Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
p-ISSN: 2548-1398
Vol.
6, Spesial Issue No.
1, November 2021
ANALISIS KOMPARATIF DITINJAU
DARI PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA TERNAK ITIK PEDAGING DAN PETELUR DI
KECAMATAN SUMPIUH
Indra Sugiharto, Nunung Noor
Hidayat, Sri Mastuti
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Email:� [email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2015. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui tingkat pendapatan dan efisiensi itik pedaging dan petelur, serta mengkaji faktor jumlah ternak, pakan ternak, pendidikan, curahan kerja, lama beternak dan pola pemeliharaan terhadap pendapatan dan efisiensi usaha ternak pedaging dan petelur di Kecamatan Sumpiuh. Metode pengambilan sampel yaitu metode survey dengan metode penetapan sampel kecamatan menggunakan purposive sampling dengan lokasi Kecamatan Sumpiuh ditentukan karena salah satu penghasil itik di Banyumas, sedangkan metode penetapan peternak menggunakan metode stritifed random sampling. Sampel dibagi menjadi dua strata yaitu itik pedaging dan itik petelur masing-masing strata diambil 30% dan minimal 30 responden. Itik pedaging jumlah sampelnya kurang dari 30, maka dibulatkan menjadi 30 responden. Jumlah responden itik pedaging sebesar 30 responden, sedangkan petelur berjumlah 49 responden. Data dianalisis menggunakan student t test dan analaisis multiple regresi. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan signifikan antara itik pedaging dan petelur pada variabel pendapatan dengan nilai signifikasi pendapatan sebesar 0,002 dan efisiensi sebesar 0,300. Terdapat perbedaan tersebut dikarenakan variabel pendapatan hasil ujinya kurang dari 0,05. Analisis regresi terhadap pendapatan mendapatkan hasil bahwa f signifikan sebsar 0,000000002 yang berarti bahwa jumlah ternak, pakan ternak, curahan kerja, pendidikan, lama berternak dan variabel dummy pola pemeliharan secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan dengan tingkat signifikasi 99% (p<0,01). Analisis regresi terhadap efisiensi mendapatkan hasil bahwa f signifikan sebesar 0,000 yang berarti bahwa jumlah ternak, pakan ternak, curahan kerja, pendidikan, lama berternak dan variabel dummy pola pemeliharan secara bersama-sama berpengaruh terhadap efisiensi.
Kata Kunci: itik pedaging; itik petelur; pendapatan; efisiensi; analisis komparatif
Abstract
The duck business is a
poultry business that is developing. Ducks have a good potential as a producer
of eggs and duck meat. This research aims to determine the level of revenue and
business efficiency of duck broiler and laying duck business in Sumpiuh District. The method of sample determination used
stratified random sampling. The sample were divided into two strata namely
broiler ducks and laying ducks, each stratum taken 30 per cent and minimum
consist of 30 respondents. Based on the calculation of the researcher from Banyumas BPS data, the number of samples of broiler duck
breeder was 30 people, and 49 people of laying duck breeder. The result of the
analysis of this research showed that the business of laying and broiler ducks
in Sumpiuh District were profitable and efficient. In
addition, the time of breeding became the factors that affected the efficiency
and revenues.
Keywords: revenue, efficiency, broiler ducks, laying
ducks
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Ternak itik mempunyai
kelebihan diantaranya adalah memiliki daya tahan terhadap penyakit, harga
daging dan olahan itik memiliki nilai ekonomis yang tinggi, itik juga mudah
beradaptasi dan tidak cepat stres dengan perubahan lingkungan. Kecamatan
Sumpiuh memiliki banyak sektor usaha rumah tangga yang menunjang perekonomian
masyarakatnya, salah satunya yaitu sektor usaha peternakan unggas. Usaha
peternakan itik menjadi pilihan sebagian besar peternak di Kecamatan Sumpiuh
karena di Kecamatan Sumpiuh banyak terdapat area persawahan sebagai tempat itik
untuk diumbar dan mencari sumber makanan dari sawah yang baru dipanen. Menurut
data BPS Banyumas tahun 2013, Kecamatan Sumpiuh memiliki populasi ternak itik
sebesar 13.982 ekor dan termasuk salah satu kecamatan terbesar penghasil
ternak� itik di Kabupten Banyumas.
Pemeliharaan itik pedaging dan
itik petelur mempunyai beberapa perbedaan antara lain dalam perawatan dan
pemberian pakan. Itik petelur diberikan pakan yang mengandung mineral dengan
porsi yang lebih banyak dibanding itik pedaging. Selain itu, sarana produksi
pada usaha itik petelur berbeda dengan pedaging, usaha itik petelur membutuhkan
tempat bertelur dan tempat telur (egg tray) untuk mengangkut telur,
sedangkan� itik pedaging tidak memerlukan
egg tray. Dilihat dari segi harga input produksi pakan juga berbeda, itik
petelur membutuhkan pakan dengan kandungan kalsium lebih tinggi dibanding itik
pedaging, sehingga terjadi perbedaan pengeluaran untuk pembelian pakan.
Keberhasilan usaha dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh oleh
peternak dengan efisiensi ekonomi yang tinggi. Keberhasilan tersebut juga tidak
lepas dari faktor-faktor penunjang yang seharusnya mendapat perhatian penuh.
Faktor-faktor tersebut antara lain pakan, jumlah ternak yang dipelihara,
pendidikan peternak dan lama beternak. Pendapatan adalah selisih antara
penerimaan dan biaya produksi, sedangkan efisiensi merupakan perbandingan
antara total penerimaan dengan total biaya. Pendapatan dan efisiensi sangat
penting untuk ukuran usaha ternak itik dikatakan berhasil atau tidak.
Metode Penelitian
Penelitian
dilakukan di Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas. Sasaran penelitian ini
adalah peternak itik pedaging dan itik petelur dan usahanya di Kecamatan
Sumpiuh. Metode penetapan sampel kecamatan dengan metode purposive sampling,
terpilih Kecamatan Sumpiuh karena daerah ini merupakan sentra penghasil itik di
Kabupaten Banyumas. Sedangkan metode penetapan sampel peternak menggunakan
stratified random sampling. Sampel dibagi menjadi dua strata yaitu itik
pedaging dan itik petelur masing-masing strata diambil 30 persen dan minimal 30
responden. Pada itik pedaging karena jumlah sampel kurang dari 30, maka
dibulatkan menjadi 30 responden. Berdasarkan data BPS Banyumas yang kemudian
dilakukan perhitungan, diperoleh jumlah sampel peternak pedaging yaitu 30
sedangkan peternak petelur 49 orang.
Hasil dan Pembahasan
1.
Usia, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman Peternak
Itik
Tabel 1
Karakteristik (Usia, Tingkat
Pendidikan, dan Pengalaman) Peternak Itik
No. |
Pengamatan |
Itik Pedaging |
Itik Petelur |
||
|
|
Jumlah Responden |
(%) |
Jumlah Responden |
(%) |
1. |
Usia (Tahun) 15-30 30-40 41-60 >60 |
0 3 20 7 |
0.00 10,00 66,66 23,30 |
1 7 35 6 |
2,04 14,28 71,44 12,24 |
2. |
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA PT |
18 11 1 0 |
60,00 36,60 3,30 0,00 |
35 12 2 0 |
71,40 24,40 4,20 0.00 |
3. |
Pengalaman Beternak <5 tahun 5-10 tahun >10 tahun |
11 16 3 0 |
36,70 53,40 9,90 0,00 |
7 38 3 0 |
14,20 79,80 6,00 0,00 |
Sumber:
Data Primer yang Diolah, 2015
Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden berumur antara 41�60 tahun yaitu peternak
itik pedaging sebanyak 66,66% dan peternak itik petelur sebanyak
71,44%, hal ini berarti bahwa rata-rata peternak itik pedaging
dan petelur di Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas, masih berada pada kelompok usia produktif untuk melakukan pekerjaan atau menjalankan usahanya. Jumlah peternak itik pedaging yang menjadi responden pada usia dibawah 30 tahun tidak ada,
sedangkan pada responden peternak itik petelur
hanya 2,04%. Dapat disimpulkan bahwa profesi sebagai peternak itik kurang
populer di kalangan anak muda di Kecamatan
Sumpiuh.
Penelitian yang telah dilaksanakan yang tertera pada Tabel 1. memperoleh hasil bahwa pendidikan responden peternak itik di Kecamatan Sumpiuh kebanyakan adalah lulusan SD baik peternak itik
pedaging maupun petelur, hal ini
menandakan bahwa mayoritas peternak berpendidikan rendah karena mereka masih
beranggapan bahwa usaha peternakan tidak perlu adanya
pendidikan yang tinggi.
Pengalaman beternak merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh seseorang peternak dalam meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya dalam usaha itik sistem
pemeliharaan nomaden. Tabel 1, dapat dilihat bahwa sebagian
besar responden mempunyai pengalaman beternak yaitu 5�10 tahun sebanyak 53,4% pada peternak itik pedaging
dan 79,8% pada peternak itik
petelur, hal ini dapat diketahui
bahwa usaha itik petelur sistem
pemeliharaan nomaden sudah lama dilakukan oleh peternak.
2.
Jumlah
Ternak, Curahan Kerja dan Pakan Ternak
Tabel 2
Jumlah Kepemilikan Itik per Tahun Responden Peternak Itik Pedaging dan Petelur di Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas
No. |
Kepemilikan
Itik (ST) |
Petelur |
Pedaging |
||
Jumlah
Responden |
(%) |
Jumlah
Responden |
(%) |
||
1. 2. 3. 4. |
0,01-5 5,01-10 10,01-20 >20 |
48 1 0 0 |
97,96 2,04 0,00 0,00 |
14 8 5 3 |
46,66 26,67 16,67 10,0 |
Jumlah Responden |
49 |
100,00 |
30 |
100,00 |
|
Rataan |
|
|
|
|
Sumber: Data
Primer yang Diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa jumlah kepemilikan
itik pedaging dan petelur yang dimiliki oleh responden peternak itik sangat beragam dan peternak dengan jumlah kepemilikan 1-500 paling banyak ditemui saat melakukan penelitian yaitu peternak itik pedaging
sebanyak 14 orang (46,66%) dan peternak
itik petelur sebanyak 48 orang (97,96%). Kepemilikan
ternak tersebut akan berpengaruh dengan jumlah penerimaan
yang akan didapatkan, karena semakin banyak ternak yang dipelihara maka akan semakin besar
pula penerimaan yang akan didapatkan oleh peternak (Ramadhan S, 2012).
�
Tabel 3
Rataan Pembagian Curahan Kerja Usaha Ternak Itik Petelur
No. |
Pembagian
Curahan Kerja |
JKSP / Tahun |
Persentase
(%) |
1. 2. 3. |
Penggembalaan Pemberian Pakan Pembersihan Kandang |
2.169,52 867,80 433,90 |
62,50 25,00 12,50 |
Jumlah |
3.471,22 |
100,00 |
Sumber: Data
primer yang diolah 2015
Tabel 4
Rataan Pembagian Curahan Kerja Usaha Ternak Itik Pedaging
No. |
Pembagian
Curahan Kerja |
JKSP / Tahun |
Persentase
(%) |
1. 2. 3. |
Penggembalaan Pemberian Pakan Pembersihan Kandang |
2.174,79 869,91 434,96 |
63,00 25,00 12,00 |
Jumlah |
3479,66 |
100,00 |
Sumber: Data
primer yang diolah 2015
Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 diatas dapat disimpulkan
bahwa rata rata curahan kerja usaha
ternak itik pedaging lebih banyak daripada curahan kerja usaha
ternak itik petelur. Itik pedaging
lebih banyak curahan kerjanya karena dapat dilihat
dari jumlah kepemilikan pada itik pedaging lebih bervariasi merata sampai lebih dari
2000 ekor, dengan jumlah kepemilikan semakin banyak, maka waktu yang dibutukan untuk usaha pemeliharaan semakin banyak.
Perbedaan umur pemeliharaan dan jenis antara itik
pedaging dan itik pedaging dan petelur mengakibatkan biaya pakan juga berbeda. Peternak itik pedaging
memelihara itik pedaging semenjak DOD sampai panen, sedangkan
itik petelur ada yang dipelihara sejak DOD dan ada pula yang dipelihara oleh peternak itik petelur Sumpiuh
yang sudah memasuki masa
layer atau masa bertelur. Perbedaan umur itik yang dipelihara tersebut menyebabkan perbedaan kebutuhan pakan itik dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kebutuhan konsumsi pakan itik juga biaya yang dikeluarkan peternak.
3.
Penerimaan
Penerimaan peternak itik pedaging
meliputi penjualan itik sebagai penghasil
daging dan penjualan kotoran itik untuk
pupuk, tetapi kotoran itik oleh peternak di kecamatan sumpiuh kebanyakan kurang dimanfaatkan dengan baik dan tidak dijual, kotoran
itik tersebut biasanya langsung digunakan untuk pupuk atau bahkan
hanya dibuang menjadi barang yang tidak memiliki daya jual. Harga panen itik pedaging
Rp.37.000,-/kg. Penerimaan itik petelur meliputi
penjualan telur dan penjualan itik afkir. Harga penjualan telur itik Rp.1000,-/butir, harga telur
setelah diolah menjadi telur asin
Rp.2500,-/butir dan harga penjualan itik petelur afkir Rp.38.000,-/ekor. Produksi telur itik rata-rata 195 butir/ekor/tahun.
Bedasarkan hasil analisis penerimaan peternak itik petelur
adalah Rp. 43.237.397,96 sedangkan
peternak itik pedaging sebesar Rp.
52.689.166,67. Perbedaan penerimaan
disebabkan oleh perbedaan
lama pemeliharaan antara itik pedaging dan petelur. Itik pedaging
hanya mebutuhkan lama pemeliharaan antara 35-40 hari lalu dipanen
sehingga dalam waktu satu tahun
peternak memelihara ternak sampai tiga
kali periode. Sedangkan itik petelur membutuhkan
lama pemeliharaan kurang lebih satu tahun
sampai afkir.
4.
Biaya
Produksi
Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan
pengeluaran yang tidak terpengaruh dengan skala usaha, untuk
itik pedaging biaya tersebut terdiri atas penyusutan
(bangunan, dan peralatan), sewa lahan, biaya
tenaga kerja tetap serta pajak
bumi dan bangunan, sedangkan untuk itik petelur terdiri
dari penyusutan (induk itik, bangunan,
dan peralatan), sewa lahan, biaya tenaga
kerja tetap serta pajak bumi
dan bangunan. b) Biaya variabel merupakan pengeluaran yang dikeluarkan terkait dengan perubahan skala usaha. Biaya untuk
itik pedaging meliputi pembelian DOD, pakan, obat � obatan,
vitamin, transportasi serta
biaya operasional lainnya, sedangkan dalam pemeliharan itik petelur tanpa
pembelian DOD.�
Perbedaan penggunaan
masukan-masukan produksi
pada usaha ternak itik pedaging dan petelur secara keseluruhan mempengaruhi jumlah biaya yang dikeluarkan oleh peternak itik tersebut. Perbedaan biaya berdasarkan hasil penelitian adalah harga bibit, sarana
produksi, biaya pemasaran dan pakan.
5.
Pendapatan
(Income)
Pendapatan itik petelur sebesar
Rp.4.134.869,51 sedangkan untuk
pedaging sebesar
Rp.12.438.516,50. Perbedaan pendapatan
usaha ternak itik pedaging dan petelur tersebut dipengaruhi oleh selisih besarnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan antara itik pedaging
dan petelur.
6.
Efisiensi
Efisiensi yang ditunjukkan dari nilai perbandingan peneriamaan dan biaya (R/C
Ratio). Berdasrkan hasil analisis pada Tabel 12 menunjukan bahwa nilai R/C untuk itik petelur lebih
dari satu yaitu sebesar 1,11, berarti bahwa setiap
biaya (C) yang dikeluarkan
Rp. 1,00 akan menghasilkan penerimaan (R) sebesar Rp.
1,10.� Sedang untuk
itik pedaging nilai R/C sebesar 1,24, berarti bahwa setiap
biaya (C) yang dikeluarkan Rp.
1,00 akan menghasilkan penerimaan (R) sebesar Rp. 1,24.
Jadi berdasarkan hasil analisis R/C tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua usaha
itik petelur maupun pedaging telah berjalan efisien karena nilai R/C lebih besar satu.� Pendapat (Soekartawi, 2003)
menyatakan bahwa semakin besar R/C ratio maka semakin besar
pula keuntungan yang diperoleh
petani peternak dari kedua pola
pemeliharaan tersebut mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efisien.
Rata-rata
penerimaan, biaya produksi, pendapatan dan efisiensi ternak itik pedaging dan petelur di Kecamatan Sumpiuh selengkapnya dapat ditujukan pada�� Tabel 5 berikut:
Tabel 5
Rata-Rata Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan dan Efisiensi Ternak Itik Pedaging
dan Petelur Di Kecamatan Sumpiuh
No |
Nama Komponen |
Petelur/Tahun |
Pedaging/Tahun |
A |
Penerimaan 3.1.1.1.
Penjualan
Produk Ternak 3.1.1.2.
Produk
Samping Total Penerimaan
(R) |
38.481.284,19 4.756.113,77 43.237.397,96 |
47.947.141,67 4.742.025,00 52.689.166,67 |
B |
Biaya
Tetap 1.
Penyusutan
Kandang & Alat 2.
Sewa
Lahan 3.
Sewa
Bangunan 4.
Pajak
Tanah 5.
Tenaga Kerja Tetap 6.
Bunga Modal Total Biaya Tetap |
4.105.765,49 586.537,93 1.524.998,61 1.212.178,38 8.798.068,90 547.435,40 16.774.984,71 |
4.226.318,27 603.759,75 1.569.775,36 1.247.770,15 9.056.396,29 563.509,10 17.267.528,92 |
C |
Biaya
Variabel 1.
Pembelian
DOD 2.
Pakan 3.
Obat-Obatan 4.
Vaksin 5.
Penerangan 6.
Transportasi 7.
Pemasaran Total Biaya Variabel. |
7.820.505,69 10.948.707,97 977.563,21 195.512,64 234.615,17 977.563,21 1.173.075,85 22.327.543,74 |
8.050.130,03 11.270.182,05 1.006.266,25 201.253,25 241.503,90 1.006.266,25 1.207.519,50 22.983.121,25 |
|
Total Biaya (C) Total Pendapatan (R-C) Efisiensi
R/C |
39.102.528,45 4.134.869,51 1,11 |
40.250.650,17 12.438.516,50 1,24 |
Sumber: Data
Primer yang Diolah, 2015.
7.
Analisis
Perbedaan Menggunakan
Student T Test
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan pendapatan dan efisiensi antara usaha ternak
itik pedaging dan petelur di Kecamatan Sumpiuh. Pengujian statistik uji independen T Tes digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan pada kedua hal tersebut.
Hasil uji Student T Test dapat dilihat
di Tabel 6.
Tabel 6
Hasil Student T Test
No. |
Variabel |
Signifikan |
1 |
Pendapatan |
0,002 |
2 |
Efisiensi |
0,300 |
Sumber: Data
Primer yang Diolah, 2015
Hasil
dari Tabel 6 menunjukan bahwa nilai signifikasi pendapatan sebesar 0,002 dan efisiensi sebesar 0,300. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan siknifikan antara itik pedaging
dan petelur pada variabel pendapatan karena hasil ujinya <0,05. Sedangkan pada variabel efisiensi tidak terdapat perbedaan yang signifikan, karena hasilnya >0,05.
Pendapatan yang berbeda antara itik pedaging dan petelur yang dibuktikan pada hasil penelitian ini dapat diakibatkan
karena penerimaan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan antara itik pedaging dan petelur berbeda. Penerimaan itik pedaging meliputi penjualan itik sebagai itik pedaging
dan sebagian peternak ada yang menjual kotoran untuk pupuk,
sedangkan penerimaan itik petelur berasal
dari penjualan telur itik, kotoran
dan sebagian telur itik ada yang dijual
dalam bentuk telur asin. Biaya
untuk input produksi juga berbeda antara itik petelur dan itik pedaging. Hal tersebut sangat berakibat berbedanya nilai pendapatan masing-masing tergantung
jenis ternak yang dipelihara.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh secara signifikan pada efisiensi itik pedaging dan petelur. Peneliti menyimpulkan bahwa hal tersebut dikarenakan
sebagian besar pola pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak itik pedaging dan petelur di Kecamatan sumpiuh dilaksanakan dengan cara tradisional.
Cara pemeliharaan secara tradisional berakibat pada sedikitnya hasil yang didapatkan oleh peternak, baik itik pedaging
maupun itik petelur.
8.
Pengaruh
Faktor Jumlah Ternak, Pakan Ternak,
Curahan Kerja, Pendidikan Peternak, dan Lama Beternak
Antara Itik Petelur dan Pedaging Terhadap Pendapatan
Analisis multiple regresi yang telah transformasikan kedalam bentuk logaritma dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama�sama terhadap variabel
terikat. Faktor - faktor yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan peternak tersebut adalah jumlah ternak Pakan
Ternak, Curahan Kerja, Pendidikan Peternak, dan
Lama Beternak Antara Itik Petelur dan Pedaging Terhadap Pendapatan. Hasil analisis regresi linear berganda jumlah ternak, pakan ternak,
curahan kerja, pendidikan peternak, dan lama beternak antara itik petelur dan pedaging terhadap pendapatan terhadap pendapatan usaha ternak itik petelur
dan pedaging dapat di lihat pada Tabel 7.
Tabel 7
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Pendapatan
No |
Variabel |
Koefisien (bi) |
Signifikan |
1 |
Jumlah Ternak
(X1) |
0,048700037 |
0,639593039 |
2 |
Pakan (X2) |
0,968556594 |
0,000001*** |
3 |
Curahan Kerja
(X3) |
0,168054734 |
0,605113483 |
4 |
Pendidikan (X4) |
-0,229620233 |
��������
0,579736107 |
5 6 |
Lama Ternak (X5) Variabel
Dummy pola pemeliharaan
(D) |
0,583563639 -1,266798185 |
��������
0,0136857** �0,0005157*** |
|
Konstanta |
1,766123278 |
Keterangan: ***: nyata 99% **: nyata 95% |
|
R2 |
0,801868027 |
|
|
F signifikan |
0,000000002*** |
Sumber:
Data Primer yang Diolah Menggunakan
Microsoft Excel, 2015
Berdasarkan Tabel 7 hasil analisis diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:�
Analisis Regresi Linear berganda pada Tabel 7 menunjukkan bahwa persamaan garis dapat digunakan untuk mengestimasi pendapatan dari variabel-variabel yang diambil dalam model tersebut. Koefisien determinasi R2 = 0,801868027 menunjukkan bahwa 80,19 persen variasi variabel terikat dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel bebas dan sisanya sebesar 19,81 persen merupakan variabel lain yang tidak dimasukan dalam model.
Signifikasi variabel independent (bebas) secara bersama terhadap variabel dependent (terikat) dihitung menggunakan uji F. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mendapatkan hasil bahwa F signifikan adalah sebesar 0,000000002. Berarti bahwa variabel jumlah ternak, pakan ternak, curahan kerja, pendidikan peternak, lama beternak dan variabel dummy pola pemeliharaan secara bersama-sama ber pengaruh terhadap pendapatan dengan tingkat signifikan 99% (P<0,01).
Berdasarkan hasil analisis Tabel 7, secara parsial variabel jumlah ternak (
Secara parsial variabel pakan (
Variabel
curahan kerja (
Variabel
pendidikan (
Variabel
lama beternak (
Variabel
dummy pola pemeliharaan (D) dimasukkan dengan menetapkan nilai variabel dummy ternak itik petelur yaitu
0 dan ternak itik pedaging yaitu 1. Nilai koefisien variabel dummy pola pemeliharaan yaitu -1,266798185. Berdasarkan fungsi produksi multiple regresi, apabila peternak memelihara itik petelur maka
nilai koefisien (D) adalah 0 (nol), tetapi apabila memelihara itik pedaging maka nilai
koefisien (D) adalah 1 (satu), sehingga nilai koefisien sebesar -1,266798185 berarti bahwa pemeliharaan itik pedaging akan
mempengaruhi pendapatan dengan mengurangi 1,266798185 satuan dari hasil
analisis multiple
regresi pendapatan (
9.
Pengaruh Faktor Jumlah Ternak, Pakan Ternak,
Curahan Kerja, Pendidikan Peternak, dan Lama Beternak Antara Itik Petelur dan
Pedaging Terhadap Efisiensi
Analisis multiple regresi yang
telah transformasikan kedalam bentuk logaritma dapat digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas secara bersama�sama terhadap variabel terikat. Faktor -
faktor yang diduga berpengaruh terhadap efisiensi peternak tersebut adalah
jumlah ternak, pakan ternak, curahan kerja, pendidikan peternak, dan lama
beternak. Hasil analisis regresi linear berganda jumlah ternak, pakan ternak,
curahan kerja, pendidikan peternak, dan lama beternak terhadap efisiensi usaha
ternak itik petelur dan pedaging dapat di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap� Efisiensi
No. |
Variabel |
Koefisien (bi) |
Signifikan |
1 |
Jumlah Ternak (X1) |
0,002115442 |
0,864527862 |
2 |
Pakan (X2) |
0,011320572 |
0,208469561 |
3 |
Curahan Kerja (X3) |
0,012959599 |
0,738071647 |
4 |
Pendidikan (X4) |
-0,026833697 |
0,587493838 |
5 6 |
Lama Ternak
(X5) Tujuan Usaha (D) |
0,111666946 0,154622653 |
0,00012591*** 0,000390961*** |
|
Konstanta |
-0,109090945 |
Keterangan: ***: nyata
99% |
|
R2 |
0,413900803 |
|
|
F signifikan |
0,000000001 |
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan Microsoft
Excel, 2015.
Berdasarkan Tabel 8 hasil analisis diperoleh persamaan sebagai berikut:�
Analisis multiple regresi
pada Tabel 8 menunjukan bahwa persamaan garis dapat digunakan untuk mengestimasi efisiensi dari variabel-variabel yang diambil dalam model tersebut. Koefisien determinasi R2
= 0,413900803 menunjukkan bahwa
41,39 persen variasi variabel terikat dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel bebas dan sisanya sebesar 59,61 persen merupakan variabel lain yang tidak dimasukan dalam model.
Signifikasi variabel independent (bebas)
secara bersama terhadap variabel dependent (terikat)
dihitung menggunakan uji F.
Berdasarkan penghitungan
yang telah dilakukan mendapatkan hasil bahwa F hitung efisiensi adalah 8,474349 dengan tingkat signifikasinya 0,000 yang berarti
bahwa variabel jumlah ternak, pakan ternak, curahan
kerja, pendidikan peternak dan lama beternak mempunyai pengaruh terhadap variabel efisiensi.
Berdasarkan penghitungan statistik pada Tabel 8. secara parsial variabel jumlah ternak (
Secara parsial variabel pakan (
Variabel curahan kerja (
Berdasarkan penghitungan statistik pada Tabel 8, secara parsial variabel pendidikan (
Variabel lama beternak (
Variabel dummy yang
merupakan variabel pola pemeliharaan (D) dimasukkan dengan menetapkan nilai variabel dummy ternak itik petelur
yaitu 0 dan ternak itik pedaging yaitu
1. Nilai koefisien variabel
dummy pola pemeliharaan yaitu 0,154622653. Berdasarkan fungsi produksi multiple regresi, apabila peternak memelihara itik petelur maka
nilai koefisien (D) adalah 0 (nol), tetapi apabila memelihara itik pedaging maka nilai
koefisien (D) adalah 1 (satu), sehingga nilai koefisien sebesar 0,154622653 berarti bahwa pemeliharaan itik pedaging akan
mempengaruhi efisiensi dengan menambah 0,154622653 satuan dari hasil
analisis multiple
regresi efisiensi (
Kesimpulan
Usaha itik pedaging
di Kecamatan Sumpiuh, pendapatan dan efisiensinya lebih tinggi dari
usaha itik petelur. Pendapatan itik petelur dan pedaging dipengaruhi oleh pakan, lama berternak, pendidikan, curahan kerja dan jumlah ternak.
Heriyatno. (2009). Analisis Pendapatan dan Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Tingkat Peternak (Kasus Anggota
Koperasi Serba Usaha �Karya Nugraha� Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan
Provinsi Jawa Barat). Media peternakan. Fakultas Pertanian Institut Pert.
Nukra. (2005). Kontribusi Usaha
Pemeliharaan Ternak sapi potong Terhadap Total Penerimaan petani Peternak di
Desa Manuju Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Universitas Hassanudin
Makassar. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan.
Priyanto, M. D., & Yulistiani, D.
(2005). Karakteristik peternak domba/kambing dengan pemeliharaan
digembalakan/angon dan hubungannya dengan tingkat adopsi inovasi teknologi. Seminar
Nasional Teknologi Dan Veteriner. Bogor. Google Scholar
Ramadhan S, M. (2012). Kontribusi
Penerimaan Penjualan Limbah Kotoran Ternak Unggas Terhadap Penerimaan Total
Peternak Ayam Petelur di Kec. Kulo Kab Sidrap. Universitas Hasanuddin,
Makassar. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan.
Soekartawi. (2003). Prinsip Ekonomi
Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.
Sriyoto, Sriyoto, Winda, Harveny, &
Ketut, Sukiyono. (2009). Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi Pada Dua Tipologi
Lahan Yang Berbeda Di Propinsi Bengkulu Dan Faktor-Faktor Determinannya. Akta
Agrosia, (2), 155�163. Google Scholar
Tangendjaja, B., Matondang, R., &
Diment, J. A. (1992). Perbandingan Itik dan Ayam Petelur pada penggunaan dedak
dalam ransum dalam fase pertumbuhan. Majalah Ilmu Dan Peternakan, 2(4),
137�139. Google Scholar
Copyright holder: Indra Sugiharto, Nunung Noor Hidayat, Sri Mastuti (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |