Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
p-ISSN: 2548-1398
Vol.
6, Spesial Issue No.
2, Desember 2021
IMPLEMENTASI AGILE CONCEPT
PADA PERUSAHAAN JASA DI INDONESIA
Dodik Prasetyo
Universitas Diponegoro Semarang, Indonsia
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan dari artikel ini adalah untuk menelaah penerapan agile manufacturing pada suatu perusahaan jasa industri oil & gas baik alasan dalam penerapan agile concept, dampak penerapan terhadap peningkatan kinerja perusahaan, dan persepsi perusahaan terhadap penerapan agile concept. Berdasarkan perspektif fenomenolgis, penelitian menggunakan metode kualitatif karena makalah ini mengeksplorasi mendalam tentang efektifitas penerapan agile concept dalam perusahaan / industry jasa migas, bagaimana bentuk penerapannya, tantangan dan hambatan yang dialami perusahaan. Pendekatan studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian secara mendalam kehidupan nyata yang terdiri dari suatu kasus atau beberapa kasus dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan secara detail serta memperhatikan sumber informasi yang kemudian dapat diajukan sebagai tema dan detail kasus. Studi kasus dipilih peneliti karena penelitian ini hanya berfokus pada satu objek saja dan mampu menjelaskan mengapa sebuah kasus terjadi di dalam organisasi. Terutama, mengeksplorasi pengalaman PT. PDSI mempertahankan perusahaan dalam kondisi sulit namun tetap mendapatkan profit tiap tahunnya. Pengalaman perusahaan untuk mempertahankan perusahaan industri jasa ini dieksplorasi terkait implementasi agile concept pada PT. PDSI, strategi agile concept seperti apa yang berhasil diterapkan sehingga perusahaan unggul dalam persaingan, dampak signifikan pada kinerja perusahaan setelah menerapkan agile concept serta bagaimana persepsi jajaran manajerial setelah penerapan agile concept dalam perusahaan tersebut. Berdasarkan temuan, penulis menyajikan agile wheel model untuk memperdalam pengetahuan tentang agile concept. Model kerja ini dapat membantu peneliti dan praktisi dalam penelitian masa depan perusahaan dengan memaparkan beberapa cara atau strategi yang dilakukan perusahaan PT. PDSI dalam menghadapi kondisi global yang kompetitif. Studi ini berkontribusi pada literature penerapan agile concept pada organisasi dalam perusahaan jasa penyediaan peralatan pengeboran/Rig, dampak yang signifikan pada kinerja perusahaan. Selain berkontribusi pada literature tentang agile concept, makalah ini menggunakan berbagai contoh penerapan dan beberapa kasus atau keadaan yang terjadi pada perusahaan saat ini. Beberapa contoh pada waktu yang berbeda memungkinkan untuk memverifikasi bahwa agile concept sudah diimplementasikan kedalam struktur organisasi perusahaan walaupun tidak tersampaikan secara baku dan mengalami serangkaian perubahan atau adaptasi oleh perusahaan terhadap kondisi internal maupun eksternal yang terjadi karena beberapa factor untuk dapat mempertahankan keberlangsungan perusahaan.
Kata Kunci: agile concept, agile manufacturing, jasa
rig, penerapan agile concept, agile wheel model
Abstract
The purpose of this article is to examine
the application of agile manufacturing to an oil &gas industry service
company both the reasons in the application of agile concept, the impact of
application on improving company performance, and the company's perception of
the application of agile concept. Based on a phenomenolgic
perspective, research uses qualitative methods because this paper explores
in-depth about the effectiveness of agile concept application in the company /
oil and gas services industry, how it is implemented, the challenges and
obstacles experienced by the company. The study approach used in this study is
a case study. Case studies are in-depth real-life research consisting of a case
or several cases done by collecting the necessary data in detail and paying
attention to the source of information that can then be submitted as a theme
and case detail. Case studies are chosen by researchers because they focus on
only one object and are able to explain why a case occurs within an organization.
Especially, exploring the experience of PT. PDSI maintains the company in
difficult conditions but still gets profit every year.The
company's experience to maintain service industry companies is explored related
to the implementation of agile concepts in PT. PDSI, what kind of agile concept
strategy is successfully implemented so that the company excels in competition,
a significant impact on the company's performance after implementing agile
concept and how the perception of managerial ranks after the application of
agile concept in the company. Based on the findings, the authors present agile
wheel models to deepen knowledge about agile concepts. This working model can
help researchers and practitioners in the future research of the company by
explaining some of the ways or strategies carried out by pt. PDSI in the face
of competitive global conditions. This study contributes to the literature of
the application of agile concepts to organizations in the company's drilling
equipment supply services, a significant impact on the company's performance.
In addition to contributing to the literature on agile concepts, this paper
uses various examples of application and some cases or circumstances that occur
in companies today. Some examples at different times make it possible to verify
that agile concepts have been implemented into the company's organizational
structure even though they are not delivered by default and undergo a series of
changes or adaptations by the company to internal and external conditions that
occur due to several factors to be able to maintain the sustainability of the
company.
Keywords: agile concept, agile manufacturing, jasa
rig, penerapan agile concept, agile wheel model
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Agile Manufacturing
merupakan suatu metode yang diimplementasikan dalam perusahaan dengan
mendasarkan pada kapabilitas dan sumber keunggulan kompetitif perusahaan guna
menghadapi dan menjawab tantangan lingkungan bisnis yang dinamis dan semakin
bersaing dengan disertai tuntutan konsumen terhadap produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan.Agility dapat
didefinisikan sebagai kapabilitas suatu organisasi dalam melakukan desain ulang
atau rekonfigurasi terhadap struktur operasi maupun proses serta relasi bisnis
secara efisien pada saat bersamaan sehingga mampu berjalan dengan baik di
lingkungan yang terus-menerus mengalami perubahan (Hormozi, 2001). Yusuf, Sarhadi &
Gunasekaran (1999),
menyatakan bahwa konsep utama dalam agile
manufacturing meliputi hal-hal berikut:
Manajemen kompetensi inti,
terkait dengan tenaga kerja dalam perusahaan yang diidentifikasinya pada level
tertentu, dimana keahlian, pengetahuan, perilaku dan pengalaman pekerja dapat
ditingkatkan dan difokuskan pada bidang tertentu guna memperoleh manfaat saat
ini maupun menyesuaikan dengan permintaan pelanggan di masa yang akan datang.
1.
Virtual enterprise,
merupakan bentuk dari kerjasama antar perusahaan yang mampu berujung pada
kemitraan virtual hingga tingkat operasional.
2.
Kemampuan
berubah bentuk (Capabilty for
Reconfiguration), adalah kemampuan perusahaan dengan memanfaatkan
kapabilitas dan kompetensi yang ada untuk mengembangkan strategi visinya.
3.
Knowledge-driven enterprise, biasa dikenal dengan sebutan �knowledge power� yang meliputi pengetahuan dan pengalaman para
pekerja di dalam perusahaan, sejarah perusahaan, laporan perusahaan maupun
database, yang dapat dimanfaatkan sebagai kunci keunggulan kompetitif.
Konsep UtamaAgile
Manufacturing
Sumber : Yusuf, Y. Y. et al, 1999
Metode Penelitian
Berdasarkan perspektif
fenomenolgis, penelitian menggunakan metode kualitatif karena makalah ini mengeksplorasi
mendalam tentang efektifitas penerapan agile
concept dalam perusahaan /
industry jasa migas, bagaimana bentuk penerapannya, tantangan dan hambatan yang dialami perusahaan. Pendekatan studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus. Studi kasus merupakan penelitian secara mendalam kehidupan nyata yang terdiri dari suatu kasus
atau beberapa kasus dilakukan dengan cara mengumpulkan
data yang diperlukan secara
detail serta memperhatikan sumber informasi yang kemudian dapat diajukan sebagai tema dan detail kasus. Studi kasus dipilih
peneliti karena penelitian ini hanya berfokus pada satu objek saja
dan mampu menjelaskan mengapa sebuah kasus terjadi di dalam organisasi.
Hasil dan Pembahasan
1.
Implementasi
Agile Concept di Perusahaan Jasa Rig
Untuk
menjadi perusahaan/organisasi yang agile
atau lincah, dituntut kemampuan dalam bertransformasi dan beradaptasi baik di
sisi konfigurasi sistem operasi yang perlu didesain ulang, proses dalam organisasi,
maupun dalam menjalankan hubungan bisnis yang lebih efisien.Sebuah organisasi
bernama Agile Manufacturing Research
Group (AMRG) yang didirikan di Inggris berhasil menciptakan sebuah
pemodelan yang berguna untuk mendalami konsep agile manufacturing.Yaitu berupa sebuah panduan atau alat yang
terdiri dari 16 dimensi dalam 4 kuadran yang dapat membantu para manajer dalam
menganalisa tingkat agility, mengaudit kapabilitas perusahaan, mengidentifikasi
kendala-kendala penerapan agility, serta membantu memfokuskan rencana
pengembangan agility perusahaan. Model ini disebut dengan �Agile Wheel Model� dan digambarkan sebagai berikut [Meredith &
Francis, 2001].
Agile
Wheel Model (Meredith & Francis, 2001)
terdapat beberapa kesesuaian antara konsep
yang disusun dalam Agile While Model dengan apa yang sudah diterapkan di
lingkup PT. PDSI. Agile While Model mencakup beberapa hal berikut: agile
strategy, agile process, agile linkages dan agile people.
Dari jawaban para informan, mayoritas kegiatan yang berlangsung di PT. PDSI
sudah menerapkan keempat hal tersebut namun belum semua dimensi.
Dimensi-dimensi yang sudah diterapkan oleh PT. PDSI disajikan dalam data tabel
berikut.
Tabel 1
Klasifikasi
Dimensi Implementasi Agile Concept
Kuadran |
Dimensi |
Bentuk Penerapan |
Kuadran 1 Agile Strategy |
Wide Deep Screening |
Adanya fungsi Direktorat Marketing & Development
berperan untuk melakukan kajian-kajian informasi terkait kondisi eksternal
perusahaan dan bagaimana perusahaan menangani kondisi tersebut, baik dalam
bentuk optimalisasi proses maupun untuk pengembangan bisnis. |
Full Deployment |
Semua unit atau departemen ikut terlibat dalam penyusunan
RJPP dan RKAP, berkomitmen untuk menyusun langkah-langkah dan strategi apa
yang akan dimuat didalam RJPP sebelum diajukan kepada BOD dan BOC. |
|
Agile Scoreboard |
Evaluasi kinerja dalam bentuk laporan mingguan oleh
masing-masing project manager bersama VP, BOD dan fungsi penunjang lain untuk
pengambilan kebijakan mendatang. |
|
Kuadran II Agile Process |
Flexible Assets & System |
Menggunakan beragam aplikasi untuk menunjang proses
operasional, seperti aplikasi (S2C) Sales to Cash, SAP, Rig Cost Acrual
System, aplikasi RCMS untuk manajemen crew, aplikasi Web Inventory untuk
manajemenmaterial stock di masing-masing rig, aplikasi SMART untuk manajemen
aset Rig. |
Fast New Product Acquisition |
Melihat dari jenis industri dan PT. PDSI merupakan sub
holding company, keputusan tentang peluncuran produk jasa baru perlu
kajian berulang dan bertahap mulai dari proses kajian, verifikasi,
persetujuan hingga porses investasi yang selanjutnya dilanjutkan dengan
proses pengadaan sehingga memerlukan waktu paling cepat 3 � 6 bulan hingga
paling lama3 tahun, tergantung skala bisnis baru yang akan dikembangkan. |
|
Rich Information System |
Proses penyampaian keputusan dari top management ke
frontliner menggunakan MWT (Management Walk Thru), dimana hal ini
dimasukkanke dalam KPI di semua fungsi yaitu pada HSSE Performance. |
|
Kuadran III Agile Linkages |
Agile Benchmarking |
Dilakukan dalam bentuk Market Intelligenceyang
memiliki peran untuk melakukan benchmarking dari sisi kapasitas perusahaan
seperti performance produktivitas, tarif kompetitor bahkan rasio profit
dengan industri sejenis. |
Deep Costumer Insight |
Untuk klien existing, diadakan rapat rutin bulanan
dan tiap 6 bulan diadakan Service Quality Meeting (SQM) guna menjaga
engagement. Sedangkan untukcalon klien potensial dilakukan pendekatan dalam
bentuk kegiatan acara olahraga bersama atau berpartisipasi dalam kegiatan
yang diselenggarakan oleh klien tersebut. |
|
Aligned Suppliers |
Membangun Long Term Contract (LTC) yang menaungi
dalamnya pekerjaan serupa, kontrak-kontrak ke material yang bisa digunakan
untuk mempercepat proses pengadaan, serta mengumpulkan vendor-vendor dalam
sebuah forum yang disebut Vendor Day. |
|
Performing Partnership |
Bentuk kemitraan dengan klien based on project, joint
operation, maupun project yang bentuknya konsorsium dengan perusahaan
lain |
|
Kuadran IV Agile People |
Adaptable Structure |
Struktur organisasi yang disusun di PT. PDSI sudah cukup
dinamis untuk merespon perubahan pasar. |
Continous Learning |
Adanya forum CIP (Continous Improvement Program)
untuk mendukung ide-ide inovatif dari tiap karyawan. Selain itu diadakan pula
in house training, training dari luar dengan mengundang expertise trainer di
masing-masing bidang. |
2.
Manajemen
Perubahan
a. Definisi Perubahan
Perubahan atau change menurut Robbin (2014) merupakan suatu upaya
untuk membuat sesuatu menjadi berbeda. Perubahan dianggap sebagai proses yang
sederhana, saat kita membuat sesuatu hal menjadi baru, dalam rangka untuk
mengganti yang lama. Dikutip dari D�Ortenzio, (2012),
perubahan diartikan sebagai pengalihan dari yang diketahui ke yang tidak
diketahui dan karena masa depan tidak pasti, hal itu dapat memberikan dampak
bagi perusahaan, utamanya adalah karyawan. Sedangkan menurut (Chaerunissa, 2018)
perubahan adalah kegiatan yang dilakukan dengan mengubah cara berpikir, kebiasaan,
dan kemampuan demi berlangsungnya keadaan yang lebih baik di masa yng akan
datang guna mencapai tujuan tertentu.
Perubahan tidak sama dengan transisi. Bridges (1991) membedakannya bahwa
perubahan bersifat situasional, seperti situs yang baru, pemimpin yang baru,
peraturan yang baru, kebijakan yang baru, dan sebagainya. Sedangkan transisi
adalah proses psikologikal yang dilalui manusia untuk berdamai dengan situasi
baru. Sifat dari perubahan adalah eksternal, sedangkan transisi bersifat
internal. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari perubahan adalah
suatu proses bersifat situasional yang terdiri dari upaya-upaya untuk melakukan
pembaruan, membuat suatu hal menjadi berbeda.
Tuntutan
beradaptasi bagi sebuah organisasi adalah suatu hal yang mutlak harus dilakukan
dikarenakan adanya perubahan bisnis yang terjadi terus menerus. Organisasi yang
berlomba untuk menyesuaikan diri telah menciptakan sebuah persaingan yang baru.
Dalam hal tersebut, pilihan organisasi hanyalah exist atau exit.
Dari survei Schaffer dan Tompson terkait�
Total Quality Management (TQM)
dalam Sugandi (2014) menunjukkan
bahwa 63% perusahaan elektronik di Amerika Serikat mengalami kegagalan dalam
mengelola kualitasnya, dan hanya 10% yang sukses. Riset tersebut juga
menunjukkan hasil yang senada di Inggris dengan hanya 8% dari sekitar 330
perusahaan teratas yang sukses dalam mengelola kualitas. Dari paparan tersebut
dapat disimpulkan bahwa untuk membuat suatu perubahan menjadi kesuksesan
organisasi perlu melibatkan beberapa faktor penting, antara lain: visi, misi,
komunikasi, kepemimpinan yang kuat, partisipasi, dan budaya (Chaerunissa,
2018).
Untuk
dapat melakukan pengambilan tindakan yang tepat terhadap suatu perubahan,
diperlukan analisis jenis perubahan yang terjadi. Berdasarkan waktu dan tingkat
kecepatan, menurut Grundy (1993), perubahan dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1.
Smooth Incremental Change, yaitu perubahan yang berlangsung pelan dan sistematis,
sehingga dapat diprediksi.
2.
Bumpy Incremental Change, yaitu perubahan yang ditandai dengan tingkat kecepatan dan
ketepatan dalam mengambil langkah perubahan.
3.
Discontinous, yaitu
perubahan yang ditandai dengan adanya peubahan yang cepat dalam strategi,
struktur, budaya, atau dalam ketiganya sekaligus.
b.
Model
Perubahan
Yang
dimaksud dengan model perubahan yaitu sebuah cara untuk mewakili dan
menggambarkan pemahaman teoritis dari proses perubahan itu sendiri dengan
melalui serangkaian tahapan (Rothwell, Sullivan, &
Stavros, 2010).
Terdapat beberapa model perubahan yang menjadi acuan organisasi:
1.
Model
Lewin
Model ini merupakan konsep siklus berulang dari tiga fase.
Yang pertama adalah fase unfreeze, yang
mana biasanya masalah muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem,
sehingga harus ada motivasi yang kuat untuk mengatasi penolakan untuk berubah.
Yang kedua adalah fase change, yaitu
saat perubahan dapat terjadi saat seseorang berhasil mengeksplorasi alternatif
penyelesaian masalah, menetapkan tujuan perubahan, dan menyepakati rancangan
kegiatan untuk tahapan baru. Dan yang terakhir adalah fase refreeze, yaitu di saat perubahan telah dicapai yang dapat
membangun perbaikan dan penguatan organisasi.
2.
Model
Mc-Kinsey � 7S Framework
Model 7S adalah sebuah model yang berfungsi untuk menganalisa
keefektifan suatu organisasi melalui pendekatan internal dari sebuah organisasi
yang perlu diselaraskan jika ingin mencapai kesuksesan. Apabila dalam
organisassi terjadi sesuatu yang tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka dapat
dipastikan terdapat ketidakselarasan di antara aspek internal tersebut. Dikenal
sebagai 7S Framework dikarenakan
masing-masing aspek dimulai dengan huruf S, yaitu : Shred values, Skills, Style, Staff, Strategy, Structure dan Systems.
3.
Model
John Kotter
Model Kotter terdiri dari delapan langkah, yaitu dimulai
dari: (1) membangun dan� mendorong
urgensi untuk kebutuhan perubahan, (2) membangun tim yang didedikasikan untuk
berubah, (3) menciptakan visi dan misi untuk perubahan, (4) mengkomunikasikan
kebutuhan perubahan, (5) memberdayakan SDM untuk menerapkan perubahan itu
sendiri, (6) menciptakan tujuan jangka pendek, (7) menjaga konsistensi, dan (8)
akhirnya perubahan menjadi suatu hal yang permanen.
c. Definisi Manajemen
Perubahan
Winardi
J. (2010) dalam Sugandi
(2014)
mengemukakan argumen bahwa selain memberikan dampak negatif, perubahan juga
memiliki manfaat positif terhadap organisai. Dalam mengelola perubahan yang
terjadi di seluruh lini organisasi, diperlukan sikap yang proaktif dan
dituangkan dalam suatu manajemen yang disebut change management.
Manajemen perubahan memiliki beragam pengertian. Dari penelitian Winardi J.
(2010) dikemukakan bahwa manajemen perubahan adalahupaya yang dilakukan secara
berkelanjutan oleh organisasi dalam merespon perubahan yang terjadi. Menurut Kasali (2005),
manajemen perubahan merupakan bagian penting dari pengelolaan organisasi dan
menjadi tolok ukur keberhasilan seorang pemimpin karena kemampuannya
memprediksi perubahan, serta menjadikannya menjadi suatu potensi atau peluang.
Sedangkan menurut Potts & LaMarsh (2004) dalam Panita et al., (2019)
disebutkan bahwa manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam
menerapkan pengetahuan, sarana, dan sumber daya yang diperlukan untuk
memengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses perubahan
tersebut.
Kebutuhan tiap-tiap
organisasi terhadap penggunaan manajemen perubahan (change management) tidak selalu sama, namun nilai utamanya tetap sama yaitu
menjadikan organisasi lebih berdaya guna (efektif), lebih tepat sasaran dan
cepat tanggap terhadap perubahan yang sedang terjadi (Panita,
2019).
Dalam prosesnya, organisasi akan selalu mengalami resistensi/ penolakan dari
orang-orang dalamnya ketika diterapkan suatu perubahan. Untuk itu, sasaran
dilakukannya manajemen perubahan adalah meminimalkan kendala-kendala yang
terjadi dan mengusahakan penerapan perubahan dapat berlangsung dalam waktu singkat
(Sugandi,
2014).
d. Dimensi Manajemen
Perubahan
Dari penelitian Victor and Franckeiss (2002), mengemukakan argumen
bahwa perubahan organisasional merupakan suatu aktivitas yang rumit/ kompleks
yang bertujuan mengefektifkan struktur dan proses di dalamnya. Dimana kedua hal tersebut
perlu berfokus pada semua aspek di dalam manajemen perubahan, baik dari awal
pengembangan strategi, implementasinya hingga pada evaluasi operasional.
Kurangnya kohesi dan penyelarasan terhadap aspek tersebut akan mengakibatkan
tidak optimalnya program perubahan dalam organisasi. Terdapatmodel siklus
sebagai pendekatan dalam manajemen perubahan yang kemudian disebut sebagai Lima
Dimensi Perubahan yang mendefinisikan setiap tahapan secara terperinci dan
menjelaskan keterkaitan antar tahapannya.
The Five Dimensions of Change
(Victor
& Franckeiss, 2002)
3.
Penelitian
Terdahulu
Penelitian
terdahulu merupakan penelitian tentang agile
manufacturing, baik dalam industri manufaktur maupun jasa.
Penelitian-penelitian tersebut menjadi acuan untuk meneliti topik yang
sama.Penelitian Yusuf
et al., (1999)
menyebutkan bahwa agile manufacturing merupakan konsep
baru yang sudah mulai banyak dipraktikkan pada industri manufaktur. Hormozi
(2001)
mendeskripsikan faktor-faktor yang menjadi pemicu efektifitas penerapan agile manufacturing, baik dari
pengelolaan sistem hingga perbaikan dari segi SDM-nya. Sementara penelitian
yang dilakukan oleh Naylor, Naim, & Berry
(1999) membandingkan
antara konsep lean manufacturing
dengan agile manufacturing, dimana
dapat disimpulkan bahwa keduanya dapat saling melengkapi dalam strategi rantai
pasokan yang benar, dan bukan untuk dicari mana yang lebih baik atau yang lebih
buruk.
������� Gunasekaran
(1999)
menyebutkan dalam penelitiannya bahwa dengan adanya perubahan pasar global yang
cepat, agile manufacturing dinilai
dapat menjadi strategi agar perusahaan dapat selalu unggul. Sehingga perlu dilakukan
banyak pengembangan kerangka strategi agile
manufacturing, seperti basis kompetitif, manajemen pengetahuan, kecocokan
model untuk pengambilan keputusan, dan karakteristik tenaga kerja. Agile manufacturing sangat diperlukan
sebagai sarana untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Penekanan agile
manufacturing terhadap adaptasi secara responsif akan melawan pengaruh
ketidakstabilan kinerja bisnis. Terdapat 5 enabler untuk mendukung agile
manufacturing, yaitu kostumisasi, agile rantai pasokan, otomatisasi,
pemberdayaan karyawan dan integrasi teknologi. (Gunasekaran, et al., 2019).
Negara-negara seperti
Amerika Serikat, Inggris, Portugal, Nigeria, Eropa dan Turki merupakan lokasi
dilakukannya penelitian-penelitian terdahulu. Pada penelitian ini berfokus pada
PT. PDSI yang lokasinya berada di Indonesia, tepatnya di Jakarta sehingga dapat
menjadi tolak ukur bagi perusahaan-perusahaan lain untuk berkembang
mengimplementasikan konsep agile
manufacturing pada industrinya. Pada penelitian ini digunakan metode
kualitatif dengan pendekatan studi kasus, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Akif (2017) dan Gunasekaran
et al., (2019) namun dengan subjek yang berbeda
yaitu industri jasa migas dan informan yang�
berbeda pula sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih variatif dan
komprehensif. Dalam penelitian ini pun akan dieksplorasi lebih dalam tentang
strategi yang diterapkan oleh PT. PDSI untuk mempertahankan perusahaan,
bagaimana penerapannya serta hambatan dan tantangan yang dialami dalam
penerapan strategi tersebut.
Kesimpulan
Penelitian
mengenai agile concept sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya
di berbagai perusahaan manufaktur ataupun jasa. Penelitian tersebut dilakukan
di Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Portugal, Nigeria, Eropa dan
Turki. Pada penelitian ini menggunakan subjek yang berbeda yaitu perusahaan
industry migas dan penelitian dilakukan di Negara Indonesia sehingga dapat
memperkaya penelitian di pembahasan agile concept. Penelitian yang sudah ada
menyebutkan agile concept sudah mulai banyak dan berhasil dipraktikkan di
industry manufaktur di Negara Inggris dan Amerika (Yusuf et al., 1999).
Hasil penelitian lainnya juga menyebutkan pentingnya agile concept untuk
mengikuti pergerakan pasar. Karena dengan adanya perubahan pasar perusahaan
harus siap dengan segala kemungkinannya. Agile concept dinilai mampu membuat
perusahaan tetap bertahan dan unggul ketika adanya perubahan pasar global yang
tidak dapat diprediksi (Gunasekaran, 1999). Sehingga diterapkan
dalam penelitian ini namun dengan subjek dan lokasi yang berbeda, karena budaya
yang berbeda pula sehingga menjadi menarik untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut.
Penelitian berangkat
dari pertanyaan mengapa PT. PDSI mampu bertahan dalam kondisi triple shock dimana harga minyak sedang
turun drastis. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai agile concept
pada anak perusahaan Pertamina tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa hal yang menarik bagi peneliti,
dimana perusahaan PT. PDSI sebenarnya belum membakukan konsep agility tersebut didalam management tetapi sudah menerapkan
dimensi-dimensinya secara tidak langsung. PT. PDSI secara tidak langsung
mendapatkan previllege dengan menjadi anak perusahaan Pertamina ketika sedang mengalami kesulitan seperti keadaan triple shock kemarin. Tetapi PT. PDSI juga melakukan beberapa langkah untuk dapat tetap
unggul di pasar dan secara tidak langsung PT. PDSI sudah melakukan beberapa langkah yang mendukung perusahaan menerapkan agile comcept. Berdasarkan agile wheel model terdapat
16 dimensi yang mendukung
agile concept, dan PT. PDSI sudah menerapkan
12 dimensi didalam perusahaannya yaitu wide deep
screening, full deployment, agile scoreboard, flexible assets & system,
fast new product acquisition, rich information systems, agile benchmarking,
deep costumer insight, aligned suppliers, performing partnership, adaptable
structure dan continuous learning. Sehingga dapat dikatakan PT. PDSI sudah menuju kearah
agility. Hanya perlu difokuskan kembali sehingga PT. PDSI dapat menerapkan keseluruhan dimensi yang ada pada agile wheel
model tersebut agar perusahaan
benar-benar menerapkan keseluruhan agile concept tersebut.
BIBLIOGRAFI
Ben Naylor, J., Naim, Mohamed M., & Berry, Danny.
(1999). Leagility: integrating the lean and agile manufacturing paradigms in
the total supply chain. International Journal of Production Economics, 62(1),
107�118. Google Scholar
Bender, A. D., Muraphy, A. W., &
Redden, J. P. (1990). Managing strategic change. The Health Care Supervisor,
9(2), 27�31. Google Scholar
�alimli, Mehmet Akif. (2017). Agility
approach to facilitate supply chain: Case studies from oil industry. World
Petroleum Congress Proceedings, 2017-July. Google Scholar
Chaerunissa, Ghanis. (2018). Gaya
Kepemimpinan Yang Efektif Pada Perusahaan Yang Melakukan Merger Atau Akuisisi
(Sebuah Studi Fenomenologi). Diponegoro University. Google Scholar
D�Ortenzio, Carlo. (2012). Understanding
Change and Change Management Processes : A Case Study. Doctor of
Philosophy at the University of Canberra, (August), 1�332. Google Scholar
Gunasekaran, A. (1999). Agile
manufacturing : A framework for research and development. 62. Google Scholar
Gunasekaran, Angappa, Yusuf, Yahaya Y.,
Adeleye, Ezekiel O., Papadopoulos, Thanos, Kovvuri, Dharma, & Geyi,
Dan�Asabe G. (2019). Agile manufacturing: an evolutionary review of practices. International
Journal of Production Research, Vol. 57, pp. 5154�5174. Google Scholar
Harbottle, Christine, & Bridges,
William. (1993). Managing Transitions: Making the Most of Change. The
Journal of the Operational Research Society, 44(4), 416. Google Scholar
Hormozi, Amir M. (2001). Agile
manufacturing: the next logical step. Benchmarking: An International Journal,
8(2), 132�143. Google Scholar
Kasali, Rhenald. (2005). Change.
Jakarta: Gramedia Pustaka. Google Scholar
Nitisemito, S. Alex. (2013). Perilaku
organisasi perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. Google Scholar
Panita, Ambaringtyas Titis. (2019). Dinamika
Penerimaan Teknologi Digital Pada Media Cetak Di Indonesia Dalam Perspektif.
Google Scholar
Rothwell, William J., Sullivan, Roland L.,
& Stavros, Jacqueline M. (2010). Practicing Organization Development, A
Guide for Leading Change. Vasa, 430�447. Google Scholar
Sugandi, Lianna. (2013). Dampak
Implementasi Change Management pada Organisasi. ComTech: Computer,
Mathematics and Engineering Applications, 4(1), 313. Google Scholar
Victor, Paul, & Franckeiss, Anton.
(2002). The five dimensions of change: an integrated approach to strategic
organizational change management. Strategic Change, 11(1), 35�42.
Google Scholar
Yusuf, Y. Y., Sarhadi, M., &
Gunasekaran, A. (1999). Agile manufacturing: the drivers, concepts and
attributes. International Journal of Production Economics, 62(1),
33�43. Google Scholar
Copyright holder: Dodik Prasetyo (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |