�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
�
EFEKTIVITAS PELAYANAN IZIN
MENDIRIKAN BANGUNAN PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
KOTA AMBON
Montgomery Warbal
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Trinitas Ambon, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan serta mendiskripsikan foktor- factor yang menyebabkan keterlambatan perizinan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Kota Ambon,untuk mengetahui kebijakan �kebijakan yang dilaksanakan dalam peningkatan pelayanan izin mendirikan bangunan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Kota. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dimana dalam penelitian ini yang dilakukan bersifat diskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.analisis data dilakukan secara terus menerus dimulai dengan menelaah seluruh data� yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen dan sebagainya sampai dengan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukan bahwa dari 6 indikator yang diajukan,namun ada 2 faktor yang menghambat yakni :1 ). Faktor aturan belum sepenuhnya dijalankan oleh para pegawai diakibatkan karena kurangnya pengawasan daei pimpinan dan factor kesadaran belum sepenuhnya dijalankan karena kurangnya disiplin pegawai dalam melaksanakan pelayanan surat IMB, sehingga terjadi keterlambatan dalam penerbitan IMB. Sedangkan kebijakan yang diambil adalah : 1). Mengadakan rapat rutin mengenai penerbitan IMB yang mengalami keterlambatan, 2). Melakukan pengawasan dan pembinaan, 3). Mengikuti pendidikan dan pelatihan- pelatihan bimbingan teknis� pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu� Di Kota Ambon.
Kata Kunci: efektivitas pelayanan; pemberian izin mendidirkan bangunan
Abstract
This study aims to explain
and describe the factors that cause delays in licensing at the One Stop
Integrated Service and Investment Service in Ambon City, to find out the
policies implemented in improving building permit services at the Investment
Office and One Stop Integrated Services. In the city. The research method used
in this study is a quantitative approach which in this research is descriptive,
namely to find out or describe the reality of the events being studied. Data
analysis is carried out continuously starting by examining all available data
from various sources, namely interviews, observations which has been written in
field notes, documents and so on until the conclusion is drawn. The results
showed that of the 6 indicators proposed, there were 2 inhibiting factors,
namely: 1). The regulatory factor has not been fully implemented by the
employees due to the lack of supervision from the leadership and the awareness
factor has not been fully implemented due to the lack of employee discipline in
carrying out the IMB letter service, resulting in delays in the issuance of the
IMB. While the policies taken are: 1). Hold regular meetings regarding delayed
issuance of IMBs, 2). Carry out supervision and coaching, 3). Participate in
education and technical guidance training at the Office of Investment and One
Stop Integrated Services in Ambon City.
Keywords: service
effectiveness; granting of building permits
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Pada dasarnya penyelenggaraan
pemerintahan mengemban tiga fungsi hakiki, yaitu pelayanan, pemberdayaan dan
pembangunan. Jadi selain melaksanakan pembangunan, pemerintah juga memberikan
pelayanan kepada masyarakat atau lebih dikenal dengan pelayanan publik.
Pelayanan pada dasarnya
menjadi bagian penting bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini, pelayanan kepada
masyarakat memiliki tujuan utama yang telah menjadi kewajiban dalam
penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat. Selain itu, pemerintah juga mempunyai peranan penting untuk
menyediakan layanan publik yang prima bagi masyarakat mulai dari pelayanan
dalam bentuk pengaturan, kesehatan, dan pendidikan.
Masyarakat Indonesia sendiri
pada zaman sekarang semakin kritis dalam menginginkan pelayanan yang maksimal
dari pemerintah. Dalam kehidupan global yang disertai perubahan zaman dan
semakin modernnya kehidupan manusia, teknologi dan yang lainnya ini membawa
perubahan dan dampak yang kompleks.
Pada umumnya masyarakat selalu
menuntut pelayanan publik yang baik, cepat dan berkualitas dari pemerintah.
walaupun tuntutan tersebut sering dilaporkan masyarakat kepada pemerintah,
tetapi tetap saja pelayanan masih belum maksimal. Untuk memperoleh pelayanan
yang sederhana saja, masyarakat sering dihadapkan dengan beberapa kesulitan, seperti
halnya di kantor pemerintah daerah, sering kali ditentukan beberapa masalah
birokrasi, misalnya dalam hal perizinan yang butuh waktu dan proses yang lama.
Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan terhadap masyarakat belum terlaksana dengan
baik dan cepat. Padahal pelayanan yang baik dan cepat adalah tujuan utama yang
tidak dapat dihindari oleh para pemangku kewajiban penyelenggara pelayanan
masyarakat (Yudhaningsih, 2011).
Dalam rangka mewujudkan
pelayanan prima kepada masyarakat, pemerintah telah mengeluarkan Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang berisi kriteria-kriteria pelayanan
prima� yaitu kesederhanaan, kejelasan dan
kepastian pelayanan, keamanan, keterbukaan, efesiensi, ekonomis, keadilan yang
merata dan ketetapan waktu.
Dalam organisasi
pemerintahan,� pelayanan kepada
masyarakat adalah tujuan utama yang tidak mungkin dapat dihindari karena sudah
merupakan kewajiban menyelenggarakan pelayanan dengan menciptakan pelayanan
yang terbaik kepada masyarakat, maka sepatutnya pemerintah mencari solusi
terbaik terhadap masalah-masalah yang sering dihadapi, termasuk kendala intern yaitu
kendala yang bersumber dari dalam instansi itu sendiri maupun kendala exstern
yakni kendala yang datangnya dari masyarakat pengguna jasa dalam kaitannya
dengan pelayanan umum yang� ditanganinya,
selain itu pula pegawai harus senantiasa memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya kepada masyarakat secara keseluruhan.
Dengan adanya kualitas
pelayanan yang baik maka dapat menimbulkan rasa puas dan sikap positif dari
masyarakat. Hal ini dikarenakan kepuasan merupakan perasaan senang atau
kekecewaan seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap
kinerja seseorang dan harapannya.
Masyarakat akan sangat puas
apabila dirinya mendapat pelayanan dengan baik, dan tentunya hal tersebut akan
membawa kesan positif dalam diri setiap masyarakat khususnya terhadap kinerja
aparatur pemerintah. Tingkat kepuasan masyarakat merupakan suatu indikator yang
penting bagi keberhasilan pelayanan publik dimana semakin besar manfaat yang
dirasakan publik, semakin bagus pula kualitas layanan yang dilaksanakan oleh aparat,
sebaliknya tingkat kepuasan yang rendah mengindikasikan buruknya sistem
pelayanan aparat publik.
Namun pada kenyataannya,
beberapa permasalahan pelayanan publik masih banyak ditemukan di Indonesia,
diantaranya yaitu sering terjadinya penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan
oleh pihak pemberi pelayanan yang seharusnya menciptakan kesejahteraan dan
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Bahkan sampai sekarang masih
banyak masyarakat yang mengeluhkan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah,
seperti lamanya proses pelayanan berbelit-belitnya aturan yang dibuat
pemerintah, serta adanya pungutan liar yang seharusnya tidak dikenakan dalam
suatu pelayanan. Hasil penelitian dari (Hibali, 2012)
ada beberapa kejadian menunjukkan bahwa dalam mengoptimalkan fungsi pelayanan
masyarakat, pemerintah. masih kurang mampu dalam melayani masyarakat. Selain
itu, masih banyak keluhan dan kritik dari masyarakat tentang pelayanan.
Mengingat pelayanan publik di
Indonesia yang masih jauh dari harapan masyarakat dan menjadi salah satu hal
yang masih menjadi sorotan, maka pelayanan publik menjadi hal yang perlu
diperhatikan dan diselesaikan secara komprehensif. Selain itu, pelayanan publik
juga menjadi ujung tombak interaksi antara masyarakat dan pemerintah. Oleh
karena itu, dengan adanya tuntutan-tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang prima, pemerintah� harus
bisa mengupayakan pelayanan yang baik dan maksimal. Pelayanan publik yang� harus diwujudkan dalam setiap penyelenggaraan
pelayanan publik baik dalam tingkatan pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten dan kota.
Kemudian dalam proses
implementasi program kerja yang ditetapkan, orientasi dan proyeksi dibutuhkan
oleh sebuah organisasi untuk mewujudkan sebuah organisasi yang efektif, oleh
karena itu konsep efektivitas dapat digunakan untuk mengevaluasi jalannya suatu
organisasi. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, Suatu kegiatan dikatakan
efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan
efektif apabila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan dapat memberikan
hasil yang bermanfaat (Siagian, 2006).
Banyaknya jenis pelayanan
publik menyebabkan perlu dilakukan batasan kajian pada jenis pelayanan
tertentu. Salah satu jenis pelayanan publik yang mendasar adalah pelayanan di
sektor administrasi perizinan. Pelayanan dalam sektor administrasi perizinan
merupakan jenis pelayanan yang cukup banyak permintaannya seperti Izin Usaha
Angkutan, Izin Usaha Perikanan, Izin Usaha Perkebunan, Izin Usaha
Perindustrian, lebih dikhususkan lagi tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Saat ini ada banyak hal yang
berhubungan dengan masalah pelayanan diantaranya yaitu pelayanan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB). Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan Keputusan
Pemerintah Tata Usaha Negara (KTUN) yang wajib dimiliki oleh setiap bangunan
gedung. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) berfungsi sebagai sarana pengendali
untuk menjamin bahwa bangunan yang akan dibangun dapat menjamin keselamatan
orang-orang yang akan tinggal di dalam gedung tersebut serta orang-orang di
sekitarnya.
Izin Mendirikan Bangunan� sebagai sarana perizinan dalam mendirikan
bangunan dapat digunakan sebagai standar penyesuaian bangunan yang dapat
melindungi keamanan masyarakat serta lingkungan sekitarnya. Selain itu Izin
Mendirikan Bangunan juga dapat digunakan sebagai jaminan hukum yang sah kepada
masyarakat terhadap kepemilikan gedung Izin Mendirikan Bangunan tentunya sangat
diperlukan khususnya di Kota Ambon sebagai daerah rawan bencana alam.
Tentunya butuh suatu proses
untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan. Oleh karena itu efektivitas
pelayanan dalam pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) juga sangat diperlukan
untuk kelancaran dan ketepatan proses pembuatannya. Selain itu, mengingat fenomena
yang terjadi pada masyarakat, seperti kerusuhan, unjuk rasa dan demonstrasi
yang berlebihan akibat rasa kecewa masyarakat terhadap pelayanan pemerintah
yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat menunjukkan bahwa pelayanan
pemerintah terhadap masyarakat masih belum efektif.
Berkaitan dengan pemberian
pelayanan perizinan IMB, salah satu lembaga yang melayani Izin Mendirikan
Bangunan adalah kantor perizinan. Sebagai organisasi pemerintahan yang
berkewajiban untuk melayani masyarakat dengan baik sudah seharusnya pemerintah
memberikan pelayanan yang baik, murah, sederhana, akuntabilitas dan transparan,
serta bisa dipertanggungjawabkan kepada publik, tetapi masih ditemukan beberapa
permasalahan dalam hal permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) seperti halnya
yang terjadi di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Ambon.
Faktor-faktor yang menyebabkan
masyarakat masih merasa belum merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan,
sehingga berdampak pada masih ada sebagian masyarakat yang tidak memiliki izin
pada saat mendirikan bangunan karena : biaya pengurusan izin sangat memberatkan
bagi usaha kecil, besarnya biaya perizinan seringkali tidak transparan
disebabkan karena pemohon tidak mengetahui besar biaya resmi untuk pengurusan
izin, dan karena adanya pungutan liar. Masalah ini belum teratasi oleh pihak
pemerintah Kota Ambon disebabkan dalam menjalankan pelayanan kurang
maksimal,� hal ini ditandai dengan
indikasi-indikasi sebagai berikut :1. Faktor kesadaran, 2. Faktor aturan 3.
Faktor organisasi : 4. Faktor kemampuan 5. Sarana dan prasarana kurang
menunjang
Kurang optimalnya pelayanan
kepada masyarakat pengguna layanan dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Ambon� merupakan
fenomena yang banyak terjadi pada sektor pemerintahan, padahal seharusnya
fungsi pemerintah memberikan� pelayanan
kepada masyarakat tanpa pandang bulu dan sesuai dengan keputusan MENPAN Nomor
63 tahun 2003 dan hendaknya bekerja lebih ekstra agar pelayanan publik lebih
efektif. Oleh karena itu, peningkatan efektivitas pelayanan perizinan sangat
perlu dilakukan agar masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang dilakukan
oleh lembaga terkait dan keluhan-keluhan tentang pelayanan menjadi berkurang
dan bahkan sudah tidak ada lagi.
Beberapa hal yang berkaitan
dengan pelayanan publik, khususnya pelayanan permohonan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) menjadi hal yang sangat perlu untuk diperhatikan dan mengingat
beberapa permasalahan yang telah dijelaskan di atas. Oleh karena itu, untuk
mengetahui tingkat efektivitas pelayanan Izin Mendirikan Bangunan di Dinas
Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon.
Metode Penelitian
Metode yang dilakukan untuk
mengolah dan menganalisis penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,
yakni sebagai metode penelitian untuk membuat�
gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak
mengadakan akumulasi data dasar belaka (Nasir, 2018 : 85)
Populasi Penelitian
Penelitian ini berhubungan
dengan efektivitas pelayanan ijin mendirikan bangunan, maka yang akan penulis
jadikan populasi adalah seluruh pemohon dalam perijinan mendirikan bangunan di
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon terhitung 3
bulan terakhir dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2020 yang
berjumlah 71 pemohon.
Teknik Penarikan Sampel
Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik non probability sampling yakni teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012),
karena jumlah pegawai sedikit dan dapai dijangkau, sehingga tidak diadakan
penarikan sampel, sehingga digunakan sampel jenuh yakni teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012).
Disamping itu penulis
menggunakan Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel� berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2017).
Hasil dan Pembahasan
1. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Keterlambatan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Pada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon
1)
Faktor
Kesadaran
Faktor
kesadaran petugas yang berkecimpung dalam pelayanan, kesadaran disini berfungsi
sebagai acuan dasar yang melandasi pada perbuatan atau tindakan berikutnya. Sub
indikator faktor kesadaran meliputi sikap keramahan pegawai dalam pelayanan
kepada masyarakat, tanggapan pegawai terhadap keluhan, kedisplinan waktu,
penyelesaian masalah yang berlarut-larut, sikap dan tingkah laku pegawai dalam
pelaksanaan tugas. Untuk mengetahui jawaban responden dari pertanyaan diatas
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1
Rekapitulasi
Tanggapan Responden Indikator Faktor Kesadaran
Indikator Pelayanan |
���������������������������������������������
Persentase % |
TOTAL |
|||||||||
SS |
S |
CS |
KS |
TS |
|||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
||
Sikap keramahan
pegawai dalam pelayanan kepada masyarakat |
19 |
27 |
30 |
42 |
22 |
31 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Tanggapan pegawai
terhadap keluhan masyarakat |
20 |
28 |
20 |
28 |
31 |
44 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Kedisiplinan waktu |
18 |
25 |
13 |
18 |
40 |
56 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Penyelesaian masalah
yang berlarut-larut |
19 |
27 |
22 |
31 |
30 |
42 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Sikap dan tingkah
laku pegawai dalam pelaksanaan tugas |
45 |
63 |
20 |
28 |
6 |
9 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Jumlah |
121 |
|
105 |
|
129 |
|
- |
|
- |
|
355 |
Jumlah Rata-Rata |
24,2 |
34 |
21 |
30 |
25,8 |
36 |
- |
- |
- |
- |
100 % |
Sumber : Hasil Olahan
Data Agustus 2020
Rekapitulasi
diatas, memperlihatkan bahwa responden yang menyatakan sangat setuju terdapat 24,2 responden atau sekitar 34%, untuk responden yang menyatakan setuju terdapat 21 responden atau sekitar 30 %, untuk responden yang menyatakan� setuju terdapat 25,8 responden atau sekitar 36 % mengatakan cukup setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor kesadaran pegawai tidak menjadi
kendala atau penghambat untuk mendapatkan pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Namun
berdasarkan wawancara penulis dengan (Juanito, masyarakat yang pernah mengurus IMB), sebagai berikut:
�Bagaimana menurut bapak mengenai sikap pegawai dalam
memberikan pelayanan di
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota
Ambon�. ?
�Saya
merasa pelayanan dalam mengurus IMB di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Ambon�� kurang baik karena ada
sebagian pegawai yang kurang peduli terhadap
keluhan. Kalau bagus pelayanannya pasti saya tidak
mengeluh. Sewaktu mengurus pegawai mengatakan IMB diselesaikan
paling lama 14 hari kerja, setelah terhitung lebih dari 14 hari
kerja, ketika saya didatangi ternyata belum siap juga, malahan mereka mengatakan, nanti kalau sudah
siap IMB-nya kami hubungi bapak.� (Wawancara, 25 Juli 2020)
2)
Faktor
Aturan
Faktor
aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan yaitu merupakan perangkat penting dalam segala
tindakan dan perbuatan
orang. Faktor ini menyangkut segala ketentuan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang berlaku didalam organisasi. Sub indikator faktor aturan meliputi
kedisiplinan dalam pelaksanaan kerja, ketepatan waktu masuk kantor, kehadiran
apel pagi, prosedur pelayanan, dan pemahaman pegawai terhadap tupoksi. Untuk mengetahui jawaban responden dari pertanyaan diatas dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 2
Rekapitulasi Tanggapan
Responden Indikator Faktor Aturan
Indikator Pelayanan |
���������������������������������������������
Persentase % |
TOTAL |
|||||||||
SS |
S |
CS |
KS |
TS |
|||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
||
Kedisiplinan dalam
pelaksanaan kerja |
19 |
27 |
15 |
21 |
28 |
39 |
9 |
13 |
- |
- |
71 |
Ketepatan waktu
masuk kantor |
19 |
27 |
19 |
27 |
30 |
42 |
3 |
4 |
- |
- |
71 |
Kehadiran apel
pagi |
17 |
24 |
13 |
18 |
38 |
54 |
3 |
4 |
- |
- |
71 |
Prosedur pelayanan |
37 |
52 |
16 |
23 |
18 |
25 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Pemahaman pegawai
terhadap tupoksi tugas |
17 |
24 |
18 |
25 |
34 |
48 |
- |
- |
2 |
3 |
71 |
Jumlah |
109 |
|
81 |
|
148 |
|
15 |
|
2 |
|
355 |
Jumlah Rata-Rata |
21,8 |
31 |
16,2 |
23 |
29,6 |
42 |
3 |
4 |
0,4 |
0,1 |
100 % |
Sumber : Hasil Olahan
Data Agustus 2020
Rekapitulasi
diatas, memperlihatkan bahwa responden yang menyatakansangat setuju terdapat 21,8 responden atau sekitar 31 %, untuk responden yang menyatakan sangat setuju terdapat 16,2 responden atau sekitar 23%, untuk responden yang menyatakan setuju terdapat 29,6 responden atau 42%, untuk yang menyatakan cukup setuju terdapat� responden
atau 4 % yang menyatakan kurang setuju� dan yang menyatakan
tidak setuju sekitar 0,4 atau 0,1 %.
Hal ini menunjukkan bahwa aturan yang ada di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon belum sepenuhnya dijalankan oleh para pegawai diakibatkan kurangnya pengawasan pimpinan.
Berdasarkan
hasil wawancara kepadapenulis dengan informan (Juanito, masyarakat
yang pernah mengurus IMB), sebagai berikut :� �Bagaimana menurut bapak mengenai keberadaan pegawai pada saat jam kerja?�.
�Saya
mendatangi kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon� pada saat jam kerja jam 08.30, ketika saya sampai
untuk mengambil IMB, petugas bagian informasi dengan santainya mengatakan �pegawainya sedang sarapan pak. Tunggu
saja dulu�. Kalau pegawainya tidak berada ditempat
karena sakit atau dinas diluar
tidak menjadi masalah, tetapi pegawai tidak ada
ditempat karen asarapan.�(Wawancara
25 Juli 2020)
3)
�Faktor Organisasi
Faktor
organisasi yang meliputi pengaturan struktur organisasi yang menggambarkan hirarki pertanggungjawaban, pembagian kerja yang berdasarkan keahlian dan fungsinya. Masing-masing bagian sesuai dengan tugas
yang telah ditetapkan serta usaha mengembangkan
organisasi. Sub indikator faktor organisasi meliputi kerja sama antar pegawai,
pembagian kerja berdasarkan keahlian dan fungsinya, tanggung jawab terhadap bidang tugasnya, team work pendukung dalam pelakasanaan tugas, penggunaan waktu dalam pelaksanaan tugas secara optimal. Untuk mengetahui jawaban responden dari pertanyaan diatas dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Rekapitulasi Tanggapan
Responden Indikator Faktor Organisasi
Indikator Pelayanan |
���������������������������������������������
Persentase % |
TOTAL |
|||||||||
SS |
S |
CS |
KS |
TS |
|||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
||
Kerja sama
antar pegawai |
19 |
27 |
35 |
49 |
17 |
24 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Pembagian kerja
berdasarkan keahlian dan fungsinya |
15 |
21 |
19 |
27 |
31 |
44 |
6 |
8 |
- |
- |
71 |
Tanggung jawab
terhadap bidang tugas |
25 |
35 |
33 |
46 |
13 |
18 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Team work pendukung
dalam pelaksanaan tugas |
19 |
27 |
14 |
20 |
24 |
34 |
9 |
13 |
5 |
7 |
71 |
Penggunaan waktu
dalam pelaksanaan tugas secara optimal |
27 |
38 |
32 |
45 |
12 |
17 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Jumlah |
105 |
|
133 |
|
97 |
|
15 |
|
5 |
|
355 |
Jumlah Rata-Rata |
21 |
30 |
27 |
37,4 |
19 |
27 |
3 |
4,2 |
1 |
1,4 |
100 % |
Sumber : Hasil Olahan
Data Agustus 2020
Rekapitulasi
diatas, memperlihatkan bahwa responden yang menyatakan sangat setuju terdapat 21 responden atau sekitar 30 %, untuk responden yang menyatakan setuju terdapat 27 responden atau sekitar 37,4%, untuk responden yang menyatakan cukup setuju terdapat 19 responden atau 27 %, untuk responden yang menyatakan kurang setuju terdapat 3 responden atau 4,2 %, dan untuk responden yang menyatakan tidak setuju terdapat 1 terdapat 1,4.
Berdasarkan
hasil observasi, sikap dan integritas pegawai untuk melayani
masyarakat cukup baik namun setiap
pegawai memiliki kewenangan dimasing-masing bagian yang telah ditempatkan sebelumnya. Dalam pelayanan ini, ada sebagian
pegawai yang bertugas dengan baik tanpa
sibuk memperhatikan pekerjaan orang lain namun ada juga sebagian pegawai yang saling bekerjasama dan respon untuk kelancaran pelayanan.
4)
Faktor
Pendapatan
Faktor
pendapatan meliputi gaji yang dapat menggairahkan semangat kerja yang tinggi. Adapun yang menjadi sub indikator faktor pendapatan adalah gaji yang memuaskan, pemberian uang lembur, pemberian insentif atas kinerja
pegawai, pemberian kompensasi tidak langsung, dan pemberian insentif atas semangat
kerja pegawai. Untuk mengetahui jawaban responden dari pertanyaan diatas dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel� 4
Rekapitulasi Tanggapan
Responden Indikator Faktor Pendapatan
Indikator Pelayanan |
���������������������������������������������
Persentase % |
TOTAL |
|||||||||
SS |
S |
CS |
KS |
TS |
|||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
||
Gaji yang memuaskan |
31 |
44 |
18 |
25 |
22 |
31 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Pemberian uang lembur
|
22 |
31 |
18 |
25 |
31 |
44 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Pemberian insentif
atas kinerja pegawai |
13 |
18 |
21 |
30 |
37 |
52 |
|
- |
- |
- |
71 |
Pemberian kompensasi
tidak langsung |
31 |
44 |
23 |
32 |
17 |
24 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Pemberian instentif
atas semangat kerja pegawai |
25 |
35 |
37 |
52 |
9 |
13 |
- |
- |
- |
- |
71 |
Jumlah |
122 |
|
117 |
|
116 |
|
- |
|
- |
|
355 |
Jumlah Rata-Rata |
24,4 |
34 |
23,4 |
33 |
23,2 |
33 |
- |
- |
- |
- |
100 % |
Sumber : Hasil Olahan
Data Agustus 2020
Rekapitulasi
diatas, memperlihatkan bahwa responden yang menyatakan sangat setuju terdapat 24,4 responden atau sekitar 34 %, untuk responden yang menyatakan setuju terdapat 23,4 responden atau 33 % untuk responden yang menyatakan cukup setuju terdapat
23,2 responden atau sekitar 33 %.. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan pegawai tidak menjadi
kendala atau penghambat untuk mendapatkan pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Responden beranggapan bahwa pendapatan yang mereka terima sudah baik
atau sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.
5)
Faktor
Kemampuan
Faktor
kemampuan dan keterampilan kerja ditingkatkan dengan pemberian bimbingan dan petunjuk-petunjuk kerja, mengadakan pendidikan khusus pegawai. Sub indikator faktor kemampuan adalah cakap dalam
penempatan jabatan, kualitas dan potensi pegawai, dinamis dan kreatif, loyal dan berdedikasi tinggi, kemampuan dan kualitas pelayanan. Untuk mengetahui jawaban responden dari pertanyaan diatas dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 5
Rekapitulasi Tanggapan
Responden Indikator Faktor Kemampuan
Indikator Pelayanan |
������������������ ���������������������������Persentase % |
TOTAL |
|||||||||
SS |
S |
CS |
KS |
TS |
|||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
||
Cakap dalam
penempatan jabatan |
18 |
25 |
29 |
41 |
21 |
30 |
3 |
4 |
- |
- |
71 |
Kualitas dan potensi
pegawai |
7 |
10 |
16 |
23 |
28 |
39 |
20 |
28 |
- |
- |
71 |
Dinamis dan kreatif
pegawai |
10 |
14 |
20 |
28 |
30 |
42 |
4 |
6 |
7 |
10 |
71 |
Loyal dan berdedikasi
tinggi |
29 |
41 |
21 |
30 |
16 |
23 |
5 |
7 |
- |
- |
71 |
Kemampuan dan kualitas
pelayanan |
24 |
34 |
16 |
23 |
26 |
37 |
- |
- |
5 |
7 |
71 |
Jumlah |
88 |
|
102 |
|
121 |
|
32 |
|
12 |
|
355 |
Jumlah Rata-Rata |
17,6 |
25 |
20,4 |
29 |
24,2 |
34 |
6,4 |
9 |
2,4 |
3 |
100 % |
Sumber : Hasil Olahan
Data Agustus 2020
�Rekapitulasi diatas, memperlihatkan bahwa responden yang menyatakan sangat setuju terdapat 17,6� responden atau sekitar 25 %, untuk responden yang menyatakan setuju terdapat 20,4 responden atau sekitar 29 %, untuk responden yang menyatakan cukup setuju terdapat 24,2 responden atau 34 %, untuk yang menyatakan kurang setuju terdapat
6,4 responden atau 9 % dan
yang menyatakan tidak setuju sekitar 2,4 atau 3 %.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan masih belum berhasil. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil observasi, dimana tidak semua
pegawai yang memiliki pengetahuan yang luas karena dalam pembagian
kerja pegawai yang bertugas dibagian perizinan dan non perizinan pada penyelesaian� Surat Izin Mendirikan Bangunan tidak berdasarkan keahlian masing-masing pegawai
dan mayoritas pendidikan pegawai adalah SMA.
Berdasarkan
wawancara penulis dengan Informan bernama (Rudi Haurissa, masyarakat yang pernah mengurus IMB) sebagai berikut :
�Bagaimana menurut bapak mengenai kemampuan para pegawai dalam memberikan pelayanan di Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Ambon?�.
�Menurut saya, Tidak
semua pegawai yang bekerja di Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon berpengalaman.
Masih banyak pegawai honorer yang baru bekerja itu kurang
mengetahui tentang prosedur IMB. Ketika saya bertanya, mengenai bangunan milik saya akan di perbesar
lagi, mereka kebingungan. Justru mereka melempar saya kepada pegawai
lainnya.�( Wawancara 07 Agustus 2020)
6)
Faktor
Sarana dan Prasarana
Faktor
sarana pelayanan yang meliputi peralatan, perlengkapan dan juga tersedianya
fasilitas pelayanan yang meliputi gedung dan segala kegiatannya, fasilitas komunikasi dan fasilitas yang lainnya. Sub indikator faktor sarana dan prasarana adalah sarana kerja
yang memadai, kualitas produk, fasilitas ruang unggu, kelengkapan
informasi dan bahan-bahan penting, atribut pendukung pelayanan. Untuk mengetahui jawaban responden dari pertanyaan diatas dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 6
Rekapitulasi Tanggapan
Responden Indikator Faktor Sarana dan Prasarana
Indikator Pelayanan |
���������������������������������������������
Persentase % |
TOTAL |
|||||||||
SS |
S |
CS |
KS |
TS |
|||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
||
Sarana kerja
yang memadai |
20 |
28 |
10 |
14 |
29 |
41 |
10 |
14 |
2 |
3 |
71 |
Kualitas produk |
28 |
39 |
20 |
28 |
16 |
23 |
7 |
10 |
- |
- |
71 |
Fasilitas ruang
tunggu |
23 |
32 |
37 |
52 |
11 |
15 |
- |
|
- |
|
71 |
Kelengkapan informasi
dan bahan-bahanpenting |
8 |
11 |
17 |
24 |
38 |
54 |
8 |
11 |
- |
- |
71 |
Atribut pendukung
pelayanan |
15 |
21 |
20 |
28 |
27 |
38 |
9 |
13 |
- |
- |
71 |
Jumlah |
94 |
|
104 |
|
121 |
|
34 |
|
2 |
|
355 |
Jumlah Rata-Rata |
19 |
26 |
21 |
29 |
24 |
34 |
7 |
10 |
0,4 |
1 |
100 % |
Sumber : Hasil Olahan
Data Agustus 2020
Rekapitulasi
diatas memperlihatkan bahwa responden yang menyatakan sangat setuju terdapat 19 responden atau sekitar 26 6%, untuk responden yang menyatakan setuju terdapat 21 responden atau sekitar 29 %, untuk responden yang menyatakan cukup setuju terdapat 24 responden atau 34 %, untuk yang menyatakan kurang setuju terdapat
7 responden atau 10 % dan
yang menyatakan tidak setuju sekitar 0,4 atau 1%.
Dari hasil
tanggapan responden mengenai pernyataan indikator faktor sarana dan prasarana, mayoritas responden menjawab cukup setuju. Berdasarkan hasil obersvasi, sarana dan prasarana secara khusus belum
tersedia, tapi sarana-sarana pokok di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon sudah disediakan.
Setelah keenam
indikator dibahas dan diuraikan diatas, maka untuk mengetahui
bagaimana seara keseluruhan faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan pelayanan surat Izin Mendirikan Bangunan Pada Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Ambon berikut
ini penulis sajikan rekapitulasi tanggapan responden yang diambil rata-rata jawaban responden setiap kategori dari beberapa
indikator yang ada sesuai tabel berikut :
Tabel 7
Rekapitulasi Tanggapan
Responden dari Keseluruhan Indikator
Indikator Pelayanan |
���������������������������������������������
Persentase % |
TOTAL |
|||||||||
SS |
S |
CS |
KS |
TS |
|||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
||
Faktor Kesadaran |
121 |
34 |
105 |
30 |
129 |
36 |
- |
- |
- |
- |
355 |
Faktor Aturan |
109 |
31 |
81 |
23 |
148 |
42 |
15 |
4 |
2 |
0,1 |
355 |
Faktor Organisasi |
105 |
30 |
133 |
37,4 |
97 |
27 |
15 |
4,2 |
5 |
1,4 |
355 |
Faktor Pendapatan |
122 |
34 |
117 |
33 |
116 |
33 |
- |
- |
- |
- |
355 |
Faktor Kemampuan |
88 |
25 |
102 |
29 |
121 |
34 |
32 |
9 |
12 |
3 |
355 |
Sarana dan Prasarana |
94 |
26 |
104 |
29 |
121 |
34 |
34 |
10 |
2 |
1 |
� ��� 355 |
Jumlah |
639 |
|
642 |
|
732 |
|
96 |
|
21 |
|
��� 2130 |
Jumlah Rata-Rata |
106,5 |
30 |
107 |
30 |
122 |
34 |
16 |
5 |
3,5 |
1 |
100 % |
Sumber : Hasil Olahan
Data Agustus 2020
Berdasarkan
hasil tanggapan responden dari keseluruhan indikator sebagaimana terlihat pada tabel rekapitulasi, bahwa rata-rata persentase responden yang menjawab sangat setuju sebanyak (30%), responden yang menjawab setuju sebanyak (30%), responden yang menjawab cukup setuju sebanyak
(34%), responden yang menjawab
kurang setuju (5%) dan yang
menjawab tidak setuju sebanyak (1 %).
Dari hasil
rekapitulasi diatas dapat diambil kesimpulan
Pelayanan Surat Izin Mendirikan Bangunan Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon dari keseluruhan indikator yang telah dianjurkan kepada responden dengan menggunakan teknik pengukuran sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto sebagai berikut :
a.�
Sangat Setuju/Sangat Baik��� ��:�
80-100%
b.�
Setuju/Baik��������������������������� ��:�
60-79%
c. Cukup
Setuju/Cukup Baik����� ��:� 40-59%
d. Kurang Setuju/Kurang
Baik� : 30-39%
e. Tidak
Setuju/Tidak Baik����������� ��: Kurang dari 30%
Dengan
menggunakan teknik pengukuran diatas, maka hasil penelitian
akan dapat diambil kesimpulan dengan baik yaitu
Efektivitas Pelayanan Surat
Izin Mendirikan Bangunan di Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon� dikategorikan kurang baik karena semua
pernyataan positif yang penulis ajukan kepada pegawai sebagai kuesioner, mayoritas pegawai menjawab cukup setuju hal ini
sesuai dengan hasil rekapitulasi jawaban responden secara keseluruhan sebesar 34 %, artinya pelayanan yang diberikan oleh pegawai kurang baik kepada masyarakat.
Dalam
proses pelayanan ditemukan adanya faktor yang menyebabkan keterlambatan atau faktor penghambat
penerbitan surat izin mendirikan bangunan di Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon. Namun dari hasil rekapitulasi
beberapa faktor yang ada dapat ditarik
kesimpulan terdapat 2 (dua) faktor yang paling dominan yaitu :
1.
Faktor
aturan karena hal ini dapat
dilihat pada tabel diatas, ternyata mayoritas responden menjawab cukup setuju dengan pernyataan
yang peneliti berikan dalam angket mengenai
faktor aturan. Responden beranggapan bahwa aturan yang ada di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon� belum sepenuhnya dijalankan oleh para pegawai diakibatkan kurangnya pengawasan pimpinan
2.
Faktor
kesadaran, karena hal ini dapat
dilihat pada tabel diatas, ternyata mayoritas responden menjawab cukup setuju dengan pernyataan
yang peneliti berikan dalam angket mengenai
faktor kesadaran. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada bulan Juni� hingga Agustus 2020, peneliti menilai bahwa kurangnya
dsiplin pegawai dalam melaksanakan pelayanan Surat Izin Mendirikan Bangunan sehingga sering terjadi keterlambatan dalam penerbitan surat IMB.
2.
Kebijakan
Yang Dilakukan dalam Peningkatan Pelayanan Surat Izin Mendirikan Bangunan Pada Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Ambon
Kebijakan-kebijakan
yang dilakukan :
1)
Berusaha
meminimalisir dengan cara mengadakan rapat secara rutin
mengenai penerbitan-penerbitan
izin yang mengalami keterlambatan. Rapat kepada para pegawai perizinan dan non perizinan tersebut merupakan sosialisasi akan pentingnya kesadaran hukum tentang peraturan
Perwa No.53 Tahun 2011 mengenai waktu penyelesaian IMB, selambat-lambatnya
terbit adalah 14 hari. Namun kurangnya
kesadaran pegawai akan pentingnya Perwali No.53 Tahun 2011.
2)
Melakukan
pengawasan dan pembinaan
yang maksimal kepada pegawai dalam pelayanan
dan proses penerbitan izin.
Namun keberadaan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon� yang terkadang
dinas di luar kota dan kurangnya pengawasan dari unit-unit yang berwenang menyebabkan pegawai sering melanggar peraturan- peraturan yang ada di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon.
3)
Untuk
meningkatkan optimalisasi pelayanan penerbitan surat izin, para pegawai mengikuti pendidikan dan pelatihan-pelatihan
bimbingan teknis. Namun, kurangnya ikut serta para pegawai dalam bimbingan
teknis dan pelatihan-pelatihan
yang ada untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai perizinan dan non perizinan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian, dalam proses pelayanan ditemukan adanya faktor yang menyebabkan keterlambatan penerbitan surat izin mendirikan bangunan di Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon, sehingga menghambat efektivitas pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Namun dari beberapa
faktor yang ada dapat ditarik kesimpulan
terdapat dua faktor yang paling dominan yaitu:
1. Faktor aturan,
hal ini dapat
dilihat dari hasil jawaban responden
dengan mayoritas menjawab cukup setuju yaitu sebanyak
148 orang atau 42 %, dengan
pernyataan yang peneliti berikan dalam angket
mengenai faktor aturan. Responden beranggapan bahwa aturan yang ada di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon� belum
sepenuhnya dijalankan oleh
para pegawai diakibatkan kurangnya pengawasan pimpinan.
2. Faktor kesadaran,
hal ini dapat
dilihat dari hasil jawaban responden
dengan mayoritas menjawab cukup setuju yaitu sebanyak
129 orang atau 36 %,dengan pernyataan yang peneliti berikan dalam angket mengenai
faktor kesadaran. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada bulan Juni hingga Agustus
2020, peneliti menilai bahwa kurangnya disiplin dalam pelayanan.
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan :
1. Berusaha meminimalisir
dengan cara mengadakan rapat secara rutin mengenai
penerbitan-penerbitan izin
yang mengalami keterlambatan.
Rapat kepada para pegawai perizinan dan non perizinan tersebut merupakan sosialisasi akan pentingnya kesadaran hukum tentang peraturan Perwa No.53 Tahun 2011 mengenai waktu penyelesaian IMB, selambat-lambatnya
terbit adalah 14 hari.Namun kurangnya
kesadaran pegawai akan pentingnya Perwa No.53 Tahun 2011.
2. Melakukan pengawasan
dan pembinaan yang maksimal
kepada pegawai dalam pelayanan dan proses penerbitan izin. Namun keberadaan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Ambon yang terkadang dinas di luar kota
dan kurangnya pengawasan dari unit-unit yang berwenang menyebabkan pegawai sering melanggar peraturan-peraturan yang ada di
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota
Ambon.
3. Untuk meningkatkan
optimalisasi pelayanan penerbitan surat izin, para pegawai mengikuti pendidikan dan pelatihan-pelatihan bimbingan teknis. Namun, banyak para pegawai yang tidak mengikuti bimbingan teknis dan pelatihan-pelatihan yang ada untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai perizinan dan non perizinan.
Hibali, L. (2012). Kemampuan Aparatur Pemerintah
Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Baru. Google Scholar
Siagian, Sondang P. (2006). Sistem informasi
manajemen. Google Scholar
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV. Alfabeta. Google Scholar
Sugiyono, P. D. (2017). Metode Penelitian Bisnis:
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Penerbit CV.
Alfabeta: Bandung. Google Scholar
Yudhaningsih, Resi. (2011). Peningkatan efektivitas
kerja melalui komitmen, perubahan dan budaya organisasi. Jurnal Pengembangan
Humaniora, 11(1), 40�50. Google Scholar
Copyright holder: Montgomery Warbal (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |