Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, Special Issue No. 2, Desember 2021
� ���������
HUBUNGAN
ANTARA LUAS LAHAN DENGAN NILAI SEWA PADA TANAH KOSONG DI PROVINSI DKI JAKARTA
Santoso
Kantor Wilayah DJKN DKI Jakarta, Kementrian Keuangan Republik Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Luas lahan mempunyai keterkaitan dengan nilai sewa pada tanah kosong. Penelitian
ini mencoba mengamati hubungan antara luas lahan
dengan nilai sewa per meter persegi. Fokus penelitian ini pada lahan kosong di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data cross-section sebanyak
95 data sewa lahan pada tahun 2021. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengamati hubungan antara luas lahan
dan lokasi dengan nilai sewa. Atribut
luas, dan lokasi digunakan sebagai variabel bebas untuk menjelaskan hubungan dengan nilai sewa sebagai
variabel tidak bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel luas dan variabel lokasi secara statistik� berpengaruh signifikan terhadap nilai sewa. Variabel
luas mempunyai hubungan negatif dengan nilai sewa
sedangkan lokasi mempunyai hubungan positif dengan nilai sewa. Variabel
luas pengaruhnya tidak elastis terhadap
nilai sewa lahan sedangkan variabel lokasi pengaruhnya elastis.
Kata Kunci: nilai
sewa tanah kosong; luas; lokasi
Abstract
The land area has a relationship with the rental value
on vacant land. This study tries to observe the relationship between land area
and rental value per square meter. The focus of this research is on vacant land
in DKI Jakarta Province. This study uses cross-sectional data as much as 95
land rent data in 2021. This study uses multiple regression analysis to observe
the relationship between land area and location with rental value. The
attributes of area, and location are used as independent variables to explain
the relationship with rent value as dependent variables. The results showed
that the area variable and the location variable had a statistically
significant effect on the rental value. The wide variable has a negative
relationship with the rental value while the location has a positive
relationship with the rental value. The variable area has an inelastic effect
on the value of land rent, while the location variable has an elastic effect.
Keywords: vacant
land rental value; large; location
Received: 2021-10-20; Accepted:
2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Kebijakan
Pemerintah khususnya berupa penataan kawasan dapat mempengaruhi
nilai properti. Pengaturan kawasan pada wilayah tertentu berdampak pada permintaan atas lahan. Perubahan permintaan lahan mengakibatkan perubahan nilai lahan.
Selain perubahan
nilai lahan, dampak lain dari penataan kawasan adalah perubahan spesifikasi lahan misalnya spesifikasi lahan untuk bangunan
tertentu.� Variasi spesifikasi lahan bergantung pada penggunaan lahan itu sendiri. Lahan
pada kawasan komersial sudah tentu berbeda
dengan lahan untuk hunian. Luas lahan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan penggunaan lahan. Luasan lahan
yang optimal untuk bangunan
pabrik pada umumnya lebih besar daripada
luasan lahan untuk rumah tinggal.
Luas lahan yang kurang optimal akan mengurangi nilai atas lahan
itu. Kurang optimalnya lahan mengakibatkan penggunaan lahan tidak optimal pula. Hal ini akan berdampak pada turunnya nilai lahan baik nilai
jual maupun nilai sewa.
Tidak optimalnya
penggunaan lahan dapat terjadi pada lahan yang mempunyai luasan berlebihan. Hal ini dapat disebabkan
oleh penetapan kawasan yang
membutuhkan petak lahan yang tidak terlalu luas. Kawasan hunian misalnya, tidak membutuhkan petak lahan yang seluas kawasan pergudangan. Kelebihan luasan lahan ini
dapat menyebabkan turunnya nilai lahan.
Berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi, kawasan di DKI
Jakarta secara umum dibagi menjadi kawasan hunian, komersial, perkantoran, maupun campuran. Nilai lahan pada setiap kawasan akan berbeda
dengan lahan pada kawasan lainnya. Nilai sewa lahan yang termahal relatif berada pada kawasan komersial.
Berdasarkan data tawaran
sewa lahan di internet, lahan yang ditawarkan cukup variatif mulai luasan, lokasi
maupun harga sewanya. Dari variasi data ini dapat dilakukan
kajian hubungan antara nilai sewa
lahan dengan luas dan lokasi kawasannya. Luas lahan dan lokasi dapat diamati
pengaruhnya terhadap nilai sewa lahan.
(Ritter, H�ttel, Odening,
& Seifert, 2019) meneliti hubungan luas lahan dengan
nilai harga lahan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa harga lahan mempunyai
hubungan yang negatif untuk luasan yang sangat kecil dan luasan yang sangat besar. Sedangkan untuk lahan dengan
luasan yang menengah mempunyai hubungan positif dengan harga lahan.
Perbedaan utama
dalam penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terletak pada variabelnya. Penelitian (Ritter et al., 2019)
mengamati variabel bebas luas lahan
dengan harga jual lahan sebagai
variabel tidak bebas. Pada penelitian ini, nilai sewa
lahan digunakan sebagai variabel tidak bebas.
Definisi nilai
sewa yang dipakai dalam tulisan ini mengacu pada beberapa definisi berikut ini. Nilai sewa (rental value) menurut
(Camins, 1997)
didefinisikan berikut. Rental value is the value of property
expressed in terms of right its use for specific period of time. (Britton, Johnson, Davies, & Lawrance, 1980)
memberikan istilah nilai sewa berikut. Rent is an annual or periodic payment for
the use of land or of land and buildings.
Berdasarkan definisi
di atas dapat dijelaskan bahwa� nilai
sewa merupakan nilai dari hak
atas penggunaan suatu properti berdasarkan periode waktu tertentu. Hak ini timbul
karena adanya suatu perikatan antarpemilik dan pengguna. Berdasarkan perikatan ini, pemegang hak
akan membayarkan sejumlah uang kepada pemilik properti sebagai kompensasi pemberian hak tersebut.
Nilai uang untuk pembayaran
ini merupakan nilai sewa atas
properti dimaksud.
Smith
(1776) mencetuskan teori nilai yang dikenal dengan The labor theory of value. Dalam teori ini Smith menjelsakan bahwa nilai suatu komoditas
terdiri dari upah, sewa lahan,
modal dan keuntungan sebagai
kompensasi dari risiko dan biaya manajemen. Dalam konsep ilmu ekonomi
empat faktor ini disebut sebagai
empat faktor produksi yang terdiri atas tenaga kerja,
tanah, modal dan manajemen (Eckert, Gloudemans, & Almy, 1990).
Tanah sebagai faktor produksi ditentukan dengan besaran nilai sewanya. Nilai sewa ini selanjutnya
dijadikan dasar untuk menetapkan nilai suatu properti.
Dari sudut penyewa (demand), nilai
sewa properti merupakan faktor produksi. Bagi pihak pemilik properti
(supply), nilai
sewa dianggap sebagai pendapatan (income) properti
yang selanjutnya dijadikan dasar sebagai penetapan
nilai properti.
Luas lahan mempunyai hubungan yang terbalik dengan nilai sewanya.
Penambahan luas lahan akan menurunkan
nilai sewa per meter perseginya. Hal ini lebih umum disebut
dengan konsep diminishing return.
Lokasi merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap nilai suatu properti. Pendapat para ahli menyatakan bahwa faktor utama yang menentukan nilai suatu properti pertama: lokasi, kedua: lokasi dan yang ketiga lokasi (Hidayati & Harjanto, 2003).
Lokasi properti menjadi faktor penting karena berkaitan dengan kemudahan dan kenyamanan aksesibilitas terhadap properti dimaksud. Hurd (1903) menyatakan bahwa nilai suatu
tanah berkaitan dengan nilai sewa,
nilai sewa berkaitan dengan lokasi, lokasi berkaitan dengan aksesibilitas (jarak) (Lusht, 1997: 25).
Penggagas pertama
teori pemanfaatan tanah berkaitan dengan lokasi adalah
Johann Heinrich von Th�nen. Pemanfaatan
tanah akan dapat mempengaruhi nilai sewa tanah
itu. Menurut Von Th�nen, sewa lahan
dipengaruhi oleh jarak lahan itu ke
pusat bisnis karena berkaitan dengan biaya transportasi.
Nilai sewa lahan turun karena dua
hal. Pertama, biaya transportasi yang akan menurunkan nilai ekonomi sewa.
Kedua, biaya transportasi mengurangi permintaan terhadap penggunaan lahan (Hanink, 1997).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan Ordinary Least Square (OLS) untuk mengetahui variabel bebas yang signifikan. Variabel bebas digunakan untuk menjelaskan pengaruh dan hubungan dengan variabel tidak bebas. Varibel
bebas terdiri dari luas dan lokasi
sedangkan variabel tidak bebas adalah
harga sewa per meter persegi.
Variabel luas mengukur luas lahan
dalam satuan meter persegi sedangkan variabel lokasi mengukur kualitas lingkungan sekitar dengan ukuran skala
dari nilai 1 hingga 4. Tingkatan Nilai 1 hingga 4 ini menggambarkan
kualitas lokasi dari kulaitas yang rendah hingga kulaitas
yang tinggi. Nilai 1 menjelaskan
lokasi yang di pinggiran atau masuk dari
jalan utama, nilai 2 menjelaskan di kawasan perumahan di jalan utama, dan nilai 3 menjelaskan lokasi di kawasan komersial (ruko), serta nilai 4 menggambarkan
lokasi di kawasan komesial perkantoran.
Variabel tidak bebas berupa harga
sewa per meter persegi menjelaskan Nilai sewa lahan kosong per meter persegi per tahun. Nilai sewa ini diukur
dengan satuan rupiah per
meter per tahun. Data variabel
bebas ini menggumakan data tawaran sewa atas lahan
kosong. Persamaan regresi ditulis sebagai� berikut.
NILAI SEWA =
β0 + β1LUAS + β2LOKASI + ε
Koefisien β0
merupakan koefisien intersep dan β1,2
merupakan koefisien variabel bebas (independent variable), sedangkan ε merupakan error term.
Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari internet. Data
yang dipakai adalah data tawaran sewa lahan
kosong di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2021.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan
hasil uji asumsi klasik pada analisis regresi linier berganda dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat
autokolresi, data terdistribusi
normal, tidak terdapat multikolinearitas, model regresi bersifat homoskedastisitas.
Tabel 1
Ringkasan Hasil Observasi
Data Sewa Lahan Tahun 2021
Variabel |
Rata-rata |
Std. Deviasi |
Min. |
Mak. |
Nilai Sewa lahan per m2 per tahun (Rp) Luas Lahan (m2) Lokasi (skala 1- 4) |
431.809,5 ��� 2.339,6 ���������� 2,6 |
292.689,6 ��� 4.364,7 ���������� 0,8 |
�10.365 ������� 65 ��������� 1 |
1.077.375 ���� 35.000 ������������� 4 |
Jumlah Observasi |
95 |
Tabel 2
Ringkasan Hasil Uji Regresi
Nilai Sewa Ruko per Meter Persegi
(Rp)
Variabel |
Koefisien |
Standar Error |
t-Statistic |
Probabilitas |
C |
-380.334,0 |
46.870,31 |
-8.114605 |
0,0000 |
LUAS |
-7,194152 |
3,104500 |
-2.317331 |
0.0227 |
LOKASI |
316.275,6 |
16.636,74 |
19,01067 |
0.0000 |
R-squared 0,804760 atau 80,47 persen |
||||
Adjusted R- squared 0,800515 atau 80,05 persen |
Tabel 3
Ringkasan Hasil Analisis
Variabel |
Koefisien |
Probabilitas |
Pengaruh |
LUAS |
-7,194152 |
0.0227 |
Signifikan |
LOKASI |
316.275,6 |
0.0000 |
Signifikan |
Berdasarkan
hasil analisis regresi linier berganda di atas, maka variabel-variabel
bebas tersebut dapat diinterpretasikan dan disimpulkan pengaruhnya terhadap nilai sewa lahan per meter perseginya. Variabel luas (LUAS) secara statistik signifikan pada α
= 0,05 sedangkan variabel lokasi (LOKASI) secara statistik signifikan pada α
= 0,01. Model ini mempunyai
kekuatan prediksi yang baik dengan nilai
R-squared sebesar 80,47 persen
dengan Adjusted R-squared sebesar
80,05 persen. Variasi nilai sewa lahan
per meter persegi per tahun
dapat dijelaskan dengan variabel dalam model ini sebesar 80,47 persen sedangkan 19,53 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model ini.
Besarnya
respon perubahan nilai sewa lahan
per meter persegi sebagai akibat adanya perubahan
variabel bebas diukur dengan elastisitas.
Nilai elastisitas yang lebih
besar dari 1 berarti elastis sedangkan nilai yang kurang dari 1 berarti
tidak elastis. Besarnya elastisitas
masing-masing variabel terhadap
nilai sewa ruko di atas dihitung
dengan rumus (Gujarati, Porter, & Gunasekar, 2012):
Elastisitas = β ( X/Y )
Nilai β merupakan
nilai koefisien variabel bebas pada persamaan regresi linier. Nilai X
merupakan nilai variabel bebas yaitu variabel luas dan lokasi. Nilai Y adalah nilai sewa
ruko per meter persegi.
Nilai X dan nilai Y masing-masing diproksi
dari nilai rata-rata (mean)
dari X dan nilai rata-rata dari Y (Widarjono, 2007).
Tabel 4
Ringkasan Hasil Perhitungan
Elastisitas
Variabel |
Nilai Elastisitas |
Keterangan |
Luas |
0,038979 |
Tidak Elastis |
Lokasi |
1,904350 |
Elastis |
Variabel
luas secara statistik berpengaruh signifikan dan bertanda negatif. Nilai koefisien luas sebesar -7,194152. Hal ini menunjukkan bahwa lahan yang lebih luas mempunyai
nilai sewa per meter persegi yang lebih murah. Rata-rata nilai sewa lahan per meter persegi lahan (ceteris paribus) lebih murah sebesar
Rp 7,194152. Pengaruh luas lahan terhadap nilai sewa per meter persegi tidak elastis.
Hal ini sesuai dengan teori
bahwa luas lahan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap nilai sewa lahan per meter persegi. Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian (Ritter et al., 2019).
Hasil penelitian Ritter menyimpulkan
bahwa luas lahan yang sangat kecil dan
sangat besar berpengaruh negatif terhadap harga lahan.
Variabel
lokasi secara statistik berpengaruh signifikan dan bertanda positif. Nilai koefisien luas sebesar 316.275,6. Hal ini menunjukkan bahwa lahan yang berada kawasan yang lebih baik kualitasnya
mempunyai nilai sewa per meter persegi yang lebih mahal. Rata-rata nilai sewa lahan per meter persegi lahan (ceteris paribus) lebih mahal sebesar Rp 316.275,6.
Lokasi mempunyai pengaruh
yang elastis terhadap nilai sewa per meter persegi lahan.
Hal ini sesuai dengan teori
bahwa lokasi lahan berpengaruh positif terhadap nilai sewa lahan.
Lokasi mempunyai pengaruh terhadap nilai properti. Selain itu disebutkan juga bahwa lokasi berpengaruh
terhadap nilai sewa.
Kesimpulan
���������������������������������������������������������������������������������������������������������
Britton, William, Johnson, Tony Albert, Davies, Keith,
& Lawrance, David Malcolm. (1980). Modern methods of valuation of land,
houses and buildings. Estates Gazette. Google Scholar
Camins, Bernard W. (1997). Real Estate Principles. The
Appraisal Journal, 65(3), 313. Google Scholar
Eckert, Joseph K., Gloudemans, Robert J., & Almy,
Richard R. (1990). Property appraisal and assessment administration.
International Assn of Assessing Office. Google Scholar
Gujarati, Damodar N., Porter, Dawn C., &
Gunasekar, Sangeetha. (2012). Basic econometrics. Tata McGraw-Hill
Education. Google Scholar
Hanink, Dean M. (1997). Principles and applications
of economic geography: economy, policy, environment. Wiley. Google Scholar
Hidayati, Wahyu, & Harjanto, Budi. (2003). Konsep
dasar penilaian properti. BPFE, Yogyakarta. Google Scholar
Ritter, Matthias, H�ttel, Silke, Odening, Martin,
& Seifert, Stefan. (2019). Revisiting the relationship between land price
and parcel size. Google Scholar
Widarjono, Agus. (2007). Ekonometrika: teori dan
aplikasi untuk ekonomi dan bisnis. Yogyakarta: Ekonisia. Google Scholar
Copyright holder: Santoso (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |