�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 11, November 2021
�
MAJELIS TAKLIM KOMUNIKATOR DALAM MENYAMPAIKAN PESAN
DAKWAH STUDY PADA MAJELIS TAKLIM ALMUAWWANAH KOTA PEKANBARU RIAU
����������������������������������
Idawati
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau, Pekanbaru Riau Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pengajian majelis taklim merupakan wadah menimba ilmu pengetahuan agama, serta mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Adapun penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengajian majelis taklim mampu menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Penelitian ini dilakukan pada pengajian majelis taklim Al-Muawwanah bertempat Di Kelurahan Bambu Kuning, Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekan Baru. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan teknik, observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi, dengan demikian peneliti akan lebih bisa melihat sejauh mana pengajian tersebut bisa menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah terhadap muslimah yang lain dan mampu merubah kepribadian seorang muslim akhlakul karimah menjalankan semua perintah Allah SWT, dan meninggalkan laranganNya. Hasil dari penelitian ini bahwa,pegajian majelis taklim mampu menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah,hal ini dapat dibuktikan bahwapengajian majelis taklim mampu meningkatkan jumlah jamaah secara spesifik dari waktu kewaktu, jamaah dapat mengaplikasikan pesan-pesan dakwah dalam praktek hidup sehari-hari, pesan-pesan dakwah mampu menyeru kepada amma rma�ruh dan nahi munkar sesuai petunjuk Alquran dan Hadits.
Kata Kunci: pengajian, majelis taklim, komunikator, pesan dakwah.
Abstract
The recitation of
the taklim assembly is a forum for gaining religious
knowledge, as ��well as inviting together
and preventing evil. This study aims to see how the taklim
recitation is able to become a communicator in conveying da'wah messages. This
research was conducted at the Al-Muawwanah taklim recitation at the Bambu Kuning Village, Tenayan Raya
District, Pekan Baru City. The research method used
in this study is descriptive qualitative method, with techniques, observations,
in-depth interviews, and documentation studies, Thus, researchers will be able
to see the extent to which the recitation can be a communicator in conveying
messages of da'wah to other Muslim women and able to change the personality of
a Muslim, akhlakul karimah,
carrying out all the commands of Allah SWT, and leaving His prohibitions. The
results of this study are that the taklim assembly
salary is able to become a communicator in conveying da'wah messages, it can be
proven that the taklim assembly is able to increase
the number of worshipers specifically from time to time. congregations can
apply da'wah messages in the practice of daily life, da'wah messages are able
to call upon amma rma'ruh
and nahi munkar according
to the instructions of the Qur'an and Hadith.
Keywords: recitation,
taklim council, communicator, da'wah message.
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Kajian komunikasi
dakwah merupakan kajian yang sangat banyak dibicarakan saat ini, karena merupakan salah satu
permasalahan sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat. Sebabnya saat ini
banyak sekali orang yang mampu berdakwah bagi orang lain, dibandingkan
mendakwah dirinya sendiri. Dalam lingkungan sosial masyarakat banyak
perkempulan dan persatuan pengajian baik perkumpulan, wirid yasin, pengajian
dakwah, belajar mengaji, likok, tahsin, tahfiz, dan lain sebagainya yang berada
dilingkungan masjid, salah satunya adalah majelis taklim.
Majelis taklim
saat ini berkembang sangat aktif dan kegiatannya sering mengandung unsur-unsur
positif, terutama dibidang dakwah, pengajian rutin, latihan mengaji, bimbingan
calon da�i dan da�iah, pelatihan penyelenggaraan jenazah. Seluruh kegiatan
positif ini sudah tertuang kedalam program kerja Majelis Taklim, yang bergerak
dibidang keagamaan sosial budaya, serta meningkatkan perekonomian, dan
pemerhati kesehatan. Program ini dinilai mampu memberikan kontribusi positif
terhadap masyarakat sekitar, terutama dibidang keagamaan, dan perkembangan yang
positif ini diharapkan mampu ditingkatkan untuk menambah pemahaman dan
meningkatkan kepribadian seorang muslim.,
Sebagai seorang
muslim/ah, hendaknya masjid
menjadi rumah kedua, untuk menjalankan
aktivitas-aktivitas keagamaan
untuk mengisi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dan mengikuti
sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Masjid bukan hanya sarana
membentuk kepribadian muslim semata dibidang
keagamaan, namun masjid
juga mampu membentuk jiwa sosial kemasyarakatan
seseorang,masjid tempat berdiskusi dan membahas masalah-masalah sosial dan organisasi kemasyarakat, serta mampu menjadi
icon wisata religi dan wisata sosial, sehingga mampu membentuk kepribadian muslim/ah yang mempunyai nilai-nilai kepribadian yang
agamis, dan sekaligus punya nilai
sosial kemasyarakatan yang tinggi sebagai seorang makhluk sosial yang tidak akan bisa melangsungkan
kehidupan tanpa bantuan orang lain. Untuk itu tidak ada
alasan sebagai seorang muslim/ah untuk tidak mau
mendekatkan diri dan memakmurkan masjid, seorang kepribadian muslim yang selalu mendekatkan dirinya ke masjid akan mampu menjadi
cerminan akhlak serta budi pekerti
yang baik, dan mampu membentengi dirinya dari tindak kejahatan
yang merusak kehidupan
agama dan sosial. Tentang memakmurkan masjid terdapat dalam (Q.S. At-taubah:18):
{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ. إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ}
�Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta�ala)� (QS At-Taubah: 18).
Orang yang berkomunikasi secara harfiah berarti, pemberitahuan, percakapan, pertukaran fikiran. Hubungan komunikasi hanya bisa dilakukan oleh dua pihak atau
dua orang, atau dengan kata lain komunikasi lahir karena adanya
interaksi yang dilakukan
oleh minimal dua orang. Kedua
pihak ini kemudian berbagi informasi guna memenuhi kebutuhan masing-masing.
Begitu pentingnya peran komunikasi, sehingga orang yang tidak mau melakukan komunikasi
orang tersebut dianggap bodoh. Ia tidak
mendapat ilmu dan tidak pula mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangannya. Bahkan otaknya sehebat apapun tidak akan
berkembang jika tidak ada informasi
yang masuk karena akibat tidak dilakukannya
komunikasi (Munir, 2009).
Dari pendapat diatas,
maka majelis taklim dalam pengajiannya
diharapkan mampu menjadi komunikator yang menyampaikan pesan-pesan dakwah terhadap masyarakat harus melakukan beberapa hal diantaranya:
1) Melakukan aktivitas
interaksi sesering mungkin dengan masyarakat
2) Melibatkan masyarakat
berperan aktif menjadi perpanjang tangan dalam menyampaikan
pesan-pesan dakwah
3) Mengkomunikasikan pesan-pesan
dakwah kepada masyarakat menggunakan saluran komunikasi yang bertujuan agar pesan dakwah yang disampaikan akan lebih menyentuh
4) Menunjukkan kredibilitas
majelis taklim sebagai seorang komunikator yang mampu menyampaikan pesan dakwah dengan memperlihatkan
sikap, etika bertingkah laku sesuai dengan ajaran
Alqur�an dan Alhadits, serta Sunnah Rasulullah
Sebagaimana dalil
Alqur�an Q.S Al-imran : 104:
وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ
اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ
اِلَی الۡخَیۡرِ
وَ یَاۡمُرُوۡنَ
بِالۡمَعۡرُوۡفِ
وَ یَنۡہَوۡنَ
عَنِ الۡمُنۡکَرِ
ؕ وَ اُولٰٓئِکَ
ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ
Artinya : �Dan hendaklah
ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung�
Maka dari ayat diatas, sebagai
seorang muslim/ah hendaknya dapat menjadi komunikator terhadap pesan-pesan dakwah sebagaimana ayat diatas, bahwa
kita diminta dapat menyeru kepada
hal-hal kebaikan dan mencegah kepada hal-hal kemungkaran, menjadi komunikator terhadap pesan-pesan dakwah yang diperlihatkan dari wujud sikap,
etika, dan tingkah laku sebagai seorang
muslim yang menjadi cerminan bagi muslim
yang lain.
Masjid Al-mua�awanah yang terletak dijalan Swadaya Gg. Swasembada diKelurahan Bambu Kuning Kota Pekanbaru, termasuk salah satu masjid yang majelis taklimnya aktif dibawah pimpinan,
Ibu Hj. Elwi, Spd dalam menjalankan
program kerja selalu mengacu kepada program kerja Majelis Taklim
Kecamatan dan Kota Pekanbaru,
anggota majelis taklim yang sering ramai dalam mengikuti
pengajian. Dalam hal ini sudah
tentu besar harapan dan keinginan dari pengurus dan lapisan masyarakat berharap majelis taklim akan mampu
menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan dakwah terhadap
masyarakat setempat. Namun pada kenyataannya� tetap
ada saja ditemukan permasalahan yang cukup menarik untuk
diteliti, bagaimana menanamkan pemahaman masyarakat bahwa keberadaan majelis taklim mampu menjadi
komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah.
Dalam kaitannya dengan respon tersebut
maka, peneliti ingin meneliti tentang Majelis Taklim dalam pengajiannya
mampu menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah terhadap masyarakat. Untuk itulah selaku Dosen
pada Prodi Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Riau peneliti ingin
mencoba melalui pengajian majelis taklim, serta memberikan
pemahaman kepada masyarakat setempat bahwa pengajian ini mampu menjadi
komuikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Jika sudah demikian adanya masyarakat akan membutuhkan majelis taklim sebagai sarana komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah.
Pengajian
Pengajian berasal
dari kata kaji yang artinya, Pengajaran (Agama
Islam), yakni menanamkan norma agama melalui dakwah. Pengajian sering disebut dakwah Islamiyah, mengajak suatu perkara menuju
jalan Allah agar menerima
dan menjadikan dinul Islam sebagai dasar dan pedoman hidup (Hasan, 2017).
Pengajian merupakan
salah satu unsur pokok dalam syiar
dan pengembangan agama Islam. Pengajian
sering dinamakan dakwah Islamiyah, karena salah satu upaya dalam
dakwah Islamiyah adalah lewat pengajian, dakwah Islamiyah bertujuan untuk untuk mewujudkan
ajaran agama Islam (Khusniyah, 2016).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan
bahwa pengajian adalah suatu kegiatan
dakwah Islamiyah yang menyeru
Ma�ruf dan mencegah kepada kemungkaran. Sehingga bagi umat
Islam wajib untuk melaksanakan dakwah Islamiyah.
Pengajian merupakan
salah satu bentuk aktivitas dakwah, karena dalam pengajian
sendiri, tidak terlepas dari usaha
penyampaian ajaran-ajaran
Islam dalam rangka mengajak dan membina anggota masyarakat untuk berada dijalan
yang benar. Sehingga dapat menuju kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat. Kegiatan pengajian tidak hanya dilakukan
oleh orang tertentu seperti
santri, siswa, anak-anak sekolah, namun kegiatan ini juga diikuti oleh kaum Bapak, an Ibu-ibu yang tergolong kedalam sebuah perkumpulan majelis taklim. Karena pengajian merupakan salah satu bentuk dakwah
maka diharapkan orang-orang
yang aktif mengikuti pengajian akan mampu menyampaikan pesan-pesan dakwah, dengan cara menunjukkan
sikap dan prilaku seorang yang mendapat pengetahuan dan akan memberikan pengetahuan dakwah terhadap anggota masyarakat yang lain.
Menurut (Sururin, 2004)
bahwa sikap keagamaan merupakan sikap keadaan dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan wujud
sikap keagamaan merupakan ilustrasi secara kompleks antara, antara pengetahuan, serta tindak keagamaan dalam diri seseorang.
Dari wujud sikap keagamaan itu didapatkan
dari rutinitas masyarakat mengikuti kegiatan pengajian, sehingga isi dalam
pesan pengajian tersebut mampu menjadi komunikator untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah keagamaan, dan bisa membentuk kepribadian masyarakat menjadi seorang yang agamis, dengan mendekatkan dirinya kepada ajaran-ajaran agama. Dalam perkembangan ini terlihat bahwa,
pengajian itu bisa menjadi komunikator,
dan anggota pengajian akan mampu mengemas
pesan-pesan dakwah terhadap anggota masyarakat yang lain.
Majelis Taklim
Awalnya badan kontak
majelis taklim awalnya merupakan badan atau forum untuk berkomunikasi antara para pengurus, dan para guru majelis taklim, bukanlah sebuah organisasi yang mempunyai kekuatan vertikal. Dan selanjutnya berubah menjadi sebuah forum untuk berkomunikasi bagi semua anggota BKMT tanpa terkecuali. Awalnya forum bersama, tempat bertukar pendapat dan bertukar fikiran. Dan yang paling dikenal adalah forum berbagi informasi bagi kaum perempuan.
Istilah majelis
taklim digunakan merujuk pada tempat, berkumpul, belajar, dan tempat bermasyarakat. Sambil berkumpul kegiatan juga diisi dengan membaca Alqur�an, pengajian / tausiah agama, yasinan, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat memenuhi kebutuhan Rohani, disamping itu juga diisi dengan kegiatan
sosial, seperti: pengumpulan infaq dan sodaqoh, kunjungan panti asuhan, fakir miskin, membantu korban musibah bencana, wisata religi, dan kegiatan sosial yang lain (Alawiyah, 1997).
Dari beberapa pengertian
diatas, dapat penulis simpulkan bahwa, Majelis Taklim berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya seperti Sekolah / Madrasah, dan pesantren, Majelis Taklim merupakan Lembaga
Pendidikan Islam DiIndonesia yang bersifat
nonformal, tidak mengikat, tidak ketat dengan
aturan-aturan, namun tetap berjalan dengan efektif dan efisien dengan pengikut yang jumlahnya relative banyak dan mampu menjalankan program kerjanya. Kegiatan yang sangat baik selain untuk mempererat
tali silaturrahim antar sesama Muslim, serta mampu menambah
keilmuan dibidang keislaman sebagaimana firman Allah Dalam Alqur�an:
Adapun bunyi
lengkap ayat 11 surah Al-Mujadalah ini sebagai
berikut:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ
آمَنُوا إِذَا قِيلَ
لَكُمْ تَفَسَّحُوا
فِي الْمَجَالِسِ
فَافْسَحُوا يَفْسَحِ
اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا
فَانْشُزُوا
يَرْفَعِ اللَّهُ
الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS.Al-Mujaddalah, Ayat 11),
Menurut Yusna
Taher, (22,1:2019) Secara khusus
dari organisasi Majelis Taklim yang terorganisir Dalam kegiatannya, dan orang-orang yang duduk distruktur
ini terdiri dari kaum Ibu tujuannya
sudah dirumuskan sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan
Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2) Memasyaratkan Ajaran
Islam
3) Mempererat Silaturrahim
antara Muslim/ah
4) Memperbaiki akidah,
akhlak, dan merealisasikan kegiatan ber�ubudiyah kepada Allah SWT.
Sedangkan yang menjadi
fungsinya adalah:
1) Sebagai sarana
kegiatan Pendidikan Islam
2) Sebagai sarana
Kegiatan Sosial
3) Sebagai sarana
Organisasi Islam
Dapat peneliti simpulkan bahwa� tujuan
dari Kegiatan Majelis Taklim adalah: � untuk membentuk manusia Muslim yang selalu ingin meningkatkan
pengetahuan keIslamanya, mempertebal Keimanan, dan keyakinannya kepada Allah SWT.
Komunikator
Orang yang berkomunikasi secara harfiah berarti, pemberitahuan, percakapan, pertukaran fikiran. Hubungan komunikasi hanya bisa dilakukan oleh dua pihak atau
dua orang, atau dengan kata lain komunikasi lahir karena adanya
interaksi yang dilakukan
oleh minimal dua orang. Kedua
pihak ini kemudian berbagi informasi guna memenuhi kebutuhan masing-masing.
Begitu pentingnya peran komunikasi, sehingga orang yang tidak mau melakukan komunikasi
orang tersebut dianggap bodoh. Ia tidak
mendapat ilmu dan tidak pula mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangannya. Bahkan otaknya sehebat apapun tidak akan
berkembang jika tidak ada informasi
yang masuk karena akibat tidak dilakukannya
komunikasi (Munir, 2009).
Dengan demikian komunikator sama dengan orang atau seseorang yang sedang melakukan proses komunikasi terhadap lawan bicaranya, atau orang yang menyampaikan informasi kepada sipenerima informasi. Untuk itu dalam proses komunikasi agar pesan bisa diterima dengan
baik harus memerlukan prosedur-prosedur sebagai berikut:
ATENTION INTEREST KEINGINAN TINDAKAN KEPUTUSAN
Gambar 1.
Alur� Penerimaan Pesan Dalam
Proses Komunikasi
Sumber: Data Primer Penulis
1) Attention (perhatian): komunikan harus mendengarkan dan memperhatikan secara serius terhadap isi pesan yang akan disampaikan oleh komunikator
2) Interest (Kepentingan): komunikasi yang dilakukan oleh komunikator harus menarik perhatian
komunikan
3) Desire (Keinginan): komunikan dalam proses komunikasi harus membangun keinginan yang lebih jauh
4) Decision (Keputusan): komunikan berhasil mengambil pilihan terbaik dari berbagai
alternative
5) Action (tindakan): komunikan benar-benar melakukan tindakan yang diinginkan dari proses komunikasi yang dilakukannya (Schramm, W, dalam Hubeis, M: 2012:12).
Pesan Dakwah
Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa berkomunikasi, tidak satupun aktivitas
yang kita lakukan tanpa komunikasi, cara kita melakukan
hubungan interaksi dengan orang lain, bagaimana
proses komunikasi bisa sampaikan kepada orang lain itu semua tergantung
bagaimana akan mengemas isi pesan
dengan baik. Dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah terhadap komunikan, seorang komunikan tidak akan suka
jika proses komunikasi dilakukan searah, atau dalam benuk
penyampaian informasi. Akan
tetapi sebaiknya komunikator menggunakan proses komunikasi dua arah, dengan isi
pesan yang bersifat persuasif/membujuk, merangkul, mengayomi, membimbing, dan lain sebagainya. Seorang komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah harus memperhatikan kredibilitas dirinya, kompetensi dirinya, sikap dan akhlak perilakunya, kesumuanya ini merupakan ujung
tombak dalam proses penyampaian informasi kepada komunikan.
Pesan dakwah adalah sebuah pesan
yang berisikan tentang pemahaman-pemahaman keagamaan
yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap kepribadian seseorang dan merubah sikap menjadi
seseorang yang punya pemahaman
yang religius sehingga mampu mewujudkan kepribadian seseorang yang beriman, dan bertaqwa, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjalankan perintah mengamalkan ajaran-ajaran, serta meninggalkan larangan-larangan.
Secara etimologi dakwah merupakan serapan dari bahasa
arab, yakni dari kata da�aa (fi�il madhi),� yad�uu (fi�il mudhari�) yang berarti mengajak, memanggil, dan mengundang, sehingga dalam pengertian khusus dapat berarti mengajak
kejalan Tuhan (ud�u ila sabi-li
robbika), yakni mengajak sseorang atau sekelompok orang untuk berIslam, memeluk agama Islam dan mengamalkannya,
Dakwah secara terminologi diungkapkan oleh para
pakar, antara lain: Menurut Syeikh Ali Machfudz, dakwah adalah dorongan/anjuran kepada manusia kepada kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru kepada berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan
kemunkaran agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan
akhirat (Mahfudz, 1975).
Dimulai dari
menyeru perubahan kearah kebaikan sampai kepada perubahan
struktur masyarakat dan budaya dari kedhaliman
kearah keadilan, perubahan kebodohan kearah kemajuan/kecerdasan, perubahan dari kemiskinan kerah kemakmuran dan kesejahteraan, keterbelakangan kearah kemajuan yang semuanya dalam rangka meningkatkan derajat manusia, sehingga terwujud kualitas khairul ummah (Amrullah, 1983).
Dari uraian beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa: Dakwah adalah seruan ajakan
kepada umat manusia agar mau menerima ajakan kebaikan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam , untuk
menuju kebaikan dan kesejahteraan dunia dan akhirat. Untuk itu sebagai
seorang komunikator terhadap pesan-pesan dakwah harus memahami
pemaknaan ini secara sempurna, agar kegiatan komunikasi dalam menyeru pesan-pesan
dakwah mencapai tujuan kepada mengajak,
menyeru kepada kebaikan dan meninggalkan kemungkaran demi mencapai kehidupan kebahagiaan dunia dan menuju kebahagiaan akhirat.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode dalam penelitian, menggunakan
menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang menggambarkan keadaan
yang sedang terjadi dan berlangsung pada saat penelitian dilakukan, berdasarkan
fakta yang ada , (furqon, 1997:10). Sedangkan (Ibrahim, 1989),
pengertian kualitatif adalah lebih menekankan pada kegiatan proses bukan pada
hasil, di perjelas (BOGDAN, 1982).
Bahwa penelitian kualitatif lebih berusaha memahami dan menafsirkan apa makna
pendapat dan perilaku yang ditampilkan manusia dalam suatu situasi tertentu dan
dalam kurun waktu tertentu menurut perspektif peneliti sendiri, adapu teknik
dalam proses pengumpulan data pada metode ini diantaranya: dapat dilakukan
proses observasi, wawacara, dokumentasi, dan studi pustaka.
Sasaran yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk melihat
Pengajian majelis taklim sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah diMasjid Al-Mua-�awanah bambu
kuning Pekanbaru. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menjadi sasaran pengajian majelis taklim diantaranya adalah anggota dan jama�ah Masjid Al-Muaawanah berjumlah 25 orang diKelurahan Bambu Kuning Kota Pekanbaru. Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2002).
Subjek penelitian ini terdiri dari
5 orang, yaitu: Ketua.Rt, Pengurus Masjid, Ketua Permata Kecamatan, Ketua Permata Kelurahan, dan 1 anggota majelis taklim.
Hasil dan Pembahasan
Majelis tajelis
menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah
Pengajian merupakan salah satu unsur pokok dalam syiar dan pengembangan agama Islam. Pengajian sering dinamakan dakwah Islamiyah, karena salah satu upaya dalam dakwah Islamiyah adalah lewat pengajian, dakwah Islamiyah bertujuan untuk mewujudkan ajaran agama Islam. pengajian adalah suatu kegiatan dakwah Islamiyah yang menyeru Ma�ruf dan mencegah kepada kemungkaran. Sehingga bagi umat Islam wajib untuk melaksanakan dakwah Islamiyah. Dalam hal ini bagaimana pengajian majelis taklim mampu mejadi komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Berikut wawancara peneliti dengan� ketua RT Kelurahan Bambu Kuning, tentang: Bagaimana Keadaan majelis taklim al-muawwanah?
Keadaan majelis taklim
Al-muawwanah, atau pengajian ibu-ibu disini cukup bagus,
Ibu-ibunya aktif mengikuti pengajian, dan selalu ramai, meskipun
diadakan hari sabtu, disela-sela hari libur keluarga
dan kegiatan undangan pesta, namun sepanjang
pengamatan saya, saat pengajian sering ramai.
Berdasarkan hasil wawancara diatas bersama RT setempat,dapat disimpulkan, bahwa kegiatan majelis taklim Al-Muawwanah selalu ramai, dan dipenuhi oleh ibu-ibu yang ikut pengajian, walaupun pengajiannya dilaksanakan hari libur, akan tetapi tidak menyurutkan semangat ibu-ibu tersebut untuk aktif mengikuti pengajian.
Selanjutnya wawancara peneliti dengan Ketua1,� majelis taklim Al-muawwanah, tentang: Bagaimana pesan dakwah yang disampaikan oleh Ustadz dan ustadzah, apakah sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan?
Ustadz/ustadzah yang menyampaikan pengajian disini, sering menghimbau kepada anggota untuk dapat mempraktekkan kembali ilmu yang sudah mereka dapatkan baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat pada umumnya, karena ini merupakan kewajiban kita sebagai seorang Muslim untuk mengajak kepada yang ma�ruf, dan mencegah perbuatan mungkar.
Dari hasil wawancara ditas, maka dapat disimpulkan bahwa ustadz dan ustadzah dalam menyampaikan pesan dakwahnya sudah menyampaikan kepada seluruh anggota untuk dapat mempraktekkan ilmu yang dimilikinya baik bagi diri sendiri, keluarga, dan seluruh masyarakat, karena umat Muslim wajib mengajak kepada kebaikan, dan mencegah kepada keburukan, hal ini sejalan dengan Firman Allah dalam Surah Al-Imran ayat 104.
Selanjutnya wawancara peneliti
dengan Ketua BKMT Kecamatan Tenayan Raya, tentang: Bagaimana caranya agar kegiatan majelis taklim ini akan terus
dapat berkembang dalam perannya menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan dakwah?
Hal ini bisa dilakukan
mempertahankan hubungan silaturrahmi antar anggota, menjalin hubungan komunikasi yang efektif, dan merangkul serta melibatkan seluruh anggota dalam menjalankan program majelis taklim tersebut, tujuan ini dilakukan untuk
menjaga hubungan baik antar internal anggota, sedangkan untuk pengembangan majelis taklim dilingkungan eksternal, seluruh pengurus majelis taklim harus bersatu punya tekad yang kuat dalam mewujudkan visi-misi majelis taklim.
Dari hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan majelis taklim dapat berkembang terus sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan dakwah, dengan melakukan beberapa trik, yaitu dengan menjaga hubungan silaturrahmi antar anggota internal, hubungan komunikasi yang baik, saling merangkul, dan melibatkan setiap anggota dalam kegiatan-kegiatan majelis taklim, serta pengembangan dilingkungan eksternal, bahwa seluruh pengurus majelis taklim agar dapat bersatu membulatkan tekad untuk mewujudkan visi-misi, hal ini sejalan dengan tujuan majelis taklim yaitu, mempererat tali silaturrahmi.
Pembahasan������������������������������������������������������
Majelis taklim
menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah
Dari hasil penelitian melalui proses wawancara kelapangan yang sudah dilakukan terhadap narasumber yang menjadi subjek penelitian tentang, pengajian majelis taklim mampu menjadi komunkator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Semua narasumber menggambarkan jawaban tentang pengajian majelis taklim dikatakan mampu menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwa. Terlihat dari wawancara bersama Ketua RT setempat, bahwa keberadaan majelis taklim dikatakan sangat aktif, terbukti selalu ramai pada saat pengajian, dan tidak terganggu dengan atifitas yang lain, sehingga dengan demikian dapat dibahas bahwa keberadaan majelis taklim mampu mengajak menyeru kepada ibu-ibu untuk amar ma�ruf dan nahi munkar, selanjutnya juga dapat dibahas dari pejelasan ketua majelis taklim kecamatan mengenai apakah isi pesan dakwah sudah sesuai dengan tujuan yaitu menjadi komunkator dakwah, dapat dibahas bahwa, tujuan dakwah ustadz dan usttadzah sudah sangat sesuai dengan tujuan komunikator dakwah, hal ini sejalan dengan pendapat (Mahfudz, 1975). Pesan dakwah adalah sebuah pesan yang berisikan tentang pemahaman-pemahaman keagamaan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap kepribadian seseorang dan merubah sikap menjadi seseorang yang punya pemahaman yang religius sehingga mampu mewujudkan kepribadian seseorang yang beriman, dan bertaqwa, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjalankan perintah mengamalkan ajaran-ajaran, serta meninggalkan larangan-larangan. Sejalan juga dengan surah Al-Imran Ayat 104, yang artinya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S Ali Imran: 104)
Pengajian majelis taklim mampu menjadi komunikator
dalam menyampaikan pesan dakwah sudah
berhasil dilakukan dengan baik sehingga
anggota pengajian dan seluruh masyarakat dapat mengikuti ajaran-ajaran kebaikan yang sudah tercantum dalam Alquran, dan mampu menghindari diri mereka dari
kejahatan.
Upaya yang dilakukan oleh pengurus dan anggota dalam menyampaikan pesan dakwah dengan menggunakan pendekatan-pendekatan khusus, diantaranya, pengurus melakukan pendekatan khusus terhadap anggota, mengajak bekerja sama, saling menghargai dan merangkul selurh anggota, dan pengurus juga harus bisa beradaptasi dengan anggota dan tidak saling berbagi ilmu pengetahuan. Kemudian juga pada saat pengajian pengurus punya program pengajian khusus agar anggota tidak bosan untuk mengikuti pengajian, dengan metode diskusiinteraktif bersama ustadz-ustadzah, tentang materi pengajian, selanjutnya memerikan doorprise dari kegiatan tanya jawab tersebut. Anggota juga menanggapi tentang pengajian menjadi kmunikator pesan dakah, bahwa anggota mendapatkan ilmu pengetahuan dibidang agama Islam, dengan tertib beribadah, rajin membaca Alquran, serta mampu mengajarkan kepada anak-anak mereka.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Majelis
taklim Al-muawwanah mampu menjadi komunikator
dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah:
1. Jumlah anggota
majelis taklim relatif meningkat dari waktu kewaktu,
karena setiap anggota berperan aktif menjadi komunikator
dakwah dalam perannya mengajak anggota baru untuk
mengikuti pengajian.
2. Adanya perubahan
sikap anggota dan masyarakat setelah mengikuti pengajian dengan mengaplikasikan nilai isi pesan
dakwah kedalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran
Alquran dan Hadits.
3. Isi pesan
dakwah yang disampaikan sesuai dengan tujuan
Majelis taklim yaitu menyeru kepada
�amar ma�ruf dan nahi mungkar, mengajak
kepada kebaikan dan meninggalkan hal-hal yang besifat kemungkaran.
BIBLIOGRAFI
Alawiyah, T. (1997). Strategi Da�wah
di Lingkungan Majelis Ta�lim. Mizan, Bandung. Google Scholar
Amrullah, Ahmad.
(1983). Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Primaduta. Google Scholar
Arikunto,
Suharsimi. (2002). Prosedur suatu penelitian: pendekatan praktek. Edisi
Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Google Scholar
BOGDAN, R.
BIKLEN. (1982). SK Qualitative research for education. Boston, Allyn And.
Google Scholar
Hasan, Rikyat
Mubarok. (2017). Pengaruh intensitas mengikuti pengajian Rabu Wage terhadap
peningkatan kepercayaan diri kader (studi kasus di Majelis Taklim Jogo Roso PC
PMII Kota Semarang). UIN Walisongo. Google Scholar
Ibrahim, Nana
Sudjana. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Google Scholar
Khusniyah,
Maslihatul Nurul. (2016). Pengaruh Pengajian Pagi Terhadap Penurunan Tingkat
Stres Karyawan Di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. STAIN Kudus. Google Scholar
Mahfudz, Syeikh
Ali. (1975). Hidaayah alMursyidiin, cet ke VII. Mesir: Dar Al-Mishr. Google Scholar
Munir, M.
(2009). Metode Dakwah, Cet. Ke-3, Jakarta: Kencana. Google Scholar
Sururin, M. Ag.
(2004). Ilmu Jiwa Agama. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Google Scholar
Copyright holder: Idawati |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |