�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
�
PENGARUH PENGGUNAAN MODUL
DAN METODE CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KEJAR PAKET B DI KABUPATEN BARRU
Djonny Pabisa
IPDN Kampus Sulawesi Utara, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan model treatment posttest-only control group design. Populasi adalah peserta didik kejar Paket B yang dibina PPLS dan SKB Kabupaten Barru. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Penetapan kelompok yang diteliti diambil dari anggota sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar matematika Paket B kelas II dan data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif� dan teknik analisis statistik inferensial, yaitu anavar satu arah dan uji lanjut scheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar matematika Paket B kelas II untuk kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan modul maupun yang diajar dengan menggunakan metode ceramah masing-masing berada pada kualifikasi sedang. Hasil belajar matematika Paket B kelas II untuk kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode konvensional berada pada kualifikasi rendah dan (2) terdapat perbedaan hasil belajar matematika Paket B kelas II antara kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan modul, metode ceramah, dan metode konvensional.
Kata Kunci: modul; metode ceramah; hasil belajar; paket B
Abstract
This study uses a
quantitative research approach using a posttest-only control group design treatment
model. The population is the students of chase Package B who are fostered by
PPLS and SKB Barru Regency. Determination of the
sample using the purposive sampling technique. The determination of the studied
group was taken from the sample members using a simple random sampling
technique. Data was collected using the Package B class II mathematics learning
outcomes test and the measurement data were analyzed using descriptive
statistical analysis techniques and inferential statistical analysis techniques,
namely one-way anavar and scheffe
advanced test. The results showed that: (1) the learning outcomes of Package B
class II mathematics for groups of students who were taught using the module
and those taught using the lecture method were in moderate qualifications. The
results of learning mathematics in Package B class II for groups of students
taught using conventional methods are in low qualifications and (2) there are
differences in learning outcomes for Mathematics in Package B class II between
groups of students taught using modules, lecture methods, and conventional
methods.
�
Keywords: module;
lecture method; learning outcomes; package B
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Pendidikan non formal atau
lebih dikenal dengan sebutan pendidikan luar sekolah diselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan luar sekolah berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Peserta didik pendidikan luar sekolah adalah warga masyarakat� yang tidak pernah sekolah, putus sekolah,
anak usia dini, dan pencari kerja yang perlu bekal keterampilan dan ingin
meningkatkan kemampuan atau keterampilan profesionalnya untuk meningkatkan
kualitas hidupnya di masa� depan (Depdikbud, 1995).
Pendidikan luar sekolah dapat dikelompokkan menjadi tiga bidang pendidikan yang
integral (Depdiknas, 2000),
yaitu: (1) pendidikan keaksaraan, (2) pendidikan dasar, dan (3)
pendidikan berkelanjutan.
Pendidikan kesetaraan pada
pendidikan luar sekolah khususnya pendidikan dasar (paket A setara SD dan Paket
B setara SMP) menggunakan bahan ajar yang disusun dalam bentuk modul-modul
berdasarkan tingkat kesetaraan dari setiap����
mata pelajaran. Proses pembelajaran pada Kejar Paket B seharusnya dapat
dibedakan dengan proses pendidikan yang berlangsung pada jalur pendidikan
formal, meskipun kurikulumnya dianggap setara dengan kurikulum SMP (Depdiknas, 2003a).
Penggunaan modul dalam pembelajaran tidak terlepas dari sistem tutorial yang
dianut oleh pendidikan luar sekolah yang pada dasarnya memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk dapat belajar sendiri sesuai dengan kemampuan
belajarnya masing-masing dan menempatkan peran tutor sebatas melaksanakan
bimbingan, memberi bantuan, mengarahkan, dan menggerakkan peserta didik (Ahmadi & Prasetya, 1997).
Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa penggunaan modul dalam pengajaran pada Kejar Paket B masih
sangat minimal dan lebih� banyak
didominasi oleh pengajaran dengan menggunakan metode ceramah. Pengajaran
program paket B secara substansial harus menggunakan modul yang disediakan,
ternyata lebih banyak dilakukan dengan menggunakan metode ceramah (Depdiknas, 2003b).� Kenyataan ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan (Rifa�i, 2002)
yang menemukan bahwa sekitar 75 persen peserta didik paket B di Propinsi Jawa
Tengah menyukai metode ceramah digunakan sebagai metode pengajaran pada program
paket B, sedangkan sisanya 25 persen menyukai metode kerja kelompok. (Utsman, 2016)
menemukan fakta dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa metode yang digunakan
tutor dalam proses pembelajaran paket B di Jawa Tengah secara umum masih
menggunakan metode ceramah. Belajar dengan sistem modul sulit untuk
dilaksanakan meskipun modul yang tersedia cukup. Penggunaan metode ceramah ini
dilakukan karena sebagian besar tutor berasal dari guru sekolah formal,
sehingga belum banyak mengenal metode-metode pengajaran yang sering diterapkan
pada pendidikan luar sekolah. Selain itu, pengelola kegiatan belajar paket B
dalam proses pembelajaran secara umum menggunakan metode dan teknik yang sama
dengan pembelajaran pada sekolah-sekolah formal dan mereka kurang memahami
tentang metode dan proses pembelajaran pada program Kejar Paket B.
Penggunaan metode ceramah
potensial terjadi dalam pengelolaan kegiatan belajar paket B disebabkan juga
oleh persoalan klasik pada pendidikan luar sekolah yang sering terabaikan,
yaitu: (1) modul-modul pelajaran paket B masih dibiarkan menumpuk di gudang
buku Dinas Pendidikan dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), (2) para tutor
dibiarkan mengajar matematika hanya dengan metode ceramah, walaupun modul sudah
dimiliki, (3) kurangnya peran pengelola dan tutor dalam mengoptimalkan
pemanfaatan modul oleh peserta didik sebagai upaya menunjang peningkatan kemampuan
belajar mereka, (4) pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan
untuk para tutor masih belum mampu memberikan bantuan dalam mengatasi kesulitan
penggunaan modul paket B, dan (5) mata pelajaran seperti
matematika banyak diajarkan oleh Pamong Belajar atau tutor yang kurang kompeten
di bidangnya.
Pengajaran dengan menggunakan
modul secara teori memiliki banyak perbedaan bila dibandingkan dengan bentuk
pengajaran menggunakan metode ceramah (Nasution, 2000).
Adanya perbedaan tersebut diduga juga memberi indikasi adanya perbedaan pada
hasil belajar peserta didik pada program paket B.
Berdasarkan uraian itu,
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1)
Bagaimana gambaran hasil belajar matematika peserta didik yang diajar
matematika paket B dengan menggunakan modul, metode ceramah, dan metode
konvensional pada Kejar Paket B kelas II di Kabupaten Barru? dan (2) apakah
terdapat perbedaan hasil belajar matematika peserta didik� kelompok yang diajar matematika paket B
dengan menggunakan modul, metode ceramah, dan metode konvensional?.
Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mendapatkan gambaran hasil belajar
matematika peserta didik yang diajar matematika paket B dengan menggunakan
modul, metode ceramah, dan metode konvensional pada Kejar Paket B kelas II di
Kabupaten Barru dan (2) untuk mengungkap ada atau tidak ada perbedaan hasil
belajar matematika peserta didik�
kelompok yang diajar matematika paket B dengan menggunakan modul, metode
ceramah, dan metode konvensional pada Kejar Paket B kelas II di Kabupaten
Barru.
Manfaat yang diperoleh dari
hasil penelitian ini adalah: (1) dapat membantu tutor untuk menetapkan pilihan
yang tepat dalam penggunaan metode pembelajaran matematika pada Kejar Paket B
guna meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik, (2) membantu tutor dan
pelaksana teknis pendidikan luar sekolah lainnya untuk dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pengelolaan sistem pembelajaran matematika paket B
dengan menggunakan modul, metode ceramah, atau metode konvensional pada Kejar
Paket B, (3) sebagai bahan masukan bagi penyelenggara
pelatihan calon tutor dan penyelenggara program paket B untuk dapat
meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan di dalam pengelolaan,
pelatihan, dan pembelajaran yang menggunakan modul, metode ceramah, dan metode
konvensional, (4) sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berkecimpung pada
bidang pendidikan luar sekolah untuk dapat memilih pola pengajaran yang tepat,
sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas lulusan paket B, dan (5) sebagai
bahan masukan dalam usaha meningkatkan pengelolaan sistem pembelajaran program
paket B oleh Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
Sanggar Kegiatan Belajar, penilik luar sekolah, tenaga lapangan pendidikan
masyarakat, dan mitra teknis pendidikan luar sekolah lainnya yang ada di
Kabupaten Barru.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di
Kabupaten Barru, yaitu pada Kejar Paket B yang dibina oleh Dinas Pendidikan dan
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dengan jenis penelitian kuantitatif yang memakai
model treatment posttest-only control group design. Variabel-variabel yang
diteliti adalah: (1) metode pengajaran sebagai variabel bebas terdiri atas:
penggunaan modul diberi simbol X1, metode ceramah diberi simbol X2, dan metode
konvensional diberi simbol X3 dan (2) hasil belajar matematika Paket B sebagai
variabel terikat terdiri atas: hasil belajar dengan menggunakan modul diberi
simbol Y1, metode ceramah diberi simbol Y2, dan metode konvensional diberi
simbol Y3. Populasi dalam penelitian adalah seluruh peserta didik pada Kejar
Paket B yang sampai penelitian ini dilaksanakan masih berstatus aktif mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, selanjutnya pengambilan anggota sampel mempergunakan teknik
acak sederhana.
Dalam penelitian ini digunakan
instrumen tes hasil belajar matematika Paket B yang disusun sendiri oleh
peneliti dan sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan ujicoba. Berdasarkan
hasil ujicoba dapat diketahui bahwa soal yang dinyatakan valid sebanyak 32
butir soal dan soal yang dinyatakan tidak valid sebanyak 16 butir soal dengan
nilai reliabilitas sebesar 0,848.
Data hasil pengukuran
dianalisis dengan menggunakan teknis analisis statistik deskriptif dan teknik
analisis statistik inferensial, yaitu anavar satu arah dan uji lanjut scheffe.
Hasil dan Pembahasan
kelompok yang
diajar dengan menggunakan modul mendapatkan skor dengan kualifikasi rendah,
sedangkan peserta didik yang mendapatkan skor dengan kualifikasi sedang
sebanyak 92 persen.
Skor terendah yang diperoleh peserta didik adalah 9 dan skor tertinggi adalah
20. Rata-rata (mean) skor data hasil pengukuran adalah 15,75. Skor rata-rata yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil
belajar matematika Paket B peserta didik tergolong berada pada kualifikasi
sedang. Sebanyak 33 persen peserta didik yang memperoleh nilai di bawah rata-rata dan sebanyak 50
persen peserta didik yang memperoleh nilai di atas rata-rata.
Sebesar 25
persen peserta didik pada kelompok yang diajar dengan menggunakan metode
ceramah mendapatkan skor dengan kualifikasi rendah, peserta didik yang
mendapatkan nilai dengan kualifikasi sedang sebanyak 50 persen, dan sebanyak 25
persen peserta didik yang mendapatkan skor dengan kualifikasi tinggi. Skor
terendah yang diperoleh peserta didik pada kelompok yang diajar dengan
menggunakan metode ceramah adalah 9 dan skor tertinggi adalah 23. Skor
Rata-rata (mean) data hasil pengukuran adalah 15,5. Skor rata-rata yang
diperoleh menunjukkan bahwa hasil belajar matematika Paket B tergolong berada
pada kualifikasi sedang. Peserta didik yang memperoleh nilai di bawah rata-rata
sekitar 58 persen dan peserta didik yang memperoleh nilai di atas rata-rata
sebanyak 33 persen.
Skor
rata-rata hasil belajar matematika Paket B kelas II pada kedua kelompok
eksperimen secara statistik dinyatakan tidak berbeda (masing-masing berada pada
kualifikasi sedang) diduga sebagai akibat: (1) tutor yang mengajar berlatar
belakang pendidikan matematika (S1 matematika) sehingga dapat dimengerti bila
dalam proses belajar mengajar, materi pelajaran dapat diajarkan secara tuntas
dan (2) tutor yang mengajar pada kedua kelompok eksperimen menguasai dengan
baik penggunaan modul dan penggunaan metode ceramah dalam pengajaran matematika
Paket B kelas II. Pada penggunaan metode ceramah, peserta didik menunjukkan
keaktifan dengan ikut serta bersama-sama tutor dalam menjelaskan atau
menyebutkan sesuatu. Keaktifan itu juga ditunjukkan dengan keberanian anak maju
ke depan untuk mengerjakan soal-soal yang ditanyakan tutor di papan tulis. Pada
penggunaan modul, Peserta didik sangat baik dalam merespon petunjuk-petunjuk
yang diberikan tutor. Peserta didik tidak begitu mempersoalkan bentuk
penampilan modul. Peserta didik hanya sering mengeluhkan adanya
kesalahan-kesalahan jawaban pada contoh-contoh soal dan pada kunci jawaban.
Keluhan ini selalu disampaikan kepada peneliti selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung dan peneliti mengajak peserta didik untuk sama-sama membetulkannya.
Sebanyak 60
persen peserta didik pada kelompok yang diajar dengan menggunakan metode
konvensional mendapatkan skor dengan kualifikasi rendah, sedangkan peserta
didik yang mendapatkan skor dengan kualifikasi sedang sebesar 40 persen. Skor
terendah yang diperoleh peserta didik adalah 4 dan skor tertinggi adalah 15.
Skor rata-rata (mean) data hasil pengukuran adalah 9,6. Skor rata-rata yang
diperoleh menunjukkan bahwa hasil belajar matematika Paket B tergolong berada
pada kualifikasi rendah. Peserta didik yang memperoleh nilai di bawah rata-rata
sekitar 47 persen dan peserta didik yang memperoleh nilai di atas rata-rata
sebanyak 20 persen.
Hasil belajar
yang rendah ini diduga sebagai akibat: (1) kemampuan peserta didik yang memang
lemah dalam menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh tutor, sehingga berdampak
pada sulitnya peserta didik dalam mengembangkan materi pelajaran yang telah
diterimanya, (2) materi pelajaran yang diajarkan oleh tutor tidak tuntas dan
tutor matematika pada kelompok kontrol belum terlatih dan belum memiliki
keterampilan yang baik dalam memilih dan menggunakan berbagai metode secara bervariasi dalam mengajarkan
matematika Paket B kelas II, dan (3) latar belakang pendidikan tutor yang tidak
sejalan dengan mata pelajaran yang diajarkan dan tidak dimilikinya buku acuan
atau bahan bacaan yang dapat dijadikan sebagai pegangan bagi peserta didik
untuk dapat mengulang, berlatih, dan mengembangkan materi pelajaran yang telah
dipelajarinya. Peserta didik bergantung sepenuhnya pada bahan pelajaran yang
telah diajarkan secara terbatas oleh tutor.
Pengolahan
data hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 10,7
ternyata lebih besar dari nilai Ftabel pada α= 0,05 atau F(0,95;2:36)=
3,26 bahkan sampai pada nilai Ftabel dengan α= 0,01 atau F(0,99;2:36)=
5,25. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara
hasil belajar matematika Paket B pada ketiga kelompok peserta didik yang diajar
matematika Paket B dengan menggunakan modul, metode ceramah, dan metode
konvensional pada Kejar Paket B kelas II di Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi
Selatan. Dengan kata lain, H0 ditolak dan H1 diterima.
Hasil
penghitungan untuk menentukan signifikansi perbedaan hasil belajar dari ketiga
kelompok dengan menggunakan Scheffe test� dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 1
Hasil
hitung Scheffe test
Kelompok |
Ftabel= F(1-a;2;38) |
F�= (k-1)Ftabel |
Fhitung |
||
a=
0,05 |
a=
0,01 |
a=
0,05 |
a=
0,01 |
||
Modul VS� Ceramah |
3,25 |
5,21 |
6,50 |
10,42 |
0,0237 |
Modul VS� Konven-sional |
3,25 |
5,21 |
6,50 |
10,42 |
15,9183*) |
Ceramah
VS� Konvensional |
3,25 |
5,21 |
6,50 |
10,42 |
14,6504*) |
Keterangan:
��� k=3; ��� *)
sangat signifikan
Berdasarkan
Tabel tersebut, menunjukkan bahwa: (1) pengajaran matematika Paket B dengan menggunakan modul memberi pengaruh yang sama baiknya (tidak
berbeda) dengan pengajaran matematika Paket B yang menggunakan metode�������� ceramah pada Kejar Paket B kelas II di Kabupaten Barru (karena Fhitung lebih kecil dari
F�), (2) pengajaran matematika
Paket B dengan menggunakan modul memberi pengaruh yang lebih baik (sangat signifikan) bila dibandingkan dengan pengajaran matematika Paket B yang menggunakan metode konvensional pada Kejar Paket B kelas
II di Kabupaten Barru (karena Fhitung lebih besar dari
F�), dan (3) pengajaran matematika
Paket B dengan menggunakan metode ceramah memberi pengaruh yang lebih baik (sangat signifikan) bila dibandingkan dengan pengajaran matematika Paket B yang menggunakan metode konvensional pada Kejar Paket B kelas II di Kabupaten Barru (karena Fhitung lebih besar dari
F�).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan
yang telah diuraikan, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: (1) hasil belajar matematika Paket B kelas II untuk kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan
modul dan hasil belajar kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan
metode ceramah
masing-masing berada pada kualifikasi
sedang. Hasil belajar matematika Paket B kelas II untuk kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode konvensional berada pada kualifikasi rendah, (2) terdapat perbedaan antara hasil belajar matematika
Paket B kelas II pada ketiga kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan
modul, metode ceramah, dan metode konvensional. Hasil belajar kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan modul lebih baik
bila dibandingkan dengan hasil belajar
kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode konvensional. Hal ini berarti bahwa
pengajaran matematika Paket B dengan menggunakan modul memberi pengaruh yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pengajaran matematika Paket B yang menggunakan metode konvensional. Hasil belajar kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan
metode ceramah lebih baik bila
dibandingkan dengan hasil belajar kelompok
peserta didik yang diajar dengan metode
konvensional. Hal ini berarti bahwa pengajaran
matematika Paket B dengan menggunakan metode ceramah memberi pengaruh yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pengajaran matematika Paket B yang menggunakan metode konvensional. Hasil belajar kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan
modul dianggap sama baiknya dengan
hasil belajar kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode ceramah, walaupun skor rata-rata dari kelompok peserta
didik yang diajar dengan menggunakan modul lebih besar
dari skor rata-rata dari kelompok peserta
didik yang diajar dengan menggunakan metode ceramah.
Ahmadi, Abu, & Prasetya, Joko Tri. (1997).
Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia. Google Scholar
Depdikbud. (1995). Program Pendidikan
Luar Sekolah. Jakarta: Dirjen PLSPO. Google Scholar
Depdiknas. (2000). Rencana Strategis
Pembangunan Bidang Pendidikan Luar Sekolah Tahun 2000-2004. Retrieved from
http://www.depdiknas.go.id Google Scholar
Depdiknas. (2003a). Pedoman
Penyelenggaraan Program Paket B Setara SLTP (Diktentis, ed.). Jakarta. Google Scholar
Depdiknas. (2003b). Pembelajaran dan
Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Dikdasmen. Google Scholar
Nasution, Sorimuda. (2000). Berbagai
pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. Google Scholar
Rifa�i, Ahmad. (2002). Penyelenggaraan
Wajib Belajar 9 Tahun Bagi Anak-Anak Kurang Beruntung di Jawa Tengah. Google Scholar
Utsman, Utsman. (2016). Evaluasi Potensi
Kelompok Belajar Paket B Untuk Menunjang Wajib Belajar 9 Tahun (Studi pada
Beberapa Daerah Tingkat II di Jawa Tengah). Journal of Nonformal Education,
2(2). Google Scholar
Copyright holder: Djonny Pabisa
(2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |