Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 12, Desember 2021
PEMBELAJARAN KREATIF DENGAN MOTIF MENGARANG BERANTING DALAM KETERAMPILAN
NULIS TEKS BAHASA JAWA
Diah
Ria
Ruwinda
SMP Negeri
2 Jogonalan, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan menulis deskripsi berbahasa jawa kelas VIII A SMPN 2 Jogonalan dengan menerapkan model pembelajaran
kreatif motif mengarang beranting. Hasil penelitian tindakan kelas ini
disimpulkan bahwa pembelajaran menulis melalui model pembelajaran kreatif
mengarang dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi berbahasa Jawa
siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Jogonalan. Peningkatan
keterampilan menulis deskripsi berbahasa Jawa siswa ditandai: (1) hasil belajar
peserta didik telah tercapai, ditunjukan dengan nilai daya serap perorangan
peserta didik pada prasiklus sebesar 63,5 meningkat
pada siklus I sebesar 68,4 dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 74,2
melebihi target KKM yang ditentukan yaitu sebesar 85% dan (2) Situasi belajar
mengajar pada siklus I maupun siklus II meningkat dalam aktifitas belajar
mengajar yang aktif dan meyenangkan.
�
Kata Kunci:� pembelajaran;
kreatif; keterampilan menulis
Abstract
This research aims to find out the
improvement of writing skills in Javanese language class VIII a SMPN 2
Jogonalan by applying a creative learning model of the motive of making up
beranting. The results of this class action study concluded that writing
learning through creative learning models of fabricating can improve the skills
of writing Javanese description of students of class VIII a Junior State 2
Jogonalan. The improvement of students' Javanese description writing skills is
marked: (1) the learning outcomes of learners have been achieved, shown by the
value of individual absorption of learners in prasiklus by 63.5 increases in
cycle I by 68.4 and increases again in cycle II to 74.2 exceeding the target of
KKM specified by 85% and (2) Teachingand learning situation in cycle I and
cycle II increases in active and enjoyable teaching and learning activities.
Keywords: learning; creative; writing skills
Received: 2021-11-20; Accepted: 2021-12-05; Published: 2021-12-20
Pendahuluan
Permasalahan pendidikan selalu muncul
bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi, dan
kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Putra, 2011). Pada hakikatnya
fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk mengkomunikasikan berbagai macam
maksud dan tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini mengandung
makna betapa pentingnya penguasaan bahasa sebagai kecakapan hidup (life skill) untuk mempertahankan hidup (Makmun, 2017).
Keterampilan berbahasa bagi
siswa SMP merupakan dasar untuk mengembangkan dirinya dalam menghadapi
kehidupan sehingga dibutuhkan banyak keterampilan, salah satu diantaranya
adalah keterampilan berbahasa untuk memperlancar komunikasi dan berinteraksi
satu sama lain. Ada empat keterampilan berbahasa yang mempunyai hubungan erat
satu sama lain, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menulis sebagai suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
Keterampilan menulis untuk dunia pendidikan sangat berharga, sebab menulis
membantu seseorang berpikir lebih mudah. Menulis adalah suatu keterampilan yang
mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Keterampilan menulis tidak mungkin
dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan
praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1079) dalam (Kian & Asran, 2018)
disebutkan menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut konsep ini kegiatan menulis
merupakan kegiatan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran
dan perasaan seseorang kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Menulis
dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun
keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosa
kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca.
Tulisan sebagai hasil dari kegiatan
menulis mempunyai beberapa jenis. Seperti yang diungkapkan oleh (Siddik, 2016) berdasarkan
tujuan penulisan, secara tradisional karangan dapat dibagi dalam empat jenis,
yaitu : eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan), narasi (cerita), dan
argumentasi. Karangan deskripsi yaitu jenis tulisan atau karangan yang
melukiskan suatu objek sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat
melihat, mendengar, merasakan, mencium secara imajinatif apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, dan dicium oleh penulis tentang objek yang dimaksud.
Pembelajaran kreatif mengarang beranting
kerampilan menulis teks bahas jawa lumantar whatsapp grup. Di SMP memberikan
keterampilan bagi siswa dalam menulis, dengan kata lain pembelajaran mengarang
mutlak diperlukan di sekolah-sekolah dasar. Namun kenyataannya pembelajaran
mengarang kurang berjalan dengan baik. Berdasarkan kenyataan di lapangan
mengemukakan bahwa kelemahan terletak pada cara guru mengajar. Umumnya kurang
dalam variasi, tidak merangsang dan kurang pula dalam frekuensi. Pembahasan
karangan siswa kurang dilaksanakan oleh guru. Murid sendiri menganggap
mengarang tidak penting atau belum mengetahui peranan mengarang bagi kelanjutan
studi mereka.
Selain faktor diatas, metode yang
digunakan guru masih bersifat konvensional, dimana siswa tidak terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Suharsimi (Arikunto, 2013) menyebutkan
beberapa karakteristik siswa dalam pembelajaran dengan metode konvensional
sebagai berikut: semangat belajar rendah, mencuri jalan pintas, tidak tahu
belajar untuk apa, pasif dan acuh. Oleh karena itu diperlukan metode
pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar. Untuk mengatasi hal tersebut agar tidak berkelanjutan terutama dalam
pembelajaran mengarang maka diperlukan inovasi metode pembelajaran yang tepat
sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan dengan penerapan
metode Mengarang Beranting.
Dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode mengarang beranting ini siswa dilatih untuk mengungkapkan
sesuatu berupa apa saja (karangan sendiri) lalu menuliskannya dalam beberapa
kata dan kalimat yang dilakukan secara beranting. Karena beranting, maka dalam
menuliskan karangannya harus disesuaikan dengan karangan teman sebelumnya
sehingga hasil akhir karangan atau tulisan padu, serasi dan saling berhubungan.
Apabila ada satu siswa yang menulis tidak sejalan atau sealur dengan karangan
siswa sebelumnya maka bisa menyebabkan hasil akhir karangan menjadi acak,
rumpang atau menyimpang. Selain itu, penerapan metode mengarang beranting
diharapkan dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran
sebagai salah satu indikator kualitas pembelajaran.
Standar kompetensi masing-masing lulusan
dan bidang ilmu berbeda-beda. Ada standar kompetensi dalam bidang sains,
bahasa, dan lain sebagainya. Standar kompetensi dalam bidang bahasa, misalnnya
standar kompetensi menulis di SMP, yaitu mampu mengungkapkan pikiran, gagasan,
pendapat, dan perasaan ke dalam berbagai ragam tulis berbahasa Jawa menggunakan
ragam krama.
Hasil peneliti pasinaon kreatif
mengarang beranting kerampilan menulis teks bahas jawa lumantar whatsapp grup,
dengan guru bahasa jawa di SMP� diketahui
bahwa pembelajaran kreatif mengarang beranting kerampilan menulis teks bahas
jawa lumantar whatsapp grup, pada kompetensi dasar menulis karangan deskripsi
berbahasa jawa, pada SMP kompetensinya masih dibawah KKM (kriteria ketuntasan
minimal). Nilai rata-rata ketuntasan perorangannya 63,5 dibawah KKM 76, dan
rata-rata ketuntasan klasikalnya 28,6% dibawah 85%. dengan guru juga terungkap
bahwa pembelajaran yang dilakukan masih cenderung tradisional dengan banyak
memanfaatkan metode ceramah dan siswa kurang dirangsang secara aktif dalam
pembelajaran. Menurut beliau pula bahwa kesulitan yang muncul pada siswanya
secara umum yaitu lemahnya dalam mengembangkan ide atau gagasan yang dimiliki
dalam ragam krama dan penggunaa ejaan yang juga sering salah.
Metode Penelitian
Penelitian ini akan berhasil dengan
baik dan dapat dipertanggungjawabkan dengan ilmiah apabila didukung dengan metode
penelitian yang pas. Metode Peneliatian dibutuhkan supaya
dalam melakukan tindakan menganalisis data bisa pas dan benar. Metodologi
penelitian akan dijelaskan secara rinci dibawah ini:
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Ds
Tambakan Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2020/2021. Sekolah ini
dikepalai oleh Drs Waluyo Raharjo. Penelitian dimulai dari tahap
perencanaan sampai tahap pelaporan hasil penelitian yang dilakukan selama 3
bulan yaitu dari bulan Oktober 2020 sampai bulan Desember 2020. Dalam penelitian ini, subjek penelitian dibagi menjadi dua, yaitu
subjek pelaku tindakan yaitu guru peneliti. Dan subjek
penerima tindakan adalah siswa SMP Ds Tambakan Jogonalan Klaten Tahun Ajaran
2020/2021.
Pembelajaran yang dimaksud adalah
pembelajaran di dalam materi Pembelajaran Kreatif Dengan Motif Mengarang
Beranting di Dalam Keterampilan Menulis Teks Bahasa Jawa (Penelitian Tindakan
di Kelas VIIIA SMP 2 Jogonalan).
Hasil dan Pembahasan
A. Deskripsi Data
Hasil penelitian yang dilakukan pada
siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Jogonalan pada tahun pelajaran 2020/2021
terkait penggunaan model pembelajaran kreatif dengan motif mengarang beranting
didasarkan prosedur tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Hasil
penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1.
Prasiklus
Gambaran umum kondisi prasiklus
diperoleh hasil wawancara awal yang dilakukan peneliti dengan guru bahasa Jawa
di SMP Negeri 2 Jogonalan, diketahui bahwa pembelajaran menulis pada kompetensi
dasar menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa, pada kelas VIII A
kompetensinya masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Nilai rata-rata ketuntasan
perorangannya 63,5 di bawah KKM 76, dan rata-rata
ketuntasan klasikalnya 28,6% di bawah 85%.
Dari wawancara dengan guru juga
terungkap bahwa pembelajaran yang dilakukan masih cenderung berpusat pada guru,
dengan banyak memanfaatkan metode ceramah sehingga suasana pembelajaran menjadi
pasif dan kurang menarik bagi siswa. Dalam pembelajaran tersebut siswa secara
emosional juga kurang dirangsang dan kurang terlibat secara aktif. Kondisi ini diasumsikan turut mempengaruhi hasil belajar siswa,
termasuk di dalamnya kesulitan dalam mengembangkan ide atau gagasan, kesulitan
memilih penggunaan kata dalam ragam krama, ataupun kesulitan dalam menggunakan
ejaan.
Berdasarkan kondisi tersebut peneliti
bersama guru mata pelajaran bahasa Jawa, berdiskusi dan mencoba merefleksi
pembelajaran yang telah dilakukan termasuk bagaimana meningkatkan keaktifan dan
minat siswa dalam pembelajaran. Hasil perenungan peneliti bersama-sama
dengan guru inilah yang memfokus dengan mencoba untuk melakukan tindakan
perbaikan pembelajaran, menerapkan model pembelajaran kreatif (creative learning) dengan motif
mengarang beranting. Dengan model ini memungkinkan siswa dapat
mengembangkan kerja sama di dalam kelas dan
mengembangkan kreativitas individu secara lebih aktif, menyenangkan, dan
bermakna sehingga kompetensi menulis deskripsinya pun akan meningkat.
2.
Siklus
I
Hasil kegiatan pembelajaran pada
siklus I meliputi kegiatan perencanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi. Hasil kegiatan pembelajaran dalam
siklus I secara lengkap diuraikan sebagai berikut
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
Setelah soal diuji maka instrumen
tersebut diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan awal kedua kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas
kontrol apakah sama atau tidak. Langkah
akhir yang dilakukan peneliti setelah melakukan analisis data dan mendapatkan
hasil dari masing-masing uji yang digunakan, selanjutnya adalah menyusun
laporan penelitian berdasarkan perhitungan dan analisis data siklus I meliputi
kegiatan perencanaan, observasi/ pengamatan, dan refleksi. Hasil
kegiatan pembelajaran dalam siklus I secara lengkap diuraikan sebagai berikut:
1.
Perencanaan
Pembelajaran
Perencanaan pada siklus I dilakukan
dengan mempersiapkan beberapa instrumen yang terkait dengan Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP), tes evaluasi akhir, pedoman observasi (pengamatan) dalam proses
belajar mengajar (baik untuk guru kelas ataupun siswa), pedoman wawancara
dengan siswa, lembar catatan-catatan jurnal siswa dan guru. Hal
ini dilakukan berkoordinasi dengan guru kolaborator.
2.
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran siklus I
yang dibuat oleh guru melibatkan kolaborator dengan terlibat langsung di dalam
kelas. Pelaksanaan pembelajaran dimulai guru dengan mengucapkan
�Assalamu�alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh�. Para siswa antusias
menjawab, �Wa�alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh� dan salam
sejahtera bagi yang beragama lain. Guru mengawali
pelajaran dengan mengucapkan �sugeng siang� ketua kelas memimpin para siswa
menjawab mengucapkan �sugeng siang bu�. Guru menanyakan
presensi hari itu ternyata semua siswa hadir.
Sebelum pelajaran dimulai, guru
menanyakan kabar siswa pada hari itu. Siswa berebutan menjawab, diselingi dengan
tawa-tawa kecil. Hal tersebut dilakukan oleh guru
untuk membuat suasana menjadi nyaman sehingga ssiswa terlihat antusias dan
penuh semangat masuk pada materi hari itu.
Guru kemudian dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator yang akan dicapai. Guru memberikan
ceramah dan siswa mendengarkan dengan tenang. Guru Juga
menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran pada pertemuan itu, yaitu menulis
karangan dalam bentuk deskripsi. Tujuan pembelajaran
disampaikan bahwa pembelajaran ini merupakan kegiatan untuk mengulang dari
pertemuan minggu yang lalu agar siswa dapat lebih memahami dan memiliki
keterampilan yang lebih dalam menulis deskripsi. Siswa
pun tampak mendengarkan dengan tenang dan beberapa merespon dengan tersenyum.
Guru kemudian
melanjutkan dengan memberikan apersepsi kurang lebih 5 menit. Apersepsi dilakukan untuk memberikan pengetahuan awal tentang
pentingya pembelajaran menulis, khususnya terkait dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dewasa ini. Guru memberikan
gambaran bahwa dengan memiliki keterampilan menulis dapat menjadi bekal
keterampilan hidup. Guru kemudian memberikan contoh
pula tentang buku Herry Potter yang menjadi idola jutaan orang merupakan hasil
karya seorang penulis yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Siswa tampak
lebih antusias mendengarkan, kemudian guru pun melanjutkan dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa �Sapa sing pengen dadi penulis kawentar (terkenal) lan
duweni �penggemar� sing akeh?�. Seperti dikomando secara serentak hampir
bersamaan siswa pun menjawab �Kulo Bu!�.
Pembelajaran dilanjutkan dengan
meminta siswa untuk berhitung secara berurutan 1 sampai 5, kemudian siswa yang
memiliki nomor yang sama diminta untuk berkumpul. Dari sejumlah 35 siswa maka secara acak terbentuklah 7 kelompok.
Suasana kelas cukup gaduh, kemudian guru menegur siswa dengan
memberikan pertanyaan. Setelah kelas terkondisikan,
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang
jelas dari penjelasan guru. Nmaun tidak ada yang
bertanya, karena terlihat bahwa sebagian siswa sudah memahami penjelasan dari
guru untuk membentuk kelompok.
Siswa berkumpul pada kelompoknya
masing-masing, duduk melingkari meja, kemudian guru membagikan lembar kerja
siswa berikut contoh tulisan berbentuk karangan deskripsi sebagai acuan menulis
deskripsi. Siswa dalam kelompok kemudian diminta untuk mendiskusikan
karakteristik karangan deskripsi yang diterimanya.
Pembelajaran menulis melalui
pembelajaran kreatif mengarang beranting dapat meningkatkan keterampilan
menulis deskripsi berbahasa Jawa siswa kelas VIII A
SMP Negeri 2 Jogonalan. Peningkatan keterampilan menulis
deskripsi berbahasa Jawa siswa ditandai dengan indikator keberhasilan sebagai
berikut.
Hasil belajar peserta didik telah
tercapai, ditunjukkan dengan nilai daya serap perorangan peserta didik pada
prasiklus sebesar 63,5% meningkat pada siklus I
sebesar 68,4% dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 78,2% melebihi
target KKM yang ditentukan yaitu 70 dan daya serap klasikal (kelas) siswa pada
prasiklus sebesar 28,6%, meningkat pada siklus I sebesar 40% meningkat pada
siklus II menjadi 85,5 melebihi target KKM�
yang ditentukan yaitu sebesar 85%.
Situasi belajar mengajar pada siklus
I maupun siklus II meningkat dalam aktifitas belajar mengajar yang aktif dan
menyenangkan. Penggunaan model pembelajaran kreatif motif mengarang beranting untuk
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi bahasa Jawa memiliki potensi untuk
dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan siswa dalam praktik menulis deskripsi berbahasa Jawa.
Tanggapan siswa juga menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kreatif mengarang beranting mampu membantu siswa menuangkan ide
atau gagasannya dengan lancar. Bagi guru, penelitian
ini dapat dipakai sebagai alternatif untuk meningkatkan keterampilan siswa
dalam menulis deskripsi berbahasa Jawa.
Guru merupakan
agen pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi kegiatan pembelajaran yang
dialaminya sendiri untuk mengadakan perbaikan-perbaikan, salah satunya terkait
pembelajaran menulis siswa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, dan pengetahuan. Dalam kegiatan menulis, maka penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Oleh karena
itu kemampuan menulis membutuhkan kemampuan berbahasa yang baik untuk dapat memilih
kata secara tepat sehingga mampu memindahkan pikiran dan perasaan ke dalam
lambang, bahasa.
Hasil tindakan kelas dalam
pembelajaran menulis deskripsi berbahasa Jawa melalui model pembelajaran
kreatif model mengarang beranting pada siklus I ada peningkatan jika
dibandingkan dengan kondisi prasiklus, dan meningkat signifikan pada siklus II.
Pencapaian indikator keberhasilan
pada siklus I sebesar 68,4, dan rata-rata ketuntasan
klasikal sebesar 40% (sebanyak 14 siswa nilainya sama atau diatas KKM). Dengan demikian, target indikator criteria keberhasilan tindakan
dapat dimaknai bahwa ketuntasan perorangan pada siklus I belum tercapai yaitu
kurang 70, dan untuk rata-rata ketuntasan klasikal juga belum tercapai yaitu
kurang dari skor 85% (masih ada 21 siswa dibawah KKM). Walaupun demikian
hasil ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan hasil prasiklus dengan
rata-rata ketuntasan perorangan yang sebesar 63,5 dan
rata-rata ketuntasan klasikal 28,6%.
Pencapaian hasil belajar tersebut
meningkat setelah dilaksanakannya siklus II dengan beberapa penguatan khusus. Penguatan tersebut sebagai hasil
refleksi proses pembelajaran direduksikan dari hasil pengamatan, wawancara,
angket, dan catatan lapangan guru pada siklus I, antara waktu dalam pelaksanaan
tes mengarang deskripsi ditambah sehingga siswa dapat lebih mengembangkan
karangannya, penyediaan media dalam menentukan tema perlu dikongkretkan dalam
bentuk gambar. Guru disarankan juga lebih banyak lagi
memberikan penguatan berupa pujian dan sanjungan dengan harapan motivasi siswa
dapat terus meningkat. Mobilitas guru berkeliling serta
kuantitas memberikan motivasi perlu dikuatkan lagi. Siswa
juga harus lebih banyak diberi stimulasi untuk bertanya.
Hasil belajar rata-rata ketuntasan
perorangan meningkat pada siklus II menjadi sebesar 78,2%
dan rata-rata ketuntasan klasikal menjadi sebesar 85,7% (sebanyak 30 siswa
nilainya sama atau di atas KKM). Dengan demikian, target indikator kriteria
keberhasilan tindakan dapat dimaknai bahwa ketuntasan perorangan pada siklus II
telah tercapai yaitu lebih dari skor 70, dan untuk rata-rata ketuntasan
klasikal juga telah tercapai yaitu lebih dari 85% (masih ada 5 siswa di bawah
KKM). Hasil ini menunjukkan peningkatan yang signifikan jika dibandingkan
dengan hasil siklus I dengan rata-rata ketuntasan perorangan yang sebesar 68,4 dan rata-rata ketuntasan klasikal 40%. Dengan demikian
hasil belajar pada siklus II telah memenuhi target indikator keberhasilan yang
ditentukan. Peningkatan hasil pada prasiklus, siklus I,
suklus II tampak dalam gambar berikut.
Gambar 1
Grafik Peningkatan Prasiklus, Siklus I, Siklus II
Untuk suasana proses belajar mengajar pada prasiklus dengan menggunakan pembelajaran tradisional siswa cenderung pasif, dan setelah menggunakan pembelajarn model pembelajaran kreatif motif mengarang beranting pada siklus I ataupun siklus II, peningkatan suasana pembelajaran pada siklus I ke siklus II tampak dalam gambar berikut.
Gambar 2
Suasana Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Implementasi model pembelajaran
kreatif (creative learning) dengan
motif mengarang beranting telah mampu mengkondisikan siswa untuk bekerjasama di
dalam kelas dan mengembangkan kreativitas individu secara lebih aktif,
menyenangkan dan bermakna sehingga kompetensi menulis deskripsinya pun lebih
meningkat.
Pelaksanaan siklus I yang
direfleksikan dari hasil diskusi dengan kolaborator masih diketahui ada
beberapa siswa yang pasif, kurangnya pemberian penguatan guru, kurangnya
mobilitas guru di kelas ataupun terbatasnya waktu untuk evaluasi. Berbagai kendala tersebut direduksi dan direfleksikan pada
perbaikan pembelajaran di siklus II, dengan hasil yang lebih menyenangkan
siswa. Suasana pembelajaran pun tampak lebih aktif jika dibandingkan
dengan siklus I. Dengan demikian situasi belajar mengajar pada siklus II dengan
menerapkan model pembelajaran kreatif (creative
learning) dengan motif mengarang beranting telah mencapai target indikator
yang diharapkan.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian (Crews & Aragon, 2004),
dengan judul Influence of a Cimmunity
College Developmental Education Writing Course on Academic Perfomance yang
menunjukkan bahwa keterampilan menulis sangat dipengaruhi oleh variabel umur,
jenis kelamin, dan tingkat sekolah. Siswa SMP Kelas VIII merupakan masa usia remaja awal antara 10-13 tahun sehingga latar belakang
pengetahuan yang masih terbatas. Bahkan siswa cenderung lebih sering
menggunakan bahasa Jawa ngoko ataupin bahasa Indonesia jika dibandingkan Jawa
krama, hal ini sangat terkait dengan keterbatasan pengetahuan atau respon yang
diterimanya di lingkungan belajar anak baik di sekolah ataupun di luar sekolah.
Di sekolah pembelajaran bahasa Jawa hanya disampaikan dengan alokasi waktu 2
jam, dan di luar sekolah, siswa terkondisi dalam penggunaan bahasa ragam ngoko
ataupun bahasa Indonesia. Pada siswa pria ada kecenderungan
pula bahwa tingkat ketekunan dan ketelitiannya agak kurang jika dibandingkan
dengan siswa perempuan. Dengan demikian munculnya kesalahan siswa pada
hasil tulisan siswa merupakan bentuk alamiah dan wajar, yang tentunya masih
terus membutuhkan bimbingan dari orang lain khususnya guru dan orang tua.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran menulis melalui pembelajaran kreatif mengarang
beranting dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi berbahasa Jawa
siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Jogonalan. Peningkatan
keterampilan menulis deskripsi berbahasa Jawa siswa ditandai dengan indikator
keberhasilan yakni hasil belajar peserta didik telah tercapai, ditunjukkan
dengan nilai daya serap perorangan peserta didik pada prasiklus sebesar
63,5%� meningkat pada siklus I sebesar
68,4% dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 78,2% melebihi target KKM
yang ditentukan yaitu 70 dan daya serap klasikal (kelas) siswa pada prasiklus
sebesar 28,6%, meningkat pada siklus I sebesar 40% meningkat pada siklus II
menjadi 85,5 melebihi target KKM� yang
ditentukan yaitu sebesar 85%. Situasi belajar mengajar pada
siklus I maupun siklus II meningkat dalam aktifitas belajar mengajar yang aktif
dan menyenangkan. Penggunaan model pembelajaran
kreatif motif mengarang beranting untuk meningkatkan keterampilan menulis
deskripsi bahasa Jawa memiliki potensi untuk dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa
dalam praktik menulis deskripsi berbahasa Jawa. Tanggapan
siswa juga menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kreatif mengarang
beranting mampu membantu siswa menuangkan ide atau gagasannya dengan lancar.
Bagi guru, penelitian ini dapat dipakai sebagai alternatif
untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis deskripsi berbahasa Jawa.
Arikunto, Suharsini. (2013). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Google Scholar
Crews, Denise M., & Aragon, Steven R. (2004).
Influence of a community college developmental education writing course on
academic performance. Community College Review, 32(2), 1�18.
Google Scholar
Kian, Markus, & Asran, Mastar. (2018). Peningkatan
Kemampuan Menulis Surat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Teknik
Permodelan di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa,
4(6). Google Scholar
Makmun, Hana. (2017). Life Skill Personal Self
Awareness (Kecakapan Mengenal Diri). Deepublish. Google Scholar
Putra, Ngurah Andi. (2011). Penggunaan media gambar
seri untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia siswa kelas IV SDN Moahino Kabupaten Morowali. Jurnal Kreatif
Online, 2(4). Google Scholar
Siddik, Mohammad. (2016). Dasar-dasar Menulis
dengan Penerapannya. Tunggal Mandiri Publishing. Google Scholar
Copyright holder: Diah Ria Ruwinda (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |