�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
�
PELAKSANAAN SMART BRANDING MELALUI MANAJEMEN
PARIWISATA DALAM UPAYA PENINGKATAN PARIWISATA DI KOTA SEMARANG
Ari Susanto
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan salah satu dimensi yang ada pada konsep Smart City, yaitu smart branding. Smart branding merupakan usaha yang dilakukan oleh Daerah dengan cara mempromosikan objek wisata yang dimilikinya yang berdeda dari Daerah lain. Kota Semarang salah satu yang menerapkan smart branding dalam upaya mengenalkan destinasi wisata yang ada. Smart branding di Kota Semarang menggunakan aspek Tourism, Appearance dan Business dalam pelaksanaannya. Metodologi yang digunakan adalah� netnografi dan studi literatur dengan mengumpulkan data, informasi, jurnal penelitian, buku serta literatur dari berbagai sumber terpercaya. Pelaksanaan smart branding dinilai dari indikator attraction, accessibility, amenity, dan anciliary. Hasilnya menyatakan bahwa keempat indikator tersebut sudah berjalan dengan cukup baik di Kota Semarang walaupun ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam anciliary seperti kurangnya SDM yang memahami kepariwisataan, sulitnya membuat organisasi yang solid serta adanya perbedaan kewenangan yang antara kepariwisataan di daerah dengan pemasarannya di pusat. Pemerintah Kota Semarang perlu malakukan pelatihan untuk SDM agar lebih menguasai kepariwisataan dan meningkatkan standar target dalam perencanaannya.
Kata Kunci: pariwisata; smart city; smart branding
Abstract
Tourism development can be
done with one of the dimensions that exist in the Smart City concept, namely
smart branding. Smart branding is an effort carried out by the Region by
promoting its tourism objects that are different from other regions. The city
of Semarang applies smart branding to introduce existing tourist destinations.
Smart branding in Semarang City uses aspects of Tourism, Appearance, and
Business in its implementation. The methodology used is netnography
and literature studies by collecting data, information, research journals,
books, and literature from various reliable sources. The implementation of
smart branding is assessed from the indicators of attraction, accessibility,
amenity, and ancillary. The results indicate that the four indicators have been
running quite well in the city of Semarang, although there are several
challenges faced in ancillaries such as the lack of human resources who
understand tourism, the difficulty of creating a solid organization, and the
difference in authority between tourism in the region and its marketing in the
center. The Semarang City Government needs to conduct training for human
resources to better master tourism and increase the target standard in its
planning.
Keywords: tourism; smart city; smart branding
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Pariwisata menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Pariwisata juga ditetapkan sebagai bagian dari pembangunan nasional dan
dilaksanakan secara sistematis, terpadu dan bertanggung jawab dengan tetap
memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat seperti nilai agama dan nilai
sosial-budaya dengan tujuan untuk pelestarian-perlindungan lingkungan hidup dan
kepentingan Nasional. Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan di
Indonesia, terutama di daerah-daerah yang memiliki potensi pariwisata unggulan
disbanding dengan daerah lainnya. Hal ini diperlihatkan oleh keseriusan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan membentuk program Destinasi Pariwisata
Nasional unggulan yang tersebar dalam 34 Provinsi. Destinasi Pariwisata sendiri
tidak hanya terdiri dari Objek Wisata Alam melainkan ada Objek Wisata Budaya,
Sejarah, Religi, Kuliner dan Buatan. Oleh karena itu, setiap daerah memiliki
kebijakan sendiri dalam pengelolaan sektor pariwisata berdasarkan kondisi
daerah masing-masing.
Kebijakan pengelolaan sektor
pariwisata dapat menggunakan konsep Smart
City yang merupakan konsep dimana suatu kota melakukan tata kelola
perkotaan yang melibatkan interaksi yang kompleks dari berbagai aspek dalam
proses pengembangan, penerapan dan implementasi teknologi informasi pada kota
tersebut. Karena di era Revolusi Industri 4.0 ini banyak daerah sudah mulai
menerapkan konsep Smart City, salah
satunya Kota Semarang. Konsep Smart City
yang digunakan oleh Kota Semarang memiliki enam dimensi berdasarkan Perwal
Semarang No 26 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Semarang Kota Cerdas (Masterplan Semarang Smart City),
diantaranya smart governance, smart
branding, smart economy, smart living, smart society dan smart environment. Kebijakan sektor
pariwisata Kota Semarang yang berkaitan dengan dimensi smart branding dalam
pelaksanaannya menggunakan indikator Tourism,
Appearance dan Business.
Pariwisata Kota Semarang
memiliki beragam Objek Wisata dengan daya tarik yang berbeda-beda bagi
wisatawan yang berkunjung. Keberagaram budaya, etnis, peninggalan sejarah dan
tradisi yang dimiliki menjadikan daya tarik tersendiri dan mempunyai peluang
untuk memasarkan keanekaragaman produk wisatanya. Pariwisata di Semarang
terdiri dari beberapa objek wisata diantaranya Objek Wisata Sejarah : Lawang
Sewu, Kota Lama, dsb; Objek Wisata Religi : Masjid Agung Jawa Tengah, Gereja
Blenduk, Sam Po Kong, dsb; Objek Wisata Rekreasi : Pantai Marina, Gardu Pandang
Gombel, Taman Budaya Raden Saleh, dsb; dan Objek Wisata Kuliner : Lumpia,
Wingko Babat, Bandeng Presto, dsb. Selain itu, untuk akomodasi Pariwisata di
Kota Semarang juga terbilang cukup mudah untuk menjangkau ke seluruh Objek
Wisata dan terdapat tempat penginapan juga.
Berdasarkan hal tersebut,
artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi manajemen
pariwisata yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang dalam pelaksanaan Smart City
melalui dimensi smart branding dalam upaya peningkatan pariwisata di Kota
Semarang.
Metode Penelitian
Metodologi yang digunakan
dalam artikel ini yaitu netnografi
dan studi literatur dengan mengumpulkan data, informasi, jurnal penelitian, buku serta literatur dari berbagai sumber
terpercaya yang dapat membuat penelitian ini lebih efisien.� Data yang diperoleh
nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam penerapan
smart branding dengan menggunakan
indikator Tourism
di Kota Semarang dan memberikan rekomendasi
atau saran yang diperlukan.
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan
pengembangan sektor pariwisata di Kota Semarang dimuat dalam Renstra tahun
2016-2021 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang. Sektor pariwisata di
Kota Semarang berkaitan dengan Misi �Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis
Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha Yang Kondusif� dengan cara
meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat melalui pengembangan dan
pembangunan kawasan jasa dan perdagangan lokal yang nantinya akan meningkatkan
nilai perdagangan dan jasa unggulan dengan indikator peningkatan kunjungan
wisata. Arah strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang yaitu
mengenai peningkatan kunjungan wisata melalui program pengembangan Pemasaran
Pariwisata, Destinasi Pariwisata, dan Industri Pariwisata.
Program
Pengembangan Pemasaran pariwisata berkaitan dengan smart branding di Kota
Semarang, dimana salah satu aspek dari smart branding ialah Tourism dalam
penerapan Smart City. Kemudian, untuk menilai lebih jauh bagaimana pelaksanaan
tersebut penulis menggunakan 4 indikator milik Copper sebagai berikut.
1.
Attraction
Attraction berkaitan dengan daya tarik wisata yang
dimiliki oleh Kota Semarang, berikut data mengenai Objek Wisata yang ada di Kota
Semarang.
Tabel
1
Data
objek wisata
Indikator per Unit |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
Objek Wisata Budaya |
- |
25 |
35 |
35 |
Objek Wisata Bahari |
3 |
3 |
4 |
4 |
Objek Wisata Cagar Alam |
- |
- |
- |
- |
Objek Wisata Pertanian |
8 |
4 |
6 |
6 |
Objek Wisata Buru |
- |
- |
- |
- |
Objek Wisata Alam |
12 |
17 |
27 |
27 |
Objek Wisata Sejarah |
25 |
5 |
5 |
5 |
Objek Wisata Religi |
12 |
19 |
22 |
22 |
Objek Wisata Pendidikan |
1 |
3 |
3 |
3 |
Objek Wisata Kuliner |
7 |
9 |
14 |
14 |
Objek Wisata Belanja |
8 |
12 |
22 |
22 |
Objek Wisata Buatan |
25 |
47 |
57 |
58 |
Jumlah Objek Wisata |
101 |
144 |
195 |
196 |
Sumber:
https://devsemaridx.semarangkota.go.id/data/list/4
Tabel
1 menunjukan mengenai objek wisata apa
saja yang ada di Kota
Semarang, hal ini menumjukan bahwa Kota Semarang memiliki begitu banyak destinasi yaitu sejumlah 196 Obejk Wisata pilihan
bagi wisatawan yang akan berkunjung. Jumlah tiap tahunnya
selama periode 2017-2020 selalu mengalami peningkatan. Objek Wisata yang paling tinggi adalah Objek Wisata
Buatan dengan jumlah 58 unit pada tahun 2020 dimana selama kurun waktu
tahun 2017-2020 juga memiliki
jumlah tertinggi dibanding dengan Objek Wisata lainnya.
Jumlah tertinggi kedua pada Objek Wisata Alam dengan
jumlah 27 unit dan selama periode 2017-2020 juga tertinggi kedua. Wisata yang memiliki tren positif lainnya
juga cukup banyak. Untuk Objek Wisata
dengan tren kurang bagus ada
pada Objek Wisata Sejarah
yang mengalami penurunan jumlah dari tahun
2017 sejumlah 25 unit menjadi 5 unit saja pada kurun waktu 2018-2020. Selain itu, untuk
Objek Wisata Cagar Alam dan Objek Wisata Buru Kota Semarang belum memilikinya.
Tabel 2
Data Kunjungan
Wisatawan Tiap Objek
Indikator per Orang |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
Objek Wisata Budaya |
1.371.709 |
1.452.451 |
1.638.167 |
521.860 |
Objek Wisata Bahari |
1.071.728 |
1.164.635 |
1.313.550 |
429.251 |
Objek Wisata Cagar Alam |
- |
- |
- |
- |
Objek Wisata Pertanian |
8.090 |
8.792 |
9.916 |
3.241 |
Objek Wisata Buru |
- |
- |
- |
- |
Objek Wisata Alam |
1.108.028 |
- |
1.357.179 |
433.998 |
Objek Wisata Sejarah |
1.371.709 |
1.452.451 |
1.638.167 |
523.860 |
Objek Wisata Religi |
489.789 |
- |
599.921 |
112.222 |
Objek Wisata Pendidikan |
661 |
718 |
809 |
920 |
Objek Wisata Kuliner |
1.934.500 |
2.110.153 |
2.379.966 |
777.742 |
Objek Wisata Belanja |
4.630.080 |
5.050.491 |
5.696.270 |
1.872.882 |
Objek Wisata Buatan |
977.707 |
1.062.701 |
1.198.582 |
3.207.951 |
Sumber:
https://devsemaridx.semarangkota.go.id/data/list/4
Berdasarkan Tabel
2 Data Kunjungan Wisatawan Tiap Objek jumlah
tertinggi pada tahun 2020 merujuk pada Objek Wisata Buatan dengan
jumlah 3.207.951 orang yang pergi
mengunjunginya, kemudian untuk tertinggi kedua pada Objek Wisata Belanja dengan jumlah 1.872.882 orang dan
diurutan ketiga ada Objek Wisata
Kuliner dengan jumlah 777.742 orang yang berkunjung.
Untuk Kunjungan Objek Wisata terendah
terjadi pada Objek Wisata Pendidikan dengan jumlah hanya 920 orang. Selain itu, seluruh
pengunjung Objek Wisata di Kota Semarang lebih dari 3.000 orang pertahunnya. Walaupun pada tahun 2020 terjadi Pandemi Covid-19, mayoritas Objek Wisata mengalami penurunan Kunjungan Wisatawan dibanding tahun lalu, selain
itu yang tidak mengalami penurunan Kunjungan Wisatawan terjadi pada Objek Wisata Buatan dan Objek Wisata Pendidikan.
Tabel 3
Data Kunjungan Wisatawan Keseluruhan
Sumber:
https://devsemaridx.semarangkota.go.id/data/list/4
Indikator per Orang |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
||||
Target |
Tercapai |
Target |
Tercapai |
Target |
Tercapai |
Target |
Tercapai |
|
Wisatawan Domestik |
4.927.960 |
4.964.804 |
5.297.557 |
5.703.283 |
5.721.362 |
7.223.529 |
6.207.678 |
2.063.574 |
Wisatawan Mancanegara |
59.120 |
59.672 |
63.554 |
66.105 |
68.638 |
82.030 |
74.472 |
5.501 |
Jumlah |
4.987.080 |
5.024.476 |
5.361.111 |
5.769.387 |
5.790.000 |
7.305.559 |
6.282.150 |
2.069.075 |
Data Kunjungan Wisatawan
dari luar daerah berdasarkan Tabel 3 sudah menunjukan
tren yang positif pada kurun waktu 2017-2019, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2020 yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, karena adanya Pandemi Covid-19. Penurunan tersebut terjadi baik Wisatawan
Domestik maupun Wisatawan Mancanegara, dimana pada tahun 2020 jumlah Wisatawan Domestik sebesar 2.063.574 orang
dan Wisatawan Mancanegara sejumlah 5.501 orang. Hal ini membuat rencana target yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Kota Semarang tidak dapat tercapai apalagi untuk Wisatawan
Mancanegara yang persentasenya
hanya 7,38% dari rencana target yang ditetapkan, Untuk Wisatawan Domestik sendiri persentasenya sebesar 33,24% dari rencana target yang ada.
Dari data diatas, untuk indikator Attraction dari penerapan smart branding di
Kota Semarang sudah berjalan
dengan cukup baik dengan banyaknya
Objek Wisata yang ditawarkan berbanding lurus dengan jumlah
Kunjungan Wisatawan. Karena
Jumlah Kunjungan Wisatawan menunjukan pertumbuhan yang baik dari periode tahun
2017-2020 walaupun pada tahun
2020 mengalami penurunan
yang dikarenakan adanya Pandemi Covid-19. Hal ini juga menunjukan bahwa untuk Attraction Wisata Kota
Semarang sudah cukup banyak pilihannya bagi para wisatawan yang akan berkunjung.
2. Accessibility
Accessibility berhubungan dengan sarana dan infrastruktur yang menunjang dalam proses perjalanan menuju destinasi wisata. Di Kota Semarang, accessibility sudah
cukup banyak pilihannya mulai dari jalur darat,
jalur udara hingga jalur perairan.
Jalur darat bisa menggunakan kendaraan pribadi, bus antar kota/kabupaten dan menggunakan layanan Kerta Api. Untuk
jalur udara, Semarang memiliki Bandara Internasional
Ahmad Yani dan untuk jalur perairan ada Pelabuhan Tanjung Mas. Berikut data mengenai arus transportasi yang melintasi Kota Semarang.
Tabel 4
Data Arus Transportasi di Kota Semarang
Indikator per Unit |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
||||
Datang |
Pergi |
Datang |
Pergi |
Datang |
Pergi |
Datang |
Pergi |
|
Bandara Udara Domestik |
17.803 |
17.796 |
21.192 |
21.178 |
17.628 |
17.621 |
8.345 |
8.347 |
Bandara Udara Mancanegara |
716 |
715 |
780 |
780 |
820 |
824 |
206 |
207 |
Pelabuhan Domestik |
576 |
230 |
179 |
164 |
||||
Pelabuhan Mancanegara |
17 |
25 |
24 |
4 |
||||
Kereta Api |
114 |
136 |
173 |
169 |
Sumber: BPS Jateng,
BPS Semarang, data diolah
Berdasarkan Tabel
4 tentang Data Arus Transportasi di Kota Semarang menunjukkan
bahwa wisatawan paling sering menggunakan moda transportasi jalur udara jika
dibandingkan dengan jalur Laut dan jalur Kereta. Arus
Transportasi jalur udara yang tertinggi terjadi pada tahun 2018 mencapai sejumlah 21.192 unit maskapai yang datang dan 21.178 unit maskapai
yang pergi dari Bandara
Udara Domestik, sementara untuk Bandara Udara Mancanegara laju paling tinggi terjadi pada tahun 2019 dengan jumlah 820 unit maskapai yang datang dan 824 unit
maskapai yang pergi. Sedangkan untuk yang terendah terjadi pada tahun 2020 baik untuk Bandara Udara Domestik dengan jumlah 8.345
unit yang datang dan 8.347 unit yang pergi, maupun Bandara Udara Mancanegara dengan jumlah 206 unit datang dan 207
unit pergi.
Untuk jalur Laut yang melewati Pelabuhan Domestik jumlah paling tinggi terjadi pada tahun 2017 sejumlah 576 unit kapal dan yang terendah terjadi pada tahun 2020 dengan jumlah 164 unit kapal. Sedangkan untuk Pelabuhan Mancanegara yang terjadi laju transportasi paling tinggi pada tahun 2018 sejumlah 25 unit kapal dan yang terendah pada tahun 2020 sejumlah 4 unit kapal saja. Untuk
jalur Kereta Api, pada tahun 2019 terjadi arus transportasi
paling tinggi sejumlah 173 unit kereta dan terendah terjadi pada tahun 2017 sejumlah 114 unit kereta.
Tabel 5
Data Biro Wisata dan Pemandu Wisata
Indikator per Perusahaan/Agen |
2018 |
2019 |
2020 |
Jumlah Biro Wisata |
86 |
86 |
81 |
Pemandu Bersertifikat |
103 |
103 |
89 |
Pemandu Tidak Bersertifikat |
217 |
217 |
217 |
Sumber:
https://devsemaridx.semarangkota.go.id/data/list/4
Selain sarana transportasi yang ada, di Kota
Semarang juga memiliki beberapa
Biro Wisata dan Pemandu Wisata yang bisa digunakan oleh wisatawan untuk lebih mempermudah
dalam proses kunjungan wisata ke Objek
Wisata yang ditawarkan.
Salah satu manfaat dari adanya Biro Wisata ini untuk
mempermudah dalam urusan akomodasi bagi wisatawan dan bagi yang tidak ingin ambil pusing
merencanakan agenda wisatanya
di Kota Semarang maka lebih
baik menggunakan Biro Wisata. Berdasarkan Tabel 5 Data Biro Wisata di Kota
Semarang pada tahun 2018-2020 menunjukan
penurunan jumlah Biro yang semula pada tahun 2018 dan 2019 berjumlah 86 perusahaan/agen menjadi 81 perusahaan/agen pada tahun 2020. Sementara untuk Pemandu Wisata
yang bersertifikat pada tahun
2020 mengalami penuruan menjadi 81 agen/orang saja sedangkan untuk yang tidak bersertifikat masih tetap sama selama
periode tahun 2018-2020 sejumlah 217 agen/orang.
Berdasarkan data mengenai
Arus Transportasi dan Jumlah Biro dan Pemandu Wisata yang ada di Kota Semarang dapat dilihat mengenai
Accessibility di Kota Semarang sudah cukup baik dengan
adanya beberapa jalur pilihan bagi
wisatawan yang ingin datang ke Kota Semarang yaitu jalur darat
melalui Kereta Api atau kendaraan
pribadi, jalur udara melalui Bandaha
Internasional Ahmad Yani
dan jalur laut melalui Pelabuhan Tanjung Mas. Dengan adanya jalur-jalur
tersebut sangat mempermudah
bagi Kota Semarang dalam
proses branding pariwisatanya baik
itu melalui Pemerintah Kota maupun dengan menggunakan Biro Wisata yang ada untuk dapat lebih
mempromosikan Pariwisata
Kota Semarang. Selain itu bagi wisatawan yang melakukan perjalanan individual dapat menggunakan pemandu wisata yang tersedia di Kota Semarang sebagai
salah satu opsi untuk dapat berwisata.
3.
�Amenity
Amenity berkaitan
dengan segala fasilitas pendukung yang ada di destinasi wisata yang akan dituju seperti tempat penginapan, tempat makan, tempat
ibadah, tempat cinderamata,
dan sebagainya. Di Kota Semarang, penulis
memilih data mengenai tempat penginapan, area tempat makan dan area penjualan cinderamata, karena yang berkaitan langsung dengan indikator ini.
Tabel 6
Data Penginapan
Indikator per Unit |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
Jumlah Hotel Bintang 5 |
6 |
6 |
6 |
6 |
Jumlah Hotel Bintang 4 |
6 |
11 |
15 |
12 |
Jumlah Hotel Bintang 3 |
15 |
17 |
17 |
24 |
Jumlah Hotel Bintang 2 |
17 |
16 |
16 |
26 |
Jumlah Hotel Bintang 1 |
13 |
10 |
10 |
13 |
Jumlah Hotel Melati |
75 |
76 |
76 |
88 |
Jumlah Hotel |
132 |
136 |
140 |
169 |
Penginapan Lainnya |
- |
- |
305 |
305 |
Sumber: https://devsemaridx.semarangkota.go.id/data/list/4
�
Berdasarkan Tabel
6 tentang Data Penginapan
di Kota Semarang sudah menjukkan
bahwa di Kota Semarang tempat
penginapan yang tersedia begitu banyak, baik itu hotel bintang 5 hingga hotel bintang 1 maupun jenis penginapan lainnya. Jumlah Hotel yang tersedia di Kota Semarang pada periode
tahun 2017-2020 mengalami peningkatan dengan jumlah 132 unit hotel pada tahun 2017 menjadi 169 unit hotel
pada tahun 2020.�
Mengenai tempat
makan yang menjadi daya tarik tersendiri
mengenai Objek Wisata Kuliner, di Kota Semarang terdapat beberapa pilihan untuk memanjakan
lidah bagi wisatawan baik yang memang lansung berwisata di Objek Wisata Kuliner maupun di Objek Wisata lainnya.
Tabel 7
Data Usaha Jasa Makanan/Minuman
Indikator per Unit |
2019 |
2020 |
Restoran |
190 |
215 |
Jumlah Cafetaria/Cafe |
115 |
145 |
Jumlah Kantin |
875 |
875 |
Jumlah Coffee Shop |
127 |
127 |
Jumlah Pub/Bar |
118 |
121 |
Jumlah Warung/Kedai Makan |
390 |
390 |
Jumlah Keseluruhan |
1815 |
1873 |
Sumber: https://devsemaridx.semarangkota.go.id/data/list/4
Data mengenai usaha
tempat makan/minum di Kota Semarang terjadi pertumbuhan yang cukup baik pada periode tahun 2019 dan pada tahun 2020 dengan jumlah usaha
jasa makanan/minuman mencapai angka 1873 unit. Jumlah terbanyak ada pada usaha Kantin yaitu
sejumlah 875 unit dan jumlah terendah pada usaha Pub/Bar dengan jumlah 121 unit pada tahun 2020. Urutan kedua dan ketiga masing-masing ditempati
oleh usaha Warung/Kedai Makan dan Restoran dengan jumlah 390 unit dan 215 unit pada tahun 2020.
Tabel 8
Data Pusat Cinderamata
Indikator per Unit |
2019 |
2020 |
Penjualan Cenderamata |
15 |
15 |
Sumber:
https://devsemaridx.semarangkota.go.id/data/list/4
Wisatawan yang berkunjung
pasti saat pulang dari destinasi
wisata akan membawa buah tangan
untuk dijadikan oleh-oleh
dan kenang-kenangan, oleh karena
itu Pemerintah Kota
Semarang pada tahun 2019 dan tahun
2020 mulai menetapkan pusat penjualan cinderamata di Kota Semarang. Jumlah
pusat penjualan cinderamata di Kota Semarang menurut
Tabel 8 pada tahun 2019 dan
tahun 2020 sejumlah 15 unit dan tidak mengalami kenaikan atau penurunan.
Berdasarkan data diatas,
Amenity di Kota Semarang sudah cukup baik
dengan sudah menyediakan tempat penginapan yang tiap tahunnya jumlah keseluruhannya mengalami peningkatan. Untuk tempat makan juga sudah banyak pilihannya
di Kota Semarang dan terjadi peningkatan
jumlah keseluruhan. Pusat penjualan cinderamata Kota
Semarang dalam kurun waktu 2019-2020 tidak terjadi perubahan dan stuck di angka 15 unit saja.
4.
Ancillary
Ancillary berkaitan dengan organisasi yang membidangi pengurusan kepariwisataan dan yang mengurus terkait perawatan di destinasi wisata. Organisasi ini dimulai dari tingkat
tertinggi di Kota Semarang yaitu
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Semarang yang memiliki Bidang
Kelembagaan Kepariwisataan.
Berdasarkan Renstra Disbudpar Kota Semarang tahun
2016-2021, terdapat analisis
SWOT yang dilakukan oleh Disbudpar,
sebagai berikut.
Tabel 9
Data SWOT Disbudpar Kota
Semarang
Kekuatan a. Kepariwisataan sebagai kegiatan yang bersifat multisektor. b. Tata kelola kepariwisataan
yang semakin baik (good tourism governance) melibatkan seluruh pemangku kepentingan. c. Sertifikasi kompetensi SDM bidang pariwisata. d. Adanya Perpres tentang pengawasan dan pengendalian kepariwisataan. |
Kelemahan a. Belum meratanya penguatan
organisasi yang membidangi
kepariwisataan. b. Lemahnya pemahaman tentang kepariwisataan, memposisikan kepariwisataan sebagai sektor pelengkap yang tidak memiliki posisi strategis dalam struktur organisasi pembangunan. c. Perkembangan pariwisata kurang diimbangi dengan pengembangan SDM bidang pariwisata. |
Peluang a. Reformasi birokrasi kelembagaan
dan penguatan mekanisme kinerja organisasi mendukung misi kepariwisataan. b. Peningkatan produk pariwisata dalam rangka memenangkan persaingan global. c. Sektor pariwisata sebagai ujung tombak pembangunan kepariwisataan sehingga diharapkan tujuan dari pembangunan
kepariwisataan tercapai
dan multiplier effect dari kegiatan pariwisata dapat menjadi lebih efektif. |
Tantangan a. Membangun organisasi yang solid dalam mendukung pembangunan kepariwisataan. b. Ketersediaan SDM bidang pariwisata yang kompeten untuk peningkatan produk pariwisata dalam rangka memenangkan persaingan global. Pembekalan
SDM bidang pariwisata terhadap aparatur/industri dan masyarakat. c. Dengan adanya UU Otonomi Daerah kewenangan pengembangan produk pariwisata berada di daerah, sedangkan kewenangan pemasaran berada di pusat. |
Sumber: perubahan
Renstra Tahun 2016-2021
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Semarang
Kekuatan yang dimiliki
oleh Disbudpar Kota Semarang diantaranya
kegiatan pengembangan sektor pariwisata di Kota
Semarang bersifat multisektor,
tata kelola sudah semakin membaik dengan melibatkan seluruh stakeholders, SDM yang berkompeten
di bidangnya dan adanya perpres untuk melakukan
pengawasan dan pengendalian
kepariwisataan. Hal ini akan mempermudah dalam proses pengembangan, kerjasama, pengawasan dan pembinaan kedepannya bagi para pelaku sektor pariwisata. Kelemahan yang ada pada Disbudpar Kota Semarang antara
lain belum meratanya penguatan organisasi kepariwisataan di Kota Semarang, pemahaman
yang masih kurang baik terkait kepariwisataan
dan perkembangan pariwisata
tidak diimbangi dengan SDM yang ada.
Disbudpar Kota Semarang memiliki peluang untuk melakukan pengembangan sektor pariwisata diantaranya dengan adanya reformasi birokrasi kelembagaan yang dapat menunjang misi kepariwisataan, semakin meningkatnya produk pariwisata yang dimiliki oleh Kota Semarang, dan sektor
pariwisata sebagai ujung tombak pembangunan
kepariwisataan di Indonesia agar semakin
lebih efektif. Sementara tantangan yang dihadapi oleh Disbudpar Kota
Semarang ialah sulitnya membangun organisasi yang solid untuk melakukan pengembangan kepariwisataan melalui para pelaku sektor pariwisata, SDM yang kurang kompeten dalam pengembangan kepariwisataan dan adanya perbedaan kewenangan antara pengembangan di Daerah dengan pemasaran kepariwisataan di Pusat.
Ancillary di Kota Semarang sudah cukup baik
dalam melakukan analisis SWOT yang akan dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengembangan kepariwisataan.
Dukungan yang ada dari sektor lain juga sangat membatu Disbudpar Kota Semarang dalam melakukan pengembangan kepariwisataan, seperti telah dibuatnya
Aplikasi smartphone yang berisikan
mengenai Objek Wisata yang ada di Kota Semarang,
selain itu ada website yang mudah diakses bagi wisatawan
yang akan mengunjungi Kota
Semarang walaupun ada beberapa data yang kurang update.
Kesimpulan
Pelaksanaan smart branding dalam upaya
pengembangan sektor pariwisata di Kota Semarang berdasarkan
penilaian indikator milik Copper sudah berjalan dengan cukup baik,
dimulai dengan indikator Attraction
yang dimiliki oleh Kota Semarang sudah
sangat baik dengan banyaknya Objek Wisata yang tersedia dan juga dibuktikan dengan kunjungan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara sudah cukup tinggi. Accessibility yang tersedia
di Kota Semarang juga sudah cukup
banyak pilihannya mulai dari jalur
darat, udara maupun laut semua
tersedia. Selain itu juga Kota Semarang memiliki
Biro Wisata dan juga Pemandu
Wisata yang telah disediakan, memudahkan bagi wisatawan yang tidak ingin repot-repot dalam mengurusi wisatanya di Kota Semarang. Untuk
Amenity juga sudah cukup baik, mulai dari
ketersediaan tempat penginapan dan tempat makan/minum yang cukup tinggi dari
berbagai kategori hingga tempat penjualan
cinderamata yang sudah memiliki tempat tersendiri. Ancilliary di Kota Semarang dilaksanakan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Semarang, dimana masih
ada beberapa kendala yang dihadapi seperti kurangnya SDM yang kompeten dan pemahamannya kurang di bidang kepariwisataan, sulitnya membangun organisasi yang solid terkait kepariwisataan, dan berbedanya kewenangan antara pengembangan di Daerah dengan pemasaran kepariwisataan di Pusat. Smart branding yang dilakukan dalam sektor pariwisata ini juga sudah menggunakan aplikasi yang bisa diunduh melalui
smartphone dan juga website yang bisa diakses oleh wisatawan yang akan berkunjung ke Kota Semarang, walaupun ada beberapa info yang tersedia tersebut kurang up to date.
Rekomendasi yang bisa
diberikan yaitu perlu dilakukannya pelatihan kepada SDM dan pelaku usaha kepariwisataan
terkait pemahaman tentang kepariwisataan. Pemerintah Kota Semarang juga sebaiknya
melakukan update berkala
pada website pariwisata yang ada,
dan juga meningkatkan tempat
pusat cinderamata yang ada. Pemerintah Kota Semarang
juga perlu meningkatkan lagi standar target yang akan dicapai dalam
proses perencanaan pembangunan
daerah.
Citiasiainc. 2015. SMART NATION: Mastering Nation�s
Advancement from SMART
READINESS to SMART CITY. 2016. pp. 1�16. Available at: www.citiasiainc.id.
Cohen,
Daniel A. dan Paul Zarowin. 2010. Accrual-Based and
Real Earnings Management Activities Around Seasoned Equity Offerings. Journal
of Accounting & Economics, Vol. 50 No. 1: 2-19
Gemiharto, Ilham. 2018.�
Strategi Branding Biro Humas Kota
Bogor Dalam Pelaksanaan
Program Bogor Smart City.� Jurnal :
https://journal.unsika.ac.id/index.php/politikomindonesiana/article/download/1415/1170
Nijkamp.
P. 2008. E pluribus unum.
Research
Memorandum, Faculty of Economics
(Amsterdam:
VU University Amsterdam)
Patabuga, Reynold; Eko Priyo
Purnomo; Aulia Nur Kasiwi. 2019. Pengembangan Smart Branding Sebagai
Langkah Awal Menuju Terwujudnya
Smart City Di Kota Tomoho. Jurnal : https://journal.stiem.ac.id/index.php/jurep/article/view/420/310
Pitana dan Diarta. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit
Andi
Pramiyanti, Alila. 2013. Strategi
Word Of Mouth Communication Dalam
City branding
Kota Bogor. Prosiding. Bandung: Telkom
University.
Praniti, Dina Locita; Nina Widowati; Ari Subowo. Strategi Pengembangan Pariwisata
Kota Semarang (Studi Kasus Peningkatan Obyek Wisata Taman Margasatwa Semarang). Jurnal : https://media.neliti.com/media/publications/97727-ID-strategi-pengembangan-pariwisata-kota-se.pdf
Setya, Mayang Vini. 2017. Strategi Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Semarang
Dalam Upaya Mengembangkan Pariwisata Kota
Semarang. Jurnal :
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/view/17822
Sumastuti, Efriyani; Heri Prabowo; Qristin Violinda. 2021. Pengembangan Wisata Kota Semarang. Jurnal : https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/khasanah/article/view/8889/4690
Copyright holder: Ari Susanto (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |