fase aktif.
Sesudah 36 minggu kontraksi
uterus akan meningkat hingga persalinan mulai. Kontraksi uterus lebih kuat setiap
sepuluh menit dan serviks membuka 2 cm. Kontraksi uterus yang sempurna mempunyai kejang otot paling tinggi di fundus
uteri yang lapisan ototnya
paling tebal dan puncak kontraksi terjadi simultan diseluruh bagian uterus.� Sesudah tiap his, otot-otot corpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya (retraksi), sementara serviks yang sedikit mengandung otot tertarik keatas
dan terbuka, membuat pembukaan menjadi lebih cepat. Pada Kala persalinan frekuensi kontraksi menjadi 2 sampai 4 kontraksi tiap 10 menit, dengan lama yang meningkat dari 20 detik pada permulaan partus sampai 60-90 detik pada akhir kala I atau permulaan kala II.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilaksanakan
(Munafiah et al., 2020)
di Praktek Mandiri Bidan Semarang tentang manfaat teknik rebozo terhadap kemajuan persalinan , dengan menggunakan uji Mann -Whitney Test yang menyatakan
ada perbedaan efektifitas intervensi dan kontrol terhadap pembukaan serviks ibu bersalin kala I fase aktif dengan
p value 0,028. Nilai mean rank intervensi teknik rebozo 13,30 lebih besar dari nilai
kontrol yaitu 7,70 yang berarti bahwa teknik
rebozo lebih efektif terhadap pembukaan serviks ibu bersalin
kala I fase aktif (Munafiah et al., 2020).
Nyeri pada persalinan merupakan proses yang fisiologis. Nyeri yang dirasakan saat bersalin merupakan indikator sedang terjadinya pembukaan dan dilatasi pada serviks. Nyeri yang tidak bisa diatasi oleh ibu bersalin dapat mempengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, frustasi, putus asa dan menimbulkan stress. Sebaliknya stress dapat menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat pada persalinan yang lama. Apabila hal ini tidak cepat teratasi maka dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi. Penyulit bagi ibu adalah persalinan lama, kecemasan, ketidaknyamanan dan bagi bayi bisa mengakibatkan hipoksia.
Bidan homebirth AS, Gail Tully menunjukkan bahwa ketegangan di dalam ligamen pelvis dapat berdampak pada ruang yang harus ditempuh bayi di dalam rahim, teknik
tersebut adalah Shifting
yang dilakukan dalam rebozo
dengan meminta ibu dalam posisi
merangkak, atau meletakkan tubuhnya sambal memeluk birthball atau berdiri sambal memegang kursi. Ketika merasakan kontraksi, pendamping persalinan akan menarik kain dan menggoyang-goyangkan bagian perut ibu secara
lembut seperti gerak mengayak. Gerakan ini dapat mengurangi
nyeri kala I karena adanya relaksasi diperut bagian bawah dan membuat ini merasa lebih
nyaman. Lilitan yang tepat
akan membuat ibu merasa dipeluk
dan memicu keluarnya hormon oksitosin atau hormon senang
supaya persalinan ibu lebih lancar,
sehingga dapat mempercepat persalinan kala I.
Teknik rebozo berikutnya adalah teknik shake the apple
tree, lebih cenderung ke ligament otot panggul sehingga dapat mengurangi rasa sakit di pinggang. Teknik ini dilakukan dengan
mengerakkan pelan-pelan
bagian bokong ibu sesuai kenyamanan
menggunakan selendang dan kedua tangan menopang
pada Bola gym atau dapat menggunakan kursi sof� dilapisi bantal.� Lamaze dalam Bobak menyatakan bahwa 85-90% persalinan berlangsung dengan nyeri, dan hanya 10-15% persalinan yang berlangsung tanpa rasa nyeri.
Menurut Diana (2018) dalam artikel Rebozo Technique: Membantu Persalinan Lebih Nyaman dengan Kain Jarik, untuk mendapatkan persalinan yang nyaman dilakukan teknik Rebozo dimana pasangan akan melilitkan kain jarik di bagian perut ibu ketika ibu mulai merasakan kontraksi, pendamping persalinan akan menarik kain dan menggoyang-goyangkan kain bagian perut ibu secara lembut. Lilitan yang tepat akan membuat si ibu merasa seperti dipeluk dan memicu keluarnya hormone oksitosin yang bisa membuat proses persalinan lebih lancer. Tidak hanya sebatas kenyamanan saat persalinan, Rebozo juga membantu memberikan ruang pelvis yang lebih luas untuk ibu sehingga bayi lebih mudah menuruni panggul dan proses persalinan menjadi lebih cepat (Diana, 2018).
Kesimpulan
Karakteristik ibu
bersalin primigravida pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol semuanya pada usia reproduksi yaitu 20-35 tahun, umumnya pendidikan SMA yaitu 57,4% pada kelompok intervensi dan 85,8% pada kelompok
kontrol. Jenis pekerjaan umumnya PNS 57,4% pada kelompok intervensi dan 71,4%
pada kelompok kontrol. Semua persalinan didampingi oleh suami.
Teknik rebozo sangat efektif untuk mempercepat lama persalinan kala I fase aktif yang diperoleh dengan menggunakan uji
independent t test nilai α = 0,00 (< 0,05), nilai mean rank menunujukkan ada perbedaan rata-rata lama persalinan kala I fase aktif kelompok intervensi (7,43) > kelompok kontrol (4.,00)
Agma, Annisa A. L. Faiq. (2019). Pengaruh
Pelaksanaan Pelvic Rocking Dengan Birth Ball Terhadap Kemajuan Persalinan Di
Klinik Pratama Tanjung Deli Tua Tahun 2018. Google Scholar
Arikunto, Suharsimi. (2010). Metode Peneltian.
Jakarta: Rineka Cipta. Google Scholar
Astuti, Indria, & Noviyanti, Noviyanti.
(2015). Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Tingkat Nyeri Dan Kemajuan Persalinan
Pada Ibu Bersalin Di Bpm Kota Cimahi. SEAJOM: The Southeast Asia Journal Of Midwifery,
1(1), 43�47. Google Scholar
Cahyati, Yanti, Nurachmah, Elly, & Hastono,
Sutanto Priyo. (2013). Perbandingan Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese
Melalui Latihan ROM Unilateral Dan Bilateral. Jurnal Keperawatan Indonesia,
16(1), 40�46. Google Scholar
Cunningham, F., Leveno, Kenneth, Bloom, Steven,
Spong, Catherine Y., & Dashe, Jodi. (2014). Williams Obstetrics, 24e.
Mcgraw-Hill New York, NY, USA. Google Scholar
Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian
Kebidanan Dan Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Google Scholar
Munafiah, Durrotun, Astuti, Lestari Puji, Parada,
Mike Mitrasari, & Demu, Maria Rosa Mictica. (2020). Manfaat Teknik Rebozo
Terhadap Kemajuan Persalinan. Midwifery Care Journal, 1(3),
23�27. Google Scholar
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Google Scholar
Riskesdas, L. (2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Google Scholar
Rukiah, Yeyeh. (2009). Et All. 2009. Asuhan
Kebidanan I (Kehamilan). Google Scholar
Simbolon, Ganda Agustina Hartati, Siburian,
Urhuhe Dena, & SKM, M. Kes. (2021). Menguji Efektifitas Teknik Rebozo
Dalam Persalinan. Media Sains Indonesia. Google Scholar
Copyright holder: Eko Prasetyo,
Ivan Anindito Arista, Rudi Hermawan,
Erlanda Pane (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |