Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, No.
12, Desember 2021
�
ANALISIS RISIKO
KETERLAMBATAN PROYEK PEMBANGUNAN BENDUNGAN TEMEF PAKET I DI PROVINSI NTT
Eka Anjang Pradana Dirgantara, Mohammad Arif
Rohman
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil,
Perencanaan Dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,
Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Pada pelaksanaan konstruksi bendungan biasanya banyak terdapat permasalahan pada tahap-tahap pekerjaannya, oleh karena itu perlu perencanaan
yang matang agar proyek tersebut dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode fault tree
analysis (FTA) yang digunakan untuk
mencari akar penyebab dari faktor
risiko dominan (major
risk). Pengumpulan data dilakukan dengan
pendekatan studi literatur yaitu referensi jurnal dan penelitian sejenis edisi terbaru serta
studi lapangan berupa wawancara expert
dan penyebaran kuisioner kepada stakeholder yang terkait
dalam pelaksaanaan proyek ini. Dari hasil analisis
risiko didapatkan 5 variabel risiko dominan yaitu akuisisi lahan belum selesai
(R2), perubahan gambar/desain (R9), ketersediaan
material (timbunan) kurang dari volume kebutuhan
(R11), kerusakan peralatan dan perlengkapan kerja (R18), dan pengaruh cuaca pada pelaksanaan pekerjaan (R21). Dari fault tree analysis (FTA) didapatkan 54 basic event yang menjadi
penyebab terjadinya risiko dominan. Diketahuinya akar penyebab risiko
dominan tersebut bisa menjadi informasi
bagi semua pihak yang terlibat dalam Proyek Pembangunan Bendungan Temef Paket 1 (stakeholder) untuk
bisa meminimalisir terjadinya risiko.
Kata
Kunci: bendungan; akar penyebab; risiko dominan; fault tree analysis
Abstract
In the implementation of dam construction,
there are usually many problems at the stages of work, therefore careful
planning is needed so that the project can run smoothly and be completed on
time. The method used in this study is the fault tree analysis (FTA) method
which is used to find the root cause of the dominant risk factor (major risk).
Data collection was carried out using a literature study approach, namely
references to journals and similar research in the latest editions as well as
field studies in the form of expert interviews and distributing questionnaires
to stakeholders involved in implementing this project. From the results of the
risk analysis, there are 5 dominant risk variables, namely unfinished land
acquisition (R2), changes in drawings/designs (R9), material availability
(pile) less than the volume requirement (R11), damage to work equipment and
equipment (R18), and the effect of weather on the execution of work (R21). From
the fault tree analysis (FTA) obtained 54 basic events that are the
cause of the dominant risk. Knowing the root cause of the dominant risk can be
information for all parties involved in the Package 1 Temef
Dam Development Project (stakeholders) to be able to minimize the occurrence of
risks.
Keywords: dams;
root cause; dominant risk; fault tree
analysis
Received: 2021-11-20; Accepted: 2021-12-05;
Published: 2021-12-20
Pendahuluan
Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai iklim yang tergolong daerah tropis
kering (semi arid) dengan curah hujan rata-rata 1,200 mm/tahun. Bappelitbangda Provinsi
NTT (2016) menjelaskan musim hujan biasanya terjadi pada pertengahan bulan
Desember hingga bulan Maret dengan intensitas curah hujan yang tinggi dalam
durasi waktu yang pendek, sehingga sering menimbulkan banjir. Sejalan dengan
pertumbuhan penduduk, kebutuhan air bersih terus meningkat, tidak seimbang
dengan ketersediaan sumber air/mata air alami maupun buatan, sehingga bangunan
tampungan air hujan dengan kapasitas tampung yang besar yaitu bendungan sangat
dibutuhkan. Untuk itu, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
diadakanlah pelelangan Proyek Pembangunan Bendungan Temef Paket I pada tahun
2017.
Bendungan
Temef berlokasi di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Setelah melalui proses pelelangan didapatlah pemenang untuk pelaksana
konstruksi yaitu PT. Waskita Karya (Persero) Tbk-PT. Bangunnusa (KSO) dan PT.
Catur Bina Persada (JO) sebagai konsultan pengawas. Waktu pelaksanaan
konstruksi sendiri adalah 1560 hari kalender (5 Januari 2018 � 13 April 2022).
Akan tetapi
proses pembangunan tersebut tidaklah lepas dari permasalahan yang berpengaruh
langsung maupun tidak langsung pada tujuan kegiatan, seperti pembebasan lahan
masih belum bisa diselesaikan sepenuhnya sehingga beberapa item pekerjaan belum
bisa dimulai, revisi desain pada bendungan utama yang masih dalam tahap
perencanaan ulang sehingga disebagian item pekerjaan belum bisa dilanjutkan,
pencarian quarry material timbunan khusus yang masih belum didapatkan sehingga
pekerjaan belum bisa dimulai. Adanya wabah pandemi Covid-19 juga membuat proses
pengiriman logistik dan komponen material/peralatan yang didatangkan dari Surabaya sering mengalami keterlambatan.
Musim penghujan yang terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Maret juga
membuat pelaksanaan konstruksi bendungan akan banyak mengalami penundaan.
Mengingat
kompleksitasnya maka permasalahan di Proyek Bendungan Temef di atas sebenarnya
cukup tepat apabila dilihat dari perspektif manajemen risiko. Pendekatan
manajemen risiko menawarkan konsep yang cukup tepat untuk melihat kedinamisan
dan kompleksitas persoalan terutama permasalahan dalam pelaksanaan konstruksi
bendungan. Selain itu, manajemen risiko merupakan pendekatan yang bersifat
lebih proaktif dan tidak semata-mata mengandalkan respon reaktif dalam melihat
persoalan risiko. Konsep manajemen risiko bertujuan untuk meningkatkan
probabilitas dampak positif atau opportunity
dan mengurangi probabilitas terjadinya risiko berdampak negatif atau threat (PMI, 2013).
Terdapat
beberapa penelitian terdahulu bertemakan pengendalian keterlambatan proyek
konstruksi pada beberapa tahun terakhir. Seperti yang dilakukan (Bhavsar, U.M. dan Solanki, 2020) melakukan penelitian tentang identifikasi kendala
dalam proyek konstruksi di India. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengenali kendala-kendala dalam proyek pembangunan infrastruktur di India.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan tinjauan pustaka dan survei kuesioner.
Metode Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menganalisis data
yang dikumpulkan.
(Aftortu, M.R. Kustiani, Ika. Siregar, 2019) melakukan penelitian tentang analisis risiko proyek
konstruksi dengan mengambil studi kasus pada bendungan Way Sekampung paket 2
dengan metode failure mode and effect analysis dan domino. Tujuan penelitian
ini adalah mengidentifikasi serta menganalisis risiko tertinggi pada proyek
pembangunan Bendungan Way Sekampung.
(Rifai, 2018) yang mengangkat tema analisis risiko keterlambatan
pelaksanaan konstruksi proyek Spazio Tower 2 Surabaya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi risiko pada pelaksanaan konstruksi proyek Spazio
Tower 2 Surabaya serta bagaimana respon risikonya. Penelitian ini berfokus pada
identifikasi risiko pelaksanaan proyek menggunakan metode Risk Breakdown Structure (RBS), dan Analisa risiko menggunakan Analytical Network Process (ANP).
Dalam upaya
memahami potensi risiko dalam proyek bendungan ini secara lebih komprehensif,
konsep manajemen risiko memiliki beberapa tahapan umum seperti identifikasi
risiko, analisa risiko, dan merencanakan respon terhadap risiko (Kerzner, 2017). Fault Tree
Analysis (FTA) merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan dalam
analisis risiko untuk menemukan inti permasalahan. Menurut (Ericson, 2015) FTA merupakan teknik analisis yang dilakukan untuk
mengetahui akar penyebab dan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang tidak
diinginkan. Masih sedikit penelitian yang menggunakan metoda manajemen risiko
untuk proyek konstruksi bendungan di Indonesia. (Aftortu, M.R. Kustiani, Ika. Siregar, 2019) melakukan penelitian tentang analisis risiko proyek
konstruksi dengan mengambil studi kasus pada bendungan Way Sekampung paket 2
dengan metode failure mode and effect analysis dan domino yang bertujuan
mengidentifikasi serta menganalisis risiko tertinggi pada proyek pembangunan
Bendungan Way Sekampung paket 2. Sedangkan untuk penelitian ini sendiri
mengangkat tema analisis risiko keterlambatan proyek pembangunan Bendungan
Temef paket 1 di Provinsi NTT dengan pemakaian metode fault tree analysis.
Sehubungan
dengan uraian di atas, penelitian ini mengusulkan konsep manajemen risiko dalam
memecahkan permasalahan ini dengan menerapkan FTA untuk menemukan akar penyebab
permasalahan.. Hal ini penting untuk memberikan tindakan pencegahan yang lebih
baik untuk mengurangi kerugian akibat munculnya permasalahan lain dalam
pekerjaan dan menjamin pelaksanaan konstruksi bisa diselesaikan tepat waktu. Sehingga
berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan menyajikan metode
yang lebih komprehensif dalam menggali suatu penyebab dan menemukan inti
permasalahan.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif (Sugiyono, 2011). Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status sekelompak manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 2002). Menurut Nasir tujuan dari
penelitian diskriptif adalah untuk membuat diskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Metode dalam penelitian ini
yaitu dengan melakukan survey, dimana teknik pengambilan sampel menggunakan
kuesioner dan wawancara terhadap para ahli/expert yang terkait dalam suatu
proyek. Survei dilakukan kepada pemilik, Manajemen Kontruksi/Konsultan
Pengawas, serta Kontraktor yang berada pada proyek pembangunan Bendungan Temef
paket 1. Pengambilan data ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait
adanya kendala atau permasalahan yang terjadi pada proyek pembangunan Bendungan
Temef paket 1 di Provinsi NTT. Kendala atau permasalahan dianalisa berdasarkan
variabel risiko yang diperoleh dari literatur review. Variabel risiko diukur
berdasarkan persepsi dari responden melalui kuesioner dan wawancara.
Hasil dan Pembahasan
A.
Identifikasi variabel risiko keterlambatan
Beberapa variabel
yang berkaitan dengan risiko keterlambatan pada proyek konstruksi diidentifikasi. Berdasarkan literatur, lima puluh variabel dianggap sesuai untuk tujuan penelitian
seperti yang terlihat pada tabel 1.
Tabel 1
Hasil survey pendahuluan
48 |
Risiko Keterlambatan |
Mean |
SD |
Keterangan |
||
1 |
Kontraktor kesulitan mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan |
4.75 |
0.50 |
Relevan |
||
2 |
Akuisisi lahan kerja belum selesai |
4.75 |
0.50 |
Relevan |
||
3 |
Pendanaan proyek oleh pemilik kurang sehat |
4.50 |
0,58 |
Relevan |
||
4 |
Alokasi pembayaran
yang tidak tepat kepada pihak terkait |
4.25 |
0,96 |
Relevan |
||
5 |
Keterlambatan pengiriman
material dari supplyer |
4,25 |
0,96 |
Relevan |
||
6 |
Curah
hujan tinggi pada musimnya |
4.25 |
0,96 |
Relevan |
||
7 |
Adanya bencana alam |
4.25 |
1,50 |
Relevan |
||
8 |
Kesulitan mendapatkan izin kerja |
4,00 |
0,82 |
Relevan |
||
9 |
Perubahan gambar/desain |
4,00 |
0,82 |
Relevan |
||
10 |
Ketepatan menyelesaikan
item pekerjaan dalam durasi waktu tertentu |
4,00 |
0,82 |
Relevan |
||
11 |
Ketersediaan material |
4,00 |
0,82 |
Relevan |
||
12 |
Sub-kontraktor kurang kompeten |
4,00 |
0,82 |
Relevan |
||
13 |
Tingkat
disiplin pekerja rendah |
4,00 |
1,41 |
Relevan |
||
14 |
Keterlambatan dalam memecahkan masalah desain |
3,75 |
1,26 |
Relevan |
||
15 |
Pendelegasian tugas/wewenang yang tidak tepat |
3,75 |
0,50 |
Relevan |
||
16 |
Koordinasi yang buruk antar bagian |
3,75 |
1,26 |
Relevan |
||
17 |
Penempatan Sumber Daya dengan skill/ketrampilan yang tidak merata |
3,75 |
0,50 |
Relevan |
||
18 |
Kerusakan peralatan dan
perlengkapan kerja |
3,75 |
0,50 |
Relevan |
||
19 |
Kurang
tersedianya jumlah tenaga kerja lapangan |
3,75 |
1,26 |
Relevan |
||
20 |
Tenaga
kerja tidak terampil |
3,75 |
1,26 |
Relevan |
||
21 |
Pengaruh cuaca pada pelaksanaan pekerjaan |
3,75 |
0,96 |
Relevan |
||
22 |
Sengketa terkait dokumen kontrak |
3,50 |
1,29 |
Relevan |
||
23 |
Perencanaan dan Penjadwalan
pekerjaan yang buruk |
3,50 |
1,29 |
Relevan |
||
24 |
Ketersediaan peralatan kerja |
3,50 |
1,00 |
Relevan |
||
25 |
Kecelakaan kerja |
3,50 |
1,73 |
Relevan |
||
26 |
Produktifitas tenaga kerja rendah |
3,50 |
1,29 |
Relevan |
||
27 |
Lapisan tanah dan topografi area kerja yang tidak sesuai |
3,50 |
0,58 |
Relevan |
||
28 |
Kesalahan data pengukuran |
3,50 |
1,00 |
Relevan |
||
29 |
Penyusunan metode kerja yang salah |
3,50 |
1,00 |
Relevan |
||
30 |
Monitoring
dan evaluasi produksi tidak berjalan |
3,50 |
1,29 |
Relevan |
||
31 |
Gambar
dan detail yang tidak sesuai |
3,25 |
0,96 |
Relevan |
||
32 |
Volume
material yang dikirim jumlahnya
tidak sesuai |
3,25 |
0,96 |
Relevan |
||
33 |
Kondisi lokasi kerja sulit dijangkau |
3,25 |
0,96 |
Relevan |
||
34 |
Regulasi/peraturan Keselamatan Kerja terlalu tinggi |
3,00 |
0,82 |
Relevan |
||
35 |
Perhitungan biaya proyek yang tidak tepat |
3,00 |
0,82 |
Relevan |
||
36 |
Lalu lintas dan transportasi ditempat kerja |
3.00 |
1,41 |
Relevan |
||
37 |
Kesulitan penggunaan teknologi baru |
3,00 |
0,82 |
Relevan |
||
38 |
Polusi suara dan debu ditempat kerja |
3,00 |
0,82 |
Relevan |
||
39 |
Spesifikasi pekerjaan terlalu tinggi |
2,75 |
1,50 |
Tidak Relevan |
||
40 |
Undang-undang / peraturan pemerintah terkait pekerjaan |
2,75 |
1,50 |
Tidak Relevan |
||
41 |
Lokasi
proyek mendapat pertentangan dari instansi lain |
2,75 |
1,50 |
Tidak Relevan |
||
42 |
Tidak tersedianya insinyur dan manager proyek
yang terampil |
2,75 |
1,26 |
Tidak Relevan |
||
43 |
Ruang
penyimpanan (gudang) kapasitasnya kurang besar |
2,75 |
1,50 |
Tidak Relevan |
||
44 |
Situasi politik yang tidak kondusif |
2,75 |
1,26 |
Tidak Relevan |
||
45 |
Area pekerjaan terbatas/sempit |
2,50 |
1,29 |
Tidak Relevan |
||
46 |
Pemberitaan media yang buruk |
2,50 |
1,00 |
Tidak Relevan |
||
47 |
Polusi udara, air,
dan tanah ditempat kerja |
2,50 |
0,58 |
Tidak Relevan |
||
48 |
Tidak ada laboratorium pengujian material
di lokasi kerja |
2,25 |
1,26 |
Tidak Relevan |
||
49 |
Perbedaan ras/kepercayaan ditempat kerja |
1,75 |
0,96 |
Tidak Relevan |
||
50 |
Emosional tiap pekerja yang berbeda |
1,75 |
0,96 |
Tidak Relevan |
Sumber : (Olahan peneliti, 2021)
Bedasarkan tabel 1 dapat dilakukan pemeringkatan terhadap variabel risiko keterlambatan yang memiliki nilai rata-rata tertinggi hingga nilai terendah. Semakin tingi nilai rata-rata suatu variabel maka semakin tinggi pula tingkat relevansi variabel tersebut dengan lingkup penelitian ini. Adapun variabel risiko keterlambatan dengan nilai tertinggi pertama adalah kontraktor kesulitan mendapatkan pinjaman dari Lembaga keuangan yang memiliki nilai mean 4,75. Variabel ini dianggap paling relevan karena pandemic covid-19 berdampak secara signifikan terhadap operasional perusahaan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk. Perusahaan saat ini mulai kesulitan untuk mencari sumber pembiayaan yang berasal dari hutang karena kapasitas untuk meminjam pembiayaan dari Lembaga keuangan sudah ditingkat maksimal (Budiman, 2020).
Peringkat kedua adalah akuisisi lahan yang belum selesai yang juga memiliki nilai mean 4,75. Akuisisi lahan kerja yang belum selesai akan berakibat pada penundaan sebagian pekerjaan konstruksi sehingga berpotensi mundurnya waktu penyelesaian pekerjaan (Rosdianto, 2017). Peringkat ketiga adalah pendanaan proyek oleh pemilik kurang sehat dengan nilai mean 4,50. Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus menerus sepanjang waktu pelaksanaannya yang menuntut kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap terjaga. Pembayaran termin dari pemilik proyek yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak kontraktor karena akan mengacaukan semua sistem pendanaan proyek tersebut dan mempengaruhi kelancaran pekerjaan konstruksi (Messah, Widodo, & Adoe, 2013).
Peringkat keempat adalah variabel alokasi pembayaran yang tidak tepat kepada pihak terkait. Alokasi pembayaran yang tidak tepat pada pihak terkait seperti terlambat pembayaran pada subkontraktor yang tidak memiliki modal yang cukup. Apabila keterlambatan pembayaran berlangsung lama maka dapat dipastikan kinerja subkontraktor tersebut akan menurun bahkan bisa gulung tikar (Listanto & Hartanto, 2018).
Peringkat kelima adalah keterlambatan pengiriman material dari supplyer. Supplier tidak dapat dipisahkan dari dunia konstruksi. Kedatangan material dapat mempengaruhi risiko keterlambatan dalam proyek konstruksi. Untuk pada tahap pengiriman material salah satu masalah yang biasa muncul dari supplier adalah seperti pelanggaran waktu pengiriman yang telah disepakati, kuantitas atau kualitas, salah dokumentasi pengiriman, kemasan tidak benar dan kerusakan pada kemasan atau pengiriman produk (Ariyanto dkk, 2019).
Hasil
survey pendahuluan menunjukkan bahwa ada tiga puluh delapan variabel risiko
keterlambatan dari studi literatur yang memiliki nilai mean minimal 3,00
sehingga relevan dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya sesuai konsep
dan tahapan analisis risiko yang diusulkan.
Gambar 1
Tabel Rekapitulasi Tingkat Risiko
Sumber : (Olahan peneliti, 2021)
Berdasarkan gambar 1 maka terdapat 5 (lima) risiko yang memiliki nilai risiko sangat tinggi atau very high. Pertama yaitu akuisisi lahan belum selesai (R2) dengan nilai risiko 12. Risiko R2 ini dinilai sangat besar dalam pelaksanaan konstruksi bendungan temef. Berdasarkan wawancara pihak terkait menyebutkan saat kemajuan pelaksanaan konstruksi mencapai 50% masih ada lahan yang belum selesai pembebasan oleh pihak terkait. Adapun lokasi lahan yang belum bebas diantaranya adalah sebagian lokasi bendungan utama, sehingga menempatkan risiko R2 memiliki nilai risiko yang tinggi. Hali ini dikarenakan jika lahan belum selesai pembebasan, maka pekerjaan penimbunan untuk membentuk tubuh bendungan belum bisa dilaksanakan diarea tersebut. Selain akan menunda pekerjaan, tentunya metode pekerjaan akan berubah menyesuaikan dengan kesiapan lapangan (Henong, S.B. Rake, L.C. Malut, 2017).
Kedua adalah risiko perubahan gambar/desain (R9) dengan nilai risiko 12. Perubahan gambar ataupun desain ditengah pelaksanaan proyek konstruksi akan memundurkan jadwal penyelesaian pekerjaan (Enderzon, 2020). Seperti yang terjadi pada objek penelitian di proyek Bendungan Temef dimana terjadi redesain saluran horizontal pada tubuh bendungan utama. Dengan belum selesai dan disetujuinya desain baru, maka pekerjaan di area tubuh bendungan tersebut akan tertunda dan pastinya juga akan menunda pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan secara simultan setelah pekerjaan lainnya selesai.
Ketiga adalah risiko ketersediaan material dengan nilai risiko 12. Menurut keterangan yang diperoleh dilapangan, risiko R11 ini berkaitan dengan ketersediaan material timbunan batu gamping klastik pada area zona random. Dengan volume kebutuhan yang sangat besar, lokasi yang menjadi rujukan quarry ternyata belum mencukupi kebutuhan material. Situasi ini membuat tim proyek harus bisa mendapatkan lokasi quarry material yang mempunyai kharakteristik sama dan memuhi persyaratan spesifikasi. Tentunya ini akan membutuhkan waktu karena selain masih mencari lokasi, material harus dilakukan pengetesan oleh instansi independent. Selain itu lokasi quarry baru juga harus bisa menjamin terpenuhinya volume timbunan yang disyaratkan. Jika quarry material baru masih belum bisa menutup kebutuhan timbunan yang disyaratkan, bisa dipastikan kontraktor pelaksana akan kehilangan waktu yang semakin banyak karena harus mencari lokasi quarry baru kembali. Apabila tidak bisa menemukan material sejenis, penyusunan justifikasi teknis tentang opsi penggantian material akan membuat kontraktor pelaksana semakin banyak kehilangan hari kerjanya.
Keempat adalah risiko kerusakan peralatan perlengkapan kerja (R18) dengan nilai risiko 12. Ketersediaan peralatan dan perlengkapan kerja adalah salah satu faktor terpenting dalam menunjang kesuksesan pelaksanaan suatu proyek konstruksi (Aftortu, M.R. Kustiani, Ika. Siregar, 2019). Peralatan yang sehat tentunya akan bisa lebih menghasilkan produksi yang maksimal dan efektif. Sebaliknya dengan perlatan yang tidak sehat akan mendapatkan hasil produksi dibawah rencana dan akan mengeluarkan lebih banyak biaya untuk perawatan. Sesuai informasi dari narasumber, peralatan perlengkapan kerja merupakan salah satu faktor dominan yang bisa memundurkan jadwal penyelesaian pekerjaan. Banyaknya peralatan yang sebelumnya sudah beroperasi melebihi waktu ketentuan membuat peralatan seringkali mengalami kerusakan saat pekerjaan berlangsung. Seringnya terjadi kerusakan pada excavator, dump truck, wheel loader membuat kontraktor banyak kehilangan hari kerja karena melaksanakan perbaikan ataupun perawatan pada alat-alat tersebut. Imbasnya adalah produksi pekerjaan galian timbunan menjadi sering tidak tercapai sehingga harus menambah hari pelaksanaan pekerjaan lebih banyak dari jadwal semula.
Kelima
adalah risiko pengaruh cuaca pada pelaksanaan pekerjaan (R21) dengan nilai
risiko 12. Dengan pekerjaan yang hampir seluruhnya dilaksanakan di tempat
terbuka, cuaca adalah faktor penting yang menentukan keberlangsungan suatu
pelaksanaan pekerjaan (Aftortu, M.R. Kustiani, Ika. Siregar, 2019). Informasi yang didapat dari responden
bahwa pelaksanaan proyek Bendungan Temef ini sangat dipengaruhi oleh cuaca.
Dalam bulan-bulan Oktober sampai dengan April adalah waktu dimana kontraktor
akan melaksanakan pekerjaan dengan tidak efektif, karena kehilangan banyak jam
kerja akibat musim penghujan. Diluar bulan tersebut kontraktor akan bisa lebih
maksimal pencapaian produksinya karena bekerja pada musim kemarau. Menurut
responden kondisi cuaca di NTT umumnya dan lokasi proyek Bendungan Temef
khususnya memiliki kharakteristik cuaca yang ekstrim. Saat musim penghujan
terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan lama sehingga seringkali menimbulkan
kelebihan debit air yang biasanya memicu banjir besar yang melewati terowongan
pengelak. Terjadinya badai siklon seroja pada bulan April 2021 yang lalu juga
sempat membuat jebolnya cofferdam akibat terhantam arus banjir yang besar.
Sedangkan saat musim kemarau seringkali terjadi kekeringan luar biasa akibat
cuaca panas. Seringkali kesulitan mendapatkan air kerja dan harus mencari dari
lokasi diluar lokasi proyek yang tentunya membutuhkan waktu lebih lama.
Kesimpulan
Secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan atas beberapa point utama sebagai berikut: 1). Peneliti mendapatkan 38 variabel risiko yang memenuhi persyaratan relevansi dengan risiko keterlambatan proyek pembangunan bendungan di wilayah Indonesia dari 50 variabel risiko dari literatur yang diserahkan kepada para responden ahli. 2). Analisis risiko yang merupakan tahapan pertama dalam konsep kerangka kerja yang diusulkan menghasilkan lima variable risiko keterlambatan proyek dengan kategori nilai sangat tinggi yaitu akuisisi lahan kerja belum selesai, perubahan gambar/desain, ketersediaan material (timbunan) kurang dari kebutuhan, kerusakan peralatan dan perlengkapan kerja, dan pengaruh cuaca pada pelaksanaan pekerjaan. 3). Pada tahap analisis akar penyebab berdasarkan Fault Tree Analysis (FTA) yang dikembangkan dari lima variabel risiko sangat tinggi tersebut menghasilkan 54 basic event atau akar penyebab.
Aftortu, M.R. Kustiani, Ika. Siregar, A. .. (2019).
�Analisis Risiko Proyek Konstruksi Studi Kasus Bendungan Way Sekampung Paket 2
Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis dan Domino.� JRSDD, 7(1),
549�558. Google Scholar
Bhavsar, U.M. dan Solanki, J. V. (2020).
�Identification Of Constraints In Construction Projects�, International
Research. Journal of Engineering and Technology, 7, 6302�6307.
Enderzon, Vederieq Yahya. (2020). Identifikasi Risiko
Proyek Konstruksi Flyover dan Underpass di Indonesia (Kajian Literatur). Rekayasa
Sipil, 14(2), 104�111. Google Scholar
Ericson, Clifton A. (2015). Hazard analysis
techniques for system safety. John Wiley & Sons. Google Scholar
Henong, S.B. Rake, L.C. Malut, M. .. (2017). �Identifikasi
Faktor-Faktor Risiko Pada Bendungan Raknamo Di Kabupaten Kupang�, Konferensi
Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur-1. Jurusan Teknik Sipil Universitas
Jember, 15�24.
Kerzner, Harold. (2017). Project management: a
systems approach to planning, scheduling, and controlling. John Wiley &
Sons. Google Scholar
Listanto, Andrew, & Hartanto, Paulus. (2018).
Sistem Informasi Manajemen Persediaan Barang Berbasis Web Menggunakan Metode
Economic Order Quantity (EOQ) Studi Pada Toko Kudus Jaya. E-Bisnis: Jurnal
Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 11(2), 31�38. Google Scholar
Messah, Yunita Afliana, Widodo, Theodorus, & Adoe,
Marisya L. (2013). Kajian Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Konstuksi
Gedung Di Kota Kupang. Jurnal Teknik Sipil, 2(2), 157�168.
Google Scholar
PMI. (2013). A Guide to the Project Management Body
of Knowledge (Fifth Edit). Newtown Square, Pennsylvania: Project Management
Institute, Inc.
Rifai, Wahyu. (2018). Analisis Risiko Keterlambatan
Pelaksanaan Konstruksi Proyek Spazio Tower 2 Surabaya. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Google Scholar
Rosdianto, Moch Afif. (2017). Analisis Risiko
Keterlambatan Proyek Pembangunan Apartemen. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Google Scholar
Sugiyono, Prof. (2011). Metodologi penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alpabeta, Bandung. Google Scholar
Copyright holder: Eka Anjang
Pradana Dirgantara, Mohammad
Arif Rohman (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |