Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 2, Special Issue, Desember 2021
EVALUASI
DMA DAN RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN DMA DI PDAM TIRTA KAHURIPAN KABUPATEN
BOGOR
Fajry
Widyanto, Adhi Yuniarto, Gabriel Novianus Rumambo Pandin
Departemen
Teknik Lingkungan , Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jakarta, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Air minum merupakan kebutuhan utama demi
kalangsungan hidup setiap orang. Saat ini permasalahan yang sering terjadi pada
PDAM adalah Non Revenue Water (NRW). PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor telah
melaksanakan program penurunan NRW sesuai dengan program kemitraan USAID � SECO
pada tahun 2020 namun terdapat kendala pada pelaksanaannya dikarenakan tingkat
NRW PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor sebesar 28,78% pada tahun 2020. Dalam
pendistribusiannya PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor telah memiliki 61
Distric Meter Area (DMA), hal ini menjadi suatu perhatian dikarenakan 46 DMA
terdapat di Cabang Cibinong dan 12 DMA terdapat di Cabang Kedung Halang yang
dimana 2 cabang tersebut memiliki tingkat NRW yang cukup tinggi pada Cabang
Cabinong 28,02% dan Cabang Kedung Halang 44,83% apabila dilihat dari hal
tersebut PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor memiliki kendala dalam
mengoptimalkan DMA yang ada sehingga perlu adanya strategi dalam upaya
menurukan NRW. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun dan memberikan
rekomendasi penurunan NRW dengan melakukan analisa pada DMA terpilih pada
sistem jaringan perpipaan dengan melakukan analisa pada aspek teknis dengan
adanya analisis tersebut diharapkan PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor dapat
melakukan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan air minum di Kabupaten Bogor.
Kata Kunci: Kehilangan air; Optimalisasi dan Rehabilitasi; Pengendalian NRW; Pengembangan
Jaringan; PDAM
Abstract
Drinking
water is the main need for the survival of everyone. Currently, the problem
that often occurs in PDAM is Non Revenue Water (NRW). PDAM Tirta Kahuripan
Bogor Regency has implemented a NRW reduction program in accordance with the
USAID � SECO partnership program in 2020 but there are obstacles in its
implementation because the NRW level of PDAM Tirta Kahuripan Bogor Regency is
28.78% in 2020. In its distribution PDAM Tirta Kahuripan Bogor Regency has has
61 District Meter Areas (DMA), this is a concern because 46 DMAs are located in
the Cibinong Branch and 12 DMAs are located in the Kedung Halang Branch where
the 2 branches have a fairly high NRW level at the Cabinong Branch 28.02% and
the Kedung Branch The obstacle is 44,83% when viewed from this, PDAM Tirta
Kahuripan, Bogor Regency has obstacles in optimizing the existing DMA, so there
is a need for a strategy in an effort to reduce NRW. The purpose of this study
is to compile and provide recommendations for reducing NRW by analyzing
selected DMAs in the piping network system by analyzing technical aspects. With
this analysis, it is hoped that PDAM Tirta Kahuripan, Bogor Regency, can
develop to meet drinking water needs in Bogor Regency.
Keywords: Loss of
water; Optimization and Rehabilitation; CONTROL of NRW; Network Development;
TAPS
Pendahuluan
PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor saat ini melayani 182.048 sambungan Langganan dengan cakupan pelayanan wilayah admistrasi
24,92% dan cakupan pelayanan
wilayah teknis 28,43% pada tahun
2020 sedangkan tingkat NRW
28,74% berdasarkan hasil laporan akhir tahun
2020 PDAM Tirta Kahuripan jika dibandingkan dengan Permen Pekerjaan
Umum No. 27/PRT/M/2016 tahun
2016 nilai tersebut sudah melebihi batas yang ditentukan, Penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Angka NRW ini masih melebihi dari standar nilai
NRW Nasional yaitu 20%. Jika dilihat
dari kehilangan air tersebut maka setiap
tahun PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor kehilangan air sebesar kurang lebih 14.800.062 m� pertahun yang jika bisa dimanfaatkan maka cakupan pelayanan
teknis PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor bisa ditingkatkan.
Menurut
hasil audit BPKP tahun 2019
PDAM Tirta Kahuripan memiliki kapasitas terpasang sebesar 66.883.979 m� namun yang dapat dimanfaatkan sebesar (kapasitas rill) 55.664.710 m� atau
83.25% dari kapasitas terpasang, dari kapasitas rill volume air yang dihasilkan
sebesar 54.482.808 m� sehingga
terdapat kapasitas yang tidak dapat dimanfaatkan
sebesar 1.181.902 m�.
PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor saat ini telah menerapkan
DMA namun penerpan masih belum efektif
dan efisein di�
karenakan masih tingginya NRW khususnya pada
Cabang Cibinong sebesar 28,02% dan Cabang Kedung halang 44,83%, pada cabang tersebut masing-masing memiliki DMA yang memiliki keunikan pada DMA Sukahati yang berada pada Cabang Cibinong memiliki
perbedaan elevasi yang cukup jauh antara
meter induk dengan ujung pipa jaringan sedangkan DMA villa bogor indah 5 (lima) yang berada pada
Cabang Kedung Halang menggunakan pompa distribusi sendiri untuk melayani pada DMA terebut. �
Dalam
penelitian ini, akan melakukan evaluasi dan analisa DMA pada
Cabang Cibinong dan Cabang Kedung Halang
untuk mendapatkan strategi alternatif dari aspek teknis dan aspek kelayakan investasi dalam menurunkan tingkat kehilangan air dan melakukan rencana pengembangan pipa jaringan pada DMA yang telah dilakukan evaluasi.
Maksud
dari penelitian ini adalah meninjau
pelayanan PDAM ke pelanggan dan ke calon pelanggan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan
evaluasi dan analisis pada
PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor di area Cabang Kedung
Halang pada DMA Villa Bogor Indah 5 dan di area
Cabang Cibinong pada DMA Sukahati dengan
permodelan jaringan pipa menggunakan EPANET 2.0;
2. Menganalisa
alternatif strategi optimalisasi
atau rehabilitasi yang tepat dari hasil
permodelan jaringan pipa;
3. Rencana
pengembangan jaringan pada
DMA dengan menggunakan
EPANET 2.0
Metode Penelitian
Dalam penelitian menggunakan metode dari hasil pengamatan dilapangan dan
pengumpulan data teknis bulanan yang di dapat dari PDAM Tirta Kahuripan
Kabupaten Bogor, dari dua metode tersebut yaitu pengamatan dilapangan dan
pengumpulan data teknis bulanan dapat menjadi studi kasus yang akan
menggambarkan kondisi aktual dilapangan serta beberapa aspek yang berkaitan
dengan sistem distribusi yaitu aspek teknis.
Setelah data
diperoleh maka selanjutnya dilakukan analisis dengan melakukan permodelan
menggunakan software EPANET 2.0 dalam penanganan kasus penurunan kehilangan
air, optimalisasi dan rehabilitasi. Dari hasil permodelan maka akan didapatkan
strategi dan alternatif aspek yang didapat optimalisasi dan rehabilitasi.
a.
Tahapan Penelitian
Secara garis besar tahapan proses penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1.
Merumuskan latar belakang;
2.
Mengidentifikasi masalah;
3.
Melakukan kajian pustaka;
4.
Mengidentifikasi tujuan penelitian;
-Data primer diperoleh
dari hasil
kunjungan lapangan dengan
melakukan
survey kehilangan
air, pengecekan
kondisi pipa, dan
lain- lain.
-Data sekunder berupa data yang diperoleh
dari instansi terkait
anatara
lain data kapasitas produksi
air baku dan kapasitas
produksi eksisting PDAM Kabupaten Bogor, cakupan pelayanan,
rekapitulasi
neraca
air, sistem
dan peta jaringan
distribusi, peta DMA,
data
operasional bulanan seperti
jumlah pemakaian dan penjualan air, jumlah sambungan,
struktur tarif
dan data sumber air
baku, dan
lain-lain.
5.
Mengumpulkan data primer dan sekunder;
6.
Analisis dan pengolahan data;
b.
Kerangka Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini diperlukan
langkah-langkah yang sistematis agar penelitian dapat berjalan dengan baik.
Langkah- langkah tersebut dapat dituangkan dalam diagram alir pada
Hasil dan Pembahasan
1.
Analisa
Pola Pemakaian Air Pada Lokasi Kondisi
Eksisting
Data pemakaian air diperlukan untuk mengetahui pola
pemakaian air oleh pelanggan yang bertujuan untuk mendapatkan jam puncak
(pemakaian air maksimum) dan jam minimum pemakaian air. Data pemakaian air
bersih pada PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor diperoleh dengan sampling pada
data logger yang terpasang pada meter induk. Pencatatan meter air pelanggan
dilakukan selama selama 24 jam. Data pola pemakaian air pada PDAM Tirta Kahuripan
Kabupaten Bogor pada masing-masing:
Gambar 1 Pola
Pemakaian Pada Meter Induk Villa Bogor Indah 5
Pada Gambar 1 dapat dilihat pola
pemakainan air pada Cabang Kedung
Halang yaitu pada meter induk Villa Bogor Indah 5 dengan pemakaian air paling banyak pada pukul 07:00 � 08:00 waktu setempat dengan pemakaian air 51,30 m�/jam, Sedangka
pemakaian air paling sedikit
pada pukul 02:00 � 03:00 waktu
setempat dengan pemakaian air 13.60 m�/jam.
Debit
rata-rata pada Cabang Kedung Halang
Zona Villa Bogor Indah 5 dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Gambar 2 Pola Pemakaian Pada Meter Induk
Kaum Pandak (Pondok Sukahati)
Pada
Gambar 2 dapat dilihat pola pemakainan air pada Cabang Kedung Halang yaitu
pada meter induk Kaum Pandak dengan pemakaian
air paling banyak pada pukul
06:00 � 07:00 waktu setempat
dengan pemakaian air 247,00
m�/jam, Sedangka pemakaian
air paling sedikit pada pukul
23:00 � 00:00 waktu setempat
dengan pemakaian air 121,00
m�/jam.
Debit
rata-rata pada Cabang Cibinong Zona Kaum Pandak dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut:
2.
Jaringan dan Kondisi Eksisting
Penggunaan
Epanet 2.0 pada data eksisting
digunakan untuk mengetahui keadaan pada jaringan pipa sehingga dapat dibandingkan dengan jaringan pipa dengan kondisi ideal sesuai dengan SNI 03-7065-2005.
Melakukan
perbandingan antara jaringan pipa eksisting� dengan
jaringan pipa kondisi ideal
bertujuan untuk mengetahui peluang dan strategi dalam peningkatan pelayanan air bersih yang merujuk pada investasi dalam pemenuhan kebutuhan air bersih seiring dengan semakin bertambahnya penduduk tiap tahunnya.
Data
yang dibutuhkan dalam melakukan analisa dengan menggunakan Epanet 2.0 antara lain sebagai berikut:
1) Jenis
Pipa
2) Panjang
Pipa
3) Diameter
Pipa
4) Elevasi
5) Konsumsi
air (tercatat dalam meter)
6) Pola
Pemakaian Air
7) Spesifikasi
Pompa
Apabila
semua sudah terpenuhi data tersebut dapat di input ke program Epanet 2.0, berikut tampak visual jaringan distribusi Zona Villa Bogor Indah 5 pada gambar 3.3 dan Pondok Sukahati pada gambar 3
Gambar 3 Modelling Visual DMA Villa Bogor
Indah 5
Gambar 4 Modelling Visual DMA Pondok
Sukahati
3.
Karakteristik Pada jam Minimum dan jam Maksimum Pemakaian Pelanggan
Pola pemakaian
air pelanggan mempengaruhi karakteristik pada besaran tekanan pada masing-masing pelanggan
dengan melihat pada pemakaian jam minimum dan jam maksimum
sebagai berikut :
� DMA Villa
Bogor Indah 5
Gambar 5 Demand Pattren Villa Bogor Indah 5
Dari hasil analisa menggunakan epanet 2.0
didapatkan bersaran tekanan di masing-masing node pada jam minimum yaitu jam
02:00 � 03:00 dan pada jam maksimum jam 07:00 � 08:00, pada epanet didapatkan
tekanan rata-rata pada jam minimum sebesar 43,04 meter, tekanan tertinggi
47,57meter dan terendah 34,76 meter, sedangkan pada jam masksimum pada epanet
didapatkan tekanan rata-rata sebesar 10,59 meter, tekanan tertinggi 14,80meter
dan terendah sebesar 4,12 meter
�
Gambar 6 Demand Pattren Pondok Sukahati
DMA Pondok Sukahati
Dari hasil analisa menggunakan epanet 2.0 didapatkan bersaran
tekanan di masing-masing node pada jam minimum yaitu jam 23:00 � 00:00 dan pada
jam maksimum jam 06:00 � 07:00 , pada epanet didapatkan tenanan rata-rata pada
jam� minimum sebesar� 30,28 meter, tekanan tertinggi 32,97 meter
dan terendah 28,98 meter, sedangkan pada jam masksimum pada epanet didapatkan
tenanan rata-rata sebesar 30,20� meter ,
tekanan tertinggi 32,88� meter dan
terendah sebesar 28,91 meter
4.
Strategi Penurunan Kehilangan Air
Dalam langkah melakukan optimalisasi atau
rehabilitasi kinerja pada sistem jaringan pipa terdapat variable dan parameter,
yaitu debit air, dimensi pipa dan material pipa yang digunakan. Variabel
tersebut akan akan dimodifikasi untuk menyesuaikan kondisi yang di inginkan
dalam kriteria desain yang telah direncanakan, dari variable tersebut dilakukan
ploting ulang jaringan eksisting yang akan digambar dalam EPANET 2.0, pada
kondisi eksisting yang dimana pada kondisi eksisting tingkat NRW masih cukup
tinggi, dalam hal ini akan dilakukan simulasi ulang dengan mengacu pada standar
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007, yang dimana syarat
tekanan yang diperbolehkan adalah 10 m � 80 m, dan syarat kecepatan yang
diperbolehkan yaitu 0,15 m/detik � 1,5 m/detik.
5.
Neraca Air
Dalam menentukan langkah
optimalisasi pada jaringan,berikut hasil perhitungan Neraca Air pada DMA Villa Bogor Indah 5 DMA Area Pondok Sukahati
Tabel 1 Neraca Air Villa Bogor Indah 5
Tabel 2 Neraca
Air Villa Pondok Sukahati
Dari hasil pehitungan Neraca Air dapat penyebab-penyebab kahilangan
air hal tersebut dapat dituntukan menjadi besaran prosentasi seperti pada Tabel 3
Tabel 3
Prosentase Penyebab Kehilangan
Air
No. |
Data |
�Villa Bogor Indah 5 |
�Prosentase |
�Kaum Pandak (Pondok Sukahati) |
�Prosentase |
�m�/hari |
�% |
�m�/hari |
�% |
||
1 |
Volume input air |
871,00 |
2.172,00 |
|
|
2 |
Konsumsi resmi |
545,00 |
1.411,00 |
|
|
3 |
Kehilangan air |
326,00 |
37,43 |
761,00 |
35,04 |
4 |
Konsumsi resmi
berekening |
543,00 |
1.243,00 |
|
|
5 |
Konsumsi resmi
tak berekening |
2,00 |
168,00 |
|
|
6 |
Konsumsi bermeter
berekening |
543,00 |
1.243,00 |
|
|
7 |
Konsumsi tak
berekening |
- |
- |
|
|
8 |
Air berekening |
543,00 |
1.243,00 |
|
|
9 |
Air tak berekening |
328,00 |
929,00 |
|
|
10 |
Konsumsi bermeter
tak berekening |
- |
163,00 |
|
|
11 |
Konsumsi tak
bermeter tak berekening |
2,00 |
5,00 |
|
|
12 |
Konsumsi tak
resmi |
2,00 |
2,00 |
|
|
13 |
Ketidakakuratan meter air |
���������������������� - |
|
���������������������� - |
|
14 |
Kehilangan air non fisik |
2,00 |
0,37 |
2,00 |
0,14 |
15 |
Kehilangan air fisik |
324,00 |
59,45 |
759,00 |
53,79 |
Pada
Villa Bogor Indah 5 kehilangan air fisik memiliki prosentase 59,45% sedangkan kehilangan air fisik pada Kaum Pandak (Pondok
Sukahati) memiliki prosentase 53,45%, maka perlu adanya langkah
optimalisasi dan rehabilitasi
pada jaringan tersebut.
6.
Langkah Optimalisasi DMA
Langkah
yang dilakukan dalam optimalisasi DMA yaitu dengan melakukan manajemen tekanan menggunakan PRV pada jaringan
pipa dengan melakukan simulasi menggunakan EPANET 2.0 berikut hasil perbandingan
tekanan eksisting dengan tekanan modifikasi menggunkan PRV.
Gambar 7 Perbandingan Tekanan Eksisting dan Tekanan Modifikasi DMA Villa Bogor Indah 5
Gambar 8 Perbandingan Tekanan Eksisting
dan Tekanan Modifikasi DMA Podok Sukahati
Dari
hasil tekanan setelah dilakukan modifikasi dapat dibandingkan dengan tekanan eksisting untuk mencari jumlah
kebocoran pada jaringan.Menurut
(Modul Air Tak Berekening Buku 1 2018) Fixed and Variable Area Discharge (FAVAD) Hubungan tekanan dengan kebocoran pada sistem jaringan distribusi lebih kompleks daripada teori hidrolis yang bisa gunakan antara
lain:
�
Bentuk
lubang tidak sama,pola lubang
yang bermacam � macam
�
Ukuran
lubang yang berubah dengan tekanan dan material pipa
Untuk
menghitung kebocoran maka data yang harus didapat antaralain
Dimana:
L1�� : Debit Kebocoran
Setelah Manajeman Tekanan
L0�� : Debit Kebocoran Eksisting
P1�� : Tekanan Rata-rata
Setelah Manajeman Tekanan
P0�� : Tekanan Rata-rata
Eksisting
N1 � :
Faktor Skala (Sumber Modul
Air Tak Berekening Buku 1 2018)
�
Villa Bogor Indah 5
Diketahui����������� :
L0�� :�
827,70 m�/hari - 561,00 m�/hari
=266,70 m�/hari
P1�� : 24,58 meter
P0�� : 30,43meter
N1� : 1,5
Dicari����� :
L1�� : Debit Kebocoran
Setelah Manajeman Tekanan
Jawaban� :
� Pondok
Sukahati
Diketahui�����������
:
L0�� :�
104,72 m�/hari - 59,96 m�/hari
=44,76� m�/hari
P1�� : 12,54 meter
P0�� : 30,23 meter
N1� : 1,5
Dicari����� :
L1�� : Debit Kebocoran
Setelah Manajeman Tekanan
Jawaban� :
Dari
hasil perhitungan manajemen tekanan didapatkan pada DMA Villa Bogor Indah 5 semula
terjadi kehilangan air sebesar 266,70 m�/hari dengan adanya manajemen
tekanan menjadi 193,61 m�/hari atau yang semula tingkat kehilangan airnya 37,66 % menjadi 23,39% dan pada DMA Pondok
Sukahati semula kehilangan air sebesar 44,76 m�/hari dengan adanya
manajemen tekanan menjadi 11,84 m�/hari atau yang semula tingkat kehilangan airnya 42,74 % menjadi 11,30%
7.
Peningkatan Jumlah Sambungan Rumah
Di
dalam mengembangkan jaringan distribusi ada beberapa faktor
yang berpengaruh dalam melakukan pengembangan, hal tersebut agar pengembangan jaringan distribusi dapat dilakukan sesuai perencanaan. Dengan memperhatikan profil hidrolis pada area pengembangan dengan memperhitungkan pressure (sisa tekan), kecepatan
aliran, serta debit air apakah masih mencukupi
atau tidak jika dilakukan pengembangan.
Proyeksi
pertumbuhan penduduk perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan air dengan perencanaan 10 (sepuluh) tahun kedepan tahun
yaitu 2021-2031 sehingga dapat juga diperhitungkan.
8.
Proyeksi Penduduk
Tabel 4
Prediksi
Peryumbuhan Penduduk Tahun 2031
Dari
Tabel 4 dapat dilakukan perhitungan kebutuhan air minum pada tahun yang direncanakan, berikut hasil prediski
kebutuhan pada DMA Pondok Sukahati yang terletak pada Kecamatan Cibinong dan DMA Villa Bogor Indah 5 yang terletak pada Kecamatan Sukaraja dengan kondisi jaringan telah dilakukan manajemen tekanan yang dimana tingkat kehilangan air telah menjadi 23,39% pada DMA Villa Bogor Indah 5 dan 11,30% pada
DMA Pondok Sukahati
Tabel
5
Prediksi
Debit Tahun 2031
Lokasi |
Debit Aktual
Harian Tahun 2021 |
Prosentase Pertubuhan
Penduduk Tahun 2031 |
Prediksi Debit Harian Tahun 2031 |
(l/detik) |
(%) |
(l/detik) |
|
Pondok Sukahati |
0,79 |
44,64% |
1,14 |
Villa Bogor Indah 5 |
8,48 |
23,83% |
10,49 |
�
Villa Bogor Indah
5
Berdarsarkan
dari data eksisting pada
DMA Villa Bogor Indah 5 memiliki jumlah
pelanggan sebanyak 1.099 sambungan, dengan prediksi pertumbuhan penduduk pada tahun 2031 pada Kecamatan Sukaraja (Wilayah DMA
Villa Bogor Indah 5) diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan menjadi 1.361 pelanggan yang akan dilakukan simulasi dengan spesifikasi jaringan pada tahun 2021 namun menggunakan kebutuhan air minum tahun 2031
����������������������������������������������������������������������
Gambar
9 Pengembangan Jaringan DMA
Villa Bogor Indah 5
�
Pondok
Sukahati
Berdarsarkan
dari data eksisting pada Pondok Sukahati memiliki jumlah pelanggan sebanyak 124 sambungan, dengan prediksi pertumbuhan penduduk pada tahun 2031 pada Kecamatan Cibinong (Wilayah DMA Pondok
Sukahati) diperkirakan akan mengalami pertumbuhan menjadi 180 pelanggan yang akan dilakukan simulasi dengan spesifikasi jaringan pada tahun 2021 namun menggunakan kebutuhan air minum tahun 2031.
Gambar 10
Pengembangan Jaringan DMA Pondok Sukahati
Pada
hasil simulasi pada tahun 2031 pada DMA Villa Bogor Indah 5 dan DMA Pondok Sukahti dapat dilihat pada gambar 3.9 dan 3.10 didapatkan dengan kondisi kinera tekanan pada jaringan pada tahun 2021 masih bisa melayani
kebutuhan air bersih sesuai standar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun
2007 yang dimana syarat tekanan yang diperbolehkan adalah 10 m � 80 m, dan syarat kecepatan yang diperbolehkan yaitu 0,15 m/detik � 1,5 m/detik meskipun tersebut dengan penambahan PRV pada pipa jaringan.
Gambar 10
Tekanan rata-rata Villa Bogor Indah 5 pada jaringan tahun 2031
Gambar 11
Tekanan rata-rata Pondok Sukahati pada jaringan tahun 2031
Kesimpulan
Dari hasil
simulasi manajemen tekanan menggunakan EPANET 2.0
pada DMA Villa Bogor Indah 5 didapatkan dari data eksisting DMA Villa
Bogor Indah 5 semula terjadi
kehilangan air sebesar
266,70 m�/hari dengan adanya manajemen tekanan menjadi 193,61 m�/hari atau yang semula tingkat kehilangan airnya 37,66 % menjadi 23,39% dan pada DMA Pondok
Sukahati didapatkan dari data eksisting semula kehilangan air sebesar 44,76 m�/hari dengan adanya manajemen
tekanan menjadi 11,84 m�/hari atau yang semula tingkat kehilangan airnya 42,74 % menjadi 11,30%.
Berdasarkan
dari hasil strategi penurunan kehilangan air pada DMA
Villa Bogor Indah 5 dan DMA Pondok Sukahati dengan prediksi pertambahan kebutuhan air minum sampai dengan tahun
2031, dengan dilakukannya simulasi pada jaringan didapatkan jaringan masih layak untuk
memenuhi kebutuhan air sampai dengan tahun
2031 dengan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun
2007.
Al-Layla, M. (1980), Water Supply
Engineering and Design. Michigan: Ann Arbor Science Publications. Inc.
BPKP 2019 Laporan
Hasil Evaluasi Kinerja PDAM Tirta
Kahuriapan Kabupaten Bogor
2019.
Direkrtorat
Jenderal Cipta Karya PUPR (2007), Buku Panduan Pengembangan Air Minum. Vol
6, Jakarta: Kementerian PUPR.
Ferrari and Savic (2015) �Economic
performance of DMAs in water distribution systems�, Procedia Engineering,Vol.
119, hal. 189-195.
H.Muthohar,
(2015), Studi kelayakan investasi jalan tol gempol � pasuruan
Studi kasus :Kelayakan Investasi Pembangunan
Jalan Tol Gempol,Thesis S.T.,Institut
Teknologi Malang,Malang.
Iqbal, Rofiq.,
dan Setiani, Putri. (2008), Pemodelan
Pengembangan Jaringan Distribusi PDAM Kota Bandung dengan
Epanet 2.0. Institut Teknologi Bandung., Bandung.
M.Riski,(2016)
, Penerapan Jaringan Distribusi Sistem District Meter
Area (DMA) dalam Optimalisasi
Penurunan Kehilangan Air Fisik Ditinjau dari Aspek Teknis dan Finansial (Studi Kasus : Wilayah Layanan IPA Bengkuring PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda),Thesis
M.T., Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Nugroho,
Meicahayanti, and Nurdiana (2018), Analisis Jaringan Perpipaan Distribusi Air Bersih Menggunakan EPANET 2.0 (Studi Kasus di Kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda), Thesis M.T., Universitas Mulawarman,
Samarinda.
Pekerjaan
Umum (Public Works) (2016), Penyelenggaraan
pengembangan sistem penyediaan air minum
Yaltaghian
Khiababi et al. (2020) �Potential assessment of
non-automatic and automatic modernization alternatives for the improvement of
water distribution supplied by surface-water resources: A case study in Iran�,
Agricultural Water Management,Vol. 230, hal. 105-946
Copyright
holder: Fajry Widyanto,
Adhi Yuniarto, Gabriel Novianus
Rumambo Pandin (2021) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |