�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue, No. 2, Desember 2021
�
MINDFULNESS DAN SELF�ACCEPTANCE
PADA PASIEN DENGAN PENDERITA TUBERKULOSIS
Fathima Luki Anggraeni,
Herlan Pratikto
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Surabaya, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Dampak dari penderita tuberkulosis yaitu timbulnya perubahan fisik, gangguan psikologi dan peruahan sosial pada pasien. Perubahan tersebut cenderung menyebabkan pasien tuberkulosis sulit dalam menerima keadaan dirinya. Oleh sebab itu pasien tuberkulosis memerlukan mindfulness dalam proses penyembuhan. Disamping itu, mindfulness merupakan rasa kesadaran yang berfokus pada pengalaman saat ini tanpa menghakimi atau memberikan penilaian yang mempengaruhi self-acceptance pada pasien tuberkulosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan mindfulness dan self-acceptance pada pasien dengan penderita tuberkulosis dengan sampel 100 responden. Metode yang digunakan dalam pengambilan data mindfulness menggunakan skala Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) dan skala self�acceptance. Hasil data penelitian kemudian analisa menggunakan aplikasi IBM statistik SPSS 26 dengan analisa uji korelasi pearson product moment dan didapatkan hasil yang menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara mindfulness dan self�acceptance pada pasien tuberkulosis.
Kata Kunci: mindfulness; self � acceptance; pasien tuberkulosis
Abstract
Tuberculosis is infectious
disease caused by bacteria mycobacterium tuberculosis. The impact of
tuberculosis namely the change in physical, the decline in psychology and
social in patients. These changes tend to make it difficult for tuberculosis
patients to accept their condition. Therefore, tuberculosis patients need
mindfulness in the healing process in a
optimal. In addition, mindfulness is a sense of awareness that focuses on the
present experience without judgment or judgment that affects self-acceptance in
tuberculosis patients. The purpose of this study was to determine the
relationship between mindfulness and self-acceptance in patients with
tuberculosis with a sample of 100 respondents. The method used in collecting
mindfulness data uses the Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) scale and
the self-acceptance scale. The results of the study were then analyzed using
the IBM SPSS 26 statistical application with the Pearson product moment
correlation test analysis and the results obtained showed a significant
positive relationship between mindfulness and self-acceptance in tuberculosis
patients.
Keywords: mindfulness, self � acceptance, tuberculosis
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Tuberkulosis yang sering dikenal dengan TBC merupakan penyakit menular yang menjadi salah satu masalah dalam kesehatan dunia. Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis pada paru�paru yang dapat mengenai organ tubuh lainnya (Dewi, Wati, & Juanamasta, 2019). Sekitar 75% penderita tuberculosis adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomi. Tuberculosis menjadi salah satu perhatian global yang cukup tinggi dan dapat berdampak luas terhadap kualitas hidup, sosial dan ekonomi bahkan mengancam jiwa manusia (Subhakti, 2014).
Bahkan ketika seseorang dinyatakan terjangkit penyakit tuberculosis, hal pertama yang terjadi pada pasien tuberculosis adalah terdapat gangguan psikologi seperti depresi, kemarahan, kecemasan, melemahnya keyakinan untuk menghadapi berbagai persoalan, serta merasa tidak berdaya dan tidak berguna (Nugroho, Priyatama, & Ratnawati, 2019). Selain itu dari lingkungan juga mengalami penolakan dari lawan bicaranya karena penyakit tersebut dapat menular melalui udara. Hal ini berdampak pada penerimaan diri atau self�acceptance pada pasien tuberculosis, sehingga pasien tidak mau bergaul dengan lingkungan dan tidak mau melakukan aktivitas seperti biasanya (Sari & Lismayanti, n.d.). Self�acceptance pasien tuberculosis juga sangat bervariasi, seperti banyak pasien mengatakan bahwa dirinya sangat sedih, kurang dapat mengontrol emosi, kecewa, dan� pada akhirnya pasrah, bahkan merasakan putus asa serta tidak memiliki semangat untuk sembuh (Suryani & Efendi, 2020).
Pada pasien dengan penderita tuberculosis, self�acceptance merupakan hal penting yang harus di tanam dalam diri, sebab self�acceptance merupakan suatu sikap seseorang mampu menerima dengan lapang dada apa yang terjadi pada dirinya, namun masih memiliki kemauan untuk mengubahnya, dalam kasus ini pasien yang memiliki self�acceptance yang baik pasti memiliki kemauan untuk sembuh dan mengobatinya, sedangkan seseorang yang memiliki self�acceptance yang buruk akibat dari penyakit tuberculosis memunculkan sikap khawatir, tertekan, dan harga diri rendah (Supradewi & Sukmawati, 2020). Self�acceptance perlu di tanamkan pada pasien tuberculosis, agar individu dapat hidup dengan menganggap dirinya memiliki kemampuan dan karakter yang unik, selain itu tidak berpikir bahwa dirinya aneh dan takut jika dikucilkan sehingga ia merubah perilakunya agar disukai orang lain, bertanggung jawab dengan apa yang telah di lakukan serta menerima kritikan maupun saran secara objektif.
Pada pasien tuberculosis yang mampu menerapkan self�acceptance pada dirinya, maka ia mampu memahami kelebihan dan kelemahan akan kondisi yang terjadi serta mau dan bersedia untuk hidup dengan apa yang ada dalam membentuk dirinya yang sekarang, sedangkan seseorang yang tidak hidup berdasarkan diri sendiri adalah individu yang berusaha untuk menjadi orang lain serta menolak dirinya sendiri (Dewi et al., 2019). Sedangkan seseorang yang hidup dengan jati dirinya yang sebenarnya merupakan seseorang yang mindfulness (Wulandari & Gamayanti, 2014).
Mindfulness merupakan sebuah kesadaran yang diperkuat dengan memperhatikan secara berkelanjutan dan khusus yang disengaja, pada saat sekarang dan tanpa dengan menghakimi (Williams & Kabat-Zinn, 2013).
Mindfulness dapat
diartikan sebagai pemfokusan perhatian pada peristiwa masa kini, di sini dan sekarang. Seseorang yang mindful,
merupakan ia yang mampu terbuka akan
pengalaman negatif atau positif yang terjadi pada dirinya, hal ini bermanfaat
untuk menambah pengalaman bagaimana merasakan dan memikirkan situasi yang telah terjadi. Namun sebaliknya seseorang yang mindless, merupakan
individu yang diatur oleh aturan, kebiasaan, rutinitas atau gambaran norma pada dirinya sehingga mempengaruhi sudut pandangnya berdasar pengalaman masa lampau (Dong, Miles, Abell, & Martinez, 2018).
Individu yang terbuka terhadap pengalaman baik itu positif maupun negatif terhadap dirinya adalah individu yang mampu melihat dirinya secara objektif, tidak menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi di masa lalu, menyikapi pandangan atau perlakuan orang lain dengan objektif (Niemiec, 2012). Mindfulness dapat membantu individu untuk memiliki sikap self�acceptance terhadap pikiran dan perasaan. Jika pasien dengan penderita tuberculosis memiliki self�acceptance yang baik atas penyakitnya, ia mampu menerima keadaan bahwa dirinya bisa sembuh, tidak mempedulikan penilaian atau perkataan orang lain terhadap dirinya yang memiliki penyakit menular, serta bertanggung jawab terhadap hidupnya.�
Kajian teori menunjukkan bahwa mindfulness berhubungan
dengan self �
acceptance. Sedangkan hasil
penelitian (Sun, Wang, Wan, &
Huang, 2019). menyatakan mindfulness
memberikan pengaruh terhadap penerimaan diri seseorang. Selain itu dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh (Jannah, 2019) menyatakan bahwa ada hubungan positif
yang signifikan antara mindfulness dengan
penerimaan diri. Namun penelitian yang dilakukan oleh (Afandi, 2009)
menemukan bahwa meditasi mindfulness
seperti latihan pendeteksian tubuh serta latihan berjalan
dengan pelan-pelan tidak mempengaruhi tingkat penerimaan diri. Maka dari
itu untuk membuktikan hubungan antara dua variabel,
peneliti ingin mencari hubungan antara dua variabel
tersebut. Manfaat penelitian ini adalah selain untuk
mengetahui hubungan mindfulness dan self�acceptance, juga diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan dan menyadarkan akan pentingnya self�acceptance.
Selain itu, diharapkan penelitian dapat dijadikan bahan rujukan untuk
merencanakan program khusus
atau intervensi mengenai self�acceptance
pada pasien dengan penderita tuberkulosis menggunakan konsep mindfulness.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menguji hubungan antar variabel dengan teori secara objektif.
Populasi penelitian sebanyak 100 pasien, dengan kriteria pasien tuberkulosis yang bersedia menjadi responden dan menjalani pengobatan secara rutin baik di puskesmas
maupun rumah sakit. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik non
probability sampling yaitu sampling jenuh. Metode pengambilan
data menggunakan dua kuesioner yaitu kuesioner mindfulness
menggunakan skala Five Facet Mindfulness Questionnaire
(FFMQ) dan skala self�acceptance,
kemudian analisa data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi IBM statistik SPSS 26 dengan analisa uji validitas, uji reliabilitas, normalitas data
dan uji korelasi pearson product moment untuk menguji
hubungan antar variabel mindfulness
dengan variabel self�acceptance.
Hasil dan Pembahasan
Pada tabel
1 didapatkan bahwa mayoritas pasien tuberkulosis pada jenis kelamin laki-laki yaitu 48 responden dan perempuan yaitu 52 responden. Kemudian dari usia responden
pasien tuberkulosis dalam penelitian ini berumur 14 sampai 55 tahun, selain itu mayoritas
pendidikan dari renponden pasien tuberkulosis, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA,
diploma dan sarjana, dengan
total keseluruhan yaitu 100
di responden.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pasien
Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin, Umur, Dan Pendidikan Pasien Tuberkulosis
No |
Jenis Kelamin |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
1 |
Laki-laki |
48 |
48 |
2 |
Perempuan |
52 |
52 |
|
Total |
100 |
100 |
No |
Umur (tahun) |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
1 |
<20 tahun |
11 |
11 |
2 |
20-40 tahun |
59 |
59 |
3 |
>40 tahun |
30 |
30 |
|
Total |
100 |
100 |
No |
Pendidikan |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
1 |
SD |
9 |
9 |
2 |
SMP |
29 |
29 |
3 |
SMA |
51 |
51 |
4 |
Diploma |
5 |
5 |
5 |
Sarjana |
6 |
6 |
|
Total |
100 |
1o0 |
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Mindfulness dan
Self�Acceptance Pasien Tuberkulosis
Mindfulnes |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
Rendah |
16 |
16 |
Sedang |
68 |
68 |
Tinggi |
16 |
16 |
Total |
100 |
100 |
Self�Acceptance |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
Rendah |
15 |
15 |
Sedang |
67 |
67 |
Tinggi |
18 |
18 |
Total |
100 |
100 |
Uji Asumsi
Berdasarkan uji normalitas kolmogorov smirnov, didapatkan hasil data kedua variabel dikatakan terdistibusi dengan normal (Asymp. Sig 0,075
> 0,05) dan dapat dilakukan
uji product moment
Uji Hipotesis
Tabel 3
�Hasil Uji Korelasi Product Moment Mindfulness dan Self�Acceptance
Mindfulness |
r |
,645 |
|
Sig. (2-tailed) |
,000 |
Self�Acceptance |
r |
,645 |
|
Sig. (2-tailed) |
,000 |
Dari tabel
3. Hasil uji korelasi antara
mindfulness dengan Self�Acceptance� didapatkan bahwa adanya hubungan
positif yang signifikan
(r=0,645; p=0,000<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara mindfulness dan self�acceptance pada pasien tuberkulosis. Bahwa semakin tinggi
tingkat mindfulness maka semakin� tinggi tingkat self�acceptance pada pasien
tuberkulosis, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa dari keseluruhan responden sebagian besar memiliki kesadaran mindfulness dengan kategori sedang atau baik sebesar
68% (68 orang responden). Salah satu
manfaat dari mindfulness dibidang kesehatan adalah untuk megurangi
kecemasan, meredakan stres, mengurangi nyeri kronis, memperbaiki
kualitas tidur, dan dapat mengendalikan diri dalam mengelolah
emosi, dengan tujuan agar dapat melatih seseorang untuk fokus terhadap
keadaan sekitar dan emosi yang dirasakan serta menerimanya secara terbuka (Wulandari & Gamayanti, 2014).
Mindfulness sangat diperlukan dalam
self�acceptance pada pasien yang divonis
tuberkulosisi, sebab
self�acceptance pada pasien tuberkulosis
merupakan kunci keberhasilan pasien dalam menjalani hidup yang berkualitas baik (Damariatna, 2020).
Penelitian
ini menunjukkan terdapat hubungan positif dari mindfulness dengan self�acceptance pada pasien
tuberkulosis. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Jannah, 2019)
bahwa mindfulness cukup berpengaruh pada penerimaan diri seseorang. Pada saat mindfulness berpengaruh dalam penerimaan diri, individu dapat menerima realitas hidup apa adanya dengan
kesadaran yang baik.
Mindfulness menghasilkan peningkatan
terhadap individu agar mempunyai rasa penerimaan pada diri sendiri akan
pikiran serta perasaan terhadap tekanan yang dialami pada situasi tertentu. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi
kemampuan mindfulness yang dimiliki
seseorang, maka semakin tinggi kemampuan dalam self�acceptance
pada pasien tuberkulosis dalam menjalani hidup yang berkualitas baik. Sebaliknya semakin rendah kemampuan mindfulness maka semakin rendah self�acceptance
pada pasien tuberkulosis.
Hasil penelitian membuktikan
bahwa terdapat hubungan positif� antara
mindfulness dengan self�acceptance pada pasien tuberkulosis.
Adanya
hubungan antara variabel mindfulness dengan
self�acceptance disebabkan oleh individu
mampu berfungsi secara optimal dalam menjalankan hidup berdasarkan jati diri aslinya (congruence self)
(Rogers, 2012). Mindfulness merupakan rasa kesadaran yang berfokus pada pengalaman saat ini tanpa menghakimi� atau memberikan penilaian (Jumaroh, T.A,2018) sedangkan
self�acceptance merupakan salah satu
faktor yang menentukan well being seseorang.
Self�acceptance yang tinggi bisa
dipengaruhi karena mereka mendapatkan dukungan sosial dan kemampuan mindfulness yang baik, sejalan dengan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini pasien yang mengidap tuberkulosis juga mengalami hal yang sama, dimana seseorang
yang mendapatkan dukungan dari lingkungan sosial dan kemampuan mindfulness
yang baik akan membuat individu tersebut lebih akan merasakan diterima akan dirinya
oleh lingkungan sehingga seorang individu tersebut mampu menerima dirinya sendiri dengan jauh lebih baik
(Purnama, 2016).
Selanjutnya
dengan memiliki kemampuan mindfulness yang baik
pada pasien tuberkulosis dapat membantu individu untuk menyadari dirinya, seperti mampu untuk
menurunkan rasa cemas, mudah putus asa,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan. Oleh
karena itu hidup sesuai dengan
jati dirinya yang� asli,
dapat meningkatkan pemahaman diri sehingga tingkat self�acceptance
pada pasien tuberkulosis semakin meningkat.
Kesimpulan
Setelah melakukan
penelitian didapatkan bawa pasien tuberkulosis
dengan mayoritas
mindfulness baik dan mayoritas
self�acceptance baik, diperoleh
hasil bahwa ada hubungan positif
yang signifikan antara
mindfulness dengan self�acceptance pada pasien tuberkulosis (r = 0,645; p
=0,000 < 0,05). Implikasi pada penelitian
ini adalah bahwa individu yang divonis tuberkulosis merasa untuk tidak
berbeda dan minder serta mencoba sadar dan menerima kekurangan serta kelebihan yang ada pada dirinya dan berusaha untuk terus hidup dengan
kondisi sehat. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh peneliti-peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan
intervensi dalam meningkatkan self�acceptance seseorang
dengan cara menerapkan konsep mindfulness khususnya pada pasien yang divonis tuberkulosis.
BIBLIOGRAFI
Afandi, Nur Aziz. (2009). Pengaruh Meditasi
Mindfulness Terhadap Tingkat Penerimaan Diri Mahasiswa. Pamator Journal,
2(2). Google Scholar
Damariatna, Khairunnissa Dhara. (2020).
Regulasi Emosi, Lama Pasien Menjalani Terapi, dan Penerimaan Diri atas Penyakit
Kronis pada Pasien Hemodialisa. Acta Psychologia, 2(1), 1�14. Google Scholar
Dewi, Ni Luh Putu Thrisna, Wati, Ni Made
Nopita, & Juanamasta, I. Gede Juanamasta. (2019). Dukungan Caregiver
Berdampak Terhadap Penerimaan Diri Pasien TBC. PROMOTIF: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 9(2), 192�198. Google Scholar
Dong, ShengLi, Miles, Linda, Abell, Neil,
& Martinez, Jadelyn. (2018). Development of professional identity for
counseling professionals: A mindfulness-based perspective. International Journal
for the Advancement of Counselling, 40(4), 469�480. Google Scholar
Jannah, Arini Miftahul. (2019). Hubungan
mindfulness dan penerimaan diri pada remaja dengan orang tua tunggal.
University of Muhammadiyah Malang. Google Scholar
Niemiec, Ryan M. (2012). Mindful living:
Character strengths interventions as pathways for the five mindfulness
trainings. International Journal of Wellbeing, 2(1). Google Scholar
Nugroho, I. G. B. Indro, Priyatama, Aditya
Nanda, & Ratnawati, Martha. (2019). Serial Kasus Gangguan Psikologis Pada
Pasien Tuberkulosis Multidrug Resistant (MDR TB) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi. Wacana, 11(2), 241�255. Google Scholar
Purnama, Muhammad Zefry Wahyu. (2016).
Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri pada Penderita Gagal Ginjal. Seminar
ASEAN 2nd Psychology & Humanity Psychology Forum UMM,(19�20 Februari. Google Scholar
Sari, Nina Pamela, & Lismayanti, Lilis.
(n.d.). Kualitas Hidup Pasien Tuberkulosis Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tamansari Kota Tasikmalaya. Google Scholar
Subhakti, Khoirul Amin. (2014). Hubungan
dukungan keluarga dengan tindakan penderita TB paru melakukan kontrol ulang di
Puskesmas Sidomulyo. Riau University. Google Scholar
Sun, Jin, Wang, Yongli, Wan, Qin, &
Huang, Zhaoming. (2019). Mindfulness and special education teachers� burnout:
The serial multiple mediation effects of self-acceptance and perceived stress. Social
Behavior and Personality: An International Journal, 47(11), 1�8. Google Scholar
Supradewi, Ratna, & Sukmawati, Alfira.
(2020). HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA PASIEN
WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA PASCA MASTEKTOMI DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN
AGUNG SEMARANG. Proyeksi: Jurnal Psikologi, 14(1), 32�42. Google Scholar
Suryani, Ulfa, & Efendi, Zulham. (2020).
Dukungan Keluarga Berhubungan dengan Harga Diri pada Penderita Tuberkulosis
Paru. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(1), 53�58. Google Scholar
Williams, J. Mark, & Kabat-Zinn, Jon.
(2013). Mindfulness: Diverse perspectives on its meaning, origins and
applications. Routledge. Google Scholar
Wulandari, Firsty Ajeng, & Gamayanti,
Indria Laksmi. (2014). Mindfulness Based Cognitive Therapy Untuk Meningkatkan
Konsep Diri Remaja Post-Traumatic Stress Disorder. JIP (Jurnal Intervensi
Psikologi), 6(2), 265�280. Google Scholar
Copyright holder: Fathima Luki Anggraeni, Herlan Pratikto (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |
����������������������������������������������������������������������������������