����� �Syntax
Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
������
e-ISSN : 2548-1398
������
Vol. 3, No.10 Oktober 2018
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN
BERBASIS PAKEM MELALUI PEER TEACHING
DALAM MGMP SISTEM SEL DI SUB RAYON 5 KABUPATEN CIREBON
Yusup
SMP Negeri 1 Gunung Jati
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
merupakan bentuk evaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah bagi
seorang pembina. Pembina yang dalam hal ini sekaligus sebagai peneliti sendiri
menyusun PTS dengan maksud meningkatkan kemampuan maupun kompetensi guru di
sekolah. Peningkatan profesionalitas dalam mengelola pembelajaran yang
menggunakan basis PAKEM melalui model pembelaran peer teaching. Dalam MGMP
sistem SEL Objek yang diambil adalah guru Bahasa Indonesia pada sekolah di sub
rayon 5 yaitu SMP Negeri 1 Gunung Jati Kabupaten Cirebon. Prosedur atau mekanisme pelaksanaan penelitian
ini dengan penelitian tindakan sekolah, dengan metode siklus. Peneliti akan
menggunakan tiga siklus, dimana di dalam setiap tahapan siklus terdiri dari
empat kegiatan pokok. Hal tersebut diantaranya adalah perencanaan, pelaksanaan
kegiatan, refleksi serta evaluasi/revisi. Adapun
hasil dari penelitian yang dilakukan adalah perlunya menentukan tindakan
sebagai berikut; perlunya sikap guru dalam menggunakan strategi PAKEM,
mempraktikan peer teaching pada MGMP, menunjukan semangat yang tinggi dengan
mengikuti kegiatan MGMP. Sedangkan hasil pembahasan
pada penelitian didapatkan bahwa pada setiap siklus yang memiliki tingkat yang
sangat tinggi adalah kehadiran dari guru dalam MGMP, respon siswa dalam KBM, kegiatan Peer Teaching,
sikap guru dalam ikut
serta MGMP, penyusunan RPP, serta pelaksanaan KBM, respon guru dalam proses
pembelajaran pada setia siklus (I, II dan III) menggambarkan peningkatan yang
sangat signifikan.
�Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peer
teaching dalam kegaitan MGMP dengan menggunakan sistem SEL mampu meningkatkan
kompetensi dan profesionalitas guru dalam proses KBM yang bebasis PAKEM.
Pendahuluan
Berkaca pada Permen No 12 Tahun
2007 mengenai Standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Kepala Sekolah, hal tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut; 1). Kompetensi
kepribadian, 2). Kompetensi supervisi manajerial, (3) kompetensi supervisi akademik,
(4) kompetensi evaluasi, (5) kompetensi penelitian pengembangan, dan (6)
kompetensi Sosial. Adapun tugas dan fungsi
dari seorang kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik serta supervisi manajerial. Adapun tahapan yang dilakukan
adalah sebagai berikut; 1).
Menstimulasi para guru untuk dapat merefleksikan kembali hasil-hasil capaian
sehingga dapat terevaluasi kelemahan maupun kekuatan dalam menjalankan tugas
perannya di sekolah, terutama dalam masalah tugas pokok sejenis, 2). Melakukan pembinaan
terhadap guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran, termasuk diantaranya
adalah RPP, pemberian Silabus yang akan diajarkan, sampai pada batasan materi
yang harus disampaikan sehingga relevan dan up to date, 3). Melakukan pembinaan
terhadap guru ketika memilih dan
menggunakan stategi/ metode/
model/ teknik pembelajaran/ yang
bisa dioperasionalkan sesuai dengan potensi atau kemampuan siswa, sehingga
dapat proses pembelajaran siswa dapat menangkap materi pembelajaran dengan
baik, 4). Melakukan pembinaan
terhadap guru dalam masalah penguasaan kelas, atau manajemen, hal ini ditujukan untuk meningkatkan mutu semata
�Dalam
melaksanakan tugas-tugas tersebut di atas, peneliti
berperan sebagai Kepala Sekolah
senantiasa berusaha memantau, membina/ membimbing, memberi contoh serta mengevaluasi kinerja
guru dengan harapan pendidik atau guru mampu
mengembangkan/ memberdayakan diri dalam keempat
bidang
kompetensinnya, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial serta kompetensi profesionalnya demi peningkatan
mutu khususnya di sekolah tempat mereka bekerja. Hal
ini menjadi tugas pokok dan fungsi dari seorang kepala sekolah yang berperan
sekaligus sebagai pengendali mutu sekolah. Kepala sekolah memiliki
tanggungjawab dan peran yang luas dalam membangun sekolah yang sesuai dengan
tujuan dan harapan yang sudah disepakati bersama. Karena itu peneliti sekaligus
dalam hal ini sebagai kepala sekolah disini senantiasa berperan untuk melakukan
evaluasi diri demi tercapainya tujuan pembelajaran yang dicita-citakan. Karena
pada dasarnya hanya kepala sekolah lah yang dapat menentukan maju mundurnya
lembaga tersebut. Karena itu evaluasi ini sebagai bentuk pijakan kepala sekolah
dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan kedepan.
Berbagai
usaha telah dilakukan dalam meningkatkan mutu ini dengan lahirnya UU No 14 tahun 2005 penjelasan
mengenai Guru dan Dosen, Selanjutnya
turun Permen No
19 tentang Standar Nasional, serta Peraturan Menteri no 16 tentang kompetensi
guru dan Peraturan Menteri Diknas No 18 tetang sertifikasi Guru dan Dosen, semua itu
semata untuk meningkatan mutu. Peraturan dan
kebijakan tersebut sebagai acuan bagi para pelaku atau penyelenggara
pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar sesuai dengan standar nasional. Dalam
suatu bangsa, dibutuhkan peraturan maupun kebijakan guna penyelenggaran
pendidikan yang layak, yang memiliki standar minimum agar proses pendidikan
tidak jauh dari harapan bangsa. Karena pada dasarnya pendidikan merupakan
kegiatan yang ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota
masyarakat yang baik, yang sesuai dengan harapan bangsa/ masyarakat. Karena itu
dibutuhkan instrumen kebijakan untuk mengatur proses pendidikan tersebut
sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan zaman.
Guru
merupakan agen pendidik sehingga perannya menjadi
sangat penting posisinya, karena gurulah yang paling dekat untuk merubah
kompetensi peserta didik. Guru harus senantiasa siap merubah paradigma lama
misalnya dalam melaksankan PBM menggunakan istilah teaching
yang terpusat pada guru. Istilah itu populer digunakan oleh para pendidikan
dengan istilah teacher centered.
Namun metode ini untuk saat ini sudah dianggap usang, monoton dan tidak
efektif, karena peserta didik cenderung diam dan tidak aktif. Dalam metode teacher centered, hanya guru lah yang
aktif dalam proses pembelajaran. Padahal pada dasarnya proses pendidikan
merupakan proses pendewasaan, proses pengembangan, yang mana dibutuhkan
keaktifan dari peserta didik sendiri. Jika hanya guru saja yang aktif di kelas,
sementara peserta didik hanya duduk terdiam menerima informasi dari guru, maka
proses pembelajaran tersebut tidak dapat mengembangkan daya nalar, pikir maupun
kepribadian peserta didi untuk berkembang. Posisi Peserta didik dalam kegiatan
pendidikan adalah sebagai subyek.� Siswa
atau peserta didik adalah pelaku dari proses pendidikan, sementara guru
berperan sebagai evaluator, mediator, fasilitator dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, proses pendidikan yang dapat membangun, memberdayakan dan mampu
memposisikan peserta didik menjadi subyek pendidikan (aktif-partisipatif)
adalah dengan metode student centered.
Metode ini merupakan proses pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
Kepala
Sekolah yang merangkap sebagai pendidik bahasa Indonesia, peneliti juga sebagai mitra guru dalam meningkatkan
kompetensi tersebut berusaha membina dan membimbing dalam pembuatan silabus,
RPP serta pelaksanaan PBM-nya baik dalam kegiatan MGMP atau dipantau langsung
ke dalam kelas. Namun demikian dari hasil pengamatan
bahwa dari 30 guru bahasa Indonesia yang sesuai dengan pembelajaran aktif,
kreatif dan menyenangkan hanya 8 orang. Itu artinya guru yang menggunakan
strategi pembelajaran PAKEM hanya 27%, dan sebanyak 73% guru bahasa Indonesia
masih cenderung konvensional, artinya belum menggunakan strategi PAKEM. Pada
dasarnya proses pembelajaran harus terdiri dari 4 pilar UNESCO. Hal tersebut
diantaranya adalah learning to
know, learning to do, learning to be dan learning to life together, dengan
pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning)
tidak monoton, membosankan, karena hal tersebut dapat terhambat dalam mencapai
tujuan pendidikan. Pembelajaran bahasa Indonesia memang, mata pembelajaran yang
perlu strategi yang jitu dalam menyampaikannya. Jika guru atau pendidiknya
kurang pemahaman, pengetahuan pengalaman dalam mempraktekannya, maka akan terjadi
kejenunan pada peserta didik dalam proses pembelajaran. Itu artinya
pembelajaran akan bersifat strategi
teacher centered. Kadang
kemampuan dan potensi siswa tidak tergali dan prestasi
siswapun belum mencapai tarap yang
diinginkan.
Menurut hasil
pengamatan dan observasi bahwa guru yang sudah dan mampu menyusun perangkat
pembelajaran secara lengkap hanya 6 orang atau dalam presentase sebanya 20%.
Sementara dalam menyusunan silabus yang sesuai dengan kategori baik sebanyak 10
orang atau dalam presentase 33%. Sementara dalam menyusun RPP yang baik
sebanyak 6 orang guru atau dalam presentase guru sebanyak 20%. Kemudian dalam
melaksanakan kegaitan KBM yang menggunakan strategi PAKEM hanya sebanyak 8
orang atau dalam presentase 27% serta yang aktif dalam kegiatan pertemuan MGMP
berjumlah rata-rata 40%, dengan lokasi kegiatan yang cukup jauh dari lokasi
guru tersebut bekerja.
Dengan demikian,
peneliti sebagai Kepala Sekolah merasa mempunyai kewajiban untuk mencari
solusinya dalam meningkatkan kemampuan guru tersebut khususnya kemampuan
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang Aktif, Kreatif dan Menyenangkan
(PAKEM ) dalam hal ini peneliti mencoba mengadakan Penelitian Tidakan Sekolah
(PTS) dengan judul �Peningkatan Kompetensi
Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berbasis PAKEM� melalui�
Peer Teaching �dalam MGMP Sistem SEL di Subrayon 05 SMP
Negeri 2 Kapetakan Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon�
Metode
Penelitian
A.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Observasi
(pengamatan) untuk data kualitatif, dilakukan dalam pengamatan aktifitas guru
pada pembuatan RPP dan kegiatan Peer
Teaching �pada kegiatan MGMP, serta
pelaksanaan PBM di sekolah/kelas masing-masing anggota MGMP;
2.
Wawancara;
dilakukan terhadap guru dan siswa sebelum dan sesudah selesai melaksanan PBM;
3.
Analisis
hasil kegiatan Peer Teaching �pada MGMP dan hasil pelaksanaan proses belajar
mengajar yang PAKEM� untuk data
kuantitatif. Untuk lebih jelasnya berikut ini teknik pengumpulan data.
Tabel 1.
Teknik Pengumpulan Data
No |
Sumber Data |
Jenis Data |
Teknik Pengumpul- an Data |
Instrumen |
Waktu |
1 |
Guru |
Permasalahan yang ada kaitan nya dengan pembelajaran |
Observasi |
Lembar isian tentang
permasalahan pembelajaran |
Pertemuan Pertama kegiatan
MGMP Inti |
2 |
Guru |
Sikap guru terhadap model PBM
yang dicontohkan |
Kuesioner |
Lembar kuesioner |
Pertemuan Pertama
Kegiatan� MGMP Inti |
3 |
Guru |
Aktifitas guru dalam pembuatan RPP |
Observasi |
Format observasi aktifitas
guru |
Kegiatan MGMP |
4 |
Guru |
Aktifitas guru Dalam Peer Teaching |
Observasi |
Format observasi aktifitas
guru |
Kegiatan MGMP |
5 |
Guru |
Aspek afektif guru |
observasi dan wawancara |
Format observasi aspek
afektif |
Kegiatan MGMP, sebelum,
Selama, dan sesudah Pelaksanaan PBM (real teachung) |
6 |
RPP |
Gambaran kemampuan membuat
RPP |
observasi dan wawancara |
Format observasi |
Kegiatan MGMP dan sebelum
pelaksanaan PBM (real teaching) |
7 |
Guru |
Gambaran kemampuan
pelaksanaan PBM |
observasi dan wawancara |
Format observasi (Skala Likert) |
Kegiatan pelaksanaan PBM (rea
teaching |
8 |
Siswa |
Aspek Afektif siswa |
Tes sikap dan minat |
Format Skala likert |
Setelah kegiatan PBM |
B.
Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh
dianalisis dengan merujuk pada teknik an�lisis, yaitu interpretasi data hasil
observasi, hasil analisis kegiatan MGMP dan analisis kegiatan Proses Belajar
Mengajar (PBM).
Tabel 2.
Rentang Nilai Keberhasilan
Rentang nilai |
Kualifikasi |
�85�
< A ≤100 |
Sangat baik |
70� < B ≤ 85 |
Baik |
56 ≤ C ≤ 70 |
Cukup |
40≤ D≤ 56 < 20 |
Kurang Sangat kurang |
C.
Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS)� mengacu pada
prosedur penelitian tindakan kelas: Hopkin,1993:48 dan Kember,2000:26, yaitu
sebagai berikut :
Refleksi
Awal (sebelum Perlakuan)
Gambar 1. Spiral (siklus) Penelitian Tindakan Sekolah
Hasil
dan Pembahsan�
penelitian ini
terdiri dari 3 siklus� secara berdaur
ulang dan berkelanjutan. Setiap siklus terdiri dari tahapan: perencanaan,
pelaksanaan (tindakan dan observasi) dan refleksi serta perbaikan untuk
dijadikan rencana berikutnya. Hal ini sebenarnya sama dengan prinsip� supervisi akademik yang terdiri dari 3 pase
yaitu; Pra Confrence, Observation� dan
Post Conference.
Penelitian ini
dilaksanakan setiap hari MGMP bahasa Indonesia yaitu hari Senin seperti
tercantum dalam jadwal pelasanaan penelitian pada bab sebelumnya. Adapun
kegiatannya adalah; pelaksanaan Peer Teaching, refleksi, revisi RPP, pembuatan
RPP, supervisi kelas, dan kesimpulan untuk merencanakan strategi berikutnya.
A. Implementasi
dan Hasil Tindakan
1.
Siklus Pertama
Pada
siklus ini peneliti melakukan tindakan dengan melaksanakan pertemuan MGMP di
SEL induk pada hari Senin kedua bulan Januari 2015 untuk mengadakan pembinaan
dengan pemberian materi strategi/metode/teknik pembelajaran yang diawali dengan
Peer Teaching �dilajutkan dengan diskusi dan pembetrian
angket untuk lansung dijawab dan diambil kesimpulan sebagai rencana untuk
kegiatan MGMP selajutnya. Dari pertemuan itu maka diperoleh data sebagai
berikut;
Tabel 3.
������� Hasil Wawancara (Quesioner) Awal Untuk
Menentukan Tindakan
NO. |
PERTANYAAN |
FREKUENSI JAWABAN |
PROSENTASE |
DESKRIPSI JAWABAN |
1. |
Apakah Anda merasa senang
dengan PBM yang dilakukan barusan |
Ya= 27 |
90% |
-Sulit untuk dilakukan oleh
siswa kami - Susah mencari materinya - terlaulu makan waktu banyak |
Tdk= 3 |
10% |
|||
2. |
Apakah Anda senang dengan
strategi yang digunakan barusan? |
Ya = 25 Tdk = 5 |
83% 17% |
- agak susah diikuti karena
baru 2 orang - banyak menggunakan waktu 2 - masih bingung |
3. |
Setujukah Anda kalau kegiatan
Peer Teaching� dilakukan pada setiap
pertemuan MGMP? |
Ya = 25 |
83 % |
|
4. |
Setujukah Anda jika kegiatan
MGMP bertempat di dekat sekolah Anda? |
�Ya = 25 Tdak= 5 |
83% 17% |
- ke sekolah tempat kerja
jauh |
5. |
Kapan Peer Teaching� dalam MGMP sebaiknya dilakukan? Awl/tengah
/akhir |
Awal = 13 Tengah= 7 Akhir = 10 |
43% 23% 34 % |
Awal: banyak waktu untuk
perbaikan Tengah : supaya teori dulu Akhir: perbaikan bisa di
rumah |
Dengan
melihat tabel di atas, maka peneliti bersama-sama� peserta MGMP berdiskusi dan menarik
kesimpulan bahwa kegiatan MGMP sitem SEL akan dilaksanakan dalam jumlah kecil
tidak begitu jauh dari sekolah tempat bekerja, kegiatan yang akan terus
dilakukan adalah Peer Teaching, pembuatan RPP dan pelaksanaan di kelas/sekolah
masing- masing dan saling memantau satu sama lain.
1)
Pelaksanaan Siklus Pertama
a.
Refleksi dan Evaluasi
Hasil penelitian
dari siklus pertama dinyatakan dengan tabel berikut;
Tabel 4.
Rekapitulasi hasil Pemantauan Siklus Pertama
Rata Kehadiran
Guru |
Rata-Rata Nilai
RPP |
Sikap Guru Selama
Kegiatan MGMP |
Rata-Rata Peer
Teaching |
Rata-Rata Nilai PBM |
Sikap Siswa Terhadap
PBM & Strategi |
Sikap Guru Terhadap PBM
& Strategi |
91,11% |
77,78 |
79,60 |
76,76 |
83,61 |
70 |
80% |
Amat Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Dari kegiatan
siklus pertama ini peneliti dapat mengevaluasi�
bahwa kegiatan Peer Teaching �masih dapat dilanjutkan dalam kegiatan MGMP.
Selanjutya, dan strategi yang sudah dicobakan yaitu �Maka A Match, Jig saw, dan Story Based on pictures� telah
disepakati untuk diganti dengan� strategi
yang lain yaitu dengan 1) Think Pair
Shares, 2) Two Stay Two Stray, dan 3) Role Playing. RPP juga diperbaiki
baik secara bersama-sam ataupun perorangan.
2.
Siklus Kedua
1)
Perencanaan Siklus Kedua
Hasil diskusi dari refleksi pada putaran pertama� dijadikan pedoman yaitu berupa bahan strategi
PBM, dan merevisi rencana pelaksanaan pembelajarannya.
a.
Refleksi dan Evaluasi Siklus Kedua
Tabel
5.
Rekapitulasi
hasil Pemantauan Siklus Kedua
Rata Kehadiran Guru |
Rata-Rata Nilai RPP |
Sikap Guru Selama Kegiatan
MGMP |
Rata-Rata Peer Teaching |
Rata-Rata Nilai PBM |
Sikap Siswa Terhadap PBM &
Strategi |
Sikap Guru Terhadap PBM &
Strategi |
97,77% |
78,11 |
80 |
78,57 |
77,58 |
78 |
84 |
Amat Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
�����������
����������� Dari kegiatan siklus kedua ini
peneliti dapat mengevaluasi dan menarik kesimpulan sebagai berikut; kegiatan Peer Teaching �masih dapat dilanjutkan dalam kegiatan MGMP.
Selanjutya, strategi yang sudah dicobakan yaitu �1) think pair shares, 2)two stay two stray, dan 3) role playing
dapat dicoba terus dengan perbaikan-perbaikan. Dilihat perbedaan hasil dari
siklus pertama terdapat peningkatan meskipun ada yang masih tetap atau bahkan
menurun tapi secara keSeluruhan ada peningkatan.
3.
Siklus Ketiga
a.
Perencanaan Siklus Ketiga
Seperti terlihat dari refleksi siklus kedua bahwa
tindakan pada siklus ketiga ini akan melakukan strategi yang berbeda meskipun
tidak semuanya, yaitu menggunakan strategi � role playing untuk genre narrate, two stay two stray untuk bahan
ajar reading narrate dan CIRC juga
sama untuk genre narrate.
b.
Refleksi dan Evaluasi Siklus Ketiga
Tabel 6.
Rekapitulasi Hasil Pemantauan Siklus Ketiga
Rata Kehadiran Guru |
Rata-Rata Nilai RPP |
Sikap Guru Selama Kegiatan
MGMP |
Rata-Rata Peer Teaching |
Rata-Rata Nilai PBM |
Sikap Siswa Terhadap PBM &
Strategi |
Sikap Guru Terhadap PBM &
Strategi |
97,77% |
79,67 |
89,33 |
78,54 |
79,23 |
87 |
89,33 |
Amat Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Dari kegiatan
siklus ketiga ini peneliti dapat mengevaluasi dan menarik kesimpulan sebagai
berikut; kegiatan Peer Teaching �masih dapat dilanjutkan dalam kegiatan MGMP
selanjutnya, strategi yang sudah dicobakan yaitu �1) Think Pair Shares, 2) Two Stay Two Stray, dan 3) Role Playing
dapat dicoba terus dengan perbaikan-perbaikan. Dilihat perbedaan hasil dari
siklus pertama terdapat� peningkatan
meskipun ada yang masih tetap atau bahkan menurun tapi secara keseluruhan ada
peningkatan.
Kesimpulan
Dari hasil
penelitian tindakan sebanyak tiga siklus ini dan dengan berdasarkan temuan,
analisis data dan refleksi pada setiap siklus, serta pembahasannya, maka
peneliti dapat menyimpulkan sebagai�
berikut;
1)
Dengan mengaplikasikan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)��
yang terencana dengan baik maka guru merasa lebih percaya diri dalam
melaksanakan tugasnya sehingga PBM berjalan efektif dan efisien;
2)
Guru semakin
termotivasi untuk selalu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang
PAKEM� dengan berbagai strategi;
3)
Dengan pelaksanaan PBM
berbasis PAKEM, siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya terutama berani
berbicara tanpa takut salah karena dalam PAKEM, guru senantiasa memberdayakan
kemapuan siswa dalam menggunakan keterampilan berbahasa Indonesianya baik
keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), Membaca (reading),
ataupun menulis (writing);
4)
Pelaksanaan MGMP dengan
sitem SEL dapat meningkatkan kehadiran dan termotivasinya guru untuk selalu
hadir di kegiatan ini serta selalu ingin segera mengaflikasikan hasil yang
sudah direncanakan dalam MGMP dalam pembelajaran di kelasnya;
5)
Kerjasama yang baik
antara Kepala Sekolah, guru serta pengawas, dapat meningkat, sehingga
permasalahan pembelajaran segera tertangani;
6)
Dengan melakukan Peer
Teaching , kompetensi kepribadian guru semakin meningkat karena mereka
akan� berani berbuat berani bertanggung
jawab,� berani mengkritik/ berkomentar
dan berani pula dikritik/ dikomentar;
7)
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam membina guru/ sekolah tertama melakukan supervisi akademik/
klinis dengan memerdayakan hasil MGMP model SEL dapat meningkat;
8)
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam bidang penelitian dan�
pengembangan dapat meningkat.
BIBLIOGRAFI
Acheson,
Keith A, et al. 1987. Techniques in The
Clinical Supervision of Teachers. New York & London : Longman.
Arikunto,
Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan
Sekolah, Makalah pada Bimbingan dan Teknik KTI bagi Jabatan Fungsional
Kepala Sekolah Sekolah, Direktorat PMPTK Departemen� Nasional.
Berman
Sally. 2002. Making Choice Theory Work In
A Quality Classroom,USA: Skylight Training and Publishing,Incc
Depdiknas. 2004. Pemberdayaan MGMP. �Jakarata: Direktorat� Menengah.
_________. 2004. Revitalisasi
MGMP Dalam Konteks School Reform Dengan Pendekatran MPMBS. Jakarta: Direktorat
PMU.
_________. 2015. Kumpulan
Peraturan Menteri� Nasional tentang
Standar Nasional� dan Panduan KTSP.� Jakarta: Departemen� Nasional.
__________. 2015. Petunjuk
Teknis Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu� dan Tenaga Kerja.
__________. �Undang-Undang
nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem�
Nasional, Jakarta
__________. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional. Jakarta
�����������
Hopkin
David P. 1993. A teacher�s Guide to
Classroom Research. Buckingham: Open Unersity.
Kardiawarman.
2001. Penelitian Tindakan Kelas. IKIP
Rayon 03.