Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 12, Desember 2021
IDENTIFIKASI MUTASI GEN PVK12 PENANDA RESISTENSI PLASMODIUM VIVAX
TERHADAP ARTEMISIN PADA PENDERITA MALARIA SUKU ANAK DALAM DI KABUPATEN BATANG HARI
PROVINSI JAMBI
Sri Wiyani, Charil Anwar, Dwi Handayani, Ahmad Ghiffari
Program Studi Ilmu Biomedik FK Universitas Sriwijaya (UNSRI), Departemen Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (UNSRI),
Universitas Muhammadiyah Palembang, Indonesia
Email:� [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penyakit
malaria� disebabkan oleh parasit famili
Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Enam� spesies Plasmodium pada manusia adalah P.
vivax, P. falciparum, P. malariae, P. ovale, P. knowlesi dan P.cynomolgi (WHO,
2016).� Suku
anak dalam (SAD) atau orang rimba yang hidup di pedalam hutan Jambi secara
geografik menempati wilayah utara sekitar Taman Nasional Bukit 30 selain itu
menempati wilayah selatan Provinsi Jambi di daerah Taman Nasional Bukit 12.
Wilayah tinggal SAD berada di dalam hutan sehingga mereka sangat rentan
terhadap penyakit malaria (Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2015). Tujuan penelitian ini
mengetahui adanya mutasi gen Pvk12
pada sampel darah yang diambil dari penderita
Suku Anak Dalam yang positif P. vivax
di kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif obeservasional dengan desain survei. Dari hasil pemeriksaan
Nested PCR dari 35 sampel yang positif malaria P.
vivax didapat dua positif ada pita di 792 bp yang selanjutnya disekuensing hasilnya hanya ada satu sampel saja yang dapat
diidentifikasi dan yang lainnya tidak dapat didentifikasi. Hasil sekuensing menunjukan�
mutasi pada titik
1253 , �mutasi yang terjadi
pada titik bukan penanda resistensi artemisin. Dari
hasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belum terjadi resistensi P.vivax pada SAD Kabupaten Batang Hari Jambi terhadap artemisin.
�
Kata Kunci:�� P. vivax;
Gen PvK12; SAD; resistensi; artemisin
Abstract
Malaria is caused by parasites
of the Plasmodium family, which is transmitted by the female Anopheles
mosquito. The six Plasmodium species in humans are P. vivax, P. falciparum, P. malariae, P. ovale, P. knowlesi and P.cynomolgi (WHO, 2016).
The tribe of anak dalam (SAD) or jungle people who live in the interior
of Jambi forest geographically occupies the northern area around the Bukit 30
National Park besides occupying the southern region of Jambi Province in the
Bukit National Park area 12. SAD's living area is in the forest so they are
very vulnerable against malaria (Jambi
Provincial Health Office 2015). The purpose of this researchKnowing the
presence of Pvk12 gene mutations in blood samples taken from patients with
P.vivax in Batang Hari district, Jambi Province. This
type of research was a descriptive observation survey
design. From the results of the Nested PCR examination of 35 positive samples
of Plasmodium vivax malaria, it was found that two were positive, there was a
band at 792 bp, then the results were sequenced, only one sample could be
identified and the others could not be identified. The results of the screening
showed mutation points at 1253 and 1958 at codons 448, 517, 568 and 576. From
the results above, it can be concluded that there was a mutation of the PvK12
gene in the tribal children in Batang Hari Regency, Jambi Province but did not
show artemisin resistance.
Keywords: P. vivax; Gen PVK12; SAD; resistance; artemisin
Received: 2021-11-20; Accepted: 2021-12-05; Published: 2021-12-20
Pendahuluan
Penyakit
malaria disebabkan oleh parasit
famili Plasmodium
yang ditularkan oleh nyamuk
Anopheles betina. Enam� spesies Plasmodium pada manusia
adalah P.
vivax, P. falciparum, P. malariae, P. ovale, P. knowlesi dan P.
Cynomolgi (WHO,2016).� P. vivax merupakan spesies
yang paling banyak menginfeksi
manusia dari plasmodium lainnya sekitar 40 % penderita malaria ditemukan P. vivax.� P. vivax bertanggung jawab hingga 400 juta infeksi setiap tahun, mewakili spesies plasmodium paling luas bahkan P. vivax� bertanggung jawab atas morbiditas
yang signifikan bahkan penyakit parah yang menyebabkan kematian (Deida et al., 2018).
Sejak lima dasawarsa upaya pengendalian malaria di Indonesia telah membuahkan hasil. Hal ini ditandai dengan menurunnya angka kejadian malaria (Annual Parasite Incidence-API) dari 1,75 pada tahun 2011 menjadi 0,85 pada tahun 2015 (Infodatin Kemenkes RI, 2016). Pada tahun 2017 sebesar 0.99 per 1000 penduduk tahun 2018 menjadi 0,68 per 1000 penduduk dengan total positif malaria adalah 180.205 orang.� Propinsi Jambi tahun 2018 adalah 0,03 per 1000 penduduk dengan jumlah total 121 orang positif malaria, Dikabupaten Batang Hari API yaitu 0,042 per 1000 penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2017).
Resistensi artemisinin beserta derivatnya pada P. vivax diketahui salah satunya berkaitan dengan single nucleotide polymorfisme (SNP) multiple pada kromosom 12 P. vivax yaitu kelch12 (K12) (Tresnawati, Kusuma, Wijaya, & Hasibuan, 2019). Mutasi pada domain propeller dari gen Plasmodium vivax Kelch12 (PvK12) erat kaitannya dengan resistensi artemisin. Adanya mutasi gen ini akan mengubah respon P. vivax terhadap stress oksidatif yang ditimbulkan oleh artemisin dengan melibatkan jalur proteasome-ubiquintin. Mutasi pada gen ini terletak pada baling-baling domain propeller bilah ketiga. Protein K12 terdiri dari 3 domain spesifik Plasmodium yaitu domain Tho2 super family, BTB-POZ, dan sebuah domain propeller dengan 6-blade, dimana kejadian mutasi terkait resistensi artemisin mayoritas terletak pada domain propeller dari protein tersebut (Tripura et al., 2017).
Suku Anak Dalam (SAD)
atau orang rimba yang hidup di pedalaman hutan Jambi secara geografik menempati wilayah utara sekitar Taman Nasional
Bukit 30 selain itu menempati wilayah selatan Provinsi Jambi di daerah Taman
Nasional Bukit 12, populasi SAD ditahun
2010 berjumlah 3205 orang yang hidup
di wilayah administrasi Kabupaten
Merangin, Kabupaten Sarolangun, Batang Hari, Tanjung Jabung Barat, Tebo dan Muaro Bungo. Wilayah tinggal SAD berada di dalam hutan sehingga
mereka sangat rentan terhadap penyakit malaria (Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2015).
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan desain survey Penelitian ini dilakukan di daerah Suku Anak Dalam di Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi (Andini, 2013).
Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober
2019 sampai dengan bulan Oktober 2020. Sampel isolate DNA SAD diperiksa
di Laboratorium Bioteknologi
Fakultas Kedokteran UnsriGen kelch pada Plasmodium vivax diamplifikasi
menggunakan nested PCR. Primer spesifik
yang digunakan untuk amplifikasi domain baling-baling kelch
merujuk jurnal Plos One sebagai berikut:
P.vivax�
K13_Pvx_F1� 5�CATTTCCAACTTCTCCGTC-3�
K13_Pvx_R1�� 5� TATCTGCCACTCATTCGTG-3�K13_Pvx_F2��� 5� CGAAAGTGAGGCTTTACTA-3�
K13_Pvx_R2��� 5� CCACCAGTGATGATGTAC -3�
Spesifik primer ini dirancang oleh Talundzic et al., 2015,� spesifik primer ini muncul pita pada� 792 bp.
A.
Nested PCR
Komposisi campuran yang digunakan sebanyak
volume total 25 μL PCR Mix Go Taq (Promega USA) terdiri dari: 9μL ddH2O, 10 μL Green Go Taq� dan 5 μL DNA cetakan (template) serta primer oligonukleotida reverse (R) dan forward (F) masing-masing�
0,5 μL. Melalui teknik ini, fragmen DNA target yang spesifik
diperbanyak secara in vitro dengan menggunakan pasangan primer
oligonukleotida sintetik yang membatasi daerah yang akan diperbanyak.
Amplifikasi DNA dilakukan 2 tahap (nested),
yaitu:
a. PCR pertama, untuk amplifikasi gen� pvk12 �parasit P. vivax dengan menggunakan sepasang primer spesifik. Tiap campuran mengandung 5 μL DNA hasil ekstraksi sebagai cetakan (template). Ditambahkan kedalam 20 μL reaksi PCR yang terdiri dari: 9 μL ddH2O, 10 μL Green Go Taq, dan 1μL primer (0,5 μL primer R1 dan 0,5 μL primer F1). Amplikasi dilakukan dengan menggunakan mesin PCR Thermal Cycler. Campuran diamplifikasi sebanyak 34 siklus dengan kondisi sebagai berikut: predenaturasi pada 94 0C selama 5 menit, denaturasi 94 0C selama 30 detik, annealing �59 0C, ekstensi 72 0C selama 6 menit dan diakhiri dengan 12 0C selama 12 menit (Talundzic et al., 2015).
b. PCR kedua (nested PCR), untuk memperbanyak DNA yang sudah diamplifikasi pada PCR yang pertama agar dapat divisualisasi. Produk DNA hasil amplifikasi pada PCR pertama, diamplifikasikan kembali menggunakan internal primer untuk gen� pvkelch12 P.vivax. Untuk reaksi yang kedua digunakan ddH2O 12 �μL, 10 μL Green Go Taq, dan 1μL primer (0,5 μL primer R2 dan 0,5 μL primer F2) kemudian amplikon dimasukan kedalam mesin thermal cycle lalu diulang pada 94 0C selama 5 menit, denaturasi 94 0C selama 30 detik, annealing �58,2 0C sebnyak 34 siklus, ekstensi 72 0C selama 6 menit dan diakhiri dengan 12 0C selama 7 menit (Talundzic et al., 2015). �
B.
Deteksi Hasil PCR
Kualitas hasil amplifikasi dengan teknik PCR
dilihat dengan menggunakan teknis elektroforesis gel agarose (konsentrasi 2%).
Elektroforesis dilakukan di dalam appartus elektroforesis (Horizontal MiniSub DNA Biorad) yang berisi TBE 1x (Tris-Boric
acid-EDTA: 10,8 g/L. Tris pH 8,0 yang mengandung 5.5 g/L Boric Acid dan 0,5 M
EDTA pH 8,0) dan ditambahkan zat interkalator Ethidium Bromide 0,1%.
DNA hasil PCR sebanyak 5 μL dimasukkan
dalam sumuran yang terdapat pada gel agarose 2 %. Sebagai penanda ukuran
pita-pita DNA hasil elektroforesis pada gel Marker (100bp DNA ladder Cat no: 15628-019
LOT NO. 1289697 sebanyak 3μg/μL; Promega) yang di campur 2 μL loading dye dan 4,5
μL 1x TBE buffer.
Gel dielektroforesis pada tegangan listrik 100 volt,400 mA selama 30 menit. Selanjutnya dideteksi dengan menggunakan Gel Doc 1000 (Biorad USA) untuk divisualisasi dengan sinar ultraviolet pada panjang gelombang 300 nm dan direkam.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
Sampel
penelitian yang positif P. vivax
berjumlah 35 sampel kemudian di�
amplifikasi dengan nested PCR lalu di elektroforesis dengan menggunakan
agarrose 2% kemudian dibaca dengan geldoc dengan hasil sebagai berikut.
Gambar 1
Visualisasi PCR No.8 dan 33
Dari hasil yang didapat ada 2 sampel positif menunjukkan pita pada 792 bp yaitu sampel no.8 dan 33, Setelah sampel didapat langkah selanjutnya dilakukan sekuensing untuk memperoleh urutan basa. Untuk persiapan sekuensing sampel terlebih dahulu dilakukan pretreatmen yaitu dengan melakukan nested PCR kembali. Kemudian 2 sampel positif yang muncul pita dan sudah di pretreatmen dikirim ke PT. Genetica Science di Jakarta selanjutnya sampel dikirim ke Apical 1st Base Malaysia. Hasil yang didapat ternyata hanya satu sampel yang dapat dibaca yaitu sampel no.8, satu sampel lagi tidak bisa dibacaBerikut hasil sekuensing.
Gambar 2
Hasil sekuensing dengan titik mutasi1253
B.
Pembahasan
Dari hasil amplifikasi
35 sampel yang positif
malaria P. vivax pada SAD di kabupaten Batang Hari hanya muncul 2 sampel yang menunjukan hasil positif atau
pita pada 792 bp, yang menandai adanya
alel mutan gen Pvk12 sebagai penanda resistensi artemisin, Selebihnya 33 sampel negatif atau tidak muncul
pita. Pada sampel no.8 hasil
sekuensing menunjukkan adanya mutasi pada dititik 1253, mutasi tersebut tidak terjadi pada titik penanda resistensi P. vivax terhadap
artemisin.
Mutasi lain telah terjadi pada sampel P. vivax Jambi,
namun tidak pada titik penanda. Mutasi ini tidak
dapat disimpulkan sebagai penanda resistensi obat malaria pada pasien Jambi, karena diambil bukan dari
isolat pasien yang mengalami resistensi melainkan dari hasil surveilans. Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi
resistensi P. vivax
terhadap artemisin pada
SAD, sehingga obat artemisin masih dapat digunakan pada SAD dikabupaten Batang hari jambi.
Resistensi artemisin memiliki pola posisi mutasi
yang berbeda di setiap
wilayah endemis malaria. Mutasi
pada gen ini akan menyebabkan respon stress oksidatif sehingga sel tidak terdegradasi
walaupun telah diberikan artemisin. Resistensi terhadap artemisin dapat ditanggulangi dengan memperpanjang durasi pengobatan (Tantiamornkul, Pumpaibool, Piriyapongsa, Culleton, & Lek-Uthai, 2018).
Resitensi P. vivax terhadap
artemisin disebabkan oleh mutasi gen PvK12 dengan cara yaitu artemisin
yang masuk kedalam tubuh dalam bentuk
inaktif yang akan diaktivasi oleh Fe+2 (hasil degradasi hemoglobin) untuk menghasilkan radikal bebas yang sangat reaktif dan akan bereaksi dengan
protein parasit menyebabkan
alkilasi protein. Alkilasi dapat menyebabkan kematian sel dan kematian parasit. Tetapi pada P.vivax� dengan mutasi K12 terjadi peningkatan respon stress akibat keterlibatan jalur proteasome-ubiquintin, sehingga sel tetap bertahan
hidup (Popovici & M�nard, 2015).
Protein K12 Pada parasit yang sensitive terhadap artemisin akan berikatan dengan sebuah factor transkripsi dan mengatur terjadinya degradasi sedangkan parasit yang resistensi terhadap artemisin, K12 tidak dapat berikatan
dengan faktor transkripsi tersebut sehingga menyebabkan upregulasi dari gen yang
terkait respon anti oksidan. Dalam kondisi ini parasit
mampu mengatasi stress oksidatif dari artemisin secara lebih baik.
Menurut� (Popovici & M�nard, 2015)
Polimerfisme PvK12 P. vivax di Kamboja sangat terbatas dibandingkan dengan polimorfisme P. falciparum �gen PfK13. Hanya 2 dari 284 sampel yang memiliki mutasi pada kodon 552 (V552I) pada sampel
yang dikumpulkan dari tahun 2013, begitu juga di
Indonesia polimorfisme pvk12 p. vivax masih jarang
dilakukan penelitian. Mutasi yang terjadi pada SAD di Kabupaten Batang Hari jambi yaitu pada titik G1253A.
Kesimpulan
Terjadi mutasi
gen Pvk12 pada Suku Anak Dalam
di kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi, ditemukan pada titik mutasi 1253. Mutasi yang terjadi di titik 1253, CAG menjadi GCA glutamin menjadi arginine. Meskipun telah terjadi mutasi gen PvK12, namun hasil analisa
menunjukan tidak terjadi resistensi artemisin pada Suku Anak Dalam tersebut karena mutasi tidak
pada titik penanda resistensi artemisin. Untuk pengobatan malaria yang positif pada Suku Anak Dalam di Kabupaten Batang Hari Propinsi Jambi masih dapat menggunakan
artemisin.
Andini, Restian Febi. (2013). Mikrostruktur Enamel
Gigi Bovine Setelah Perendaman Dalam Ekstrak Teh Hijau Dan Casein
Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (Penelitian Deskriptif
Observasional). Universitas Airlangga. Google Scholar
Dinas kesehatan Provinsi Jambi. (2017). 7(2), 1�16.
Global Technical Strategy for Malaria 2016-2030 -
World Health Organization - Google Books. (n.d.). Google Scholar
Jambi, Dinas Kesehatan Provinsi. (2015). Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2015. In Dinas Kesehatan Provinsi Jambi 2014.
Mint Deida, Jemila, Ould Khalef, Yacoub, Mint Semane,
Emal, Ould Ahmedou Salem, Mohamed Salem, Bogreau, Herv�, Basco, Leonardo, Ould
Mohamed Salem Boukhary, Ali, & Tahar, Rachida. (2018). Assessment of drug
resistance associated genetic diversity in Mauritanian isolates of Plasmodium
vivax reveals limited polymorphism. Malaria Journal, 17(1), 1�7. Google Scholar
Popovici, Jean, & M�nard, Didier. (2015).
Challenges in Antimalarial Drug Treatment for Vivax Malaria Control. Trends
in Molecular Medicine, 21(12), 776�788. Google Scholar
Talundzic, Eldin, Chenet, Stella M., Goldman, Ira F.,
Patel, Dhruviben S., Nelson, Julia A., Plucinski, Mateusz M., Barnwell, John
W., & Udhayakumar, Venkatachalam. (2015). Genetic analysis and species specific
amplification of the artemisinin resistance-associated kelch propeller domain
in P. falciparum and P. vivax. PLoS ONE, 10(8), 1�11. Google Scholar
Tantiamornkul, Kritpaphat, Pumpaibool, Tepanata,
Piriyapongsa, Jittima, Culleton, Richard, & Lek-Uthai, Usa. (2018). The
prevalence of molecular markers of drug resistance in Plasmodium vivax from the
border regions of Thailand in 2008 and 2014. International Journal for
Parasitology: Drugs and Drug Resistance, 8(2), 229�237. Google Scholar
Tresnawati, Lina Herlina, Kusuma, Wisnu Ananta,
Wijaya, Sony Hartono, & Hasibuan, Lailan Sahrina. (2019). Asosiasi Single
Nucleotide Polymorphism pada Diabetes Mellitus Tipe 2 Menggunakan Random Forest
Regression. Jurnal Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi (JNTETI),
8(4), 320�326. Google Scholar
Tripura, Rupam, Peto, Thomas J., Veugen, Christianne
C., Nguon, Chea, Davoeung, Chan, James, Nicola, Dhorda, Mehul, Maude, Richard J.,
Duanguppama, Jureeporn, & Patumrat, Krittaya. (2017). Submicroscopic
Plasmodium prevalence in relation to malaria incidence in 20 villages in
western Cambodia. Malaria Journal, 16(1), 1�12. Google Scholar
Copyright holder: Sri Wiyani,
Charil Anwar, Dwi Handayani, Ahmad Ghifari (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |