�Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
�e-ISSN : 2548-1398
�Vol. 6, Spesial Issue No. 1, November 2021
PERAN PRICING CAPABILITY DALAM REVENUE MANAGEMENT
PRACTICE STUDI PADA HOTEL DI KAWASAN UBUD PADA MASA PANDEMI COVID 19
I Gusti Agung Gede Witarsana
Politeknik Pariwisata Bali
Email: [email protected]
Abstrak
Produk utama yang ditawarkan adalah penyediaan tempat beristirahat dengan memadukan berbagai layanan seperti makanan minuman dan layanan lainnnya yang memasukan unsur keramah tamahan. Salah satu jenis jasa
akomodasi yang kita kenal adalah hotel. penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan Pricing
Capability dalam Revenue Management Practice dan mengidentifikasi penerapan atau implementasi Pricing
Capability dalam Revenue Management Practice. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara.
Teknik dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif digunakan untuk mengupas data yang didapatkan kemudian dinarasi kedalam deskriptif sesuai indikator yang dijadikan referensi dalam literatur acuan. Hasil penelitian ini menunjukkan Proses Total Revenue Management menjadi salah satu solusi, total revenue management merupakan
proses upaya peningkatan pendapatan dengan mengalokasikan penjualan pada segala lini yang bisa menghasilkan pendapatan selain kamar. Penjualan produk food & beverage yang dikombinasikan
dengan produk hotel lainuya seperti kolam renang, spa, ataupun guest activity lainnya menjadi salah satu cara untuk menambah
pendapatan hotel di masa pandemic ini.
Banyak hotel yang membuat swimming package, halfday stay experience, spa package untuk
bisa meningkatkan pendapatan mereka.
Kata Kunci: Revenue
Management; produk; Pricing Capability
Abstract
The main product offered is
the provision of a place to rest by combining various services such as food
drinks and other services that include elements of hospitality. One type of
accommodation service that we know is the hotel. This research was conducted to
determine the role of Pricing Capability in Revenue Management Practice and
identify the implementation or implementation of Pricing Capability in revenue
management practice. The data collection method used in this study is
interviews. The technique in this study is descriptive analysis used to peel
the data obtained and then compiled into descriptive according to indicators
used as references in the reference literature. The results of this study show
the Total Revenue Management Process to be one solution, total revenue
management is a process of efforts to increase revenue by allocating sales on
all lines that can generate revenue other than rooms. The sale of food
&beverage products combined with other hotel products such as swimming pools,
spas, or other guest activities is one way to increase hotel revenue in this
pandemic period. Many hotels make swimming packages, halfday
stay experience, spa packages to be able to increase their revenue.
Keywords:
Revenue
Management; product; Pricing Capability
Pendahuluan
Sektor hospitaliti
memiliki peran penting dalam industri
pariwisata yang berperan dalam memberikan pengalaman bagi wisatawan (Holloway & Galvin, 2016).
Produk utama yang ditawarkan adalah penyediaan tempat beristirahat dengan memadukan berbagai layanan seperti makanan minuman dan layanan lainnnya yang memasukan unsur keramah tamahan. Salah satu jenis jasa
akomodasi yang kita kenal adalah hotel. Kata hotel berasal dari Bahasa Yunani, Hosteis yang berarti memberi tempat perlindungan pada pengunjung yang
memberi upah atau hadiah kepada
pemiliknya. Pengertian
hotel menurut SK Menparpostel
no.KM37/PW.340/MPPT-86 tentang peraturan
usaha dan pengelolaan hotel
menyebutkan bahwa hotel adalah suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan
sebagian atau seluruh bangunan yang menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa
penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.
Bali merupakan destinasi
wisata utama yang menjadi motor utama daya tarik kunjungan
wisatawan di Indonesia baik
mancanegara maupun nusantara. Menurut data (BPS, 2019) kunjungan wisman ke Bali sejumlah 6.275.210 wisatawan dan berkontribusi sejumlah 40% kunjungan wisman ke Indonesia. Rata-rata pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan ke Bali selama 5 tahun terakhir sejumlah 14% tiap tahunnya, hal ini
menunjukan bahwa Bali memiliki daya tarik
yang luar biasa dengan adanya geliat
pariwisata yang sangat baik
akan memberikan banyak peluang bisnis di dalam industri ini. Salah satunya adalah bisnis jasa akomodasi
yakni hotel atau sejenisnya.
Bali saat ini
memiliki total 78.801 kamar
hotel berbintang dan 78.767 kamar
hotel non bintang (BPS, 2019). Dengan total kamar sejumlah 157 ribu kamar menunjukan bahwa Bali memiliki potensi bisnis yang sangat baik namun tentunya
akan meningkatkan persaingan di dalam dunia usaha khususnya bisnis pariwisata. Untuk menyikapi hal ini pengusaha
dan perusahaan operator hotel melakukan
banyak pengembangan dan inovasi untuk bisa
menggaet permintaan yang di
dalam pasar. Melalui
strategi seperti strategi harga
untuk meningkatkan pendapatan.
Revenue Management yang berawal dengan konsep yield management
pada awal tahun 70an yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan dari kursi yang tersedia dalam industri penerbangan. Diadaptasi kemudian oleh industri lainnya seperti industri perhotelan. Literatur menunjukan bahwa penggunaan Revenue Management System merupakan
strategi kunci perusahaan jasa dalam mencapai
kesuksesan dengan pesaingnya, (Ortega, 2016).
(Kimes, 2017) menekankan beberapa syarat untuk perusahaan
jasa untuk mampu menerapakan Revenue
Management seperti: kapasitas
produk tetap, biaya marginal rendah, permintaan yang berfluktuasi,
pasar yang tersegmentasi dan tidak
adanya persediaan atau memiliki jangka
waktu. Definisi Revenue
Management diartikan sebagai
menjual produk yang tepat kepada konsumen
yang tepat pada harga yang tepat pada saat waktu yang tepat dan melalui saluran distribusi yang tepat (Haynes, 2016).
Menurut (Xu et al., 2020) mendefinisikan sebagai bagian dari ilmu
dan seni dalam meramalkan permintaan pasar sekaligus melakukan menyesuaikan harga dan ketersediaan produk agar sesuai dengan permintaan
tertentu. Definisi Revenue atau yield management lainya adalah membedakan harga untuk konsumen
dengan persepsi nilai yang berbeda untuk produk atau
layanan yang sama berdasarkan sensitivitas terhadap harga (Lovelock, Wirtz, & Hemzo, 2011).
Tujuan utama dari Revenue
Management untuk memaksimalkan
pendapatan dengan memberikan atau menjual beberapa jenis harga untuk
produk dan layanan yang sama (Akerib et al., 2014).
Selain itu tujuan pemuasan konsumen melalui efisiensi harga dan pengelolaan kapasitas produk.�
Revenue management telah memiliki peran stategik dalam manajemen praktis yang juga sama dengan strategi pemasaran di dalam perusahaan. Berdasarkan (Noone, Kimes, Mattila, & Wirtz, 2007) terdapat 2 jenis Revenue
Management yang membahas Revenue Management dengan memaksimalkan persediaan (Inventory-Centric) dimana
yang menjual jumlah kamar yang tepat pada waktu yang tepat dengan harga yang tepat, sementara Customer-Centric
Revenue Management menfokuskan pada analisis data konsumen untuk meningkatkan pendapatan pada kosumen yang
paling berharga dan potensial
dan mengisi permintaan secara berkelanjutan dan efektif. Implementasi dari Revenue Management dalam bisnis yang bisa menunjang kinerja bisnis dibuktikan dengan beberapa penelitian, bahwa manajemen pendapatan telah menjadi bagian
integral bagian dari operasi dan strategi properti sebagai penambah pendapatan, yang pada gilirannya meningkat keseluruhan keuntungan perusahaan dan meningkatkan kekayaan pemilik. Revenue Management (RM) memiliki
potensi untuk meningkatkan kinerja pendapatan hotel dengan mengelola kapasitas tetap (fixed capacity) perusahaan
(Tingay et al., 1995),
(Akerib et al., 2014),
(Noone et al., 2007),
(Mauri & Bosma, 2012),
(Stanislav Ivanov, 2014),
terutama ketika permintaan dapat dipisahkan menjadi segmen pasar yang berbeda dan permintaan berfluktuasi secara substansial (Kimes, 1989b).
Revenue management merupakan filosofi manajemen yang memberikan dukungan pengambilan keputusan (strategis dan operasional) sehubungan dengan penetapan harga, inventaris dan manajemen pelanggan yang sangat berguna bagi perusahaan dengan kapasitas tetap seperti Hotel. Filosofi ini, berdasarkan
analisis informasi yang didukung oleh ilmu, teknologi, dan akal sehat, memberikan pemahaman mendalam tentang pasar dan produk. Ini mendukung penganggaran yang tepat, perkiraan permintaan (forecast) dan segmentasi
pelanggan yang terlibat dalam pengambilan keputusan yang baik tentang manajemen persediaan (inventory) dan harga untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan dan nilai pelanggan (Tal�n-Ballestero & Gonz�lez-Serrano,
2013),
Seperti kita ketahui bahwa dengan
sifat jasa yang tidak bisa menyimpan
produknya dalam bentuk persediaan (perishable), kehilangan pendapatan dari kamar hotel kosong di hari ini tidak dapat
dikembalikan keesokan harinya oleh karena itu pelaku bisnis
perhotelan menggunakan
Revenue Management yang memiliki peran
kunci dalam upaya mengurangi dampak dari tingkat
hunian yang rendah atau kamar yang tidak terjual.
Berpasangan dengan
ini, volatilitas ekonomi dan pasar, dinamika pasar
dan daya saing yang agresif cenderung memaksa operator hotel untuk mengadopsi strategi penetapan harga yang inovatif (PKF Hospitality Report, 2014).
Jelas kemudian bahwa hotel dapat menjadi yang utama, mencapai pangsa pasar yang lebih besar dengan menggunakan
Revenue Management secara cerdas
(Ortega, 2016).
Salah satu faktor
penting dalam penerapan Revenue Management adalah
strategi harga (pricing strategy). Harga merupakan representasi dari sebuah nilai.
Dilihat dari pentingnya peran harga maka dalam
mengelola perusahaan,
strategi harga akan mendukung kinerja perusahaan tersebut. Pendekatan untuk mengelola sistem RM telah berubah, terjadi perubahan dan semakin maju dimana
pada beberapa dekade awal digunakan system RM berfokus pada kontrol terhadap kapasitas dan peningkatan hasil bergerak menjadi optimalisasi keuntungan. Tidak ada keraguan bahwa
efektivitas dan kinerja sistem ini memerlukan
strategi formal dan rencana operasional
bagi karyawan atau SDM untuk mengimplementasikannya dengan benar (Anderson & Xie, 2009).
Fluktuasi permintaan
dan penawaran merupakan
salah satu fenomena yang mendasari penerapan strategi harga tidak terkecuali
produk hotel. Menurut (Stanislav Hristov Ivanov, Ivanova, & Iankova, 2014)
permintaan dan penawaran akan kamar dipengaruhi
oleh beberapa hal seperti musim, hari libur, event yang sedang berlangsung. Dengan adanya permintaan
yang tinggi hotel akan berusaha untuk mengambil peluang meningkatkan pendapatan salah satunya dengan menaikan harga dan ketika permintaan turun hotel akan berusaha tetap menjaga permintaan tinggi dengan melakukan
penyesuaian harga untuk menarik pasar. Pemahaman
dan kemampuan membaca situasi pasar dengan mencari posisi yang pas dalam melihat elastisitas
harga terhadap permintaan merupakan kunci dalam penerapan
strategi harga yang bertujuan
meningkatkan pendapatan
(revenue).
Harga merupakan salah satu bagian penting
dalam Revenue Management seeperti
yang dijelaskan terkait cakupan dan esesensi dari Revenue Management. Namun sebelum membahas strategi harga dalam Revenue Management hal yang perlu di bahas adalah bagaimana
sebuah harga di tetapkan oleh sebuah perusahaan. Terdapat beberapa model penetapan atau pendekatan dalam penentuan harga termasuk harga kamar hotel. Banyak indikator yang harus dimasukan kedalam komponen harga, seperti merek, pesaing, posisi pasar, biaya. Harga dapat menimbulkan minat pembelian maupun meningkatkan permintaan dari sebuah produk.
Menurut Jiang dan Rosenblom
(2015) harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan sedangkan ketiga unsur lainnya (Produk, Promosi dan Distribusi) menyebabkan timbulnya biaya. Penelitian
Oosthuizen dan Spowart (2015) menyatakan bahwa konsumen menggunakan persepsi mereka terhadap harga sebagai jalan
untuk merasakan nilai dari produk
tersebut sehingga konsumen dapat menetukan niat mereka untuk membeli
produk. Harga harus didasarkan pada nilai pelanggan daripada biaya atau bahkan
persaingan (Codini, D�Odorico, & Gioiosa, 2011).
Harga hanya dianggap adil ketika jumlah
yang dibayarkan sesuai dengan hasil yang diharapkan dari transaksi.
Harga harus didasarkan
pada nilai pelanggan daripada biaya atau bahkan persaingan
(Codini et al., 2011).
Harga hanya dianggap adil ketika jumlah
yang dibayarkan sesuai dengan hasil yang diharapkan dari transaksi. Sikap ini selaras dengan
strategi fokus pasar saat ini pada penciptaan nilai pelanggan yang berkelanjutan. Strategi berbasis nilai pelanggan umumnya menekankan bahwa profitabilitas berkelanjutan terletak pada pemahaman sumber nilai bagi pelanggan,
yang dicapai dengan merancang produk, layanan dan solusi itu memenuhi kebutuhan
pelanggan, dan dengan menetapkan harga sebagai fungsi nilai dan menerapkan harga yang konsisten kebijakan (Hinterhuber & Liozu, 2012).
Hotel merupakan jenis
perusahaan yang sangat dipersepsikan
menjual sebuah nilai dari produk
dan layanan. Persepsi atau penilaian terhadap produk dan layanan hotel sangat di kategorikan
beragam, bernilai tinggi jika dianggap
harga yang dibayarkan sesuai dengan nilai
yang didapatkan atau sebalikanya. Hal ini disebabkan sangat banyak faktor yang mempengaruhi harga kamar dari
hotel yang terdapat layanan
di dalamnya. Hedonic Pricing models adalah konsep ekonomi
yang menentukan kontribusi
yang diberikan atribut
individual produk atau jasa terhadap total harga yang dibebankan (Rosen, 1974).
Pada dasarnya, penetapan harga hedonis berupaya
untuk menempatkan nilai finansial pada karakteristik tidak berwujud dari suatu
produk atau layanan (Cropper, Deck, & McConnell, 1988).
Contoh penetapan harga hedonis dalam
industri perhotelan adalah dua hotel identik dengan karakteristik fisik serupa yang mengenakan tarif kamar berbeda
berdasarkan faktor hedonis, di mana Hotel X mengenakan
biaya lebih karena pengakuan merek yang lebih tinggi, layanan yang lebih baik, dan fasilitas yang lebih mewah. Bull (1994) menggunakan
model penetapan harga hedonis untuk membantu
menentukan nilai dan harga sebuah hotel atau motel berdasarkan faktor lingkungan (misalnya, lokasi, pemandangan dari ruangan, jarak ke tujuan terdekat,
dan karakteristik lingkungan.
Penetapan harga hedonik telah dipelajari
dalam konteks berbagai karakteristik bisnis termasuk kamar hotel (Chen & Rothschild, 2010), (Espinet, Saez, Coenders, & Fluvi�,
2003),
(Kepesidis, Bennett, Portolan, Lukin,
& Rabl, 2013).
Dalam pendekatan penetapan harga berdasarkan nilai (value-based pricing) khusus
untuk industri perhotelan model Hedonic Pricing yang umum
digunakan karena dapat menetukan nilai (value) dan harga
hotel dengan penggabungan banyak faktor.
Metode Penelitian
Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan ditarik kesimpulannya (Rueping, Sugiono, & Merino, 2008).
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data melalui responden menggunakan metode purposive
sampling. Yakni mencari responden dan informan sejumlah 10 orang yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Permasalahan yang ditampilkan
dalam penelitian ini merupakan permasalahan
yang dianjurkan oleh para peneliti
terdahulu, yang membutuhkan
dukungan untuk fakta yang terbaru. Penelitian terdahulu akan membantu untuk merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan untuk penelitian ini. selanjutnya telaah pustaka dari penetian-penelitian
terdahulu digunakan untuk menjelaskan analisa permasalahan, melakukan pemahaman dasar pada teori dan hasil penelitian terdahulu, untuk kemudian mengungkapkan hipotesis yang akan diuji.
Hasil dan Pembahasan
1) Penerapan Revenue Manajemen di Hotel
Revenue Management atau dikenal sebagai
Yield Management merupakan instrumen
penting untuk mencocokkan penawaran dan permintaan dengan membagi pelanggan menjadi segmen yang berbeda berdasarkan niat beli mereka
dan mengalokasikan kapasitas
ke segmen yang berbeda dengan cara yang memaksimalkan pendapatan perusahaan tertentu (El Haddad, Roper, & Jones, 2008). Berdasarkan (Kimes, 1999)
dan (Kimes & Wirtz, 2003)
kita dapat mendefinisikan manajemen pendapatan hotel sebagai konstelasi alat dan tindakan yang didedikasikan untuk pencapaian tingkat optimal pendapatan bersih hotel dan laba operasi kotor dengan
menawarkan produk yang tepat kepada pelanggan
yang tepat melalui saluran distribusi yang tepat pada waktu yang tepat dengan harga
yang tepat dengan komunikasi yang tepat. Definisi panjang ini menggabungkan beberapa poin kunci
seperti:
1) Optimal level of hotel�s
net revenues and the gross operating profit
Pendapatan bersih
hotel termasuk pendapatan penjualan setelah dikurangi pajak dan komisi. Laba operasi kotor sama dengan
pendapatan bersih dikurangi biaya untuk melayani tamu, biaya barang
yang dijual, pemasaran, administrasi, biaya sumber daya manusia
(Ferlie, Fitzgerald, McGivern, Dopson,
& Bennett, 2011)
Kata kuncinya adalah tingkat pendapatan optimal. Memaksimalkan pendapatan bersih tidak selalu
berarti bahwa laba operasi kotor
akan berada pada tingkat potensi maksimumnya.
Lebih jauh
lagi, ketika hotel berada pada kapasitas penuh (high occupancy) maka perhatian dan pelayanan yang dapat diberikan karyawan kepada setiap pelanggan akan berkurang yang menjadi dasar kesalahan
didalam operasional, layanan secara personalisasi yang kurang, antrian dan konsekuensi lain yang
akan berdampak negatif pada kepuasan pelanggan dan bahkan mungkin digunakan sebagai dasar pengaduan
atau keluhan, yang penyelesaiannya akan mengurangi laba operasi kotor hotel karena timbulnya biaya pemulihan layanan. Di sisi lain, peningkatan laba operasi kotor mungkin
merupakan hasil dari strategi pemotongan atau efisiensi biaya, yang meskipun kadang-kadang diperlukan dan tidak dapat dihindari,
sering kali menyebabkan penurunan kualitas layanan, ketidakpuasan dan hilangnya pelanggan dan pendapatan di masa depan. Oleh karena itu, tujuan
Revenue Management seharusnya tidak
memaksimalkan pendapatan
hotel dengan segala cara, tetapi mencapai
pendapatan tertinggi dan laba operasi kotor
secara bersamaan.
2) Tamu yang tepat (Right Customer)
Tidak semua
pelanggan akan memberikan keuntungan yang sama kepada hotel. Beberapa dari mereka
bahkan menimbulkan biaya yang mahal untuk dilayani, yaitu mereka mungkin memiliki persyaratan atau ekspektasi yang terlalu tinggi yang tidak dapat dipenuhi
oleh hotel dengan mudah dan
menguntungkan, sementara beberapa pelanggan lain hanya bersedia atau mampu membayar
harga yang terlalu rendah yang hampir tidak dapat menutupi
pengeluaran hotel. Pelanggan
yang tepat adalah konsep yang dapat diperdebatkan dari sudut pandang pemasaran
tetapi dapat dikaitkan dengan segmen pasar sasaran yang telah diidentifikasi oleh manajer pemasaran hotel dan dasar konsep serta
persyaratannya telah dipertimbangkan saat menyiapkan produk hotel. Konsep pelanggan yang tepat meminta hotel untuk menggunakan berbagai teknik pemasaran untuk menarik pelanggan yang dapat dilayani dengan baik dan menguntungkan serta menolak penawaran untuk akomodasi yang lainya. Hotel, misalnya, menetapkan persyaratan tinggal minimum selama periode high season tertentu (misalnya event tertentu, liburan panjang) sehingga mereka tidak menjual kamar
untuk satu malam guna mengutamakan
pemesanan kamar yang menginap lebih lama dan lebih menguntungkan.
3) Produk yang tepat
(Right Product)
Produk yang tepat
ditentukan oleh pelanggan
dan pelaku bisnis perhotelan. produk yang tepat adalah a) memberikan nilai kepada pelanggan yang 'tepat' dengan memuaskan
kebutuhan, keinginan, persyaratan mereka, b) mencerminkan kesediaan pelanggan untuk membayar, dan c) menguntungkan bagi hotel (Stanislav Hristov Ivanov et al., 2014).
Tidak ada gunanya menawarkan layanan dan fasilitas di hotel yang tidak sesuai dengan persyaratan
atau kebutuhan segmen pasar sasaran, atau menawarkan layanan / fasilitas yang tidak mampu dibeli
oleh pelanggan.
4) Saluran distribusi
yang tepat (Right Distribution Channel)
Hotel dapat
menjual produknya melalui berbagai saluran distribusi. hotel bisa menjual langsung
ke pelanggan melalui direct selling (hotel website, walk in, direct
reservation, airline, goverment) atau
melalui agen perjalanan (operator tur dan agen
perjalanan konvensional, atau agen perjalanan
online (OTA)), sistem distribusi
global (GDS) (Stanislav Hristov Ivanov & Zhechev, 2011).
Setiap saluran distribusi menyediakan akses ke pelanggan
yang berbeda dan membutuhkan
biaya yang berbeda untuk mempertahankannya. Biaya seperti komisi
penjualan, biaya relasi, biaya penjamuan,
perjalanan bisnis akan relatif berbeda
tergantung saluran distribusi yang dipakai. Oleh karena itu, dari
perspektif tujuan manajemen pendapatan, saluran distribusi yang tepat adalah saluran
yang menyediakan akses ke pelanggan yang tepa' dan efektifitas biaya untuk mempertahankannya atau berkesinambungan.
5) Harga yang tepat (Right Price)
Harga adalah
salah satu instrumen terpenting dalam gudang senjata/taktik manajemen pendapatan (Revenue Management) karena
terkait langsung dengan tingkat pendapatan. Dengan mengubah tingkat harga dari waktu
ke waktu, rasio antara harga
yang berbeda untuk berbagai segmen pasar (struktur harga) dan kondisi yang berlaku untuk setiap tingkat
harga dimana hotel dapat menarik pelanggan
yang tepat dan menghasilkan
pendapatan yang tinggi. Harga
yang tepat adalah harga yang bersedia dibayar pelanggan dan hotel bersedia untuk mengenakannya (charge) kepada
tamu. Tentunya pelanggan ingin membayar sesedikit mungkin, sedangkan hotel lebih memilih untuk
menagih semaksimal mungkin. Namun, jika pelanggan merasa bahwa dia
telah membayar terlalu mahal dan harga yang dibayarkan tidak mencerminkan nilai yang diterima dari produk
tersebut, maka hubungan jangka panjang antara kedua belah pihak
akan dipertaruhkan.
6) Waktu yang tepat (Right time)
Pengaturan waktu
(timing) adalah salah satu konsep terpenting dalam manajemen pendapatan. Tawaran produk yang ada dan yang sama dapat dianggap
berbeda hanya berdasarkan kapan tawaran itu dibuat.
Promosi masa menginap sebelum Natal yang ditawarkan
pada bulan Juli kemungkinan besar akan tetap luput
dari perhatian pelanggan karena dipublikasikan terlalu dini. Penawaran yang sama di awal Desember
juga bisa jadi tidak efisien dan efektif karena bisa jadi pelanggan
terlambat melakukan pemesanan di hotel untuk menggunakan program promosi sebelumnya karena produk telah habis.
Waktu yang tepat akan bergantung pada pola pemesanan dari segmen pasar yang berbeda. Jika segmen target biasanya membuat sebagian besar pemesanan dalam dua minggu
sebelum tanggal check-in, maka tanggal optimal untuk rilis promosi
mungkin dua sampai tiga minggu
sebelum check-in agar promosi
diketahui oleh pelanggan potensial.
7) Komunikasi yang tepat
(Right Communication)
Dalam konteks
manajemen pendapatan, komunikasi pemasaran hotel mempengaruhi bagaimana produk dan harga dipersepsikan. Cara informasi disediakan di situs web hotel atau
bagaimana harga disajikan (frame) dapat memengaruhi persepsi pelanggan tentang nilai yang dapat mereka terima dari
mengonsumsi produk hotel,
dan kewajaran ketentuan harga. Hal ini di sisi lain, berdampak pada rasio harga atau
nilai yang dirasakan dan kepuasan pelanggan dari mengkomsumsi produk dan layanan hotel dan niat membeli mereka
di masa mendatang.
2) Pricing dalam Revenue Management
Salah satu faktor penting dan utama dalam penerapan
Revenue management (RM) adalah strategi harga (Feng & Xiao, 2000). Harga
merupakan representasi dari sebuah nilai.
Dilihat dari pentingnya peran harga maka dalam
mengelola perusahaan,
strategi harga akan mendukung kinerja perusahaan tersebut. Pendekatan untuk mengelola sistem RM telah berubah, terjadi perubahan dan semakin berkembang dimana pada beberapa dekade awal digunakan
sistem RM berfokus pada kontrol terhadap kapasitas dan berubah menjadi optimalisasi keuntungan. Tidak ada keraguan bahwa efektivitas dan kinerja sistem ini memerlukan
strategi formal dan rencana operasional
bagi karyawan atau SDM untuk mengimplementasikannya dengan benar (Richardson et al., 2010).
1) Peran Pricing Capability dalam Revenue Management Practice
Kemampuan seseorang
dalam hal ini pemegang keputusan
bisnis untuk bisa menetapkan harga secara dinamis
merupakan salah satu kunci kesuksesan sebuah bisnis, dalam hal ini
kapabilitas pemegang keputusan tersebut memiliki peran yang sangat penting. Menjual kamar saat waktu
yang tepat, kepada orang
yang tepat, dengan harga yang tepat menjadi sebuah keputusan yang sulit, kesalahan dalam hal ini bisa
menyebabkan potensi kerugian atau kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan (opourtunity revenue). Pricing Capability atau kapabilitas dalam penetapan atau keputusan harga merupakan kemampuan sebagai satu set kegiatan, rutinitas yang khas, kompleks, dan proses yang mendorong
kinerja perusahaan (Liozu, 2018).
Menurut teori tentang harga (Hinterhuber, 2004)
terdapat tiga dimensi kritikal dalam pricing yakni perspektif konsumen meliputi (willingness to pay, price elasticity, and
value-in-use), persepktif pesaing
(knowledge about price levels of competing products, ability to respond to
market changes), perspektif perusahaan
(availability of pricing tools, existence of price-management processes,
availability of trainings to develop employee skills in pricing).
Peningkatan kapabilitas
SDM sebagai pembuat keputusan utama dalam sebuah bisnis
menjadi sangat penting,
salah satunya adalah peningkatan kapabilitas dalam penetepan harga (pricing capability). Hal yang perlu
kita ingat adalah Revenue Management System hanya
merupakan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, semua keputusan akhir bisnis maupun
implementasi strategi bisnis
merupakan keputusan yang dibuat oleh manusia dalam hal ini
karyawan, pengelola, ataupun pemilik usaha.
Jadi dalam
revenue management secara praktis,
pricing capability merupakan faktor
kunci dalam kesuksesan penerapan revenue
management di hotel hal ini
dikarenakan pricing merupakan
hal fundamental yang perlu dikuasai pengelola hotel dalam menerapkan revenue
management. Pricing Capability, terdiri dari sepuluh item elemen (Liozu, 2018):
1. Menggunakan keterampilan
penetapan harga untuk merespons dengan cepat perubahan
pasar;
2. Memiliki pengetahuan
tentang taktik penetapan harga pesaing;
3. Menentukan harga
produk / layanan secara efektif;
4. Mampu mengukur
tingkat kesediaan pelanggan untuk membayar;
5. Mengukur dan menghitung
nilai ekonomi diferensial versus persaingan;
6. Mengukur dan menghitung
elastisitas harga sebuah produk atau
jasa;
7. Merancang alat
paten untuk mendukung keputusan penetapan harga;
8. Melakukan analisis
nilai guna atau analisis total biaya kepemilikan;
9. Merancang dan melaksanakan
program pelatihan khusus terkait harga;
10. Mengembangkan proses manajemen harga internal yang
paten.
3) Penerapan pricing capablity dalam hotel revenue
management.
1) Menggunakan keterampilan
penetapan harga untuk merespons dengan cepat perubahan
pasar
Strategi penetapan
harga atau pricing strategy
merupakan bagian dari strategi pemasaran yang digunakan hotel untuk menarik pasar (creating demand) dan merepresentasikan
produk berupa nilai yang persepsikan konsumen. Dalam kondisi bisnis perubahan kondisi pasar merupakan hal yang umum terjadi
namun setiap perubahan yang terjadi harus mampu diantisipasi
dan dipersiapkan oleh hotel agar tetap
bisa mendapatkan pasar yang
ada. Karakteristik unik dari bisnis
jasa seperti perhotelan yakni memiliki sifat seasonality yang tinggi menjadi tantangan besar. Ketika pasar dalam keadaan ramai
atau musim sibuk misalnya pada masa liburan, akhir pekan, event tertentu hotel harus mampu memanfaatkan situasi tersebut untuk memaksimalkan pendapatannya. Sedangkan ketika permintaan turun pada musim sepi penyesuaian terhadap kondisi ini menuntut hotel untuk mampu merancang
strategi agar tingkat hunian
tetap terjaga dan hotel tidak mengalami kerugian.
Kemampuan atau
kapabilitas dalam strategi atau taktik jangka
pendek dalam penetapan harga dari manajer pemegang
keputusan menjadi penting dalam menghadapi
situasi tersebut. Tanpa adanya keterampilan
yang sesuai walaupun memiliki sumber daya lainya yang mumpuni akan menyebabkan
kurang optimalnya pendapatan hotel. Berikut ini adalah hasil
wawancara dengan informan terkait elemen pertama Pricing Capability
yang terkait keterampilan dalam penetapan harga kamar terutama
dikaitkan dengan kondisi pasar saat ini menghadapi pandemic Covid 19.
� Sales & Marketing
Director Westin Resort Ubud
�Revenue Management merupakan alat penting bagi kami untuk meningkatkan daya saing kami terutama dalam optimasi pendapatan kamar kami. Secara praktis sistem dan software
Revenue Management sangat membantu kami dalam pengambilan keputusan terutama dalam strategi harga. Sistem kami berkerja dengan menganalisa data historis dan data secara update menginformasikan hal-hal terkait kondisi pasar. Kondisi pasar dan kondisi tingkat hunian hotel menjadi hal yang umumnya mendasari penetapan harga yang ditetapkan secara dinamis khususnya untuk saluran distribusi
online dan direct booking.�
�Keterampilan
dalam pengambilan keputusan adalah hal yang penting dalam kesuksesan penjualan kamar kami, kapan kami menaikan harga, menolak pemesanan, atau memberi harga khusus
pada pelanggan potensial. �
�Dalam situasi
pandemic ini dimana permintaan sangat rendah kami melakukan perubahan strategi, karena seluruh market kami berubah drastis dan tidak adanya permintaan
membuat hotel merancang penetapan harga baru agar masih bisa mengambil pasar yang ada. Pasar domestic dan ekspatriat
merupakan potensi yang ada setelah terjadinya
penutupan akses masuk wisatawan asing ke Bali. Selain itu pandemic yang terjadi menjadi tantangan tersendiri untuk meyakinkan pasar yang ada bahwa mereka terjamin
aman saat tinggal di hotel.�
Keterampilan manajer
sangat penting diluar sistem atau software yang ada, kompetensi dalam menganalisa potensi pasar murni tidak bisa didapatkan
dari sistem karena software hanya berdasarkan data yang ada. Sehingga keterampilan penetapan harga menjadi sangat penting terutama menentukan harga yang tepat dalam pasar dan kondisi yang dihadapi.
� General Manager The Samaya Ubud
�keterampilan dalam penetapan harga sangat penting, apalagi dalam kondisi pasar yang berubah sangat jauh dari rencana yang sudah ditetapkan dalam jangka panjang.
Harga merupakan symbol nilai
sebuah produk, salah menetapkan harga akan memberikan efek buruk bagi
perusahaan. Hal terpenting bagi pemegang keputusan
harga adalah bagiamana melakukan price setting
jangan sampai harga menjadi over price atau sebalilknya under market sehingga keterampilan seseorang menjadi sangat penting. Keterampilan yang didapatkan bukan hanya berasal dari
pendidikan tetapi juga dari pengalaman dan kadang kala melibatkan insting.
�dalam pandemic ini kondisi pasar signifikan berubah, pasar utama kami yakni wisatawan Australia tidak bisa kami sasar karena penutupan
akses masuk ke Bali. Sehingga keterampilan melihat potensi pasar yang ada dan menilai produk hotel akan diposisikan dimana terhadap pasar yang masing
mungkin mampu memberikan harapan. Menetapkan segmen pasar baru menjadi hal
dasar yang kami gunakan untuk bisa melihat
potensi yang ada
� Sales Manager Adiwana Resort Jembawan &
Monkey Forest
� Pengalaman adalah
hal yang sangat membantu saya dalam keterampilan
saya dalam menganalisa pasar, situasi pasar bisa dinilai dari
kondisi yang mirip yang pernah dialami sebelumnya. Namun saat ini kondisi
pandemic ini yang belum pernah terjadi sebelumnya benar-benar menjadi tantangan dalam penjualan produk hotel kami. Perubahan arah pasar tujuan serta positioning hotel yang tepat
menjadi dasar dalam penetapan harga. Keterampilan penetapan harga sangat penting dimiliki dan harus didasari analisis kondisi yang ada. Melihat arah
tujuan kompetitior dan bagaimana mereka menentukan harga menjadi hal yang penting. Marketing intelegent
skill menjadi bagian dari keterampilan tambahan.
� General Manager The Evitel Resort
�keterampilan melihat potensi dari pandemic menjadi kunci dari
eksistensi property kami, saat
pademi terjadi kami melihat adanya pasar yang datang dari pemerintah
terkait pemulangan pekerja migran indonesia yang membutuhkan tempat karantina awal sebagai prosedur
protocol kesehatan terkait pendemi yang terjadi. Penetapan harga kami sesuaikan dengan volume yang ada dan budget dari pasar yang
kami ingin capai. Jika keterampilan itu tidak kami miliki mustahil kami bisa mendapatkan bisnis tersebut.
2) Memiliki pengetahuan
tentang taktik penetapan harga para pesaing
� Sales & Marketing
Director The Westin Ubud
�penetapan hotel competitor menjadi
hal dasar dalam proses ini (set competitor)
pada umumnya competitor adalah
pesaing yang memiliki pasar
sasaran yang sama dengan hotel kita dan memiliki produk yang mirip serta memiliki
klasifikasi dan karakteristik
yang hampir sama misalnya bintang, jumlah kamar, lokasi
dalam kawasan yang sama. Dengan adanya
hal-hal tersebut konsumen memiliki beberapa pilihan, dengan adanya strategi harga yang kita ketahui atau bisa
pantau, salah satunya melihat harga kamar
mereka di website atau
online travel agent. Semakin jelas
hotel bisa memantau taktik harga para pesaing maka semakin
mudah untuk menyiapkan taktik untuk melawan competitor. Oleh karena itu pengetahuan
terkait taktik penetapan harga para pesaing menjadi hal yang sangat penting. Pandemic
saat ini menjadi sebuah tantangan merancang taktik untuk meningkatkan
penjualan, informasi harga pesaing pasar tujuan mereka akan
menjadi referensi yang kuat untuk pengambilan
keputusan.
� General Manager The Samaya Resort
�pada saat ini dimana
era yang terbuka semua akses informasi sangat mudah didapat termasuk
informasi harga pesaing, hal ini
juga merupakan keuntungan tetapi juga bisa menjadi kekurangan karena akan sangat mudah untuk melihat
taktik dari para pesaing. Samaya Ubud merupakan luxury villas yang memiliki
pesaing seperti four season
saya, alila ubud pada saat ini beberapa competitor memilih untuk tidak
beroperasi. Pengetahuan
yang dibutuhkan adalah mengetahui aktivitas pricing mereka secara rutin
harian secara detail termasuk harga dan paket yang mereka buat. Hal termudah adalah melihat dari OTA mereka dan memposisikan value dari property kita berada dimana
sehingga pasae bisa menilai produk
kita.
� Sales Manager Adiwana Resort Jembawan dan
Monkey Forest
�OTA menjadi
acuan paling mudah untuk melihat competitor, namun positioning adalah hal terpenting karena competitor hanya sebagai referensi yang tidak harus kita
ikuti, refleksi posisi property untuk bisa tetap bersaing.
Pengetahuan dalam melihat posisi competitor sebagai dasar penetapan
harga adalah hal penting. Kadang
kala mengetahui kegiatan
pricing competitor kami ambil dari
competitor lainya yang secara
tidak langsung mendapatkan informasi antar competitor. Persaing yang ada tidak selamanya
menjadi musuh namun bisa membangun
keunggulan bersama.
� General Manager The Evitel Resort
�Setiap pagi team reservasi atau sales kami selalu menelepon para pesaing untuk menanyakan terkait Average Daily Rate, Occupancy dan merupakan hal umu
bagi hotel untuk mengetahui hal tersebut waulupun hotel tersebut adalah competitor utama. Informasi harga dan taktik penjualan menjadi hal penting bagi
kami dalam menyiapkan taktik untuk produk
kami.
Menurut wawancara
dengan beberapa pihak dari industri
pariwisata terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk bisa bertahan dalam
kondisi ini yakni dengan mengurangi
pos pengeluaran (cost) pengurangan
pegawai, penurunan kualitas bahan baku menjadi solusi
yang dapat dilakukan. Dari sisi pemasaran mengubah sasaran atau target pasar, penurunan harga, strategi promosi menjadi alternative yang dilakukan,
dengan berubahnya hal tesebut juga merubah kondisi bisnis seperti karakteristik konsumen, pola permintaan dan timing. Optimasi pendapatan melalui penerapan Revenenue Management menjadi
salah satu senjata utama yang dilakukan hotel. Berikut ini Tabel 4.1 yang membahas Revenue Management Practice Tools yang dilakukan hotel di Bali pada masa pandemi
ini.
Tabel 2
Revenue Management Practice/Tehnique Tools pada masa
pandemic Covid 19 di Bali
No |
Strategi |
Kategori |
Contoh Hotel yang Menerapakan |
Keterangan |
1 |
Book now stay latter |
Non Pricing
Tehnique |
Anantara, W Seminyak,
Conrad Bali |
Dynamic Pricing, Capacity
management, room avaibility guarantee |
2 |
Thank you
Indonesia |
Pricing Tehnique |
Jaringan Hotel Marriot |
Dynamic Pricing, Price
discriminant, Price presentation |
3 |
Pay 2 night stay for 3 night |
Non Pricing
Tehnique |
Intercontinental Resort, Cappela
Ubud |
Length of stay control |
4 |
Staycation |
Pricing Tehnique |
The One Legian Bali,
Westin Ubud |
Lowest price guarentee |
5 |
Weekdays special rate |
Pricing Tehnique |
Trans Resort Seminyak |
Dynamic Pricing, Price
discriminant, Price presentation |
6 |
Staff/ Assosiate
price |
Pricing Tehnique
& Combination |
Jaringan Hotel Marriot |
Price discriminant, Price
presentation, Channel management |
7 |
WFH (Work From Hotel) |
Pricing Tehnique
& Non Pricing |
Swissbel Sunset, The Eden Kuta |
Length of stay control,
Price presentation |
Sumber: Penulis (2020)
Pada Tabel 1 dapat dijelaskan terkait penerapan aktivitas Revenue
management melalui beberapa
teknik penjualan yang dikategorikan berdasarkan konsep dari (Ivanov, 2014) dalam revenue management practice terdapat
tiga alat (tools) dalam penerapanya yakni, pricing tools, non pricing
tools dan combinations. Dalam pricing technique/tools di dalamnya
terdapat strategi seperti dynmanic pricing, price discriminant, price presentation
(discounted), lowest price guarantee. Sedangkan untuk non pricing technique/tools terdiri
dari inventory management seperti
capacity management, length of stay control, overbooking, room avaibility guarantee. Teknik ketiga
yakni teknik kombinasi meliputi optimal room
rate allocation dan channel management.
Terlihat bahwa
semua Revenue management tools digunakan
oleh beberapa contoh hotel
yang masih beroperasi untuk menarik pasar yang masih ada di Bali seperti wisatawan asing yang tidak kembali kenegaranya, para ekspatriat, pasar lokal bali, pemerintahan, wisatawan nusantara dan mengoptimalkan penjualan didepan untuk mengisi
kapasitas mereka dimasa mendatang. Berikut ini adalah
Gambar 1 yang menampilkan promotion flyer hotel pada
masa pendemi dengan kombinasi Revenue management tools yang menampilkan
harga khusus dengan masa pemesanan dan tinggal yang ditentukan serta minimal malam dalam menginap.
Kesimpulan
Revenue Management diartikan sebagai menjual produk yang tepat kepada konsumen yang tepat pada harga yang tepat pada saat waktu yang tepat dan melalui saluran distribusi yang tepat (Hayes, Hayes, & Hayes, 2021). Juga dapat diartikan sebagai ilmu dan seni dalam meramalkan permintaan pasar sekaligus melakukan menyesuaikan harga dan ketersediaan produk agar sesuai dengan permintaan tertentu. Membedakan harga untuk konsumen dengan persepsi nilai yang berbeda untuk produk atau layanan yang sama berdasarkan sensitivitas terhadap (Lovelock et al., 2011).
Tujuan utama dari Revenue management untuk memaksimalkan pendapatan dengan memberikan atau menjual beberapa jenis harga untuk produk dan layanan yang sama (Akerib et al., 2014). Selain itu tujuan pemuasan konsumen melalui efisiensi harga dan pengelolaan kapasitas produk.� Revenue management telah memiliki peran stategik dalam manajemen praktis yang juga sama dengan strategi pemasaran di dalam perusahaan.
Hotel menggunakan Revenue Management sebagai alat dan sistem untuk mengoptimalkan penjualan kamar mereka, karakteristik dasar hotel yang tidak memiliki persediaan, kapasitas tetap merupakan syarat yang sesuai sebuah produk menerapkan Revenue Management. Kehilangan kesempatan menjual karena kamar yang tidak terjual hari ini tidak akan bisa disimpan untuk dijual keesokan harinya lagi, untuk mengurangi resiko kerugian ini muncul konsep Revenue Management untuk mengoptimasi pendapatan sehingga bisa mengcover kerugian jika kamar tidak terjual.
Kemampuan seseorang dalam hal ini pemegang keputusan bisnis untuk bisa menetapkan harga secara dinamis merupakan salah satu kunci kesuksesan sebuah bisnis, dalam hal ini kapabilitas pemegang keputusan tersebut memiliki peran yang sangat penting. Menjual kamar saat waktu yang tepat, kepada orang yang tepat, dengan harga yang tepat menjadi sebuah keputusan yang sulit, kesalahan dalam hal ini bisa menyebabkan potensi kerugian atau kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan (opourtunity revenue). Pricing Capability atau kapabilitas dalam penetapan atau keputusan harga merupakan kemampuan sebagai satu set kegiatan, rutinitas yang khas, kompleks, dan proses yang mendorong kinerja perusahaan (Liozu, 2018). Menurut teori tentang harga (Matzler, Bailom, Hinterhuber, Renzl, & Pichler, 2004) terdapat tiga dimensi kritikal dalam pricing yakni perspektif konsumen meliputi (willingness to pay, price elasticity, and value-in-use), persepktif pesaing (knowledge about price levels of competing products, ability to respond to market changes), perspektif perusahaan (availability of pricing tools, existence of price-management processes, availability of trainings to develop employee skills in pricing).
Peningkatan kapabilitas SDM sebagai pembuat keputusan utama dalam sebuah bisnis menjadi sangat penting, salah satunya adalah peningkatan kapabilitas dalam penetepan harga (pricing capability). Hal yang perlu kita ingat adalah Revenue Management System hanya merupakan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, semua keputusan akhir bisnis maupun implementasi strategi bisnis merupakan keputusan yang dibuat oleh manusia dalam hal ini karyawan, pengelola, ataupun pemilik usaha.
Dalam masa pandemic ini konsep Revenue Management bisa menjadi salah satu cara dalam optimalisasi revenue, konsep segmentasi pasar baru dan pricing menjadi salah satu aktivitas Revenue Management yang bisa dilakukan dalam masa pandemic ini.
BIBLIOGRAFI
Akerib, Daniel S., Ara�jo, H. M., Bai, X.,
Bailey, A. J., Balajthy, J., Bedikian, S., Bernard, E., Bernstein, A.,
Bolozdynya, A., & Bradley, A. (2014). First results from the LUX dark
matter experiment at the Sanford Underground Research Facility. Physical
Review Letters, 112(9), 91303. Google Scholar
ANDERsON, CHRIs K., & Xie, Xiaoqing.
(2009). Room-risk management at Sunquest Vacations. Cornell Hospitality
Quarterly, 50(3), 314�324. Google Scholar
Chen, Ching Fu, & Rothschild, Rochelle.
(2010). An application of hedonic pricing analysis to the case of hotel rooms
in Taipei. Tourism Economics, 16(3), 685�694. Google Scholar
Codini, Ennio, D�Odorico, Marina, &
Gioiosa, Manuel. (2011). Per una vita diversa. La Nuova Disciplina Italiana
Dell�asilo. Google Scholar
Cropper, Maureen L., Deck, Leland B., &
McConnell, Kenenth E. (1988). On the choice of funtional form for hedonic price
functions. The Review of Economics and Statistics, 668�675. Google Scholar
El Haddad, Rania, Roper, Angela, &
Jones, Peter. (2008). The impact of revenue management decisions on customers
attitudes and behaviours: A case study of a leading UK budget hotel chain. EuroCHRIE
2008 Congress, Emirates Hotel School, Dubai, UAE, 11th-14th October. Retrieved
April, 6, 2011. Google Scholar
Espinet, Josep M., Saez, Marc, Coenders,
Germa, & Fluvi�, M. (2003). Effect on prices of the attributes of holiday
hotels: a hedonic prices approach. Tourism Economics, 9(2),
165�177. Google Scholar
Feng, Youyi, & Xiao, Baichun. (2000). A
continuous-time yield management model with multiple prices and reversible
price changes. Management Science, 46(5), 644�657. Google Scholar
Ferlie, Ewan, Fitzgerald, Louise, McGivern,
Gerry, Dopson, Sue, & Bennett, Chris. (2011). Public policy networks and
�wicked problems�: a nascent solution? Public Administration, 89(2),
307�324. Google Scholar
Hayes, David K., Hayes, Joshua D., &
Hayes, Peggy A. (2021). Revenue management for the hospitality industry.
John Wiley & Sons. Google Scholar
Haynes, Natalie. (2016). The evolution of
competitor data collection in the hotel industry and its application to revenue
management and pricing. Journal of Revenue and Pricing Management, 15(3),
258�263. Google Scholar
Hinterhuber, Andreas. (2004). Towards
value-based pricing�An integrative framework for decision making. Industrial
Marketing Management, 33(8), 765�778. Google Scholar
Hinterhuber, Andreas, & Liozu, Stephan.
(2012). Is it time to rethink your pricing strategy. MIT Sloan Management
Review, 53(4), 69�77. Google Scholar
Holloway, Immy, & Galvin, Kathleen.
(2016). Qualitative research in nursing and healthcare. John Wiley &
Sons. Google Scholar
Ivanov, Stanislav. (2014). Hotel revenue
management: From theory to practice. Zangador. Google Scholar
Ivanov, Stanislav Hristov, Ivanova, Maya
G., & Iankova, Katia. (2014). Sustainable tourism practices of accommodation
establishments in Bulgaria: an exploratory study. Tourismos (Forthcoming).
Google Scholar
Ivanov, Stanislav Hristov, & Zhechev,
Vladimir Sashov. (2011). Маркетинг
в
хотелиерството
(Hotel Marketing). Google Scholar
Kepesidis, K. V, Bennett, S. D., Portolan,
S., Lukin, Mikhail D., & Rabl, P. (2013). Phonon cooling and lasing with
nitrogen-vacancy centers in diamond. Physical Review B, 88(6),
64105. Google Scholar
Kimes, Sheryl E. (1999). Implementing
restaurant revenue management: A five-step approach. Cornell Hotel and
Restaurant Administration Quarterly, 40(3), 16�21. Google Scholar
Kimes, Sheryl E. (2017). The future of
hotel revenue management. Google Scholar
Kimes, Sheryl E., & Wirtz, Jochen.
(2003). Has revenue management become acceptable? Findings from an
international study on the perceived fairness of rate fences. Journal of
Service Research, 6(2), 125�135. Google Scholar
Liozu, Stephan M. (2018). Thoughts: fun and
humor in pricing. Journal of Revenue and Pricing Management, 17(5),
373�377. Google Scholar
Lovelock, Christopher, Wirtz, Jochen, &
Hemzo, Miguel Angelo. (2011). Marketing de servi�os: pessoas, tecnologia e
estrat�gia. Saraiva Educa��o SA. Google Scholar
Matzler, Kurt, Bailom, Franz, Hinterhuber,
Hans H., Renzl, Birgit, & Pichler, Johann. (2004). The asymmetric
relationship between attribute-level performance and overall customer
satisfaction: a reconsideration of the importance�performance analysis. Industrial
Marketing Management, 33(4), 271�277. Google Scholar
Mauri, Claudia, & Bosma, Anneleen.
(2012). Immune regulatory function of B cells. Annual Review of Immunology,
30, 221�241. Google Scholar
Noone, Breffni M., Kimes, Sheryl E.,
Mattila, Anna S., & Wirtz, Jochen. (2007). The effect of meal pace on
customer satisfaction. Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly,
48(3), 231�244. Google Scholar
Ortega, Jos�. (2016). El hombre y la
gente. Greenbooks editore. Google Scholar
Richardson, Paul G., Weller, Edie, Lonial,
Sagar, Jakubowiak, Andrzej J., Jagannath, Sundar, Raje, Noopur S., Avigan,
David E., Xie, Wanling, Ghobrial, Irene M., & Schlossman, Robert L. (2010).
Lenalidomide, bortezomib, and dexamethasone combination therapy in patients
with newly diagnosed multiple myeloma. Blood, The Journal of the American
Society of Hematology, 116(5), 679�686. Google Scholar
Rosen, Stanley. (1974). GWF Hegel: An
Introduction to the Science of Wisdom. Tijdschrift Voor Filosofie, 38(3).
Google Scholar
Rueping, Magnus, Sugiono, Erli, &
Merino, Est�baliz. (2008). Asymmetric organocatalysis: an efficient
enantioselective access to benzopyranes and chromenes. Chemistry�A European
Journal, 14(21), 6329�6332. Google Scholar
Tal�n-Ballestero, Pilar, &
Gonz�lez-Serrano, Lydia. (2013). Future trends in revenue management. Journal
of Revenue and Pricing Management, 12(3), 289�291. Google Scholar
Tingay, S. J., Jauncey, D. L., Preston, R.
A., Reynolds, J. E., Meier, D. L., Murphy, D. W., Tzioumis, A. K., McKay, D.
J., Kesteven, M. J., & Lovell, J. E. J. (1995). Relativistic motion in a
nearby bright X-ray source. Nature, 374(6518), 141�143. Google Scholar
Xu, Zi Xing, Albayar, Ahmed, Doll�, Jean
Pierre, Hansel, Gisele, Bianchini, Justin, Sullivan, Patricia Zadnik, Cullen,
D. Kacy, Smith, Douglas H., & Ozturk, Ali K. (2020). Dorsal root ganglion
axons facilitate and guide cortical neural outgrowth: in vitro modeling of
spinal cord injury axonal regeneration. Restorative Neurology and
Neuroscience, 38(1), 1�9. Google Scholar