Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 6, No. 2, Special Issue, Desember 2021�����
LATIHAN FISIK CONTINUES
TRAINING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KOMPONEN SISTEM IMUN
Ratri Mauluti Larasati
Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Aktivitas fisik rutin dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Berbagai studi mengenai hubungan antara latihan fisik dan pengaruhnya terhadap sistem imun menjadi tema yang menarik untuk diteliti. Efek latihan fisik terhadap sistem imun dan resikonya terhadap infeksi masih terus dikembangkan dan diteliti. Karya tulis ini merupakan literatur review yang ditulis dengan mengumpulkan literatur dari berbagai jurnal terkini dalam negeri maupun luar negeri. Literatur yang digunakan didapat melalui mesin pencari google scholar dengan kata kunci : excercise, immune system, immune components. Studi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh latihan fisik terhadap komponen sistem imun sitokin, neutrofil, leukosit, sel NK, dan limfosit. Diketahui bahwa Latihan fisik continues training dapat mempengaruhi sistem imun dan komponen sel-sel imun. Secara umum hasil-hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan dan peningkatan kadar sitokin dan sel NK, serta peningkatan jumlah neutrofil, leukosit, dan limfosit pasca latihan fisik.
Kata Kunci: latihan; sistem imun; komponen imun
Abstract
Regular physical activity
can provide many health benefits. Various studies on the relationship between
physical exercise and its effect on the immune system become an interesting
topic to research. The effect of physical exercise on the immune system and its
risk of infection is still being developed and researched. This paper is a
literature review written by collecting literature from various current
journals at domestic literature and foreign literature The literature used was
obtained through the Google Scholar search engine with the keywords: exercise,
immune system, immune components. This study was conducted to determine the
effect of physical exercise on the components of the immune system, cytokines,
neutrophils, leukocytes, NK cells, and lymphocytes. It is known that continuous
physical exercise can affect the immune system and components of immune cells. In
general, the results showed a decrease and increase in the levels of cytokines
and NK cells, as well as an increase in the number of neutrophils, leukocytes,
and lymphocytes after physical exercise.
Keywords: exercise; immune system; immune components
Received: 2021-11-12;
Accepted: 2021-12-05; Published: 2021-12-07
Pendahuluan
Aktivitas fisik rutin dapat
memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Aktivitas fisik dapat
memberikan efek positif terhadap berbagai organ-organ dalam tubuh seperti sistem
skeletal, sistem endokrin, sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, sistem
imun, dan lainnya. Saat ini, berbagai studi mengenai hubungan antara latihan
fisik dan pengaruhnya terhadap sistem imun menjadi tema yang menarik untuk
diteliti. Efek latihan fisik terhadap sistem imun dan resikonya terhadap
infeksi masih terus dikembangkan dan diteliti. Artikel ini akan membahas
tentang pengaruh latihan fisik terhadap sistem imun dan komponen sistem imun.
Ringkasan singkat mengenai pengaruh latihan fisik terhadap komponen sistem imun
sitokin, neutrofil, leukosit, sel NK, dan limfosit.
Metode Penelitian
Karya
tulis ini merupakan literatur review yang ditulis dengan mengumpulkan literatur
dari berbagai jurnal terkini dalam negeri maupun luar negeri yang sebagian
besar merupakan hasil penelitian. Literatur yang digunakan didapat melalui
mesin pencari google scholar dengan kata kunci : excercise, immune system,
immune components.� Didapat 72 literatur
berkaitan tema, yang kemudian diseleksi untuk diambil literatur-literatur yang
sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang ditetapkan yaitu dengan
subyek mendapat perlakuan latihan fisik continues training. Kriteria usia
dimasukkan untuk melihat apakah ada perbedaan hasil pada kelompok usia muda dan
tua.
Hasil dan Pembahasan
1. Latihan
Fisik
Latihan
fisik merupakan serangkaian aktivitas yang dapat meningkatkan kebugaran fisik
dan kesehatan secara keseluruhan. Latihan fisik yang teratur dan berkelanjutan
dapat memperkuat organ tubuh sehingga memberikan perlindungan terhadap
penyakit. Latihan fisik teratur memiliki peran penting dalam melindungi tubuh
dari antigen eksternal dengan meningkatkan sistem imun tubuh (Jee,
2020). Latihan fisik memiliki
manfaat potensial dalam mengurangi infeksi penyakit menular dan virus patogen (Laddu,
Lavie, Phillips, & Arena, 2021).
Latihan
fisik diklasifikasikan berdasarkan frekuensi, durasi, dan intensitasnya.
Pengukuran intensitas latihan fisik adalah berdasarkan jumlah konsumsi energi
selama aktivitas yang diukur dalam ekuivalen metabolik (METs=kkal/kg/menit). Intensitas juga mewakili
jumlah konsumsi oksigen selama aktivitas tertentu. Satu MET adalah ukuran
rata-rata tingkat metabolisme seseorang saat istirahat, yang setara dengan 3,5
ml konsumsi oksigen per kilogram berat badan tubuh dalam 1 menit. Intensitas
aktivitas fisik dikategorikan menjadi: tidak aktif, ringan, sedang (3-6 MET), dan
tinggi (> 6 MET) (Miles, 2007).
Cara
lain untuk menggambarkan intensitas latihan fisik menggunakan presentase
maksimal konsumsi oksigen selama aktivitas tertentu (VO2max). Karena korelasi
kuat antara antara konsumsi oksigen dan denyut nadi selama aktivitas fisik,
persentase denyut nadi maksimum sering digunakan untuk mengukur konsumsi
oksigen. Denyut nadi maksimum berdasarkan rumus Karvonen digambarkan sebagai
220 dikurangi usia. Menurut rekomendasi ACSM (American College of Sport
Medicine), seseorang yang melakukan latihan intensitas sedang harus mencapai
55-70% dari denyut nadi maksimum selama latihan. Sedangkan standar untuk latihan
intensitas tinggi adalah 70-90% dari denyut nadi maksimum,� sangat tinggi >90% dari denyut nadi
maksimum, sedang <40% dari denyut nadi maksimum, dan intensitas ringan
adalah 40-55% dari denyut nadi maksimum (Norton, Norton, & Sadgrove, 2010).
Latihan fisik Continues
Training merupakan
jenis latihan
yang dilakukan secara berkelanjutan dan tanpa ada jeda
istirahat. Latihan fisik continues
training dapat dilakukan dengan intensitas latihan rendah, sedang, atau
tinggi. Bentuk latihan ini dapat dilakukan pada berbagai intensitas untuk tujuan dan
manfaat yang berbeda (Donato et al., 2014).
Adapun jenis-jenis interval latihan adalah:
a. Intensitas
ringan
Contoh protokol continues training dengan intensitas rendah meliputi: 30% dari Power Peak Output (PPO) selama 60 menit
misal bersepeda dan sepak bola. (Donato et al., 2014).
b. Intensitas
sedang
Definisi dari latihan continues training dengan intensitas
sedang meliputi: 70-75% detak jantung maksimal selama 50 menit. 60-65% VO2max
selama 30 menit. 65% dari PPO selama 40 menit (Ramos, Dalleck, Tjonna, Beetham, & Coombes,
2015).
c. Intensitas
tinggi
Contoh
protokol continues training dengan
intensitas tinggi yang paling populer dikenal dengan istilah High Intensity Interval Training (HIIT).
Latihan ini meliputi: 100% dari PPO hingga habis misal bersepeda. 80% dari PPO
selama 45 menit misal: bersepeda (Ramos et al., 2015).
2. Sistem
Imun
Sistem imun melindungi dan menghilangkan zat asing dan sel abnormal yang berbahaya bagi tubuh manusia. Kemampuan untuk bertahan dan menetralkan antigen eksternal atau internal disebut kekebalan atau imun. Sistem imun terdiri dari sel, molekul, dan jaringan yang bekerja sama untuk bertahan melawan antigen . Koordinasi dan reaksi dalam sistem imun tubuh yang melawan invasi zat asing disebut respon imun (Abbas, Lichtman, & Pillai, 2014).
Sistem imun merupakan sistem pertahanan� yang dapat mengenali antigen yang masuk ke dalam
tubuh dan menghasilkan antibodi untuk melawan antigen (Jee, 2020).
Sistem imun terdiri dari dua
bagian: sistem imun bawaan (umum)
dan sistem imun adaptif (khusus). Kedua sistem ini
bekerja sama secara erat dan melakukan tugas yang berbeda. Sistem imun bawaan merespon antigen dengan cara yang sama untuk semua
kuman dan zat asing, sehingga disebut sebagai sistem kekebalan "nonspesifik", sementara sistem imun adaptif
secara khusus menargetkan jenis kuman yang menyebabkan infeksi (Brandes,
Lang, & Schmidt, 2019).
Sistem imun bawaan terdiri dari penghalang fisik (kulit dan selaput lendir), komponen seluler (sel-sel NK dan sel-sel fagosit seperti neutrofil dan makrofag), sistem komplemen, dan berbagai zat lain. Komponen utama sistem imun adaptif
adalah sel-sel limfosit B dan limfosit T (Nurmasitoh,
2015).
3.
Hubungan
latihan fisik dan sistem imun
Mekanisme efek
perlindungan latihan intensitas sedang pada sistem imun tubuh
terkait dengan efek positif olahraga
di tubuh. Seseorang yang terbiasa dengan rutinitas latihan intensitas sedang secara tidak
langsung mendapatkan manfaat peningkatkan sistem imun tubuh, juga mengurangi risiko infeksi (Powers & Howley, 2015).
Latihan fisik dengan intensitas sedang dapat menstimulasi
imunitas seluler, sedangkan latihan intensitas tinggi tanpa istirahat yang cukup dapat memicu
penurunan imunitas seluler dan meningkatkan kecenderungan infeksi penyakit menular (Leandro, Castro, Nascimento, Pithon-Curi,
& Curi, 2007).
Selama latihan aerobik intensitas sedang dan kuat dengan durasi
kurang dari 60 menit, aktivitas antipatogen makrofag jaringan terjadi secara paralel dengan peningkatan resirkulasi imunoglobulin, sitokin anti-inflamasi, neutrofil, sel NK, sel T sitotoksik, dan sel B imatur, yang semuanya memainkan peran penting dalam
aktivitas pertahanan kekebalan dan kesehatan metabolisme (Bigley,
Rezvani, et al., 2014).
Olahraga akut
secara istimewa dapat memobilisasi sel NK dan limfosit T-CD8 yang memiliki sitotoksisitas tinggi dan potensi migrasi antar jaringan
(LaVoy et
al., 2015).
Hormon stres, yang dapat menekan fungsi
sel imun, dan sitokin proinflamasi, serta menyebabkan aktivitas metabolisme yang intens, tidak mencapai
tingkat tinggi selama olahraga intensitas sedang berdurasi pendek (Viana et
al., 2014).
Seiring waktu, peningkatan subset limfosit selektif yang disebabkan oleh olahraga dapat meningkatkan imunosurveilans dan menurunkan peradangan, dan mungkin memiliki nilai klinis khusus
untuk individu yang mengalami obesitas atau sakit (Ferrandi et
al., 2018).
Secara umum, olahraga akut sekarang
dipandang sebagai ajuvan sistem kekebalan
yang penting untuk merangsang pertukaran leukosit yang sedang berlangsung antara sistem� sirkulasi dan jaringan (Adams et
al., 2011).
Manfaat lainya adalah olahraga
akut dapat berfungsi sebagai strategi sederhana untuk memperkaya kompartemen sel T sitotoksik dan subset sel NK yang dapat dipanen untuk penggunaan
klinis (Simpson, Kunz, Agha, & Graff, 2015).
4.
Pengaruh Latihan fisik
terhadap komponen sistem imun
a. Sitokin
Sitokin diklasifikasikan sebagai anti-inflamasi dan
pro-inflamasi sesuai dengan fungsinya. Produksi sitokin dapat berubah karena stres hormonal atau stress oksidatif dan latihan fisik. Kontraksi
otot memiliki efek meningkatkan pelepasan sitokin anti inflamasi dan pro
inflamasi pada tingkat yang bervariasi sesuai dengan volume
massa kontraktil yang terlibat, durasi latihan, dan intensitas latihan.
Berikut ini merupakan hasil penelitian megenai latihan
fisik pengaruhnya terhadap sitokin (Terra, da
Silva, Pinto, & Dutra, 2012).
Tabel 1
�Penelitian Megenai Latihan Fisik Pengaruhnya Terhadap Sitokin
Investigator |
Populasi dan desain penelitian |
Hasil |
(Nieman et al., 2012) |
Pria usia (37�7) tahun atlet sepeda, melakukan olahraga sepeda 74 km |
Tidak ada perbedaan dalam pegukuran inflamasi |
(Nieman et al., 2015) |
Atlet bersepeda pria usia (39,3�1,9) tahun bersepeda dengan jarak 75 km |
Penurunan jumlah IL-10 |
(Shanely et al., 2016) |
Pria usia (48,5�2,3) tahun atlet sepeda, melakukan olahraga sepeda 75 km |
Tidak ada perbedaan dalam pegukuran inflamasi |
(Nieman, Gillitt, Sha, Esposito, & Ramamoorthy, 2018) |
Pria usia (39,1 �2,4) tahun atlet sepeda, melakukan olahraga sepeda 75 km |
Penurunan I-10, IL-6, IL 1ra |
(Bartlett et al., 2012) |
Lansia usia 64 � 7 tahun� melakukan latihan� HIIT dengan berjalan kaki 3�30 menit setian minggu |
Terjadi peningkatan jumlah IL-6, CXCL-8, dan TNF-α pasca latihan |
(Nieman et al., 2018) |
Pria dengan obesitas usia (28,5� 2,7) tahun secara acak dibagi dalam 2 kelompok, kelompok 1 melakukan latihan HIIE dan kelompok 2 MICE |
Terjadi peningkatan IL-4 dan IL-6 segera setelah latihan dan penurunan IL-4 60 menit setelah latihan |
(Bartlett et al., 2016) |
Pria usia 64�5 tahun dan wanita usia 66�5 tahun untuk kelompok kasus dan pemuda usia 23�4 sebagai kontrol melakukan aktivitas fisik dengan berbagai level |
Tidak ada perubahan signifikan terhadap jumlah IL-6, IL-8, IL-10, IL-13, CRP, dan MCP-1 |
(Tomeleri et al., 2016) |
Wanita mengalami obesitas usia 40-68 tahun melakukan olahraga resisten 3 set dengan 10-15 kali pengulangan 3 kali seminggu |
Terjadi penurunan biomarker sitokin pro-inflamasi TNFα, IL-6, dan CRP |
b. Neutrofil
Selama latihan latihan fisik, aktivasi serat otot
bertanggung jawab untuk meningkatkan pelepasan kalsium (Ca2+), sehingga
mempromosikan sintesis sitokin proinfammatory, yaitu TNF-α dan IL-1β,
yang bertindak dalam regulasi selektin dan menarik neutrofil ke area inflamasi.
Setelah latihan fisik aerobik (sekitar 24 jam) terjadi pengurangan
yang signifikan dalam kemotaksis neutrofil, namun, tanpa mengurangi aktivitas
bakterisida. Proses pengurangan kemotaksis neutrofil akan berbalik menjadi
peningkatan dalam 48 jam setelah aktivitas fisik, di mana aktivitas
oportunistik mikroorganisme menular dapat terjadi (Lavie, Lee,
& Sui, 2015).
Tabel 2
Penelitian Megenai Latihan Fisik Pengaruhnya Terhadap Neutrofil
Investigator
|
Populasi dan desain penelitian |
Hasil |
(Sand, Flatebo, Andersen, & Maghazach, 2013) |
Pria dan wanita sehat dibagi dalam kelompok I olahraga lari atau ski saat musim dingin dengan istirahat 3 jam, dan kelompok II 5 menit treadmill |
Terjadi peningkatan signifikan jumlah sel-sel neutrofil pada kelompok I |
(Nieman et al., 2015) |
Atlet bersepeda pria usia (39,3�1,9)th bersepeda dengan jarak 75 km |
Terjadi penurunan jumlah neutrofil |
(Bartlett et al., 2012) |
Lansia usia 64 � 7th� melakukan latihan� HIIT dengan berjalan kaki 3�30 menit setian minggu |
Terjadi peningkatan jumlah neutrofil pasca latihan HIIT |
(Bartlett et al., 2016)
|
Pria usia 64�5 tahun dan wanita usia 66�5 tahun untuk kelompok kasus dan pemuda usia 23�4 sebagai kontrol melakukan aktivitas fisik dengan berbagai level |
Terjadi peningkatan jumlah sel neutrofil |
(Khammasi et al., 2018) |
Pria usia 18-20th secara random dibagi dalam 2 kelompok, kelompok 1 melakukan latihan HIIT dan kelompok 2 MICT |
Terjadi peningkatan jumlah neutrofil pasca latihan MICT dan HIIT |
(Abbasi et al., 2016) |
Atlet wanita (38,5�5,7) dan pria (34,8�9,4) tahun melakukan lari marathon dengan kondisi kompetisi |
Konsentrasi neutrofil meningkat 30-3 jam setelah latihan |
c. Leukosit
Aktivitas fisik juga bertanggung jawab untuk meningkatkan konsentrasi leukosit yang bersirkulasi. Hal ini berkaitan dengan pengurangan sel imun di pembuluh darah terutama jaringan limfoid sekunder seperti hati, limpa, dan paru-paru. Konsentrasi leukosit tetap tinggi dengan puncak 30-120 menit setelah aktivitas fisik konstan, dan dapat bertahan hingga 24 jam setelahnya.
Tabel 3
Penelitian Megenai Latihan Fisik Pengaruhnya Terhadap Leukosit
Investigator |
Populasi dan desain penelitian |
Hasil |
(Nieman et al., 2018) |
Pria usia (39,1 �2,4) tahun atlet sepeda, melakukan olahraga sepeda 75 km |
Terjadi penurunan jumlah leukosit |
(Khammasi et al., 2018) |
Pria usia 18-20 tahun secara random dibagi dalam 2kelompok, kelompok 1 melakukan latihan HIIT dan kelompok 2 MICT |
Terjadi peningkatan jumlah leukosit pasca latihan MICT dan HIIT |
(Abbasi et al., 2016) |
Atlet wanita (38,5�5,7) dan pria (34,8�9,4) tahun melakukan lari marathon dengan kondisi kompetisi |
Konsentrasi leukosit meningkat 30-3 jam setelah latihan dan kembali seperti pra latihan setelah 24 jam. |
(Abdossaleh, Fatemeh, Frozan, & Amin, 2014) |
Atlet judo pria usia 21-26 tahun melakukan latihan intensitas rendah di minggu pertama, intensitas sedang di minggu kedua, dan intensitas tinggi di minggu ketiga |
Jumlah leukosit lebih tinggi dari pada kelompok pre-excercise segera setelah latihan intensitas sedang juga latihan intensitas tinggi |
d. Natural Killer Cells
(Sel NK)
Selama aktivitas fisik, aliran darah meningkat untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Rekrutmen sel NK terjadi melalui
stres seluler yang dipicu oleh olahraga dan akibatnya terjadi penurunan adhesi
molekul yang diinduksi oleh katekolamin. Namun, aktivitas
fisik yang berlangsung lebih dari tiga jam menyebabkan konsentrasi sel NK
kembali ke keadaan sebelum latihan atau bahkan lebih rendah dari ini. Hal ini
karena sel NK bermigrasi ke area cedera otot.
Tabel 4
Penelitian Megenai Latihan Fisik Pengaruhnya Terhadap Sel NK
Investigator |
Populasi dan desain penelitian |
Hasil |
(Bigley, Spielmann, et al., 2014) |
Pria usia 50-64� dan 20-34 tahun melakukan latihan bersepeda |
Terjadi penurunan jumlah sel NK pada kelompok usia 50-64 |
(Evans et al., 2015) |
Kelompok wanita penderita kanker payudara dan wanita sehat dengan pola hidup sedenter melalukan latihan fisik aerobik bersepeda |
Terjadi peningkatan jumlah sel NK secara signifikan pada kedua kelompok setelah latihan |
(Mohamady, Borhan, Abdallah, & AbdelGhani, 2013) |
Pasien wanita pasca masektomi dibagi dalam kelompok latihan dan tanpa latihan, sampel diambil� setelah 3 bulan latihan |
Terjadi peningkatan signifikan pada semua sitotoksik� sel NK pada kedua kelompok percobaan |
(Sooyeon et al., 2021) |
Individu usia ≥ 18 tahun diberikan kuisioner mengenai rutinitas latihan fisik dan pola hidup |
Latihan fisik intensitas medium dan tinggi menurunkan resiko aktivitas sel NK rendah pada wanita, pada pria latihan fisik tidak dapat diasosiasikan dengan resiko tersebut |
e. Limfosit
Selama
latihan fisik sedang, konsentrasi limfosit meningkat dalam sistem vaskuler, dan
setelah latihan fisik intensitas tinggi menurun ke level di bawah pre-exercise.
Rasio CD4 dan CD8 menurun sementara konsentrasi sel T-CD8 meningkat. Jumlah sel
T-CD4 menurun bersamaan dengan peningkatan konsentrasi sel NK. Setelah
aktivitas fisik, konsentrasi limfosit menurun akibat mekanisme apoptosis.
Kemudian, terjadi peningkatan konsentrasi limfosit karena respon imun yang
dimediasi TH 1, sebagai pencegahan terhadap infeksi mikroorganisme intraseluler
(Lu, Zhao, & Li, 2020).�
Tabel 5
Penelitian Megenai Latihan Fisik Pengaruhnya Terhadap Sel Limfosit
Investigator |
Populasi dan desain penelitian |
Hasil |
(Bigley, Spielmann, et al., 2014) |
Pria usia 50-64� dan 20-34 tahun melakukan latihan bersepeda 30 menit |
Terjadi penurunan jumlah sel T-CD8 pada kelompok usia 50-64 |
(Nieman et al., 2018) |
Atlet bersepeda pria usia (39,3�1,9) tahun bersepeda dengan jarak 75 km |
Terjadi penurunan jumlah limfosit |
(Bartlett et al., 2012) |
Lansia usia (64 � 7) tahun� melakukan latihan� HIIT dengan berjalan kaki 3�30 menit setiap minggu |
Terjadi peningkatan jumlah limfosit pasca latihan HIIT |
(Spielmann et al., 2011) |
Pria usia 18-61tahun melakukan latihan bersepeda 30 menit |
Terjadi peningkatan proporsi sel-sel T naif dan penurunan proporsi sel-sel T |
(Khammasi et al., 2018) |
Pria usia 18-20 tahun secara random dibagi dalam 2 kelompok, kelompok 1 melakukan latihan HIIT dan kelompok 2 MICT |
Terjadi peningkatan jumlah limfosit pasca latihan MICT dan HIIT |
(Bartlett et al., 2016) |
Pria usia 64�5 tahun dan wanita usia 66�5 tahun untuk kelompok kasus dan pemuda usia 23�4 sebagai kontrol melakukan aktivitas fisik dengan berbagai level |
Terjadi peningkatan jumlah sel T-CD11b |
(Silva et al., 2016) |
Pria usia 65-85 tahun dibagi ke dalam kelompok latihan fisik intensitas� sedang dan tinngi dan kelompok tidak melakukan latihan fisik |
Pada kelompok latihan fisik terjadi peningkatan jumlah sel T CD8 dan T CD4 memori, serta penurunan jumlah sel T CD45 |
(Minuzzi et al., 2018) |
Pria dan wanita usia 53,5�8,94� tahun melakukan olahraga bersepeda |
Terjadi penurunan rasio sel T senesen dan T naif serta penurunan jumlah sel T naif |
(Turner, Bosch, Drayson, & Aldred, 2011) |
Pria sehat bukan perokok mengikuti tes latihan treadmill pada tes pertama digunakan kecepatan sampai VOmax dan tes kedua dilakukan latihan treadmill sampai 80% VOmax |
Sel T-EMRA memiliki proporsi jumlah lebih tinggi daripada sel T naif setelah latihan fisik. |
Kesimpulan
Latihan fisik continues training dapat mempengaruhi sistem imun dan komponen sel-sel imun. Secara umum
hasil-hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan dan peningkatan kadar sitokin dan sel NK, serta peningkatan
jumlah neutrofil, leukosit, dan limfosit pasca latihan fisik.
Abbas, AK, Lichtman, AH, & Pillai, S. (2014). Basic
immunology: functions and disorders of the immune system. 4th ed.
Philadelphia: Elsevier. Google Scholar
Abbasi, A., Vieira, RP, Bischof, F.,
Walter, M., Movassaghi, M., Berchtold, NC, Niess, AM, Cotman, CW, & Hinnak,
N. (2016). Sex-specific variation in signaling pathways and gene expression
patterns in human leukocytes in response to endotoxin and exercise. Journal
of Neuroinflammation, 289. Google Scholar
Abdossaleh, Z., Fatemeh, A., Frozan, K.,
& Amin, SM. (2014). Leukocytes subsets is differentially affected by
exercise Intensity. International Journal of Sport Studies, 4(2),
246�253. Google Scholar
Adams, GR, Zaldivar, FP, Nance, DM, Kodesh,
E., Radom-Aizik, S., & Cooper, DM. (2011). Exercise and leukocyte
interchange among central circulation, lung, spleen, and muscle. Brain Behav
Immun, 25, 658�666. Google Scholar
Bartlett, DB, Firth, CM, Phillips, AC,
Moss, P., Baylis, D., & Syddall, H. (2012). The age-related increase in
low-grade systemic inflammation (inflammaging) is not driven by cytomegalovirus
infection. Aging Cell, 11(5), 912�915. Google Scholar
Bartlett, DB, Fox, O., McNulty, CL,
Greenwood, HL, Murphy, L., & Sapey, E. (2016). Habitual physical activity
is associated with the maintenance of neutrophil migratory dynamics in healthy
older adults. Brain Behav Immun., 56, 12�20. Google Scholar
Bigley, AB, Rezvani, K., Chew, C., Sekine,
T., Pistillo, M., & Crucian, B. (2014). Acute exercise preferentially
redeploys NK-cells with a highly-differentiated phenotype and augments
cytotoxicity against lymphoma and multiple myeloma target cells. Brain Behav
Immun, 39, 160�171. Google Scholar
Bigley, AB, Spielmann, G., Bollard, CM,
Hanley, PJ, Blaney, JW, & LaVoy, EC. (2014). The effects of age and latent
cytomegalovirus infection on the redeployment of CD8+ T cell subsets in
response to acute exercise in humans. Brain Behav Immun, 39,
142�151. Google Scholar
Brandes, R., Lang, F., & Schmidt, R.
(2019). Physiologie des Menschen: mit Pathophysiologie. Berlin:
Springer. Google Scholar
Donato, MD, West, DW, Churchward-Venne, TA,
Breen, L., Baker, SK, & Phillips, SM. (2014). Influence of aerobic exercise
intensity on myofibrillar and mitochondrial protein synthesis in young men
during early and late postexercise recovery. Am J Physiol Endocrinol Metab,
306(9), 1025�1032. Google Scholar
Evans, ES, Hackney, AC, McMurray, RG,
Randell, SH, Muss, HB, Deal, AM, & Battaglini, CL. (2015). Impact of Acute
Intermittent Exercise on Natural Killer Cells in Breast Cancer Survivors. Integrative
Cancer Therapies, 14(5), 436�445. Google Scholar
Ferrandi, PJ, Fico, BG, Whitehurst, M.,
Zourdos, MC, Bao, F., & Dodge, KM. (2018). Acute high-intensity interval
exercise induces comparable levels of circulating cell-free DNA and
interleukin-6 in obese and normal-weight individuals. Life Sci, 202,
161�166. Google Scholar
Jee, Yong Seok. (2020). Physical exercise
for strengthening innate immunity during COVID-19 pandemic: 4th series of
scientific evidence. Journal of Exercise Rehabilitation, 16(5),
383. Google Scholar
Khammasi, M., Ouerghi, N., Mohamed, S.,
Feki, M., KhammassiI, Y., Pereira, B., Thivel, D., & Bouassida, A. (2018).
Continous Moderate-Intensity But Not High Intensity Interval Training Improves
Immune Function Biomarkers In Healthy Young Men. Journal of Strength and
Conditioning Research, 00(00), 1�8. Google Scholar
Laddu, DR, Lavie, CJ, Phillips, SA, &
Arena, R. (2021). Physical activity for immunity protection: Inoculating
populations with healthy living medicine in preparation for the next pandemic. Prog
Cardiovasc, 64, 102�104. Google Scholar
Lavie, CJ, Lee, D., & Sui, X. (2015).
Efects of running on chronic diseases and cardiovascular and all-cause
mortality. Mayo Clin Proc, 90(11), :1541�52. Google Scholar
LaVoy, EC, Bollard, CM, Hanley, PJ, Blaney,
JW, O�Connor, DP, & Bosch, JA. (2015). A single bout of dynamic exercise
enhances the expansion of MAGE-A4 and PRAME-specific cytotoxic T-cells from
healthy adults. Exerc Immunol Rev, 21, 144�153. Google Scholar
Leandro, CG, Castro, RM, Nascimento, E.,
Pithon-Curi, TC, & Curi, R. (2007). Leandro CG, Castro RM, Nascimento E,
Pithon-Curi TC, Curi R. Adaptative mechanisms of the immune system in response
to physical training. Rev Bras Med Esporte, 13(5), 343�348. Google Scholar
Lu, R., Zhao, X., & Li, J. (2020).
Genomic characterisation and epidemiology of 2019 novel coronavirus:
implications for virus origins and receptor binding. Lancet, 395,
565�74. Google Scholar
Miles, L. (2007). Physical activity and
health. Journal Compilation of Nutrition Bulletin, 32, 314�363. Google Scholar
Minuzzi, LG, Rama, L., Chupel, MU, Rosado,
F., Dos Santos, JV, & Simpson, R. (2018). Effects of lifelong training on
senescence and mobilization of T lymphocytes in response to acute exercise. Exerc
Immunol Rev, 24, 72�84. Google Scholar
Mohamady, TM, Borhan, WH, Abdallah, W.,
& AbdelGhani, S. (2013). Effect of selected exercise program on natural
killer cytotoxic cells activity of post-mastectomy patients. Basic and
Applied Science, 114�119. Google Scholar
Nieman, DC, Gillitt, ND, Henson, DA, Sha,
W., Shanely, RA, & Knab, AM. (2012). Bananas as an energy source during
exercise: a metabolomics approach. PLoS One, 7. Google Scholar
Nieman, DC, Gillitt, ND, Sha, W., Esposito,
D., & Ramamoorthy, S. (2018). Metabolic recovery from heavy exertion
following banana compared to sugar beverage or water only ingestion: a
randomized, crossover trial. PLoS One, 13. Google Scholar
Nieman, DC, Gillitt, ND, Sha, W., Meaney,
MP, John, C., & Pappan, KL. (2015). Metabolomics-based analysis of banana
and pear ingestion on exercise performance and recovery. J Proteome Res,
14, 5367�5377. Google Scholar
Norton, K., Norton, L., & Sadgrove, D.
(2010). Position statement on physical activity and exercise intensity
terminology. Journal of Science and Medicine in Sport, 13,
496�502. Google Scholar
Nurmasitoh, Titis. (2015). Physical
activities, exercises, and their effects to the immune system. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 7(2), 52�58. Google Scholar
Powers, SK, & Howley, ET. (2015). Exercise
physiology: theory and application to fitness and performance. 8th ed. Boston:
McGraw-Hill. (chapter 6: Exercise and the immune system). Google Scholar
Ramos, J., Dalleck, LC, Tjonna, AE,
Beetham, KS, & Coombes, JS. (2015). The impact of high-intensity interval
training versus moderate-intensity continuous training on vascular function: a
systematic review and meta-analysis. Sports Med, 45(5), 679�692. Google Scholar
Sand, KL, Flatebo, T., Andersen, MB, &
Maghazach, AA. (2013). Effects of exercise on leukocytosis and blood hemostasis
in 800 healthy young females and males. World J Exp Med, 3(1),
11�20. Google Scholar
Shanely, RA, Nieman, DC, Perkins-Veazie,
P., Henson, DA, Meaney, MP, & Knab, AM. (2016). Comparison of watermelon
and carbohydrate beverage on exercise-induced alterations in systemic
inflammation, immune dysfunction, and plasma antioxidant capacity. Nutrients,
8. Google Scholar
Silva, LC, Ara�jo, AL, Fernandes, JR,
Matias, M. S., Silva, PR, & Duarte, A. (2016). Moderate and intense
exercise lifestyles attenuate the effects of aging on telomere length and the
survival and composition of T cell subpopulations. Age, 38(24). Google Scholar
Simpson, RJ, Kunz, H., Agha, N., &
Graff, R. (2015). Exercise and the Regulation of Immune Functions. Progress
in Molecular Biology and Translational Science, 103, 355�380. Google Scholar
Sooyeon, Oh, Sukyung, Chun, Sena, Hwang,
Jongseok, Kim, Yuri, Cho, Jooho, Lee, KyuBum, Kwack, & Sang-Woon, Choi.
(2021). Vitamin D and Exercise Are Major Determinants of Natural Killer Cell
Activity, Which Is Age- and Gender-Specific. Front. Immunol. Google Scholar
Spielmann, G., McFarlin, BK, O�Connor, DP,
Smith, PJ, Pircher, H., & Simpson, RJ. (2011). Aerobic fitness is
associated with lower proportions of senescent blood T-cells in man. Brain
Behav Immun, 25, 1521�1529. Google Scholar
Terra, R., da Silva, SAG, Pinto, VS, &
Dutra, PML. (2012). Efeito do exerc�cio no sistema imune: resposta, adapta��o e
sinaliza��o celular. Rev Bras Med Esporte, 18(3), 208�14. Google Scholar
Tomeleri, CM, Ribeiro, AS, Souza, MF,
Schiavoni, D., Schoenfeld, BJ, Venturini, D., Barbosa, DS, Landucci, K.,
Sardinha, LB, & Cyrino, ES. (2016). Resistance training improves
inflammatory level, lipid and glycemic profiles in obese older women: A
randomized controlled trial. Gerontology, 84, 80�87. Google Scholar
Turner, JE, Bosch, JA, Drayson, MT, &
Aldred, S. (2011). Assessment of oxidative stress in lymphocytes with exercise.
Journal of Applied Physiology. Google Scholar
Viana, JL, Kosmadakis, GC, Watson, EL,
Bevington, A., Feehally, J., & Bishop, NC. (2014). Evidence for
anti-inflammatory effects of exercise in CKD. J Am Soc Nephrol, 25,
2121�2130. Google Scholar
Copyright holder: Ratri Mauluti
Larasati (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |