�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue, No. 2, Desember 2021
�
ANALISIS PENGARUH KETERLIBATAN SELEBRITAS DI INDUSTRI
KOSMETIK AMERIKA DALAM STUDI KASUS RIHANNA DAN FENTY BEAUTY
Laretna Pranadian Rahajeng,
Asri Saraswati
Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Selebritas memiliki kaitan erat dengan dunia kosmetik dan kecantikan. Mereka identik sebagai pengguna kosmetik, baik dalam profesinya maupun penampilannya di hadapan publik. Selebritas juga kerap ditampilkan untuk merepresentasikan sebuah produk kosmetik melalui kerja sama dengan merek yang telah ada. Dewasa ini, muncul fenomena baru di mana selebritas mulai beralih peran dan muncul mengusung merek kosmetik pribadinya. Hal ini memungkinkan seorang selebritas untuk lebih terlibat langsung dalam mempengaruhi industri kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah fenomena ini dengan mengangkat studi kasus Fenty Beauty dan Rihanna. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis pengaruh dari adanya keterlibatan Rihanna dalam Fenty Beauty.� Penelitian ini menganalisis data berupa konten sosial media, kampanye, dan artikel berita untuk melihat bagaimana identitas dan reputasi Rihanna sebagai seorang selebritas mempengaruhi karakteristik dan penerimaan terhadap Fenty Beauty sebagai sebuah merek kosmetik. Hasil penelitian ini menemukan bahwa keterlibatan Rihanna berpengaruh positif terhadap minat publik terhadap kemunculan Fenty Beauty di industri kosmetik. Keterlibatan Rihanna turut berkontribusi membentuk Fenty Beauty sebagai merek yang inklusif sehingga ia dapat diterima dengan positif oleh pengguna kosmetik dari kalangan perempuan kulit hitam. Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa keterlibatan Rihanna membuat Fenty Beauty rentan terhadap dampak negatif akibat kontroversi yang muncul dari perilaku Rihanna sebagai seorang selebritas.
Kata Kunci: fenty beauty, rihanna, industri kosmetik amerika, celebrity entrepreneurship
���������������������������������������������
Abstract
Celebrities have a
close relationship with the world of cosmetics and beauty. They are identical
as cosmetic users, both in their profession and appearance in public.
Celebrities are also often shown to represent a cosmetic product through
collaboration with existing brands. Today, a new phenomenon has emerged where
celebrities are starting to switch roles and appear carrying their personal
cosmetic brands. This allows a celebrity to be more directly involved in influencing
the cosmetic industry. This study aims to examine this phenomenon by adopting
case studies of Fenty Beauty and Rihanna. This study uses a qualitative method
to analyze the effect of Rihanna's involvement in Fenty Beauty. This study
analyzes data in the form of social media content, campaigns, and news articles
to see how Rihanna's identity and reputation as a celebrity affects the
characteristics and acceptance of Fenty Beauty as a cosmetic brand. The results
of this study found that Rihanna's involvement had a positive effect on public
interest in the emergence of Fenty Beauty in the cosmetic industry. Rihanna's
involvement has contributed to shaping Fenty Beauty as an inclusive brand so
that it can be positively received by black female cosmetic users. However, this
study also finds that Rihanna's involvement makes Fenty Beauty vulnerable to
negative impacts due to the controversy that arises from Rihanna's behavior as
a celebrity.
Keywords: fenty beauty, rihanna, american cosmetics
industry, celebrity entrepreneurship
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Kosmetik
identik dengan pengalaman hidup perempuan di ranah kecantikan. Praktik
penggunaan kosmetik juga terus berkembang dan menjadi bagian penting yang tidak
dapat dipisahkan dari gaya hidup perempuan modern (Creswell, 2012).
Perkembangan teknologi internet dan media sosial membuka jalan bagi munculnya
beragam konten tentang kecantikan dan meningkatkan relevansi kosmetik dalam
kehidupan perempuan masa kini. Seiring dengan situasi ini, industri kosmetik di
Amerika juga terus mengalami perkembangan. Dewasa ini, salah satu fenomena
menarik yang dapat dilihat adalah kemunculan berbagai merek kosmetik baru yang
diprakarsai oleh selebritas. Sepanjang tahun 2016-2-2021, muncul 34 merek
kosmetik baru yang didirikan oleh kalangan selebritas Amerika. Angka ini
menunjukkan perkembangan yang signifikan jika dibandingkan dengan kondisi di
tahun 1981-2015, di mana hanya ada 14 selebritas yang berkecimpung di industri
kosmetik (Wischhover, 2021).
Dalam sejarahnya, relasi
selebritas dengan industri kosmetik umumnya terbatas dalam peran mereka sebagai
model maupun duta dari sebuah merek kosmetik yang sudah ada. Namun saat ini,
selebritas Amerika semakin banyak yang beralih peran dan menjalankan sekaligus
mempromosikan merek miliknya sendiri.
Salah satu merek kosmetik
milik selebritas yang berhasil meraih kesuksesan adalah Fenty Beauty. Didirikan
pada tahun 2017, Fenty Beauty adalah merek kosmetik yang diprakarsai oleh
musisi Rihanna. Dalam perkembangannya, Fenty Beauty mampu meraih kesuksesan
dalam waktu singkat. Di tahun pertama kemunculannya, Fenty Beauty meraup
penghasilan hingga $570 juta dan dinobatkan satu dari 25 Best Inventions tahun
2017 versi majalah Time (Fetto, 2020).
Hingga saat ini, Fenty Beauty menjadi salah satu merek kosmetik yang
diperhitungkan dalam industri kosmetik Amerika. Pada tahun 2021, Fenty Beauty
tercatat sebagai merek kosmetik selebritas tersukses dan dengan perolehan
keuntungan terbesar (Wray, 2021).
Sebagai merek yang diinisiasi oleh Rihanna, kesuksesan dan pencapaian Fenty
Beauty ini dapat dibaca sebagai sebuah prestasi bagi Rihanna sendiri. Menurut
Forbes, Fenty Beauty berkontribusi menjadikan Rihanna sebagai miliarder dan
musisi perempuan terkaya di dunia di tahun 2021 (Berg, 2021).
Keberhasilan Fenty Beauty untuk masuk dan mengukuhkan diri sebagai pemain utama
di industri kosmetik Amerika mencerminkan keberhasilan Rihanna dalam membangun
merek kosmetiknya ini.
Berangkat dari asumsi bahwa Rihanna memiliki andil dalam kesuksesan Fenty Beauty, penelitian ini akan menganalisis Fenty Beauty dalam konteksnya sebagai sebuah bisnis milik selebritas. Dengan menggunakan konsep celebrity entrepreneurship sebagai acuan, penelitian ini akan menjawab pertanyaan penelitian tentang apa bentuk nyata keterlibatan Rihanna dalam Fenty Beauty dan bagaimana keterlibatannya mempengaruhi Fenty Beauty sebagai sebuah merek kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana asosiasi dengan seorang selebritas dapat mempengaruhi konstruksi identitas dan menentukan penerimaan publik terhadap sebuah merek kosmetik. Penelitian ini akan mengumpulkan data tertulis dan visual dari sumber-sumber daring untuk dianalisis dengan menggunakan konsep celebrity entrepreneurship. Hasil temuan akan digunakan untuk melihat bagaimana Rihanna memanfaatkan statusnya sebagai selebritas untuk membangun Fenty Beauty. Dengan mengangkat kasus ini, penelitian diharapkan dapat mejadi acuan dalam memahami kemunculan merek kosmetik selebritas di industri kosmetik Amerika.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini
mengacu pada definisi (Creswell, 2012)
terkait studi kasus sebagai metode untuk menganalisis suatu fenomena secara
mendalam dengan cara mengumpulkan dan menginterpretasi data secara ekstensif.
Penelitian ini menggunakan model studi kasus tunggal yang fokus pada satu kasus
yang berfungsi sebagai representasi dari suatu fenomena umum (Yin, 2003).
Dengan mempertimbangkan signifikansi Fenty Beauty dan Rihanna di industri
kosmetik, kasus ini menjadi fokus penelitian karena diyakini dapat memberikan
gambaran untuk memahami fenomena celebrity entrepreneurship di industri kosmetik
Amerika. Penelitian ini akan menggunakan data primer berupa pernyataan
langsung, video wawancara, iklan, maupun konten promosi yang diperoleh melalui
situs dan media sosial resmi milik Rihanna dan Fenty Beauty. Data sekunder
berupa artikel berita, jurnal, dan buku dari sumber-sumber lain yang relevan
akan digunakan sebagai penunjang dalam penelitian.
Analisis data yang telah dikumpulkan akan dilakukan dalam tiga tahapan.
Pertama, penelitian ini akan meninjau
identitas dan reputasi yang
dibangun Rihanna sebagai seorang selebritas. Kedua, peran Rihanna dalam membangun dan menjalankan Fenty Beauty akan ditelaah untuk melihat involvement Rihanna dalam
kapasitasnya sebagai
celebrity entrepreneur. Ketiga, pengaruh
keterlibatan Rihanna dalam
Fenty Beauty akan dipaparkan
dengan melihat karakteristik dan penerimaan terhadap merek kosmetik ini. Temuan
dalam penilitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh positif maupun negatif yang dapat muncul dari
asosiasi seorang selebritas dengan sebuah merek kosmetik.
Hasil dan Pembahasan
Identitas dan Reputasi Rihanna sebagai Selebritas
Tinjauan terhadap
Rihanna dalam kapasitasnya sebagai
selebritas diperlukan untuk dapat mengidentifikasi
pengaruh keterlibatannya dalam Fenty Beauty. Hal ini
dapat dilihat dengan menelaah perjalan karier keartisan Rihanna. Sebelum
berkecimpung di industri kosmetik, Rihanna telah lebih dulu populer karena
kesuksesannya sebagai musisi di Amerika. Ia tercatat telah memenangkan Grammy sebanyak sembilan kali (Grammy, 2021).
Memulai karier menyanyi pada tahun 2005, hingga kini Rihanna telah merilis
delapan album yang selalu sukses mendapat sertifikasi platinum. Sebagai musisi,
Rihanna dikenal dengan puluhan lagunya yang populer di masyarakat. Ia tercatat
sebagai musisi dengan jumlah lagu hits terbanyak kedua sepanjang masa di
industri Amerika (Riaa, 2021).
Berbagai pencapaian ini menunjukkan bahwa Rihanna telah berhasil membangun
karier sebagai musisi papan atas Amerika. Karyanya tidak saja digemari
masyarakat, namun juga mendapat pengakuan dari industri musik. Kesuksesan
Rihanna turut membuat dirinya populer di masyarakat, dibuktikan dengan
munculnya kelompok penggemar setianya yang dikenal dengan sebutan �Navy�. Mereka
dikenal memiliki dedikasi tinggi dalam mendukung Rihanna dan menjadi bagian
penting dalam perjalanan karier
keartisannya (Sastran, 2016).
Tidak ada organisasi tertentu yang menaungi para penggemar ini, namun
eksistensi mereka kiranya dapat dibaca dari jumlah pengikut Rihanna di akun
media sosial. Hingga saat ini, akun Instagram Rihanna memiliki 110 juta
pengikut (Rihanna, n.d.-a), sementara akun Twitter miliknya memiliki 103,3 juta
pengikut (Rihanna, n.d.-b). Jumlah pengikut yang banyak ini membuktikan status
Rihanna sebagai selebritas yang populer di masyarakat.
Selain dikenal karena kesuksesan karier
bermusiknya, Rihanna juga identik dengan citranya sebagai selebritas yang dekat
dengan dunia kosmetik dan kecantikan. Pada tahun 2013, Rihanna berkolaborasi
dengan MAC Cosmetics untuk merilis empat koleksi kosmetik yang diberi nama Riri
[Hearts] MAC (Conti & Naughton, 2013).
Antusiasme publik terhadap koleksi ini melebihi ekspektasi baik Rihanna maupun
MAC, di mana produknya terjual habis hanya tiga jam setelah perilisannya (Mahlmeister, 2013).
Selanjutnya pada tahun 2014, Rihanna dan MAC Cosmetics kembali bekerjasama
dengan merilis dua koleksi lipstik Viva Glam. Seluruh hasil penjualan dari
koleksi ini didonasikan kepada yayasan amal yang berfokus pada penanganan isu
HIV/AIDS di Amerika. Berhasil menjadi salah satu rilisan dengan penjualan
terbaik, kolaborasi dengan Rihanna ini mengumpulkan donasi lebih dari $50 juta
(MAC Cosmetics, 2015). Kesuksesan ini tidak dapat dilepaskan dari reputasi
Rihanna sebagai ikon kecantikan di Amerika. Sepanjang karier keartisannya,
Rihanna dikenal sebagai selebritas yang menyukai kosmetik. Dalam setiap
penampilannya, ia kerap bereksperimen dengan gaya riasan yang beragam dan
berubah-ubah, bahkan tidak jarang mengenakan riasan yang aneh dan terbilang
tidak biasa. Rihanna dikenal seringkali tampil mengenakan lipstik dalam pilihan
warna yang unik dan berani. Ia kerap mengundang pemberitaan karena muncul
dengan lipstik yang berwarna mencolok seperti oranye dan merah terang, hingga
warna-warna yang tidak umum seperti biru, hijau, dan hitam (Bryant, 2015).
Langkah Rihanna ini mencerminkan kegemarannya akan kosmetik. Keberanian dan
kebebasannya dalam bereksperimen menunjukkan bahwa kosmetik tidak hanya ia
jadikan sebagai instrumen untuk meningkatkan kecantikan namun juga untuk mengekspresikan
kreativitasnya.
Dalam perkembangannya, gaya berpenampilan juga kerap digunakan Rihanna untuk mengartikulasi identitas rasnya. Dalam kemunculannya
di hadapan publik, Rihanna kerap tampil dengan
gaya rambut yang khas orang kulit hitam. Dalam acara penghargaan American Music Awards, Rihanna menjadi pemberitaan karena tampil dengan
doobie wrap, gaya tatanan rambut yang umumnya digunakan perempuan kulit hitam di dalam rumah untuk
melindungi rambutnya sewaktu tidur (News, 2013). Dengan mengenakan tatanan ini ke
acara penghargaan bergengsi,
Rihanna mempopulerkan doobie wrap sebagai
sesuatu yang cantik dan elegan. Dalam acara penghargaan lainnya, Rihanna juga
mengundang perhatian karena tampil mengenakan
Fulani braids, gaya rambut
yang berasal dari budaya suku Fula di Afrika Barat
(Simeon, 2019). Tampil dengan
gaya rambut khas kulit hitam
ini juga ia lakukan dalam kapasitasnya
sebagai aktor. Dalam film Ocean�s 8, Rihanna berinisiatif
agar tokohnya ditampilkan dengan gaya rambut
dreadlocks. Melalui hal ini, Rihanna menyatakan keinginannya untuk menunjukkan bahwa perempuan kulit hitam dengan gaya
rambut seperti ini adalah perempuan
yang cerdas, profesional,
dan menawan (Underwood, 2018).
Langkah Rihanna ini dapat dilihat sebagai sebuah cerminan rasa bangga atas identitasnya
sebagai perempuan kulit hitam. Hal ini menjadi signifikan,
terutama ketika dikaitkan dengan stigma negatif yang melekat pada atribut fisik orang kulit hitam. Di Amerika, standar kecantikan dominan yang berorientasi pada tubuh kulit putih
menempatkan tubuh kulit hitam sebagai
sesuatu yang inferior. Akibatnya,
fitur fisik yang khas orang kulit hitam cenderung dipersepsikan sebagai sebuah kekurangan dan sesuatu yang tidak cantik (Eley, 2017); (Hill, 2002); (Jha, 2016). Hal
ini juga berlaku pada tatanan rambut orang kulit hitam, yang kerap diidentikkan sebagai sesuatu yang tidak indah dan tidak pantas digunakan
dalam situasi resmi. Pemaknaan negatif terhadap fisik orang kulit hitam ini tidak
jarang membuat mereka menginternalisasi rasa malu dan tidak suka terhadap tubuhnya
sendiri (Thompson & Keith, 2001).
Kemunculan Rihanna yang dengan
bangga menampilkan ciri khasnya sebagai
orang kulit hitam dapat dibaca sebagai
bukti penolakannya terhadap pemaknaan negatif ini. Melalui
penampilannya, ia menunjukkan bahwa penanda ras orang kulit hitam adalah
sesuatu yang cantik dan patut diapresiasi. Langkah ini dapat dilihat
sebagai upaya Rihanna memanfaatkan pengaruh yang dimilikinya sebagai selebritas untuk berkontribusi mengubah narasi dan stigma yang melekat
pada tubuh kulit hitam.
Kepedulian Rihanna terhadap isu orang kulit hitam juga dapat dilihat dalam
aktivismenya. Sebagai seorang selebritas, Rihanna dikenal kerap menggunakan
pengaruhnya untuk menyoroti berbagai isu kemanusiaan. Hal ini dilakukan Rihanna dalam merespon gerakan Black Lives Matter sepanjang
tahun 2020 silam (Rihanna,
2020). Melalui akun pribadinya, Rihanna secara vokal menyuarakan kesedihan dan kemarahannya terhadap aksi kekerasan
oleh polisi kepada orang kulit hitam yang semakin marak. Ia turut menghimbau
pada orang-orang non-kulit hitam
di Amerika untuk �pull
up� dan ikut berkontribusi
dalam perjuangan orang kulit hitam (BETNetworks,
2020). Dalam kesempatan wawancara dengan media, Rihanna mengaku merasa punya kewajiban untuk ikut menyoroti dan memperjuangkan keadilan bagi sesamanya (Hirsch, 2020).
Komitmen ini turut direalisasikan Rihanna dengan melakukan aksi nyata untuk
membantu komunitas kulit hitam di Amerika. Rihanna dikenal aktif terlibat
dalam berbagai kegiatan kemanusiaan melalui lembaga non-profit miliknya, Clara Lionel Foundation (CLF). Sepanjang tahun 2020, CLF telah mendonasikan $11 juta kepada dua
belas organisasi non-profit
yang bergerak untuk memperjuangkan keadilan ras dan reformasi sistem peradilan di Amerika. Contohnya,
CLF menyalurkan donasi kepada NAACP Legal Defense and
Educational Fund untuk mendukung
upaya organisasi ini dalam memperjuangkan
reformasi lembaga kepolisian
dan perjuangan hak pilih orang kulit hitam. (CLF, 2020). Melalui berbagai kegiatan aktivismenya ini, Rihanna telah menunjukkan keberpihakan dan komitmennya kepada perjuangan orang kulit hitam. Di saat yang sama, ia turut kembali
menegaskan identitasnya sebagai bagian dari komunitas kulit hitam di Amerika.
Dari pemaparan
di bagian ini, dapat dilihat bahwa
identitas dan reputasi
Rihanna sebagai selebritas dibentuk oleh dua aspek utama. Pertama,
ia adalah selebritas yang populer dan identik dengan ranah kecantikan. Kedua, Rihanna bangga dengan identitasnya sebagai perempuan kulit hitam dan menunjukkan komitmen untuk memberdayakan orang kulit hitam di Amerika. Kedua aspek ini
dapat menjadi acuan dalam membaca
pengaruh Rihanna di Fenty Beauty.
Keterlibatan
Rihanna dalam Fenty Beauty
Rihanna memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi Fenty
Beauty karena adanya involvement
atau keterlibatan dirinya sebagai celebrity
entrepreneur di merek kosmetik
tersebut. Melalui keterlibatan ini, Rihanna tidak hanya dapat
membentuk karakter dari Fenty Beauty, namun juga dapat mempengaruhi penerimaan publik terhadap merek kosmetik ini. Untuk
melihat pengaruh Rihanna terhadap Fenty Beauty, maka perlu ditelaah lebih dulu bentuk-bentuk
keterlibatan Rihanna dalam aspek tata kelola maupun aspek emosional.
Entrepreneurial Involvement
Rihanna dalam Fenty Beauty
Keterlibatan Rihanna dapat dilihat dengan menelaah kewenangannya sebagai celebrity entrepreneur. Dalam
situs resmi Fenty Beauty, Rihanna tercatat
sebagai pendiri, pemilik, dan CEO dari merek kosmetik ini (Fenty Beauty, n.d.-a). Kontribusi
Rihanna dalam mendirikan
Fenty Beauty dapat dilihat sejak tahun 2016, ketika dirinya diberitakan menjalin kerja sama dengan
perusahaan multinasional
Louis Vuitton Mo�t Hennessy (LVMH) untuk meluncurkan merek kosmetiknya (Born, 2016). Meski didirikan melalui kerja sama
dengan LVMH, Fenty Beauty tetap
memiliki otonomi sebagai perusahaan yang berdiri sendiri. Hal ini ditegaskan dengan posisi Rihanna sebagai CEO, yang mengindikasikan
bahwa sang selebritas memiliki wewenang dalam mengambil kebijakan dan menentukan bagaimana Fenty Beauty dijalankan.
Keterlibatan Rihanna dalam menjalankan wewenangnya ini ditegaskan berulang kali dalam pernyataan di media. Contohnya,
Rihanna mengaku terlibat dalam proses pembuatan maupun penentuan nama bagi setiap
produk kosmetiknya (Long, 2017). Selain itu, ia
juga mengaku terlibat sebagai copywriter pada produk,
situs, dan akun resmi Fenty
Beauty. Meski memiliki tim yang bertugas menangani hal-hal semacam ini, Rihanna mengaku tetap terlibat
langsung untuk memastikan agar Fenty Beauty tetap
konsisten merefleksikan karakternya sebagai seorang selebritas (Hirsch, 2020).
Rihanna mengaku memiliki kebebasan penuh dalam mengatur semua aspek produksi
Fenty Beauty, mulai dari menentukan produk apa yang akan dirilis
hingga memilih kemasan produknya. Menurut Rihanna, ini adalah caranya untuk memastikan bahwa Fenty Beauty terus selaras dengan visi misinya (Lang, 2017).
Pernyataan Rihanna turut ditunjang oleh video yang menunjukkan
proses di balik layar Fenty
Beauty. Dalam video ini,
Rihanna nampak terlibat dalam berbagai rapat untuk merancang
produk Fenty Beauty. Ia
juga ditampilkan mencoba produk-produk prototipe Fenty
Beauty langsung ke wajahnya sendiri untuk memberikan saran dan masukan terhadap kualitas produk tersebut. Rihanna juga ditampilkan
terlibat langsung dalam proses pemotretan untuk kampanye Fenty Beauty dengan ikut merias
para model yang ditampilkan (SephoraMex,
2017).
Keterlibatan Rihanna juga dapat diidentifikasi dalam penggunaan media sosial pribadinya untuk kepentingan Fenty Beauty. Dalam kapasitasnya sebagai celebrity
entrepreneur, Rihanna kerap menggunakan
akunnya untuk membagikan informasi penting mengenai merek kosmetik ini. Contohnya, informasi tentang ekspansi Fenty Beauty ke ritel kosmetik di Hong Kong dan
Macau pada tahun 2019 dibagikan
pertama kali oleh akun
Twitter Rihanna (Rihanna, 2019). Informasi ini muncul lebih
dulu di akun pribadi Rihanna, sementara akun resmi Fenty Beauty hanya mengutip ulang kicauan Rihanna tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Rihanna mengambil peran sebagai juru bicara
utama dari merek kosmetik ini. Jumlah pengikut
Rihanna yang lebih banyak dari akun resmi
Fenty Beauty membuat informasi
yang dibagikan dapat menjangkau lebih banyak orang dan cenderung mendapat lebih banyak respon dari
pengguna media sosial. Hal ini menjadikan Rihanna sebagai penyampai informasi yang efektif untuk Fenty Beauty. Peran ini
juga dijalankan Rihanna ketika
Fenty Beauty merilis produk
kosmetik baru. Contohnya pada tahun 2018,
Rihanna mengunggah video dirinya
menggunakan Body Lava, produk
terbaru Fenty Beauty yang akan
segera dirilis, pada akun Instagram pribadinya. Video ini dengan cepat
menjadi viral hingga melahirkan tren #rihannachallenge
di mana pengguna media sosial
beramai-ramai mengunggah versi parodi dari
video ini (Fenty Beauty, 2018). Popularitas
video ini agaknya berhasil menumbuhkan rasa tertarik publik terhadap produk ini, menyebabkannya terjual habis kurang
dari dua bulan sejak perilisannya.
Dari contoh ini, dapat dilihat bahwa
Rihanna memiliki potensi sebagai promotor yang efektif bagi Fenty Beauty. Sebagai selebritas, konten promosi yang diunggah di akun pribadinya dapat menarik minat
para pengikutnya dan menumbuhkan
ketertarikan pengguna kosmetik terhadap produk Fenty Beauty.
Berbagai bentuk entrepreneurial
involvement Rihanna dapat dikaitkan
dengan statusnya sebagai pemilik dari Fenty Beauty. Rihanna merupakan
pemegang 50 persen saham Fenty Beauty yang saat ini diperkirakan bernilai $1,4 miliar. Kepemilikan Rihanna atas merek kosmetik ini membuatnya resmi menyandang status miliarder di tahun 2021, menjadikannya musisi perempuan terkaya di dunia menurut majalah Forbes (Berg, 2021). Informasi tentang kompensasi yang diterima Rihanna dari keterlibatannya dalam Fenty
Beauty memberikan gambaran mengenai kepentingannya dalam merek kosmetik
ini. Sebagai pemilik, reputasi dan kekayaan Rihanna sangat dipengaruhi
oleh kesuksesan Fenty Beauty. Dengan
kata lain, Rihanna memiliki kepentingan
untuk terus memberikan yang terbaik bagi Fenty Beauty guna menjamin keberlangsungannya di industri kosmetik. Hal ini dapat dilakukan
Rihanna dengan terlibat aktif menjalankan peran-perannya dalam aspek tata kelola di Fenty
Beauty.
Emotional Involvement
Rihanna dalam Fenty Beauty
Menurut Rihanna, kosmetik dan kecantikan adalah hal yang personal bagi dirinya. Oleh karena itu, Rihanna menamai merek kosmetiknya dengan sesuatu yang personal
pula, yaitu nama aslinya Robyn Rihanna Fenty (SephoraMex,
2017). Pernyataannya ini merepresentasikan bagaimana
Rihanna menunjukkan emotional involvement dengan memposisikan Fenty Beauty sebagai bagian dari dirinya. Hal ini terus ditunjukkan
Rihanna dengan dua cara, yang pertama adalah mengaitkan kecintaanya pada kosmetik sebagai motivasi dalam meluncurkan Fenty Beauty. Kepada majalah InStyle, Rihanna mengaku bahwa rasa sukanya pada kosmetik dimulai dari melihat
ibunya berdandan (Brown, 2017).
Sang ibu juga orang yang pertama
merias wajah Rihanna, dan momen ini diakuinya
sebagai katalis yang menumbuhkan kecintaannya pada kosmetik hingga saat ini (Brown, 2017).
Bagi Rihanna, kosmetik telah menjadi bagian
penting dalam rutinitas kesehariannya. Ketika ia harus tetap
beraktivitas meski sedang dalam suasana
hati yang kurang baik, kosmetik menjadi cara Rihanna untuk membuat dirinya
kembali termotivasi (Brown, 2017).
Melalui pernyataannya ini, Rihanna memberi pemaknaan pada kosmetik sebagai sesuatu yang memiliki nilai sentimental bagi dirinya, baik
karena kaitannya dengan sang ibu, maupun karena dampak
positif yang muncul dari pemakaian kosmetik dalam kesehariannya. Melalui pembingkaian ini, Rihanna memunculkan kesan bahwa keterlibatannya dalam Fenty Beauty tidak berdasarkan motivasi mencari keuntungan semata namun karena
Rihanna memang memiliki
passion terhadap kosmetik
dan kecantikan.
Cara kedua yang dilakukan
Rihanna adalah dengan mengaitkan Fenty Beauty pada pengalamannya
sebagai perempuan kulit hitam. Dalam
wawancaranya dengan media,
Rihanna mengatakan bahwa pengalamannya mengenakan riasan sepanjang karier keartisannya membuatnya sadar bahwa perempuan berkulit gelap masih kerap kesulitan
mencari produk kosmetik seperti alas bedak yang sesuai untuk warna kulitnya.
Oleh karena itu, Rihanna merancang Fenty Beauty dengan produk kosmetik yang bisa dipakai oleh semua kalangan dengan warna kulit
apa pun (Long, 2017).
Dari pernyataan ini,
Rihanna memposisikan Fenty Beauty sebagai
sesuatu yang muncul dari observasi dan pengalaman pribadinya sendiri sebagai seorang pengguna kosmetik. Rihanna menyoroti tentang keterbatasan warna dalam produk
alas bedak, suatu kecenderungan yang memang marak terjadi di industri kosmetik Amerika. Sebelum Fenty Beauty, pelaku industri kosmetik cenderung jarang memproduksi kosmetik untuk perempuan kulit hitam. Mayoritas
produk yang beredar di pasaran hanya tersedia
dalam pilihan warna terang saja,
membuat perempuan berkulit gelap kerap kesulitan mencari produk yang cocok untuk dirinya
(Frisby, 2019).
Kondisi ini dipengaruhi standar kecantikan yang white-oriented, yang membuat
perempuan kulit hitam kerap dikesampingkan
dalam wacana kecantikan. Berangkat dari situasi ini,
Rihanna membingkai Fenty Beauty sebagai
sarana bagi dirinya untuk berkontribusi
menanggulangi masalah ini. Langkah ini memberi kesan bahwa
keterlibatan Rihanna dalam
Fenty Beauty didorong oleh suatu
motivasi mulia untuk membantu sesama perempuan kulit hitam yang selama ini terpinggirkan
oleh industri kosmetik. Dari
sini, Rihanna telah menegaskan kembali ikatan emosionalnya dengan Fenty Beauty.
Sebagai celebrity entrepreneur, Rihanna juga kerap menunjukkan rasa bangga dan sukanya terhadap produk Fenty Beauty. Ia secara eksklusif
mengenakan produk Fenty
Beauty dalam berbagai kemunculannya di hadapan publik. contohnya penampilan Rihanna di acara Met Gala pada bulan September 2021 (Fenty Beauty, 2021). Dalam acara ini, Rihanna hadir dalam kapasitasnya
sebagai selebritas dan bukan entrepreneur. Oleh karena itu, langkahnya untuk secara eksklusif
memilih menggunakan produk kosmetik Fenty Beauty mengindikasikan bahwa ia memang betul-betul
menyukai ini karena ia tetap
menggunakan produk Fenty
Beauty di luar konten-konten
promosi.
Rihanna juga kerap menunjukkan
pemahamannya terhadap produk kosmetik Fenty Beauty. Hal
ini dapat dilihat dalam serial Tutorial
Tuesday with Rihanna di akun YouTube resmi Fenty Beauty (Fenty Beauty By
Rihanna, 2020). Dalam video ini,
Rihanna mendemonstrasikan bagaimna
dirinya menggunakan produk Fenty Beauty untuk menciptakan berbagai gaya riasan. Ia
juga membagikan sejumlah
tips dalam mengaplikasikan produk kosmetiknya. Dari sini, familiaritas Rihanna dengan produk Fenty Beauty terbaca dari penguasaan
dan pemahamannya terhadap kualitas, fungsi, dan potensi dari produknya.
Hal ini menunjukkan bahwa ia memiliki
dedikasi untuk tidak hanya memasarkan
dan mempromosikan produk kosmetiknya, namun juga mempelajari dan mendalami produk-produknya tersebut untuk ia gunakan
sendiri pula.
Bukti nyata emotional involvement Rihanna dapat dilihat dalam
partisipasinya di acara kelas
rias yang diadakan Fenty Beauty di Dubai pada tahun 2018 (Fenty Beauty By
Rihanna, 2019). Dalam acara ini,
Rihanna mampu menyampaikan berbagai penjelasan tentang produk kosmetik Fenty Beauty dengan
sangat mendetail Ia juga menujukkan pemahaman yang tentang bagaimana cara mengaplikasikan setiap produk Fenty Beauty untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Dalam kesempatan ini, Rihanna juga berbagi inspirasinya dalam mendesain tiap-tiap produk Fenty Beauty. Misalnya, ia berbagi bahwa
produk alas bedak Fenty
Beauty sengaja dibuat dengan formula yang tahan lama untuk mengakomodasi kebutuhannya sebagai musisi yang kerap tampil di atas panggung dan kerap disorot kamera. Selain itu, Rihanna juga kembali menempatkan sang ibu sebagai inspirasinya
untuk Fenty Beauty. Produk dari Fenty Beauty dirancang untuk inklusif sehingga dapat mengakomodasi perempuan-perempuan
berkulit gelap seperti ibunya. Dari contoh ini, dapat
dibaca bagaimana upaya Rihanna untuk memberi elemen personal pada
Fenty Beauty. Pengalaman dirinya
dibingkai sebagai faktor yang secara langsung mempengaruhi karakteristik produk Fenty
Beauty. Berbagai sikap yang
ditunjukkan Rihanna ini menjadi bukti bahwa
ia memiliki emotional
involvement yang kuat dalam
kapasitasnya sebagai
celebrity entrepreneur.
Pengaruh Keterlibatan
Rihanna terhadap Fenty Beauty
Ditinjau dari aspek
tata kelola maupun ikatan emosional, Rihanna terbilang memiliki keterlibatan yang signifikan dalam Fenty Beauty. Dari sini dapat diasumsikan bahwa reputasi dan identitas Rihanna sebagai selebritas turut berpengaruh dalam menentukan reputasi dan identitas Fenty Beauty. Hal ini dapat dibaca dengan
melihat atensi publik terhadap kemunculan Fenty Beauty di tahun
2017.� Empat puluh hari sejak
perilisannya, Fenty Beauty tercatat
meraup penjualan sebesar $100 juta. Produk kosmetiknya dengan cepat terjual
habis, dan daftar tunggu untuk produk-produk tersebut terisi penuh hingga beberapa
bulan berikutnya (Nnadi, 2018). Dalam bulan pertama perilisannya,
berbagai konten video tentang Fenty Beauty telah ditonton sebanyak 132 juta kali di YouTube (Hall, 2017). Antusiasme
publik terhadap kemunculan Fenty Beauty tidak dapat dipisahkan dari pengaruh popularitas
Rihanna. Dalam berbagai pemberitaan, Fenty Beauty kerap disebut dengan embel-embel sebagai merek kosmetik milik Rihanna (Navarro, 2016);
(Chung, 2017).
Keterlibatan Rihanna memberi
dimensi lain pada merek kosmetik ini, sehingga
Fenty Beauty tidak hanya disambut karena ia adalah merek
kosmetik baru namun karena ia
adalah merek kosmetik baru milik
Rihanna. Bagi publik yang telah lebih dulu
mengenal sosok Rihanna dan karyanya sebagai musisi, kemunculannya Fenty
Beauty sebagai bisnis pertama sekaligus sebuah karya jenis
baru dari Rihanna tentu mengundang ketertarikan.
Potensi ini agaknya
turut disadari oleh
Rihanna. Dalam sebuah video
yang diunggah di Instagram ketika
Rihanna sedang menyapa penggemarnya dalam sebuah acara, salah satu penggemar bertanya apa merek highlighter yang ia gunakan saat
itu. Rihanna menjawab bahwa ia mengenakan
highlighter dari merek miliknya sendiri yang masih akan dirahasiakan
(Rihstore, 2017). Respon
Rihanna disambut dengan antusias, terutama karena ini adalah
informasi pertama yang diberikan Rihanna maupun Fenty
Beauty terkait produk kosmetik apa yang akan mereka luncurkan.
Dari interaksi ini, dapat dilihat bagaimana
Rihanna memanfaatkan perhatian
publik pada dirinya untuk mempromosikan Fenty Beauty.
Rihanna tidak hanya memupuk antusiasme dan rasa penasaran publik, namun juga mengarahkan perhatian terhadap Fenty Beauty kepada asosiasi dan keterlibatan dirinya dengan merek ini.
Hal ini dilakukan dengan mengartikulasi keterlibatannya di Fenty Beauty. Ia
membangun emotional involvement dengan
mengenakan produknya sendiri, sekaligus menunjukkan entrepreneurial involvement dengan
memposisikan diri sebagai otoritas yang berhak dan bisa membagikan informasi tentang Fenty Beauty. Langkah ini
menegaskan kembali identitas Fenty Beauty sebagai merek kosmetik dari Rihanna dan memungkinkannya untuk memanfaatkan pengaruh popularitas Rihanna sebagai selebritas.
Pengaruh Rihanna juga dapat dilihat dari identitas
Fenty Beauty yang dikenal sebagai
merek kosmetik yang inklusif. Rihanna membangun reputasi sebagai selebritas kulit hitam yang memiliki komitmen untuk memperjuangkan keadilan bagi komunitasnya. Keterlibatannya dalam Fenty
Beauty juga dibingkai dengan
pengalamannya sebagai perempuan kulit hitam. Fenty Beauty menjadi ekstensi dari identitasnya
sebagai selebritas kulit hitam. Oleh karena itu, Fenty Beauty sebagai merek kosmetik
juga dirancang untuk dapat merangkul perempuan kulit hitam yang selama ini kerap terabaikan
di industri kosmetik. Hal ini dapat dilihat
terutama dalam produk alas bedak yang dikeluarkan oleh Fenty Beauty. Dalam
rilis pertamanya di tahun 2017, Fenty Beauty muncul mengusung produk alas bedak yang tersedia dalam 40 pilihan warna. Fenty Beauty kemudian lagi menambah varian
warna ini hingga kini menjadi
50 pilihan warna (Fenty
Beauty, n.d.-b). Varian warna dari
produk alas bedak ini dibagi dalam
lima kategori skintones atau spektrum warna
kulit, yaitu light,
light-medium, medium, medium-deep, dan deep, dengan
masing-masing kategori menaungi
10 varian warna. Proporsi warna yang berimbang ini mencerminkan
slogan �Beauty for All� yang diusung Fenty Beauty. Sebagai merek kosmetik,
Fenty Beauty berkomitmen untuk
menyediakan produk yang dapat digunakan oleh perempuan dari kalangan ras dan etnis manapun dan warna kulit apapun.
Meski begitu, langkah ini menjadi
signifikan khususnya bagi perempuan kulit hitam yang selama ini kerap
kesulitan memperoleh produk kosmetik yang sesuai dengan warna
kulit mereka. Dengan merilis pilihan warnanya secara proporsional, Fenty Beauty
membawa pesan bahwa semua warna
kulit adalah setara dan sama berharganya, termasuk warna kulit gelap.
Selain dari varian warna, sistem
penamaan yang digunakan
Fenty Beauty untuk produk
alas bedaknya ini juga mencerminkan komitmen inklusi. Produk alas bedak Fenty Beauty menggunakan kode angka untuk
mewakili varian warnanya, contohnya #100 dan
#255. Hal ini membedakan
Fenty Beauty dari merek kosmetik lain yang kerap menunjukkan bias ras dalam sistem penamaan
produk mereka. Contohnya, produk kosmetik untuk orang kulit hitam kerap
dinamai dengan nama makanan hingga
kata benda seperti �honey�
dan �amber�, sementara produk
berwarna terang dinamai �classic� dan �natural� (Prince, 2017). Dengan menggunakan kode angka dalam
sistem penamaan produknya, Fenty Beauty telah menghindari praktik semacam ini yang berpotensi mengobjektifikasi perempuan kulit hitam dan menegaskan stigma negatif tentang warna kulit mereka.
Selain melalui produknya, pengaruh Rihanna juga dapat dibaca dalam konten
promosi Fenty Beauty. Merek
kosmetik ini dikenal selalu menampilkan model dari berbagai latar belakang etnis dan ras dalam kontennya
(Fenty Beauty, n.d.-c). Hal ini mencerminkan
aktivisme Rihanna sebagai selebritas, karena dengan menampilkan model yang beragam Fenty Beauty telah meninggalkan standar kecantikan dominan yang mengidentikkan konsep cantik dengan tubuh
kulit putih. Melalui representasi keberagaman ini, Fenty Beauty menyampaikan pesan bahwa perempuan dari kalangan ras
dan etnis manapun bisa dan layak ditampilkan sebagai personifikasi gagasan kecantikan. Seperti halnya produk kosmetiknya,
pesan inklusi yang digaungkan Fenty Beauty ini tidak dapat dipisahkan
dari pengaruh identitas Rihanna sebagai perempuan kulit hitam dan reputasinya sebagai selebritas yang peduli pada isu kulit hitam. Keterlibatan
Rihanna telah membentuk
Fenty Beauty sebagai merek
yang peka terhadap inklusi dan keberagaman, terutama kepada perempuan kulit hitam. Hal ini juga dapat dilihat dalam
kecenderungan Fenty Beauty menampilkan
beauty influencer kulit hitam
dalam akun media sosialnya. Adapun dalam unggahan seperti ini, Fenty Beauty cenderung memuji dan meninggikan perempuan kulit hitam. Dalam unggahan
yang menampilkan mereka, Fenty
Beauty kerap menggunakan
kata-kata positif dalam
caption, seperti �goals�, �flawless� dan �perfection�
(Fenty Beauty 2019b; Fenty Beauty 2019c; Fenty Beauty 2020a). Hal ini menegaskan bagaimana posisi Fenty Beauty sebagai sebuah merek kosmetik dalam melihat warna
kulit gelap milik perempuan kulit hitam. Dalam
narasi Fenty Beauty, kulit
yang gelap dipandang sebagai suatu atribut
fisik yang cantik, patut diapresiasi dan dibanggakan. Penggunaan produk kosmetik Fenty Beauty oleh
para perempuan kulit hitam ini juga dibingkai sebagai sarana untuk meningkatkan
kecantikan warna kulit mereka, dan bukan untuk mengubah
sesuatu yang semula buruk menjadi cantik.
Langkah Fenty Beauty ini sejalan
dengan upaya yang dilakukan Rihanna dalam membentuk identitasnya sebagai selebritas. Ia dikenal kerap
menunjukkan rasa bangganya sebagai perempuan kulit hitam, sekaligus
aktif berupaya mengubah pemaknaan negatif yang melekat pada tubuh kulit hitam.
Mengacu pada hal ini, narasi yang diusung Fenty Beauty ini dapat dibaca sebagai
salah satu bentuk pengaruh Rihanna sebagai
celebrity entrepreneur. Sebagai ekstensi
dari sang selebritas, dapat dipahami mengapa Fenty Beauty kemudian turut mengadopsi semangat pemberdayaan kulit hitam yang sama dengan Rihanna.
Komitmen inklusi yang ditunjukkan Fenty Beauty mendapat
respon yang positif dari publik, terutama
kalangan perempuan kulit hitam. Hal ini dapat dilihat
contohnya dari respon aktor kulit
hitam, Viola Davis (Muller, 2017). Davis, yang warna kulitnya berada di spektrum gelap, mengatakan bahwa ia akhirnya
menemukan produk alas bedak yang sama persis dengan warna
kulitnya. Berkat Fenty
Beauty, ia tidak lagi harus menggabungkan
sejumlah produk atau menggunakan produk yang warnanya tidak sesuai karena
di pasaran tidak tersedia varian yang cocok untuk kulitnya.
Davis mengatakan bahwa ia merasa berterimakasih
terhadap merek kosmetik ini karena
telah memperhatikan perempuan-perempuan dengan warna kulit seperti
dirinya. Menurut Davis, ketiadaan produk kerap menimbulkan kesan bahwa ia
dan perempuan lain seperti dirinya dilupakan oleh pelaku industri kosmetik, dan langkah Fenty
Beauty ini menghapuskan kesan tersebut. Respon Davis ini menegaskan bahwa minimnya ketersediaan produk memang menjadi
masalah, bahkan untuk artis sekelas Davis yang memiliki sumber daya maupun akses
terhadap produk-produk kosmetik terbaik di pasaran. Langkah Fenty Beauty untuk
muncul dengan produk yang inklusif berhasil mengisi kekosongan dalam industri kosmetik. Hal ini dibalas dengan
antusiasme dari perempuan kulit hitam, dibuktikan dengan produk varian
warna gelap yang dengan cepat terjual
habis segera setelah perilisannya. Ini menunjukkan bahwa produk seperti
ini memang dicari dan dibutuhkan oleh perempuan kulit hitam, dan keberhasilan Rihanna membaca hal ini
menjadi kunci dari penerimaan positif Fenty Beauty di kalangan perempuan kulit hitam.
Selain itu, respon ini juga memberi gambaran arti penting Fenty
Beauty bagi perempuan kulit hitam. Kemunculan
Fenty Beauty dirayakan oleh perempuan
kulit hitam yang sebelumnya terabaikan oleh industri kosmetik Amerika akibat adanya bias ras. Situasi ini
yang membuat Fenty Beauty kemudian
dimaknai secara personal. Kemunculan Fenty Beauty tidak hanya dilihat sebagai
kemunculan sebuah merek kosmetik baru, namun juga sebagai penawar bagi berbagai dampak
negatif yang mereka rasakan karena pengabaian industri kosmetik. Oleh perempuan kulit hitam, momentum kemunculan Fenty Beauty digunakan
untuk membagikan cerita dan pengalamannya dengan kosmetik. Contohnya dapat dilihat dalam video Lily Yange yang diunggah ke YouTube (Lily Yange, 2017). Dalam video ini, Yange mengatakan bahwa kemunculan Fenty Beauty membuat ia akhirnya
memiliki produk yang sama persis dengan
warna kulitnya, dan apa yang dirasakannya saat ini �...you can�t put a
price on that� (Lily Yange, 2017). Sebagai perempuan kulit hitam, Yange
mengaku akhirnya dapat merasa cantik
dan percaya diri mengenakan kosmetik karena kosmetik ini tidak mengubah
penampilannya namun meningkatkan kecantikan alaminya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa bagi perempuan
berkulit gelap seperti Yange, produk inklusif Fenty Beauty telah dimaknai sebagai validasi bagi kecantikan perempuan kulit hitam. Fenty Beauty memberi ruang bagi mereka
untuk merayakan kecantikan warna kulit mereka dengan
menyediakan varian warna yang sesuai. Respon positif dari publik ini
menunjukkan bahwa inklusi yang diusung Fenty Beauty
diterima sebagai sesuatu yang organik. Hal ini ditunjang adanya
keselarasan antara produk dan kampanye Fenty Beauty,
dengan identitas Rihanna sebagai selebritas. Keterlibatan Rihanna membuat komitmen merek ini terkesan tulus,
karena kemunculannya diinisiasi oleh selebritas dengan identitas dan reputasi seperti Rihanna. Dari sini dapat dibaca
bagaimana pengaruh keterlibatan Rihanna membawa dampak yang positif terhadap penerimaan publik atas Fenty Beauty.
Meski begitu, keterlibatan
Rihanna juga berpotensi membawa
pengaruh negatif terhadap Fenty Beauty. Sebagai sebuah merek kosmetik
yang sangat dekat dengan
Rihanna, Fenty Beauty rentan dengan
berbagai dampak negatif yang mungkin muncul dari perubahan
reputasi maupun citra Rihanna sebagai seorang selebritas. Hal ini dapat dilihat
dalam terseretnya Fenty ke konflik Rihanna dengan Pemerintah India. Pada 2 Februari 2021, Rihanna dalam akun Twitter pribadinya membagikan artikel dari CNN tentang aksi demonstrasi masal petani di India dengan menuliskan �why aren�t we
talking about this?! #FarmersProtest� (Rihanna, 2021). Dalam
perkembangannya, cuitan
Rihanna ini direspon keras oleh pemerintah India yang segera mengeluarkan kecaman terhadap selebritas yang dinilai mengancam persatuan negara dengan menyebarkan propaganda. Menyusul pernyataan ini, muncul sejumlah
cuitan yang sama persis dari akun
para selebritas India. Serangan
personal terhadap Rihanna juga marak
dilakukan melalui berbagai komentar negatif bernada rasis dan misoginis, baik di media sosial maupun di media nasional India
(Pandey, 2021). Berselang tiga
hari dari cuitan Rihanna ini, media daring
India ramai memberitakan tentang pelaporan Fenty Beauty ke Komnas Anak oleh sebuah LSM di India. Fenty Beauty dituding
memasok mika dari tambang di Jharkhand yang mempekerjakan buruh anak (The Federal, 2021). Penggunaan
mika sebagai bahan baku kosmetik
memang menjadi polemik karena mika non-sintetis mayoritas dipasok dari tambang-tambang di India
yang marak mempekerjakan buruh anak.
Mencuatnya isu ini
turut mengundang perhatian dari publik Amerika. Sebagian kalangan melihat hal
ini sebagai upaya pengalihan isu dari pemerintah India menyusul komentar
Rihanna terkait isu demonstrasi petani yang sedang berlangsung. Dari
penelusuran daring terhadap isu ini, mayoritas pemberitaan berasal dari situs
berita India dengan isi konten yang serupa, dan hingga saat ini tidak ditemukan
informasi mengenai kelanjutan kasus ini. Namun, sebagian kalangan yang
mempercayai isu ini melihatnya sebagai bukti bahwa kesuksesan Fenty Beauty dan
Rihanna diperoleh melalui eksploitasi (Sunjata, 2021). Dengan minimnya data dan
informasi mengenai kasus ini, sulit untuk memastikan apakah pelaporan ini benar
adanya atau merupakan pengalihan isu semata. Meski begitu, tuduhan yang
dibebankan kepada Fenty Beauty ini merupakan sebuah perkara yang serius,
terutama bagi sebuah merek kosmetik yang selama ini identik dengan reputasinya
sebagai perusahaan yang memiliki kesadaran terhadap isu-isu kemanusiaan.
Terlepas dari benar atau tidaknya tudingan ini, kasus ini mengilustrasikan
bagaimana tindakan Rihanna sebagai selebritas dapat membawa pengaruh negatif
pada Fenty Beauty. Melalui keterlibatannya, Rihanna telah memposisikan Fenty Beauty
sebagai ekstensi dari sosok dirinya. Pengalaman, identitas, dan reputasinya
berkontribusi membentuk Fenty Beauty, sementara popularitas dan pengaruhnya
sebagai selebritas dimanfaatkan untuk membangun atensi terhadap Fenty Beauty.
Akibatnya, baik Rihanna dan Fenty Beauty menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu, Fenty Beauty berpotensi menjadi sasaran serangan
oleh pihak yang berkonflik dengan Rihanna. Secara keseluruhan, kasus ini
menunjukkan bahwa meleburnya identitas selebritas dengan entitas usaha dalam
celebrity entrepreneurship juga dapat memunculkan
konsekuensi negatif tersendiri.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa keterlibatan Rihanna telah mempengaruhi identitas dan penerimaan terhadap Fenty Beauty.
Reputasi dan popularitas
Rihanna telah mendatangkan atensi bagi Fenty Beauty, sementara aktivisme dan identitas sebagai orang kulit hitam membentuk
Fenty Beauty sebagai merek kosmetik yang inklusif. Hal ini dapat terjadi
karena adanya keterlibatan emotional dan entrepreneurial dirinya dalam Fenty Beauty.
Rihanna memberi elemen
personal terhadap Fenty Beauty, sekaligus
memposisikan diri sebagai representasi utama dari merek
kosmetik ini. Hal ini membuat kemunculan
Fenty Beauty terkesan lebih
organik. Hal ini yang kemudian turut mempengaruhi munculnya penerimaan positif, terutama dari perempuan
kulit hitam yang merasa terwakili oleh Fenty
Beauty. Secara keseluruhan,
keterlibatan Rihanna terbilang
membawa pengaruh positif bagi Fenty Beauty. Meski begitu, keterikatan
dengan Rihanna juga membuat
Fenty Beauty rentan terhadap
perubahan respon publik terhadap Rihanna sebagai selebritas. Kritik dan respon negatif terhadap Rihanna dapat membawa imbas
terhadap reputasi Fenty
Beauty sebagai sebuah merek kosmetik. Dari kasus Rihanna dan Fenty Beauty ini,
dapat dilihat bahwa asosiasi selebritas dengan entitas bisnis dalam sebuah celebrity
entrepreneurship memiliki sisi
positif maupun negatif tersendiri.
Berg, Madeline. (2021). Fenty�s Fortune: Rihanna Is
Now Officially A Billionaire. Retrieved from
https://www.forbes.com/sites/maddieberg/2021/08/04/fentys-fortune-rihanna-is-now-officially-a-billionaire/?sh=14ec7fde7c96
Google Scholar
Born, Pete. (2016). LVMH Signs Rihanna
to Create a Makeup Brand. Retrieved from https://wwd.com/beauty-industry-news/color-cosmetics/lvmh-rihanna-makeup-brand-10409670/
Google Scholar
Brown, Kahlana Barfield. (2017). Rihanna
Reveals The Inspiration Behind Her Makeup Line�And How She Gets Her Skin to
Glow. Retrieved from
https://www.instyle.com/beauty/makeup/fenty-beauty-by-rihanna-interview Google Scholar
Bryant, Taylor. (2015). 14 Times Rihanna
Made Us Want To Wear Rainbow Lipstick. Retrieved from
https://www.refinery29.com/en-us/2015/09/93967/rihanna-best-colored-lipstick-looks#slide-2
Google Scholar
Chung, Madelyn. (2017). Everything we
Know About Rihanna�s Makeup Line (So Far). Retrieved from
https://fashionmagazine.com/beauty-grooming/fenty-beauty-rihanna/ Google Scholar
Conti, Samantha, & Naughton, Julie.
(2013). MAC Joins Forces With Rihanna. Retrieved from
https://wwd.com/beauty-industry-news/color-cosmetics/mac-joins-forces-with-rihanna-6780854/
Google Scholar
Creswell, John W. (2012). Educational
research: planning. Conducting, and Evaluating. Google Scholar
Eley, Latasha N. (2017). Black body
politics in college: Deconstructing colorism and hairism toward black women�s
healing. In Color struck (pp. 77�122). Brill Sense. Google Scholar
Fetto, Funmi. (2020). How Fenty Beauty
Changed The State Of Play In The Industry. Retrieved from
https://www.vogue.co.uk/beauty/article/rihanna-fenty-beauty-diversity Google Scholar
Frisby, Cynthia M. (2019). Black and
Beautiful: A Content Analysis and Study of Colorism and Strides toward Inclusivity
in the Cosmetic Industry. Advances in Journalism and Communication, 7(02),
35. Google Scholar
Grammy. (2021). Artist RIHANNA.
Retrieved from https://www.grammy.com/grammys/artists/rihanna/5943 Google Scholar
Hill, Mark E. (2002). Skin color and the
perception of attractiveness among African Americans: Does gender make a
difference? Social Psychology Quarterly, 77�91. Google Scholar
Hirsch, Afua. (2020). Rihanna Talks New
Music, Fenty Skincare & Her Plans To Have �3 Or 4 Kids.� Retrieved from
https://www.vogue.co.uk/news/article/rihanna-new-album-vogue-interview Google Scholar
Jha, Meeta Rani. (2016). The Global Beauty
Industry: Colorism. Racism, and the National Body. Google Scholar
Lang, Cady. (2017). Rihanna on Building
a Beauty Empire: 'I�m Going To Push the Boundaries in This Industry�.
Retrieved from
https://time.com/5026366/rihanna-fenty-beauty-best-inventions-2017/ Google Scholar
Long, April. (2017). The Totality:
Rihanna. Retrieved from https://www.elle.com/culture/celebrities/a12119568/rihanna-the-totality-cover-story-october-2017/
Google Scholar
Mahlmeister, Chrissy. (2013). RIHANNA�S
RIRI WOO MAC LIPSTICK SOLD OUT IN 3 HOURS. Retrieved from
http://www.mtv.com/news/2518865/rihanna-riri-woo-mac-lipstick/ Google Scholar
Navarro, Andrea. (2016). Rihanna�s
Makeup Line Is Officially Happening. Retrieved from
https://www.teenvogue.com/story/rihanna-fenty-beauty-makeup-line Google Scholar
News, Buzz Feed. (2013). An Ode To Rihanna
And Her Doobie Wrap. Retrieved from
https://www.buzzfeednews.com/article/tracyclayton/an-ode-to-rihanna-and-her-doobie-wrap#.xb24gvwmNA
Google Scholar
Riaa. (2021). Top Artists (Digital
Sales). Retrieved from
https://www.riaa.com/gold-platinum/?tab_active=top_tallies&ttt=TAS Google Scholar
Sastran, Rory. (2016). inside the
rihanna navy: her most extreme super-fans speak out. Retrieved from
https://i-d.vice.com/en_uk/article/xwxn73/inside-the-rihanna-navy-her-most-extreme-super-fans-speak-out
Google Scholar
Thompson, Maxine S., & Keith, Verna M.
(2001). The blacker the berry: Gender, skin tone, self-esteem, and
self-efficacy. Gender & Society, 15(3), 336�357. Google Scholar
Underwood, Khalea. (2018). The Deeper
Meaning Behind Rihanna�s Locs In Ocean�s 8. Retrieved from
https://www.refinery29.com/en-us/2018/06/200723/rihanna-oceans-8-locs-hairstyle-meaning
Google Scholar
Wischhover, Cheryl. (2021). Inside the
Mysterious World of Celebrity Beauty Brands. Retrieved from
https://www.allure.com/story/inside-celebrity-beauty-brands Google Scholar
Wray, Julia. (2021). Rihanna�s Fenty
Beauty named wealthiest celebrity beauty brand. Retrieved from
https://www.cosmeticsbusiness.com/news/article_page/Rihannas_Fenty_Beauty_named_wealthiest_celebrity_beauty_brand/177659
Google Scholar
Yin, Robert K. (2003). Case study research
design and methods third edition. Applied Social Research Methods Series,
5. Google Scholar
Copyright holder: Eko Prasetyo,
Ivan Anindito Arista, Rudi Hermawan,
Erlanda Pane (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |