Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849

e-ISSN : 2548-1398

Vol. 2, No 1 Januari 2017

 

 


PENGARUH KOMUNIKASI DAN KOMPETENSI PROFESIONAL TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN PENJASKES

 

Anggi Anggara

Universitas Islam Al Ihya

Email: [email protected]

 

Abstrak

Masalah utama dalam penelitian ini adalah �Adakah pengaruh komunikasi dan kompetensi profesional terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes di SMP Negeri Kabupaten Kuningan?� Tujuan penelitian untuk mengetahui (1) pengaruh komunikasi terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes; (2) pengaruh kompetensi profesional terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes; dan (c) pengaruh Komunikasi dan Kompetensi Profesional secara bersama-sama terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Penjaskes. Hasil penelitian menginformasikan bahwa (1) pengaruh komunikasidengan mutu layanan pembelajaran Penjaskes tergolong cukup tinggi; (2) pengaruh kompetensi profesional dengan mutu layanan Pembelajaran Penjaskes tergolong cukup tinggi; (3) pengaruh komunikasidan kompetensi profesional secara simultan terhadap mutu layanan Pembelajaran Penjaskes tergolong tinggi Disarankan (1) dalam rangka untuk merealisasikan komunikasi tersebut, para guru Penjaskes berkumpul dalam kegiatan MGMP merencanakan dan menciptakan kegiatan yang bersifat produktif, melalui kegiatan membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bersama-sama dan berdiskusi untuk menciptakan kegiatan yang bermanfaat lainnya; (2) dalam rangka untuk merealisasikan kompetensi profesional, para guru Penjaskes berkumpul dalam kegiatan MGMP membuat aturan disiplin siswa yang dibukukan, dan membuat Lembaran Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Penjaskes; dan (3) dalam rangka mutu layanan pembelajaran Penjaskes hendaknya kepala sekolah memberikan dukungan dan pembiayaan apa yang dilakukan oleh guru tersebut, melalui pemberian izin kepada guru Penjaskes apabila mau melanjutkan sekolah ke jenjang S2 untuk menambah wawasan dan mengikuti Diklat atau kursus-kursus yang berhubungan dengan kegiatan Penjaskes.

Kata Kunci : Kompetensi Profesional, Mutu Pelayanan, Penjaskes

 

 

 

Pendahuluan

Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan mutu sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu proses transformasi nilai-nilai budaya sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi terdahulu sampai pada generasai sekarang dan ke depan.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 ayat (6) bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pember�dayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pada kenyatannya bahwa, pendidikan belum sepenuhnya memberikan pencerahan pada masyarakat melalui nilai manfaat dari pendidikan itu sendiri. Kenyataan ini dibuktikan dengan rendahnya mutu lulusan. Pendidikan menjadi kawasan politisasi dari para elit, bahkan yang lebih parah lagi perburuan proyek yang akibatnya pendidikan menjadi bias. Masyarakat akan terus mempertanyakan mau dibawa kemana pendidikan ini, karena relevansinya dengan kebutuhan masyarakat masih rendah. Bahkan menyiapkan sumber daya manusia melalui pendidikan sebagai penerus tidak memenuhi harapan masyarakat dan lebih ironisnya terjadi krisis moral sebagai bangsa yang bermartabat.

Guru memiliki peran yang penting, merupakan posisi strategis, dan bertanggungjawab dalam pendidikan nasional. Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar dan pelatih.Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Sedangkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa (Usman, 2002:7). Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kemandirian dalam keseluruhan kegiatan pendidikan baik dalam jalur sekolah maupun luar sekolah, guru memegang posisi yang paling strategis. Dalam tingkatan operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional, instruksional, dan eksperiensial (Surya, 2000:4). Guru merupakan sumber daya manusia yang mampu mendayaguna�kan faktor-faktor lainnya sehingga tercipta PBM yang bermutu dan menjadi faktor utama yang menentukan mutu pendidikan.

Kondisi mutu layanan pembelajaran Penjaskes di SMP Negeri Kabupaten Kuningan memang masih jauh dari yang harapan. Perlu sebuah upaya kerja keras tanpa henti dengan melibatkan seluruh stakeholders, agar dunia pendidikan kita benar-benar bangkit dari keterpurukan untuk mengejar ketertinggalannya sehingga mampu berkompetisi secara terhormat dalam era globalisasi yang semakin menguat. Oleh sebab itu reformasi pendidik�an, di mana salah satunya isu utamanya adalah peningkatan mutu layanan pembelajaran Penjaskes pada guru Penjaskes merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam mencapai guru Penjaskes yang lebih bermutu.

Guru Penjaskes sebagai pemimpinlembaga pendidikan mempunyai andil yang sangat besar pada keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), bahwa guru Penjaskes harus mengimplementasikan delapan SNP yang meliputi standar: (1) isi; (2) proses; (3) kompetensi profesional; (4) pendidik dan tenaga kependidikan; (5) sarana dan prasarana; (6) pengelolaan; (7) pembiayaan; dan (8) penilaian pendidikan. Dalam prosesnya sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.13 Tahun 2007 bahwa guru Penjaskes harus memiliki minimal lima kompetensi profesional, yaitu: (1) kepribadian; (2) manajerial; (3) kewirausahaan; (4) supervisi: dan (5) sosial.

Persoalan yang muncul dalam sekolah saat ini adalah belum adanya upaya peningkatan komunikasi dan kompetensi profesionalsecara dinamis dan terfokus pada kemampuan dan keterampilan yang diperoleh masih bersifat alamiah melalui proses pengalaman rutin, kurangnya pelatihan-pelatihan khusus tentang pengelolaan sekolah. Tidak memahaminya tingkatan manajemen dan keterampil�an yang dibutuhkan oleh sekolah� yaitu keterampilan konseptual (conceptual skill) yang dibutuhkan oleh manajer puncak; keterampilan yang manusiawi (human skill) dan keterampilan teknis yang lebih banyak dibutuhkan oleh manajer operasional.

Usaha yang dikembangkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan tujuan sekolah adalah pengelolaan manajemen sekolah yang baik akan menunjang penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik pula. Penyeleng�garaan proses pembelajaran yang baik dapat meningkatkan hasil (output) yang dapat diharapkan sebagai wujud dari tujuan pendidikan yang akan dicapai. Sekolah merupakan tingkat satuan pendidikan yang didalamnya pengembangkan potensi-potensi sumber-dayadari mulai input, proses, dan output, serta lebih jauh pada hasil yang diharapkan (outcome). Sekolah sebagai suatu sistem terdiri dari jenis dan karakteristik individu-individu, keragaman sumber-daya dan banyaknya variabel yang terkait dengan pendidikan, maka secara otomatis diperlukan kesiapan dan mutu layanan pembelajaran Penjaskes pada guru yang profesional, guru Penjaskes dalam mensiner�giskan berbagai variabel tersebut diperlukan pengelolaan manajemen yang disesuaikan dengan tugas dan fungsinya.

SMP Negeri Kabupaten Kuningan belum sepenuhnya produktif dalam melaksanakan program sekolah yang telah direncanakan dari mulai input, proses dan output. Keluaran dari sekolah-sekolah yang ada Se-Kabupaten Kuningan belum menunjukan prestasi olahraga yang diharapkan oleh masyarakat. Dampak yang muncul dari pengelolaan sistem yang belum efektif ini mengakibatkan rendahnya mutu layanan pembelajaran Penjaskes pada guru Penjaskes di sekolah. Hal ini, berkenaan dengan lemahnya mutu layanan pembelajaran Penjaskes pada guru Penjaskesdi SMP Negeri yang ada Se-Kabupaten Kuningan ini sangat berdampak pada: pertama, ketidaksesuaian antara rencana dengan program sekolah; kedua, keputusan yang tidak didukung oleh semua komponen sekolah; keputusan tidak menitikberatkan pada aspirasi yang berkepentingan (stakeholders). Hal ini disebabkan karena faktor mutu layanan pembelajaran Penjaskes pada guru Penjaskes, di antaranya kompetensi profesionalyang terbatas dan pola komunikasi antara rekan kerja yang kurang familier, di samping faktor-faktor lainnya yang secara sistematik berpengaruh untuk perkembangan SMP Negeri.

Secara praktis, sesungguhnya sekolah harus terjamin dalam arti penetapan keputusan melalui pengarahan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, waktu dan tenaga guru Penjaskes, sehingga sekolah dapat mencapai tujuan dan sasarannya yang pada gilirannya memungkinkan mempertahankan eksistensinya, bahkan juga untuk tumbuh dan berkembang baik kuantitatif maupun kualitatif. Dengan demikiann proses pengambilan keputusan guru Penjaskes yang baik akan mampu menjamin guru untuk mendorong sekolah memperoleh, memelihara dan mengembangkan sebagai sikap perilaku positif dan produktif bagi kepentingan sekolah. Jika guru, tenaga kependidikan dan yang berkepentingan (stakeholders) lainnya diliputi oleh rasa tidak puas atas setiap keputusan guru Penjaskes, maka akan berdampak negatif bagi kebijakan sekolah. Atas dasar uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang: �Pengaruh komunikasi dan kompetensi profesionalterhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes (Studi pada SMP Negeri Kabupaten Kuningan).

Dari latarbelakang penelitian tersebut ternyata diidentifikasi, bahwa mutu layanan pembelajaran Penjaskes pada guru merupakan faktor paling dominan, hal ini dipengaruhi oleh komunikasi dan kompetensi profesional. Jadi, masalah dalam penelitian ini menyangkut variabel komunikasi dan kompetensi profesionalterhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes pada guru Penjaskesdengan lokus pada SMP Negeri Kabupaten Kuningan.

 

Teknik Analisis Data

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitianpun akan segera diketahui. Analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment dan korelasi ganda, namun dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17 (Riduwan-Adun Rusyana-Enas, 2011:87-106).

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi pearson product moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya pengaruh variabel X1, dan X2 terhadap Y. Rumus analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut.

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga(�1 r+1). Apabila nilai r = � 1 artinyakorelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai r sebagai berikut.

 

 

 

Tabel 1 InterpretasiKoefisienKorelasi�� Nilai r

IntervalKoefisien

TingkatPengaruh

0,800 � 1,000

0,600 � 0,799

0,400 � 0,599

0,200 � 0,399

0,000 � 0,199

Sangat Tinggi

Tinggi

Cukup Tinggi

Rendah

Sangat Rendah

������������������� Sumber: Riduwan dan Sunarto (2010c:81)

 

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan dengan 100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel Xmempunyai sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan menggunakan rumus:

KD = r 2 x 100%

 


Keterangan : KD= Nilai Koefisien Diterminan

������������������������������� (Kontribusi antar variabel)

������������������ ���������������������������������������� �������������r= Nilai Koefisien Korelasi.

 

Mengetahui pengaruh antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.

 

 

 

 

 


Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun ganda. Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa software dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Windows Version 17.

 

Pembahasan

Pembahasan dimaksudkan untuk menjawab masalah dan hipotesis pene�liti�an yang telah diajukan sebagai berikut.

 

1.       Pengaruh Komunikasi terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Penjaskes

Hasil penelitian menginformasikan bahwa komunikasi berpengaruh signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes=0,581 (pengaruh�nya tergolong cukup tinggi). Artinya variabel komunikasi perlu ditingkatkan agar mutu layanan pembelajaran Penjaskes dapat berjalan dengan baik.

Hasil jawaban responden tentang komunikasi yang dinilai masih kurang memberikan sumbangan terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes di antaranya komunikasi kurang dalam hal (a) semua kebijakan sekolah kurang dapat dipahami guru; (b)guru kurang mendapat teguran apabila tidak melak�sana�kan tugas sesuai dengan tata tertib; (c)guru kurang dapat menyampaikan ide atau penemuan pada pihak sekolah atau rekan kerja; (d) guru kurang bebas bertukar inforrnasi pada rekan kerja atau pada pihak sekolah; (e) kepala sekolah jarang meminta laporan pada guru atas tugas yang diberikannya; (f) kepala sekolah jarang atau kurang memberikan petunjuk dengan jelas dalam memberikan intruksi pada guru; (g) jika menemui kesulitan dalam menjalankan tugas, guru kurang membicarakannya dengan rekan kerja; dan (h) kepala sekolah kurang memberikan kritikan pada guru yang sifatnya membangun. Komponen ini perlu dimotivasi untuk ditingkatkan agar komunikasi di sekolah dapat berjalan lancar dan kondusif sehingga akan berdampak pada mutu layanan pembelajaran Penjaskes.

Di samping itu, perlu meningkatkan dimensi komunikasi, yaitu yaitu (1) dimensi komunikasiverbal vertikal. Dengan indikator-indikator antara lain (a) menerima dan menyampaikan Informasi kebijakan/ pesan serta (b) menyampaikan ide. (2) dimensi komunikasi verbal horizontal. Dengan indikator-indikator antara lain (a) bertukar informasi; (b) memahamikebijakan/ pesan; dan (c) menyelesaikan masalah; dan (3) dimensi komunikasi verbal diagonal Dengan indikator-indikator antara lain (a) membina kerjasama dengan sekolah lain dan (b) kerjasama dengan guru mata pelajaransejenis melalui MGMP, KKG Penjaskes.

Mutu layanan pembelajaran Penjaskes sangat tergantung kepada komunikasi guru yang energik melalui beberapa komponen saluran komunikasi untuk menyampaikan ide-ide baik kepala sekolah, antar guru, karyawan, pihak komite sekolah dan orangtua siswa. Apabila semua dijalin dengan baik terus ada komunikasi yang lancar otomatis guru menjadi tenang dalam melakukan pekerjaan dan akhirnya menjadi bisa memberikan layanan mutu pembelajaran yang baik. Dengan demikian jelaslah bahwa komunikasi berpengaruh signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes.

2.       Pengaruh Kompetensi profesional terhadap Mutu layanan pembelajaran Penjaskes

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi profesional berpengaruh signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes 0,548 (pengaruhnya tergolong cukup tinggi).Artinya kompetensi profesional perlu ditingkatkan agar mutu layanan pembelajaran Penjaskes dapat berjalan sesuai peningkatan kompetensi guru yang profesional. Jika kompetensi profesional diberikan oleh guru sesuai dengan pekerjaan dan harapannya, maka akan tercipta mutu layanan pembelajaran Penjaskes lebih baik.

Hasil jawaban responden tentang kompetensi profesional yang dinilai oleh guru Penjaskes, hal-hal yang paling lemah, yaitu pertanyaan (a) guru kurang menguasai metode pembelajar�an; (b) guru jarang atau tidak pernah merumuskan tujuan instruksional; (c)guru tidak pernah atau jarang menyusun prosedur tujuan instruksional yang tepat; (d)guru kurang melaksanakan program belajar mengajar; (e)guru kurang mengenalkan siswa alatperaga olahraga; dan (f) guru kurang memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran Penjaskes. Hal-hal yang kurang baik harus ditindaklanjuti untuk ditingkatkan sehingga mutu layananan pembelajaran Penjaskes dapat terwujud sesuai harapan. Di samping itu, perlu meningkatkan dimensi kompetensi profesional, yaitu (a) penguasaan bahan, (b) mengelola program belajar mengajar, (c) mengelola kelas, (d) menggunakan media dan sumber, (e) menggunakan micro teaching dalam porgram pengalaman lapangan. Dengan demikian jelaslah bahwa kompetensi profesional berpengaruh signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes.

3. Pengaruh Komunikasi dan Kompetensi profesional terhadap Mutu layanan pembelajaran Penjaskes

Secara simultan komunikasi dan kompetensi profesional berpengaruh signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskessebesar 0,625 (dalam kategori tinggi) memberikan sumbangan 42,5% sisanya 57,5% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti seperti motivasi; kepemimpinan; disiplin, inovasi, fasilitas olahraga; kinerja; keterampilan; iklim organisasi dan lain-lain.

Jawaban responden tentang mutu layanan pembelajaran Penjaskes perlu direspons untuk ditingkatkan, yaitu (a) kurangnya kesiapan guru Penjaskes terhadap dokumen kelengkapan perangkat pembe�lajaran (KTSP, SILABUS, RPP dll) yang akan dipergunakan dalam PBM; (b) kurangnya variasi metode/strategi penilaian (evaluasi) yang ditetapkan guru Penjaskes bervariasi (banyak peragaan); (c) guru Penjaskes kurang meng�implementasi�kan pengelolaan bidang administrasi keuangan dan sarana prasarana sekolah; (d) kondisi sekolah, kelas, perpustakaan dan tempat-tempat yang mendukung proses PBM olahraga kurang dirpelihara dengan baik dan kurang terencana; (e) guru Penjaskes kurang memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi baik akademik atau non akademik; (f) pihak sekolah kurang menyediakan penilaian guru dan siswa sesuai dengan standar; (g)pihak sekolah kurang menentukan standar penilaian siswa secara umum; (h) ranking hasil rata-rata UN yang dicapai, dari semua sekolah negeri kurang memberikan kontribusi; dan (i) kurangnya prestasi olahraga, dan karya-karya tulis ilmiah meraih kejuaraan pada tingkat. Pernyataan yang kurang tersebut, perlu ditindaklanjuti untuk ditingkatkan agar mutu layanan pembelajaran Penjaskes dapat memberikan makna sesuai dengan kinerja guru di sekolah. Di samping itu, perlu meningkatkan dimensi mutu layanan pembelajaran Penjaskes, yaitu (a) kebermaknaan proses belajar mengajar (b) out put sekolah (hasil prestasi), (c)out come (benefit), (d) fungsi ekonomi (ekonomis).

 

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dihasilkan beberapa simpulan dan saran-saran sebagai berikut.

1.    Ternyata dari jawaban responden pada untuk variabel komunikasi yang rendah, yaitu (a) semua kebijakan sekolah kurang dapat dipahami guru; (b) guru kurang mendapat teguran apabila tidak melak�sana�kan tugas sesuai dengan tata tertib; (c)guru kurang dapat menyampaikan ide atau penemuan pada pihak sekolah atau rekan kerja; (d) guru kurang bebas bertukar inforrnasi pada rekan kerja atau pada pihak sekolah; (e) kepala sekolah jarang meminta laporan pada guru atas tugas yang diberikannya; (f) kepala sekolah jarang atau kurang memberikan petunjuk dengan jelas dalam memberikan intruksi pada guru; (g) jika menemui kesulitan dalam menjalankan tugas, guru kurang membicarakannya dengan rekan kerja; dan (h) kepala sekolah kurang memberikan kritikan pada guru yang sifatnya membangun. Dari hasil pengujian ternyata terdapat pengaruh yang signifikan komunikasi�� terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes (pengaruhnya cukup tinggi).

2.    Ternyata dari jawaban responden pada untuk variabel kompetensi profesional yang rendah, yaitu (a) guru kurang menguasai metode pembelajar�an; (b) guru jarang atau tidak pernah merumuskan tujuan instruksional; (c)guru tidak pernah atau jarang menyusun prosedur tujuan instruksional yang tepat; (d)guru kurang melaksanakan program belajar mengajar; (e)guru kurang mengenalkan siswa alatperaga olahraga; dan (f) guru kurang memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran Penjaskes. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi profesional terhadap mutu layanan pembelajaran Penjaskes (pengaruhnya cukup tinggi).

3.    Secara simultan komunikasi dan kompetensi profesional berpengaruh terhadapmutu layanan pembelajaran Penjaskes dan memiliki pengaruh tinggi. Dari hasil jawaban responden mengenai mutu layanan pembelajaran Penjaskes yang rendah, yaitu (a) kurangnya kesiapan guru Penjaskes terhadap dokumen kelengkapan perangkat pembe�lajaran (KTSP, SILABUS, RPP dll) yang akan dipergunakan dalam PBM; (b) kurangnya variasi metode/strategi penilaian (evaluasi) yang ditetapkan guru Penjaskes bervariasi (banyak peragaan); (c) guru Penjaskes kurang meng�implementasi�kan pengelolaan bidang administrasi keuangan dan sarana prasarana sekolah; (d) kondisi sekolah, kelas, perpustakaan dan tempat-tempat yang mendukung proses PBM olahraga kurang dirpelihara dengan baik dan kurang terencana; (e) guru Penjaskes kurang memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi baik akademik atau non akademik; (f) pihak sekolah kurang menyediakan penilaian guru dan siswa sesuai dengan standar; (g)pihak sekolah kurang menentukan standar penilaian siswa secara umum; (h) ranking hasil rata-rata UN yang dicapai, dari semua sekolah negeri kurang memberikan kontribusi; dan (i)kurangnya prestasi olahraga, dan karya-karya tulis ilmiah meraih kejuaraan pada tingkat. Pernyataan yang kurang tersebut, perlu ditindaklanjuti untuk ditingkatkan agar mutu layanan pembelajaran Penjaskes dapat memberi�kan makna sesuai dengan kinerja guru di sekolah.

 

������������������������������������������������������ BIBLIOGRAFI

 

Alma, Buchari. 2008.Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2005.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Beck, G, Lynn & Murfhy, Joseph 1996. The Four Imperatives of a Successful School, California: Corwin Press, Inc

BSNP. 2007. Peraturan Mendiknas RI No. 16 Tahun 2007, tentang: Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: BSNP.

Burhanuddin 1994. Analisis Manajemen Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Creech, B. 1996, The Five Pillars of TQM (terjemahan). Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Demings W.E. 1986. Out of the Crisis, Massachusets Institute of Technology, : Cambridge. MA.

Depdikbud. 1984. Pedoman Pelaksanaan PPSPTK. Buku II. Jakarta: Ditjen Dikti.

Riduwan. 2010a. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2010b. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Riduwan dan Sunarto. 2010c. Pengantar Statistika (untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis). Bandung:Alfabeta.

Riduwan-Adun-Enas. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 sdan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2011. Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung:Alfabeta.

Sukandar. 2007. Efektivitas Kepemimpinan Manajerial Kepala Sekolah (Studi tentang Kontribusi Faktor-faktor Strategis terhadap Kinerja Kepala Sekolah dan Dampaknya pada Efektivitas Sekolah di SMP se-Kabupaten Garut). Bandung: Disertasi Tidak diterbitkan.

Surya, M. 2003.Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.Bandung: Pustaka Bani Quraisi.

Tolib, A. 2008. Strategi Implementasi Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Mpmbs) Dengan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu Pada Sekolah Menengah Pertama (Studi Deskriptif Analitis padaSMP Negeri Rintisan, Potensial, Unggulan, Sekolah Standar Nasional (SSN) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di Kabupaten Indramayu Tahun 2006-2007) Bandung: Disertasi Tidak diterbitkan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. tentang Guru dan Dosen. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta.

Usman, Moh. Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya