�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
�
PENDIDIKAN KARAKTER PADA
SISWA SEKOLAH DASAR DI JEPANG DAN INDONESIA
Fitri Alfarisy, Fransiska Aulia Fitriyani, Fatiya Mutsaqqofa, Nisa Tiara
Kusumasari
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected] �
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi
oleh maraknya fenomena penyimpangan sosial yang berhubungan dengan moral dan budi pekerti. Demikian,
muncul pertanyaan, apakah pendidikan karakter yang diajarkan secara teoritis mampu dipahami dengan benar dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karakter dapat didefinisikan sebagai sebuah perilaku konsisten dari seseorang dalam kehidupannya. Perilaku ini menyangkut nilai nilai moral,akhlak dan budi pekerti. Sedangkan pendidikan karakter merupakan proses penanaman nilai-nilai kebaikan kepada individu agar siap berbaur dengan
masyarakat dan mengambil keputusan yang bijak. Untuk menuju sebuah
bangsa yang gemilang diperlukan karakter yang baik dan konsisten dari setiap warga
negara. Penerapan pendidikan
karakter pada anak-anak Sekolah Dasar merupakan salah satu upaya pencegahan
terjadinya nir moral berkelanjutan pada generasi penerus bangsa. Karena pendidikan seharunya tidak hanya mendidik
siswa menjadi generasi yang pandai dan berpengetahuan, tetapi juga harus berkarakter,bermoral
dan berbudi pekerti yang baik. Anak-anak Sekolah Dasar menjadi objek dalam upaya
awal penanaman karakter yang baik karena pada rentang usia 7-11 tahun, mereka tengah berada
dalam perkembangan kognitif operasi konkrit. Pada tahapan ini, anak-anak mengandalkan rasionalitas logika mereka untuk
menentukan sebuah keputusan. Maka dari itu, tahap ini
diperlukan pemahaman yang tepat. Selain upaya yang dilakukan pemerintah melalui sistem pendidikan dalam kurikulum yang mewajibkan adanya pendidikan karakter, peran keluarga dan masyarakat juga diperlukan untuk memaksimalkan hasil pendidikan karakter di sekolah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur yang berpedoman pada kurikulum pendidikan Sekolah Dasar di Jepang dan Indonesia. Meskipun kedua negara tersebut memiliki permasalahan krisis karakter yang berbeda, namun keduanya sama-sama menerapkan pendidikan karakter pada kurikulum negaranya. Tentu ini menunjukan betapa pentingnya karakter yang baik bagi generasi penerus
yang diharapkan mampu menjadi tonggak menuju bangsa yang gemilang.
Kata Kunci : pendidikan karakter; anak-anak; sekolah dasar; indonesia; jepang
Abstract
This research is motivated
by the widespread phenomenon of social deviation related to morals and
character. Thus, the question arises whether the theoretically taught character
education can be properly understood and applied in everyday life. The
character can be defined as a consistent behavior of a person in his life. This
behavior involves moral values, character, and character. While character
education is a process of instilling good values into individuals
so that they are ready to mingle with society and make wise decisions. To get
to a glorious nation requires good and consistent character from every citizen.
The application of character education to elementary school children is one of
the efforts to prevent the occurrence of unsustainable morals in the nation's
next generation. Because education should not only educate students to become
smart and knowledgeable generations, but also must have good character,
morality, and character. Elementary school children become objects in the
initial effort to cultivate good character because, at the age range of 7-11
years, they are in the cognitive development of concrete operations. At this stage,
children rely on their logical rationality to make a decision. Therefore, this
stage requires proper understanding. In addition to the efforts made by the
government through the education system in the curriculum that requires
character education, the role of family and community is also needed to
maximize the results of character education in schools. This study uses a qualitative method with a literature
study approach that is guided by the elementary school education curriculum in
Japan and Indonesia. Although the two countries have different character
crises, they both apply character education to their country's curriculum. Of
course, this shows how important good character is for the next generation
which is expected to be a milestone towards a glorious nation
Keywords: character education; children; elementary
school; indonesia; japan
Pendahuluan
Melihat
banyaknya fenomena pada kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan kedisiplinan
dan ketaatan pada aturan serta norma yang ada, menjadikan kita bertanya apakah
teori mengenai karakter yang baik, benar dapat dipahami oleh masyarakat.
Berbagai hal kecil seperti pelanggaran lalu lintas, datang terlambat ke
sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dan sebagainya. Perilaku ini
menunjukan bahwa ada permasalahan mengenai pendidikan karakter yang diterapkan.
Dengan masyarakat yang berkarakter, tentunya harapan untuk menjadi bangsa yang
unggul akan mudah tercapai. Lalu, bagaimanakah pendidikan karakter diterapkan
pada tingkat pendidikan sekolah dasar?
Setiap negara
tentu memiliki sistem pendidikan karakter yang berbeda-beda. Menurut (Mulyasa,
2011:32) Pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan nilai, budi, moral,
dan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memutuskan
baik dan buruk dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, pendidikan karakter
secara psikologis mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral
behavior.
Jepang
menjadi salah satu negara yang menerapkan sistem pendidikan karakter pada usia
dini, karena menganggap bahwa karakter merupakan modal utama untuk membangun
masyarakat yang berkualitas. Keseriusan pemerintah Jepang untuk menjadikan
masyarakatnya memiliki karakter yang baik, tidak didapatkan dengan mudah.
Keseriusan tersebut dimulai sejak dini, yakni pada fase Sekolah Dasar
(SD).� Sekolah Dasar biasanya terdiri
atas anak-anak antara usia 5-11 tahun, atau Taman Kanak-kanak (TK) sampai kelas
enam (Harmon, Harmon, & Jones, 2005).
Selain
Jepang, Indonesia juga menerapkan kebijakan pendidikan karakter pada sistem
pendidikannya. Pendidikan karakter tersebut merupakan dasar utama untuk
membangun sebuah bangsa yang unggul. Pendidikan karakter di Indonesia berisi
mengenai nilai, moral, karakter, budaya, ataupun nilai-nilai Pancasila (Hasan,
2012:84).� Undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional�
berbunyi, maka pendidikan budaya dan karakter bangsa diartikan sebagai
proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
yang dilakukan peserta didik secara aktif dibawah bimbingan guru, kepala
sekolah dan tenaga kependidikan serta diwujudkan dalam kehidupannya di kelas,
sekolah, dan masyarakat. Dengan banyaknya masyarakat yang sadar akan pentingnya
pendidikan karakter, maka akan mampu mewujudkan bangsa menjadi bangsa yang
unggul. Pendidikan karakter pada jenjang sekolah dasar, tertuang dalam
kurikulum 2013. Pendidikan karakter di Indonesia tidak hanya diterapkan pada
satu mata pelajaran khusus tetapi diterapkan di setiap mata pelajaran yang ada.
Pemerintah mulai memperhatikan mengenai pentingnya pendidikan karakter untuk
membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Maka dari itu
murid sekolah dasar dijadikan sebagai objek penelitian dalam menganalisis
pendidikan karakter di Jepang dan di Indonesia, karena pendidikan karakter pada
siswa sekolah dasar merupakan tingkat pertama pembentukan karakter Sumber Daya
Manusia yang berkualitas. Sehingga kedepannya sumber daya tersebut dapat membantu
meningkatkan kualitas suatu negara menuju generasi yang unggul. Oleh karena
itu, penelitian ini memunculkan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Mengapa pendidikan karakter pada tingkat sekolah dasar begitu penting?
2. Bagaimana hasil yang dicapai dari pendidikan karakter di Indonesia pada tingkat sekolah dasar?
3. Bagaimana hasil yang dicapai dari pendidikan karakter di Jepang pada tingkat sekolah dasar?
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Metode penelitian studi
literatur merupakan metode penelitian dengan teknik pengumpulan informasi dan
data seperti buku referensi, artikel, catatan, serta jurnal yang relevan dengan
permasalahan yang dibahas (Sari & Asmendri, 2020).
Metode studi literatur digunakan untuk memperoleh sumber data yang relevan
dengan permasalahan yang dibahas. Sumber data yang diperoleh termasuk dalam
data primer dan sekunder. Pedoman pendidikan karakter di kurikulum Indonesia
dan Jepang sebagai data primer dan jurnal-jurnal yang terkait sebagai data sekunder.
Pembahasan
Pendidikan karakter pada Sekolah Dasar sangatlah
penting
Pendidikan karakter merupakan langkah awal pembentukan karakter pada
diri individu. Pendidikan seharusnya tidak hanya melahirkan individu yang
berprestasi dalam bidang sains dan teknologi, namun pendidikan seharusnya juga
mampu melahirkan insan berkarakter unggul dan berpengetahuan (Putri, n.d.).
Pendidikan diharapkan dapat melahirkan generasi baru dengan kecerdasan dalam
pengetahuan dan kebijaksanaan dalam berperilaku. Individu yang berkarakter baik
di kemudian hari akan menjadi sumber daya manusia yang dapat menyokong sebuah
negara menjadi bangsa yang unggul dalam moral dan budi pekerti. Sebuah karakter
dapat terbentuk melalui rutinitas atau kebiasaan yang berulang sehingga melekat
menjadi sebuah karakter. Seperti yang dikemukakan oleh Sudrajat (2011)
pendidikan memiliki dua tujuan, yakni menjadikan manusia menjadi cerdas dan
mengarahkan manusia menjadi pribadi yang baik dalam moral dan budi pekerti.
Mengarahkan manusia menjadi pribadi yang baik bukanlah perkara yang mudah. Oleh
sebab itu problematika yang berkaitan dengan moral dan budi pekerti menjadi
persoalan sendiri yang harus ditemukan solusinya. Salah satunya adalah dengan
pencegahan melalui sistem pendidikan. Pendidikan karakter pada Sekolah Dasar
bertujuan untuk membentuk dan menyiapkan lebih awal anak-anak sebagai generasi
penerus bangsa yang bermoral dan memiliki budi pekerti. Karakter pada sebuah
bangsa menjadi poin penting mengingat setiap warga negara wajib menjaga dan
menjunjung tinggi martabat bangsa dan negaranya.
Anak-anak
pada tingkat Sekolah Dasar menjadi permulaan yang tepat untuk menerapkan
penanaman pendidikan karakter. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Piaget (1952)
anak pada rentang usia 7-11 tahun memiliki permulaan pola pikir rasional yang
artinya anak-anak mengedepankan hal-hal yang dapat dicerna secara logis oleh
akal mereka untuk menyelesaikan sebuah masalah. Seandainya terjadi perbedaan
antara pikiran dan persepsi, antara teori dan praktek, maka dalam situasi
seperti ini anak-anak akan menggunakan logika mereka untuk menentukan sebuah
keputusan. Teori ini disebut dengan teori perkembangan kognitif anak tahapan
operasioal konkrit. Hal ini didukung oleh Lickona (2004)
yang mengemukakan tujuh alasan mendasar mengapa pendidikan karakter di Sekolah
Dasar menjadi sangat penting untuk diterapkan, yakni :
1.
Pendidikan
karakter di sekolah, menjamin anak-anak mendapat permulaan yang baik untuk
membentuk kepribadiannya
2.
Upaya
tambahan meningkatkan prestasi akademik
3.
Sebagian
anak-anak tidak bisa membentuk karakter yang terlalu kuat atas dirinya di
tempat lain
4.
Menyiapkan
anak-anak agar siap dalam kehidupan masyarakat majemuk
5.
Sebagai
solusi awal problematika moral-sosial dan pencegahan agar generasi selanjutnya
menjadi generasi yang lebih baik.
6.
Menyiapkan
anak-anak agar siap bersaing menyongsong tujuan negara menjadi bangsa yang
unggul
7.
Mempertahankan
nilai-nilai budaya yang menjadi kepribadian bangsa
Dengan
pendapat diatas tentu menjadi semakin jelas mengapa pendidikan karakter ini
penting untuk diterapkan. Penanaman karakter di sekolah, dapat mencapai
keberhasilan apabila didukung oleh keluarga dan lingkungan. Sejatinya,
pembentukan karakter pertama pada anak-anak adalah melalui kebijaksanaan dan
kasih sayang dalam pola didikan orang tua serta bagaimana penerapan kebiasaan
dalam keluarga. Sedangkan lingkungan berperan sebagai suplemen tambahan yang
menjadi contoh utama anak-anak mengamalkan karakter dalam bermasyarakat. Dalam
kehidupan bermasyarakat inilah nantinya kematangan sebuah karakter akan diuji.
Menilik fenomena yang terjadi pada masyarakat majemuk, kebijaksanaan seorang
individu dalam bertingkah laku turut menjadi cermin keberhasilan karakter yang
ditanamkan dalam dirinya.
Pendidikan Karakter di Indonesia
Pendidikan
karakter sejak dini merupakan hal yang penting dalam bidang pendidikan moral,
apalagi dalam era digital seperti sekarang ini. Yang membuat banyak anak atau
pelajar lebih suka untuk menyendiri dan lebih berkutat dengan ponsel pintarnya,
menjadikan kurangnya rasa untuk bersosialisasi dengan orang lain. Banyak negara
di luar sana yang telah mengajarkan pendidikan karakter dan memiliki output
yang baik. Begitu juga dengan Indonesia yang telah menerapkan pendidikan
karakter di tingkat sekolah dasar melalui kurikulum 2013, yang mengharapkan
supaya memiliki karakter yang baik nantinya. Kebijakan pemerintah ini tentu
saja sangat didukung oleh banyak pihak, karena memiliki tujuan yang sangat
bagus. Sebagai pelajar dituntut untuk menjadi pintar, aktif dan juga tidak lupa
untuk memiliki karakter yang baik. Jika seseorang tidak memiliki karakter yang
baik, dapat memunculkan dampak negatif yang tidak kita inginkan. Supaya pendidikan
karakter bisa diterapkan dengan benar, selain diatur dalam kurikulum 2013,
pemerintah melakukan gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter).
Dalam
kurikulum 2013 sendiri, bertujuan untuk mengubah atau memperbaiki sikap-sikap
para pembelajar agar memiliki nilai-nilai moral yang bagus. Mengajarkan bahwa
sikap, pengetahuan dan keterampilan salah satu cara untuk pembelajar khususnya
siswa Sekolah Dasar supaya dari kecil sudah terlatih untuk berperilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai yang ada (Haryati, 2017).
Keberhasilan
pendidikan karakter juga bergantung kepada keluarga, pengajar di sekolah serta
lingkungan anak tersebut. Keluarga adalah orang yang paling dekat, lalu di
sekolah ada para guru yang akan mengajarkan pendidikan karakter di luar yang
diajarkan oleh keluarga. Di dalam sekolah yang berperan untuk menjadi orang tua
adalah para guru. Maka dari itu, para pengajar juga perlu di training terlebih
dahulu dalam pendidikan karakter. Supaya dapat mengajarkan serta memberikan
contoh kepada siswa-siswi Sekolah Dasar. Jika bertujuan ingin generasi penerus
bangsa memiliki karakter yang bagus, harus memiliki pengajar yang berkualitas
juga. Pada pelajaran di sekolah khususnya siswa sekolah dasar, pendidikan
karakter juga diajarkan dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn). Dalam
pelajaran PKn, diajarkan supaya pelajar bisa menjadi seseorang yang memiliki
rasa nasionalisme, sopan santun dan ketika di kelas dapat aktif. Hanya saja penerapannya
dirasa masih kurang. Tetapi sejak kurikulum 2013 dibuat serta diberlakukan,
pemerintah menerapkan pembelajaran secara tematik dalam beberapa pelajaran di
Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran secara tematik ini, mengajarkan kepada
pelajar untuk terlibat aktif di dalam kelas. Karena aktif sendiri merupakan
salahsatu tujuan dari kurikulum 2013 untuk membuat para pelajar berani untuk
mencoba dan ini adalah salahsatu pembentukan karakter. Dengan seperti ini
tujuan negeri ini untuk memiliki pemuda-pemudi yang berpendidikan karakter akan
terwujud.
Lalu ada yang
namanya gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), ini diharapkan untuk
menguatkan sistem pendidikan karakter di Indonesia. Ada lima nilai karakter
utama yang diprioritaskan. Seperti religius, nasionalis, mandiri, gotong royong
dan integritas. Indonesia merupakan negara beragama, jadi nilai religius adalah
nilai pertama yang harus benar-benar diterapkan. Karena menunjukkan atau
mencerminkan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan cinta damai serta bisa
bertoleransi. Nilai nasionalis itu cara bersikap maupun cara berpikir untuk
mementingkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi. Lalu ada mandiri
yaitu sikap supaya tidak bergantung kepada orang lain.� Tidak lupa kita harus melakukan gotong royong.
Gotong royong merupakan tindakan yang menghargai kerjasama dan berkomunikasi
secara berkelompok. Ketika sedang dihadapkan sebuah masalah, kita harus
memiliki rasa untuk gotong royong supaya masalah bisa terselesaikan. Dan yang
terakhir ada integritas, ini adalah nilai bagaimana Anda bisa dipercaya oleh
orang lain. Dalam perkataan, tindakan maupun pekerjaan.
Pendidikan Karakter di Jepang
Jepang
terkenal sebagai negara yang menomorsatukan pendidikan. Pendidikan di Jepang
tidak hanya mengarah kepada akademik dan non akademik saja, tetapi juga
pendidikan moral. Sejak April 2018, Jepang menerapkan pendidikan karakter di
bangku sekolah dasar sebagai suatu mata pelajar yang disebut 道徳教育 (doutoku-kyouiku). Dalam mata pelajaran
tersebut terdapat 4 perspektif yang wajib untuk diajarkan yaitu.
1.
Keahlian
dalam mengenali diri sendiri
�
Dapat
membedakan perbuatan baik dan perbuatan buruk
�
Tidak
berbohong atau menipu
�
Dapat menjaga
kesehatan dan keselamatan diri sendiri
�
Tidak egois
�
Belajar
dengan giat
2.
Keahlian
dalam bersosialisasi dengan orang lain
�
Dapat
berperilaku baik dengan orang lain
�
Berterimakasih
kepada orang yang telah berbuat baik
�
Dapat berkata
dengan perkataan baik kepada orang lain
�
Dapat
membantu teman yang kesusahan
3. Keahlian dalam menghormati kehidupan, alam dan ciptaan Nya
�
Dapat
memahami indahnya kehidupan dan menghargai kehidupan
�
Dapat
mengenal dan memperlakukan alam sekitar dengan baik
�
Dapat
memperlakukan hewan dan tumbuhan dengan baik
4.
Keahlian
bersosialisasi dalam kelompok dan masyarakat
�
Dapat
menepati janji dan aturan
�
Dapat
menghargai pekerjaan orang lain
�
Dapat
menghormati orang yang lebih tua
�
Dapat
menghormati guru dan pengurus yang ada di sekolah
�
Memiliki
ketertarikan terhadap budaya dan kebiasaan daerah
�
Membiasakan
diri terhadap orang lain yang berbeda kebudayaan
Tujuan dari
mata pelajaran khusus moral ini untuk menumbuhkan moralitas yang baik sebagai
dasar dari kehidupan yang lebih baik. Siswa diharapkan mampu berperilaku sesuai
dengan moral yang diajarkan. Dengan begitu, moralitas siswa akan meningkat,
sehingga meminimalisir adanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa (Pearce, 2021).
Mata
pelajaran khusus moral berpedoman pada buku ajar diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan,
Budaya, Olahraga, Sais, dan Teknologi Jepang. Buku tersebut berjudul わたしたちの道徳 (watashitachi no doutoku) yang artinya
moralitas kita. Buku tersebut dibagi menjadi 2 bab yaitu bab membaca dan bab
menulis. Bab membaca berisi mengenai cerita dan pepatah orang-orang yang hebat.
Sementara itu, bab menulis berisi mengenai instruksi dan sebuah pertanyaan yang
berkaitan dengan perasaan dan keinginan pribadi siswa. Dengan menulis siswa
dapat mengenal diri sendiri dan menjadi kesempatan pengajar untuk mengetahui
cara berfikir, perasaan, dan dapat membimbing mereka secara individu. Selain
buku pedoman, Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains, dan Teknologi
Jepang juga menerbitkan buku pelengkap yang berjudul 心のノート (kokoro no
nooto) �yang
nantinya akan digunakan oleh para siswa untuk menulis bagaimana perasaan mereka
masing-masing.
Dalam
pelajaran khusus moral metode pengajaran yang lebih sering digunakan yaitu
diskusi dan bermain peran atau drama. Menurut hasil survei Universitas Gakukei
Tokyo, persentase penggunaan metode mengajar diskusi sebanyak 76,7% dan metode
bermain peran sebanyak 71%. Dengan berdiskusi kelompok, siswa mendiskusikan ide
secara efektif dengan berbagi, meringkas, dan membandingkan ide-ide yang ada
dalam kelompok diskusi (ISHIDA, 2018).
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, pendidikan karakter merupakan upaya untuk menanamkan karakter baik agar dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu kebiasaan. Nilai moral, budi pekerti dan akhlak merupakan poin utama dalam penanaman karakter. Pendidikan seharusnya tidak hanya melahirkan insan yang cerdas, namun turut pula melahirkan insan berkarakter yang baik. Ditambah pula saat ini banyak fenomena sosial yang menunjukan krisis karakter pada masyarakat yang menyadarkan kita bahwa, pendidikan karakter merupakan hal yang penting dan wajib diupayakan keberhasilannya. Anak-anak sebagai generasi bangsa menjadi tahap awal dalam keseriusan penanaman karakter yang baik. Pada rentang usia 7-11 tahun, anak-anak berada dalam tahapan perkembangan kognitif operasi konkrit. Pada tahapan ini anak-anak mempertimbangkan suatu keputusan melalui rasionalitas logika mereka.� Keberhasilan pendidikan karakter ini,menjadi tanggung jawab bersama tidak hanya pemerintah saja. Namun keluarga dan masyarakat juga turut berperan sebagai suplemen tambahan dalam upaya penanaman karakter pasa anak-anak.
Pendidikan karakter telah ditetapkan diberbagai negara dan memiliki output yang baik. Indonesia dan Jepang adalah salah satu negara yang menerapkan pendidikan karakter. Di Indonesia sendiri, pendidikan karakter telah diatur dalam kurikulum 2013 dan pemerintah juga melakukan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter). Pada kurikulum 2013, diharapkan para pelajar termasuk siswa Sekolah Dasar (SD) untuk pintar, aktif serta memiliki karakter yang bagus. Lalu untuk menguatkan pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah, pemerintah sendiri melakukan gerakan PPK. Diharapkan melalui gerakan ini, karakter yang akan dibangun sejak dini akan bertahan dan dapat mengembangkan kualitas atau potensi anak.
Di Jepang, pendidikan karakter dijadikan sebagai mata pelajaran khusus yaitu 道徳教育 (doutoku-kyouiku) yang mengajarkan
siswanya untuk lebih mengenal diri sendiri, masyarakat
dan alam. Bahkan, pemerintah membuat sebuah buku pedoman
yang berjudul わたしたちの道徳 (watashitachi no doutoku) yang di dalamnya terdapat dua inti pembelajaran yaitu menulis dan membaca. Dengan menulis, siswa diharapkan mampu mengenal dan memahami diri mereka
sendiri sehingga pengajar dapat mengetahui cara berpikir siswa. Sementara itu, di topik membaca siswa
disuguhkan dengan cerita dan pepatah orang-orang hebat. Selain itu, pemerintah juga menerbitkan buku pendamping yang berjudul 心のノート (kokoro no nooto)
yang nantinya akan digunakan siswa untuk menulis perasaan
pribadi.
Harmon, D. A., Harmon, D., & Jones, T. S. (2005). Elementary
education: A reference handbook. ABC-CLIO.Google Scholar
Haryati, S. (2017). Pendidikan Karakter
dalam Kurikulum 2013. Tersedia Secara Online Di: Http://Lib. Untidar. Ac.
Id/Wp-Content/Uploads [Diakses Di Bandung, Indonesia: 17 Maret 2017]. Google Scholar
ISHIDA, M. (2018). How Coaching Influences
Teachers� Beliefs and Students� Self-Regulated Learning in High School English
Classes. Mie University. Google Scholar
Lickona, T. (2004). Character matters:
How to help our children develop good judgment, integrity, and other essential
virtues. Simon and Schuster. Google Scholar
Pearce, D. R. (2021). Homogenous
representations, diverse realities: Assistant language teachers at elementary
schools. The Language Teacher. Google Scholar
Piaget, J. (1952). Jean Piaget. Google Scholar
Putri, D. P. (n.d.). Pendidikan karakter
pada anak sekolah dasar di era digital. Google Scholar
Sari, M., & Asmendri, A. (2020).
Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian Pendidikan IPA. Natural
Science: Jurnal Penelitian Bidang IPA Dan Pendidikan IPA, 6(1),
41�53. Google Scholar
Sudrajat, A. (2011). Mengapa pendidikan
karakter? Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1). Google Scholar
Copyright holder: Fitri Alfarisy,
Fransiska Aulia Fitriyani,
Fatiya Mutsaqqofa, Nisa Tiara Kusumasari (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |